• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MUSIK KECAPI DELAPAN DEWA PADA ETNIS TIONGHOA SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN MUSIK KECAPI DELAPAN DEWA PADA ETNIS TIONGHOA SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MUSIK KECAPI DELAPAN DEWA PADA ETNIS

TIONGHOA SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

RISKY UTAMI

NIM. F06110049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PONTIANAK

2019

(2)
(3)

KAJIAN MUSIK KECAPI DELAPAN DEWA PADA ETNIS TIONGHOA

SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT

Risky Utami, Aloysius Mering, Winda Istiandini

Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: risky_utami9020@yahoo.com

Abstract

This study aimed to examine the Music of the Eight Immortals of the Singkawang Tionghoa of West Kalimantan. This study uses the discriminative method. The form of research conducted was qualitative. The approach used in this research was ethnomusicology approach with data collection techniques used are observation techniques, interview techniques and documentation techniques. Furthermore, in this study the researchers became the key instrument, which was then assisted with other tools such as recorder, interview guide and field notes. This study used source triangulation, which is collecting data from some informants is Tjin Nen Shin, Tai Siuk Jan, H. Norman, Tjit Tji Hui and Phang Khim Thin. The results of this research are: (1) Presentation form of Music of Dewa Kecapi that was played by eight people with eight musical instrument that is Jong Khim, Thew Hian, Nyi Fu, Jai Ko Yan, Cheng, Flute, Tok and Pui. At the time of the show, the players used the costumes of the Gods. Songs played on the Eight Dewa Music Performances were traditional Chinese songs and mandarin pop songs. The main function of Music of the Eight Immortals Music as entertainment. This research can be implemented to schools on cultural arts subjects or in extracurricular activities in schools.

Keywords: Chinese, Music of the Eight Immortals of Gods, Study

PENDAHULUAN

Singkawang merupakan satu diantara kota di Kalimantan Barat yang didiami etnis Tionghoa yang cukup banyak yaitu mencapai 41,9 %, selebihnya adalah suku Dayak, Melayu dan etnis pendatang lainnya seperti Jawa, Sunda dan lainnya. Data ini didapat dari Badan Pusat Statistik tahun 2014. Kebudayaan etnis Tionghoa mendominasi dan berkembang di daerah tersebut. Kebudayaan asli etnis Tionghoa lainnya turut berkembang di Kalimantan Barat khususnya di Singkawang seperti sembahyang kubur, perayaan imlek, cap go meh, Barong Sai, kesenian Wayang Gantung serta Musik Kecapi Delapan Dewa yang menjadi objek dalam penelitian ini.

Daerah Lirang adalah satu-satunya tempat kesenian perkumpulan Musik Kecapi Delapan Dewa yang ada di Kota Singkawang sejak tahun 1929 dan masih

tetap ada sampai saat ini, tetapi pada saat ini lokasi perkumpulan berpindah ke Jalan Bun Fui Kelurahan Sijangkung Kecamatan Singkawang Tengah sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan lokasi perkumpulan di daerah Lirang tersebut habis terbakar. Kebakaran tersebut terjadi pada tahun 2005. Keberadaan Musik Kecapi Delapan Dewa tidak terlalu banyak diketahui oleh masyarakat seperti sembahyang kubur, Cap Go Meh dan Barongsai. Saat ini sulit menemukan pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa di Kota Singkawang. Hal ini disebabkan disamping tidak ada generasi penerus, diperlukan tarif yang lumayan tinggi untuk mengundang para pemain Musik Kecapi Delapan Dewa ini dan hanya keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke atas yang dapat mengundang para pemain untuk

(4)

mengisi acara pernikahan, ulang tahun atau upacara kematian. Pada kenyataannya, sekarang Musik Kecapi Delapan Dewa mulai jarang ditampilkan karena kurangnya perhatian, kepedulian serta minat masyarakat untuk mengetahui dan mempelajari Musik Kecapi Delapan Dewa. Seharusnya, bagi mereka yang mengetahui seluk-beluk dan dapat memainkan Musik Kecapi Delapan Dewa tersebut berusaha menarik perhatian masyarakat untuk dapat berbagi ilmu kepada generasi penerusnya, akan lebih baik lagi jika mereka dapat berbagi ilmu kepada yang bukan masyarakat etnis Tionghoa.

