• Tidak ada hasil yang ditemukan

Table of Contents

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Table of Contents"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Table of Contents

No. Title Page

1 Alasan Indonesia, Malaysia, & Singapura Menjalin Kerjasama Trilateral Patroli Terkoordinasi Malsindo di Tahun 2004

435 - 460

2 Kebijakan Luar Negeri Cina dalam Mengamankan Pasokan Energinya terkait Penolakan Warga Arakan terhadap Kerangka Kerjasama Pembangunan Proyek Pipa Minyak dan Gas Trans-Cina-Myanmar

461 - 474

3 Strategi Represif Cina dalam Menghadapi Pengaruh Gelombang Arab Spring Tahun 2011 terhadap Perkembangan Isu Demokratisasi di Cina

475 - 489

4 Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia Tahun 2008-2013

491 - 510

5 Branding Nonprofit dalam Kerjasama UNICEF dengan FC Barcelona Tahun 2006 – 2011

511 - 525

6 Dukungan India terhadap Junta Militer Myanmar (2004-2009): Kerjasama Ekonomi dan Rivalitas dengan Cina

527 - 552

7 Peran UCAV dalam Penerapan Strategi Clausewitz dan War On Terror: Kasus Operasi AS di Wilayah FATA Tahun 2004-2012

553 - 573

8 Analisis Mengglobalnya Kegiatan Earth Hour Tahun 2007-2012 575 - 595

9 Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement terhadap Defisitnya Neraca Perdagangan Sektor Non-Migas Indonesia-Jepang 2008-2012

597 - 613

10 Pengaruh Karakter Personal Perdana Menteri Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Luar Negeri Spanyol pada Kasus Gibraltar tahun 2004-2008

615 - 638

11 Faktor Domestik Ethiopia Meratifikasi Nile Basin Cooperative Framework

Agreement (CFA) tentang Manajemen Redistribusi Aliran Sungai Nil Tahun 2013

639 - 657

12 Pengaruh Perusahaan Berlian Internasional De Beers terhadap Kegagalan Proses Demiliterisasi, Demobilisasi, dan Reintegrasi UNITA dan MPLA Tahun 1992-2002

659 - 678

13 Faktor Sosial dan Ekonomi sebagai Penyebab Peningkatan Respon Anti-Imigran di Norwegia Tahun 2008-2011

707 - 720

14 Strategi Skateistan dalam Mengatasi Kelemahan Program Sport for