Musik Kecapi Delapan Dewa di Singkawang adalah hasil akulturasi budaya di Tiongkok dengan budaya Tionghoa di Singkawang. Pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa di Singkawang sama seperti di Tiongkok. Hanya saja yang membedakannya adalah pada alat musiknya khususnya Kecapi. Di Singkawang masih menggunakan kecapi kuno yang memang asli didatangkan dari Tiongkok pada tahun 1929, begitu juga pada alat musik yang lain, sedangkan di Tiongkok sudah banyak menggunakan alat musik modern khusunya pada kecapi. Ada delapan alat musik yang digunakan pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan dewa, yaitu Jong Khim, Thew Hian, Nyi Fu, Jai Ko Yan, suling, Tok, Pui dan Cheng. Secara musikalitas, terdapat keunikan tersendiri dari Musik Kecapi Delapan Dewa ini yaitu hanya satu saja instrumen ritmisnya, yaitu pada instrumen Tok, 6 alat musik lainnya merupakan instrumen melodi di antaranya Jong Khim, Thew Hian, Nyi Fu, Jai Ko Yan, Suling dan Cheng, dan juga pada 1 instrumen yang memiliki warna suara yang unik dan khas yaitu pada instrumen Pui ( Mangkok Kecil). Pada Jong Kim (yang dimaksud kecapi dalam penelitian ini) adalah alat musik yang terdiri dari tiga sekat untuk senar. Setiap satu sekat terdiri dari 18 senar. Cara memainkannya adalah dengan dipukul dengan menggunakan sepasang stik khusus yang terbuat dari bambu. Thew hian, yaitu alat musik yang menggunakan senar dari

logam dengan tinggi alat berkisar 82 cm. Tew Hian memiliki beberapa bagian, yaitu bagian badan atau body instrument dengan berbentuk persegi enam yang berdiameter sekitar 9 cm dengan panjang badan ke belakang sekitar 13 cm. Badan Tew hian bagian depan dan belakang yang berbentuk segi enam tersebut menggunakan penutup membran kulit ular phyton sebagai resonator suara. Thew Hian memiliki dua senar. Cara memainkannya adalah dengan cara digesek dengan bow.

Musik Kecapi Delapan Dewa ini dimainkan pada perayaan ulang tahun, pesta perkawinan bahkan pada upacara kematian. Musik Kecapi Delapan dewa ini bersifat hiburan, dimainkan oleh delapan orang pemain yang masing-masing memegang delapan alat musik menggunakan kostum para Dewa. Pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa ini membawakan lagu-lagu tradisional Tionghoa dan lagu-lagu pop tempo dulu. Seiring perkembangannya, peneliti merasakan masyarakat Tionghoa cenderung akan meninggalkan Musik Kecapi Delapan Dewa. Hal ini dikarenakan hanya tinggal satu saja kelompok Musik Kecapi Delapan Dewa di Kota Singkawang, disamping itu para pemainnya juga sudah berusia lanjut. Sebagai musik kesenian tradisi, Musik Kecapi Delapan Dewa ini diwariskan turun temurun oleh nenek moyang khususnya etnis Tionghoa, sehingga belum ada dokumen khusus yang mengulas tentang bentuk penyajian dan fungsi musiknya.

Dengan mengkaji Musik Kecapi Delapan Dewa ini, peneliti menjelaskan secara detail bentuk penyajian serta fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa di kota Singkawang Kalimantan Barat. Hal ini juga dikarenakan minimnya pembahasan tertulis maupun buku-buku referensi yang mengulas mengenai kesenian ini serta belum ditemukan dokumen khusus yang membahas mengenai Musik Kecapi Delapan Dewa. Penelitian ini harus dilakukan sebagai satu di antara upaya pelestarian budaya bangsa dengan harapan agar tetap terjaga kemurniannya pada masa yang akan datang.

(5)

Penelitian tentang Musik Kecapi Delapan Dewa ini difokuskan pada bentuk penyajian dan fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa. Tujuan peneliti mengkaji Musik Kecapi Delapan Dewa adalah agar Musik Kecapi Delapan Dewa dikenal oleh masyarakat karena banyak yang belum mengetahui adanya kesenian etnis Tionghoa yaitu Musik Kecapi Delapan Dewa. Bentuk penyajian yang dikaji meliputi musik yang dimainkan, jumlah pemain, kostum serta instrumen musik yang digunakan pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa. Fungsi musik yang dikaji meliputi fungsi musik dalam konteks hiburan, religi, ekonomi, sosial dan budaya.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan bentuk penyajian dan fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini karena, penelitian ini mendeskripsikan bentuk penyajian dan fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa secara jelas, mendalam dan apa adanya tanpa adanya usaha untuk memanipulasi. Sanjaya (2013, 61) mengungkapkan penelitan deskriptif secara umum terdiri dari langkah-langkah antara lain: (1) mengidentifikasi masalah penelitian ;(2) merumuskan dan membatasi masalah;(3) melakukan studi pustaka;(4) merumuskan hipotesis;(5) mengembangkan instrumen penelitian;(6) menentukan subjek penelitian;(7) melaksanakan penelitian atau mengumpulkan data;(8) menganalisis data;(9) membahas hasil penelitian dan menarik kesimpulan;(10) menyusun laporan dan mempublikasikannya.

Pada tahap pertama peneliti mengidentifikasi, merumuskan dan membatasi masalah penelitian tentang Musik Kecapi Delapan Dewa agar penelitian lebih fokus dan terarah. Kemudian peneliti melakukan studi pustaka untuk memperkuat hasil penelitian. Setelah itu peneliti merumuskan hipotesis dan mengembangkan

instrumen penelitian dengan memperbanyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak. Selanjutnya peneliti menentukan subjek penelitian agar dapat langsung pada tujuan ketika melakukan wawancara. Setelah melakukan subjek penelitian, peneliti melaksanakan penelitian dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang kemudian data tersebut dianalisis kembali sampai data tersebut benar-benar valid. Setelah semua proses dilakukan selesai maka hasil penelitian tersebut akan dibahas dan menarik kesimpulannya. Langkah akhir yaitu

menyusun laporan dan

mempublikasikannya. HASIL PENELITIAN

Ada beberapa persiapan yang dilakukan sebelum pertunjukan Musik Kecapi delapan Dewa berlangsung, di antaranya sebagai berikut:

1. Bentuk Penyajian Musik Kecapi Delapan Dewa

Bentuk Penyajian Musik Kecapi Delapan Dewa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyajian Musik Kecapi Delapan Dewa mulai dari proses pertunjukan, kostum dan alat musik yang digunakan

2. Persiapan Latihan

Data ini didapat dari narasumber yang bernama A Hui (wawancara pada hari kamis, tanggal 16 Juli 2015) : “sebelum pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa dimulai, diadakan latihan bersama beberapa hari sebelumnya dengan pemain yang lengkap, Jika ada satu atau beberapa pemain yang tidak dapat mengikuti latihan pada jadwal latihan yang pertama maka diharapkan untuk hadir pada pertemuan berikutnya. Ini dilakukan untuk kesempurnaan permainan pada saat pertunjukan dan untuk kepuasan para penonton. Hal yang ditekankan sebelum hari pertunjukan para pemain harus benar-benar

(6)

memastikan tempat, tanggal dan waktu pertunjukan”.

Beberapa hari sebelum pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa dimulai, dilakukan latihan bersama dengan pemain yang lengkap. Jika ada pemain yang tidak dapat mengikuti latihan pada jadwal latihan yang pertama maka diharapkan untuk hadir pada pertemuan berikutnya. Ini dilakukan bertujuan untuk kesempurnaan permainan pada saat pertunjukan dan kepuasan untuk para penonton. Sebelum hari pertunjukan, para pemain benar-benar memastikan tempat, tanggal dan waktu pertunjukan. Hal ini dilakukan agar proses lebih terarah dan juga menerapkan disiplin waktu serta menghindari kekecewaan penonton.

3. Persiapan Pertunjukan

Data ini didapat dari narasumber yang bernama Phang Kiem Thin pada hari selasa tanggal 10 Juli 2015: “para pemain diharapkan datang setidaknya sebelum pertunjukan dimulai. Setelah berada di tempat pertunjukan, para pemain menentukan jarak antara panggung pertunjukan dengan para penonton, setelah itu para pemain segera mempersiapkan alat musik yang akan digunakan dan mengecek apakah alat musik tersebut sudang lengkap dan diatur sesuai nada dasar alat musiknya. Jika sudah selesai, para pemain diharapkan segera mengganti kostum kemudian pemain langsung menuju panggung dengan memegang masing-masing alat musik. Pada saat pertunjukan berlangsung pemain diharapkan untuk berkonsentrasi untuk menghindari kesalahan pada saat bermain.”

Para pemain diharapkan datang setidaknya satu jam sebelum pertunjukan dimulai. Setelah berada di tempat pertunjukan, para pemain menentukan jarak antara panggung pertunjukan dengan para penonton, setelah itu para pemain segera mempersiapkan alat musik yang akan digunakan dan mengecek apakah alat musik tersebut sudah lengkap dan diatur sesuai dengan nada dasar alat musiknya. Jika semua sudah diatur, para pemain diharapkan

segera mengganti kostum yang akan digunakan pada pertunjukan di ruang ganti. Setelah selesai para pemain langsung menuju panggung dan mengambil alat musik yang dipegang masing-masing pemain. Pada saat pertunjukan berlangsung, diharapkan kepada para pemain untuk berkonsentrasi dikarenakan untuk mengindari kesalahan dalam memainkan alat musik yang nantinya akan menimbulkan rasa tidak puas dan kekecewaan penonton karena pertunjukan yang tidak maksimal.

4. Mengadakan Evaluasi

Data ini didapat dari narasumber yang bernama A Hui (wawancara pada hari kamis tanggal 16 Juli 2015: “evaluasi akan diadakan setelah pertunjukan selesai bertujuan untuk memperbaiki kesalahan dan memaksimalkan penampilan berikutnya. Setelah pertunjukan selesai, diadakan evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan dan memaksimalkan penampilan pada pertunjukan yang akan datang.

5. Bentuk Penyajian pada Pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa

Hasil pengamatan terhadap bentuk penyajian pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa adalah sebagai berikut: Lagu yang Dimainkan

Lagu-lagu yang dimainkan pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa adalah lagu tradisional tionghoa dan lagu-lagu mandarin tempo dulu sebagai lagu-lagu tambahan.

Adapun lagu yang dimainkan adalah sebagai berikut: (1) Pa Fan Thin Chui Jiu; (2) Sam Lok; (3) Bong Thai Nyong; (4) Hu Tian Lok; (5) Khim Khong; (6) Ng Khang Jan; (7); Ci Moi Fa; (8) Pat Cian Kin ciu.

Lagu-lagu tersebut adalah lagu-lagu khusus (Delapan Dewa) dimainkan pada Musik Kecapi Delapan Dewa. Lagu yang berjudul Pa Fan Thin Cuin Jiu adalah lagu utama pada pertunjukan. Lagu ini dimainkan sambil memperagakan orang sedang mabuk karena minuman keras, ini adalah kebiasaan

(7)

Dewa Thiat Khai Lie yang disebut Dewa Mabuk.

Selain lagu di atas, ada beberapa lagu pop mandarin tempo dulu yang juga dimainkan antara lain: (1) Tian Mi Mi: (2) Yue Liang Dai Biao Wo De Xin; (3) Mo Li

Alat Musik yang Digunakan

Alat musik yang dimainkan pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa adalah :

Jong Khim adalah alat musik yang terbuat dari kayu, terdiri dari 40 senar. Jong Khim dimainkan dengan dengan dua tangan dengan cara dipukul dengan menggunakan stik kecil khusus yang terbuat dari bambu yang ujungnya diberi bantalan lebih tebal.

Thew Hian, yaitu alat musik yang menggunakan senar dari logam dengan tinggi alat berkisar 82 cm. Thew Hian memiliki beberapa bagian, yaitu bagian badan atau body instrument dengan berbentuk persegi enam yang berdiameter

Nyi Fu, terbuat dari kayu bulat dengan bagian depan yang tertutup membran kulit ular phyton tetapi dibagian belakang badan tampak berlubang tanpa penutup. Bentuk Nyi Fu kurang lebih sama dengan Thew Hian, perbedaannya terletak pada bentuk badan instrumen. Jika pada Nyi Fu

Hua. Selain lagu tersebut, lagu yang dimainkan terkadang juga berdasarkan permintaan dari para penonton yang menyaksikannya terutama yang akan memberi angpao atau amplop yang berisi uang.

di negara Tiongkok alat musik ini dinamakan Yang Qin. Ukuran Yang Qin lebih besar dari Jong Khim dan mempunyai senar lebih banyak dari pada Jong Khim yaitu berjumlah 144 senar. Yang Qin bisa dikatakan sebagai Jong Khim yang modern.

sekitar 9 cm dengan panjang badan ke belakang sekitar 13 cm. Badan Thew Hian bagian depan dan belakang yang berbentuk segi enam tersebut menggunakan penutup membran kulit ular phyton sebagai resonator suara. Thew Hian memiliki dua senar.

berdiamater 7 cm tetapi pada Thew Hian adalah 9 cm. Bagian leher Nyi Fu, lebih pendek dan lebih kecil. Sedangkan cara memainkannya sama dengan memainkan alat musik Thew Hian, yaitu dengan cara digesek.

Gambar 1. Jong Khim

Gambar 2. Thew Hian

Gambar 3. Nyi Fu

(8)

Jai Ko Yan, terbuat dari tempurung kelapa, penutup resonatornya terbuat dari kayu tipis atau triplek. Jai Ko Yan mempunyai dua senar dari logam, dengan diameter tinggi badan tempurung kelapa bagian depan yang ditutup kayu tipis atau triplek adalah sekitar 12 cm. Panjang ke

Suling yaitu alat yang dimainkan dengan cara ditiup serta terbuat dari bambu. Ada dua jenis suling, yaitu suling vertikal dan suling horizontal. Jenis suling yang digunakan pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa adalah suling horizontal yang

Pui, yaitu mangkok berukuran kecil yang terbuat dari keramik. Ukurannya berdiameter 5 cm. Pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa, Pui yang digunakan berjumlah 4 buah mangkok. Mangkok-mangkok tersebut dijadikan 2 pasang, yaitu 1 pasang untuk di tangan kiri dan 1 pasang

Tok, termasuk dalam kategori alat musik pukul atau tabuh. Alat musik ini terbuat dari kayu balok yang di tengahnya terdapat lubang yang berfungsi sebagai resonator penghasil suara dan kayu bulat

belakang badan Jai Ko Yan yang berbentuk setengah bulatan tempurung kelapa adala sekitar 9 cm. Bagian leher Jai Ko Yan berbentuk bulat panjang dengan diameter sekitar 1 cm, panjang leher berkisar antara 42 sampai 45 cm tanpa kolom nada (Fretless).

mempunyai lubang yang berjumlah 7. 6 buah lubang untuk menentukan nada dan 1 lubang untuk meniup. Pada suling horizontal dimainkan berlawanan arah dengan suling vertikal dengan posisi suling ke samping.

lagi untuk di tangan kanan. Cara memainkannya adalah menggetarkan masing-masing pasangan mangkok tersebut, dengan cara menggoyangkan dua pasang mangkok tersebut ke arah kiri dan kanan dalam tempo yang sangat cepat.

panjang yang berfungsi sebagai pemukul kayu balok tersebut, memiliki panjang sekitar 25cm, 8cm dan tinggi 10cm, sedangkan kayu pemukulnya memiliki panjang sekitar 25 cm.

Gambar 6. Pui / Mangkok Kecil

Gambar 7. Tok Gambar 4. Jai Ko yan

Gambar 5. Suling

(9)

Cheng, yaitu alat musik yang terbuat dari kayu, dengan bentuk badan alat seperti bunga dan ada juga yang berbentuk bintang. Cheng mempunyai 3 buah senar. Cara

Kostum yang Digunakan

Kostum yang digunakan pada pertunjukan Musik Kecapi Delapan Dewa adalah:

Dewa Co Kiat Kiu disebut juga dengan Dewa Mangkok dengan menggunakan kostum jubah berwarna merah cerah dan lebar di bagian lengan. Bagian kostum yang lebar pada lengan berwarna putih. Kostum

Dewa Chong Ko Lo ini disebut juga dengan Dewa Tongkat. Kostum yang digunakan adalah baju terusan (seperti jubah) yang berwarna kuning, lebar dibagian ujung lengan dan ujung lengan yang lebar tersebut berwarna putih. Pada kostum Dewa

memainkannya adalah dengan cara di petik dengan menggunakan pick khusus atau bisa juga dengan menggunakan kuku.

Dewa ini juga menggunakan topi yang berbentuk unik yang berwarna hitam. Pada Dewa Co Kiat Kiu diperankan oleh Phang Kim Thin yaitu sebagai pemain Tok.

ini juga menggunakan wig atau rambut palsu berwarna putih, panjang, berjambul dan juga berponi. Pada Dewa Cong Ko Lo diperankan oleh Tjin Nen Shin sebagai pemain Jong Khim.

Gambar 8. Cheng

Gambar 9. Kostum Dewa Co Kiat Kiu

Gambar 10. Kostum Dewa Chong Ko Lo

(10)

Dewa Lam Thai Fo disebut juga dengan Dewa Bunga, Dewa ini selalu membawa sekeranjang bunga kemanapun dia pergi. Kostum yang digunakan berwarna biru muda. Kostum ini tidak menggunakan kostum terusan, atasan panjangnya sampai

Dewa Hon Siong Chi disebut dengan Dewa Seruling, Dewa ini mempunyai kebiasaan bermain seruling, selalu memegang seruling dimanapun dia berada. Kostum yang digunakan adalah warna ungu

Dewa Li Tung Pin disebut dengan Dewa pedang dengan ciri khas pedang yang selalu dibawa olehnya. Kostum yang digunakan pada Dewa ini adalah berwarna

lutut dan menggunakan celana panjang. Dewa Lam Thai Fo menggunakan rambut palsu yang berwarna hitam dan diikat dengan pita yang berwarna biru muda. Pada Dewa Lam Tai Fo diperankan oleh Tai Siuk Jan sebagai pemain instrumen Cheng.

muda. Di bagian ujung lengan melebar dan pada bagian yang lebar tersebut berwarna putih. Kostum Dewa Hon Siong Chi juga menggunakan topi.

biru tua. Dewa ini tidak menggunakan kostum terusan, panjang atasan kostumnya selutut dan menggunakan celana panjang. Gambar 11. Kostum Dewa Lam Thai Fo

Lo

Gambar 12. Kostum Dewa Hon Siong Chi

Lo

Gambar 13. Kostum Dewa Li Tung Pin

Lo

(11)

Dewa Zo Kiat Kiu disebut juga dengan Dewa mabuk, sesuai dengan kebiasaannya meminum minuman keras. Kostum yang digunakan yaitu berwarna abu-abu dan tidak menggunakan baju terusan, tetapi

Dewa Hon Chung Lie disebut juga dengan Dewa kipas, Dewa ini menggunakan kostum terusan (seperti jubah) dan berwarna

Dewa Ho Sian Ku ini adalah satu-satunya Dewa wanita dari delapan Dewa / Dewi. Dewa ini disebut juga dengan dewa bunga seperti Dewa Lam Tai Fo, namun dia hanya membawa setangkai bunga, menggunakan kostum terusan (seperti jubah) yang berwarna merah muda. Pada ujung lengan kostum melebar dan berwarna putih. Pada kostum Dewa ini menggunakan wig

menggunakan atasan yang panjangnya sampai lutut dan menggunakan celana panjang. Dewa Thiat Khai Li memegang instrumen Thew Hian.

putih. Kostum ini memiliki lebar pada ujung lengan dan menggunakan topi. Dewa Hon Cung Lie memegang instrumen Jai Ko Yan.

atau rambut palsu dan juga menggunakan bando berwarna putih. Pada saat pertunjukan kostum ini harus digunakan oleh wanita karena mengikuti aturan sebagaimana pada pertunjukan ini memang satu di antara pelakunya adalah wanita / Dewi. Pada Dewa Ho Sian Ku diperankan oleh Tjin Meli, sebagai pemain Pui (mangkok kecil).

Gambar 14. Kostum Dewa Thiat Khai Li

Lo

Gambar 15. Kostum Dewa Hon Chung Lie

Lo

Gambar 16. Kostum Dewa Ho Sian Ku

Lo

(12)

6. Fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa Ada beberapa fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa, di antaranya:

Fungsi Dalam Konteks Hiburan

Data ini didapat dari narasumber yang bernama H. Norman (wawancara pada hari kamis, tanggal 10 Juli 2015) menyatakan: “musik Kecapi Delapan Dewa ini berfungsi sebagai hiburan pada acara perayaan ulang tahun, pesta pernikahan bahkan upacara kematian. Akan tetapi lebih sering digunakan untuk perayaan ulang tahun”. Jadi fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa adalah sebagai hiburan untuk beberapa acara, khususnya perayaan ulang tahun, pesta pernikahan serta upacara kematian. Fungsi Dalam Konteks Religi

Data ini didapat dari narasumber yang bernama Tai Siuk Jan (wawancara pada hari kamis tanggal 10 Juli menyatakan: “dalam konteks religius, Musik Kecapi Delapan Dewa berfungsi untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, selalu ingat kepada Nya kapan dan dimana pun berada”.

Jadi, fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa dalam konteks religi adalah agar selalu ingat kepada sang pecipta.

Fungsi Dalam Konteks Kebudayaan Data ini didapat dari narasumber yang bernama A Hui (wawancara pada tanggal 16 Juli 2015) menyatakan: “musik Kecapi Delapan Dewa ini dapat berfungsi untuk memperkenalkan kepada masyarakat khususnya masyarakat Kota Singkawang bahwa Kota Singkawang memiliki budaya yang patut dipertahankan dikarenakan budaya ini hampir punah”.

Jadi, fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa dalam konteks kebudayaan yaitu untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Kota Singkawang memiliki budaya yang patut dipertahankan.

Musik Kecapi Delapan Dewa adalah hasil akulturasi dari budaya Tiongkok dengan budaya Tionghoa di Singkawang. Maka dari itu ada sedikit perbedaan antara pertunjukan yang ada di Tiongkok dengan pertunjukan yang ada di Singkawang,

terutama pada kostum dan alat musik kecapi (Jong Khim). Di negara Tiongkok mereka tidak lagi mengharuskan untuk menggunakan kostum Delapan Dewa pada saat pertunjukan dan alat musik kecapi (Yang Qin / Jong Khim) yang digunakan adalah yang memiliki senar yang lebih banyak di banding Kecapi (Jong Khim) yang digunakan di Singkawang. Sedangkan di Singkawang masih mengharuskan menggunakan kostum Delapan dewa pada saat di Toapekong dan menggunakan kecapi asli ( Jong Khim) yang didatangkan langsung dari Tiongkok pada tahun 1929 yang di bawa oleh seniman yang bernama A Jo.

Fungsi Dalam Konteks Ekonomi

Data ini didapat dari narasumber yang bernama Tjin Nen Shin (wawancara pada tanggal 10 Juli 2015) menyatakan: “musik Kecapi Delapan Dewa ini dapat berfungsi sebagai sumber pengasilan disamping mata pencaharian sehari-hari untuk para pemain musiknya”.

Jadi, fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa dalam konteks ekonomi adalah sebagai sumber penghasilan di samping mata pencaarian sehari-hari bagi para pemain musiknya.

Fungsi Dalam Konteks Sosial

Data ini didapat dari narasumber yang bernama H. Norman (wawancara pada tanggal 10 Juli 2015) menyatakan : “musik Kecapi Delapan Dewa berfungsi untuk mempererat hubungan masyarakat yang nantinya akan menimbulkan rasa antusias masyarakat sehingga berpartisipasi yang nantinya menjadikan budaya ini dapat berkembang”

Jadi, fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa dalam konteks sosial adalah untuk mempererat hubungan antar masyarakat khususnya di Kota Singkawang.

(13)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, pada penelitian ini ada beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tentang “Kajian Musik Kecapi Delapan Dewa Pada Etnis Tionghoa Singkawang Kalimantan Barat”. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian antara lain: (1) musik Kecapi Delapan Dewa dimainkan secara berkelompok, yaitu terdiri dari delapan orang pemain musik yang masing-masing memainkan alat musik syaitu Jong Khim, Thew Hian, Nyi Fu, Jai Ko Yan, Pui, Suling, Tok dan Cheng. Pada pertunjukan khususnya di Toapekong, para pemain menggunakan kostum para Dewa, yaitu kostum Dewa Hon Cung Lie, kostum Dewa Thiat Khai Lie, kostum Dewa Cong Ko Lo, Kostum Dewa Lam Thai Fo, Kostum Dewa Ho Sian Ku, kostum Dewa Zo Kiat Kiu, kostum Dewa Lie Tung Pin, kostum Dewa Hon Siong Ci. Pada pertunjukan Musik Kecapi delapan dewa lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu tradisional Tionghoa; (2) fungsi Musik Kecapi Delapan Dewa ini adalah sebagai hiburan pada perayaan ulang tahun, pesta pernikahan dan upacara kematian. Dari segi ekonomi dapat berfungsi sebagai sumber pengasilan disamping mata pencaharian sehari-hari. Dari segi budaya Musik Kecapi Delapan Dewa ini dapat memperkenalkan dan mpertahankan budaya Tionghoa khususnya di Kota Singkawang yang dikarenakan hampir punah.

Saran

Berdasarkan hasil simpulan yang sudah dipaparkan tersebut, maka peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak antara lain: (1) Pemerintah khususnya Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Singkawang ataupun instansi / dinas terkait lainnya dapat terus mengembangkan kesenian Musik Kecapi Delapan Dewa di Kota Singkawang; (2) generasi muda, agar mau mengenal, mempelajari dan melestarikan kesenian yang hampir punah khususnya Musik Kecapi Delapan Dewa; (3) pemain Musik Kecapi

Delapan Dewa, agar berbagi ilmu kepada masyarakat, memperkenalkan serta mengajarkan cara memainkan instrumen musik yang digunakan sehingga Musik Kecapi Delapan Dewa ini tidak akan punah dan dapat diteruskan kepada generasi berikutnya; (4) guru mata pelajaran seni budaya, pada pengajaran seni budaya agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk referensi dalam mengajarkan materi seni musik daerah setempat dan dapat mengajarkan siswa sebagai generasi muda untuk mengenal dan mempelajari budaya yang ada di daerahnya sehingga dapat terus dipertahankan; (5) Mahasiswa, agar dapat menambah referensi dan mempelajari kesenian Musik Kecapi Delapan Dewa, kemudian terus melestarikan kebudayaan daerah setempat; (6) Universitas Tanjungpura Pontianak, dapat menambah perbendaharaan tulisan yang berkaitan dengan kajian pada seni pertunjukkan Musik.

DAFTAR RUJUKAN

Apriani, N. (2012). Bentuk Penyajian Dan Fungsi Kesenian Tumbuak Banyak di Desa Ujung Padang Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Skripsi. Padang. Universitas Negeri Padang.

Badan Pusat Statistik Kota Singkawang. (2014). Singkawang Dalam Angka Singkawang in Figure 2014. Singkawang. Badan Pusat Statistik Kota Singkawang

Gunawan, I. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT. Bumi Aksara Hidayat A, Syeilendra. (2012). Bentuk

Penyajian Musik Aguang Jana dalam Acara Pacu Jawi di Kabupaten Tanah Datar. Skripsi. Padang. Universitas Negeri Padang.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2009). Jakarta. Tiga Serangkai.

Muhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta. Referensi (GP Press Group).

Purnomo, W. Subagyo. (2010). Terampil Bermusik. Jakarta. PT. Wangsa Jaya Lestari.

(14)

Rahmawati, (2004). Sejarah Kota Singkawang. Pontianak. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Rahmayani, A. (2014). Permukiman Tionghoa di Singkawang dari Masa Kongsi hingga Masa Kolonial. Yogyakarta. Penerbit Ombak.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan. Jakarta. Kencana, Prenada Media. Sau Fat, Lie, X.F Asal. (2008). Aneka

Budaya Tionghoa Kalimantan Barat. Pontianak. Muare Public Relation.

Soedarsono. (1992). Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta. Balai Pustaka.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Sujarweni. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Baru

Sutardi, T. (2007). Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung. Setia Purna Inves.

.

Gambar

Gambar 8. Cheng

Referensi

Dokumen terkait

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2011 tentang Petunjuk

Penyebab dan patogenesis psoriasis vulgaris belum diketahui dengan pasti, secara patologis terjadi proliferasi yang berlebihan pada keratinosit dan peradangan kronis,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas kambing jantan dan betina berupa pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang diberikan pakan tambahan urea

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan strategi media relations yang digunakan public relations Aziza Syariah Hotel Solo dalam branding. Jenis penelitian ini

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Petra Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right)

USM Engagement Plan Engagement External Community Engagement Research Engagement Collaboration Engagement Student Engagement Staff Engagement Academic Engagement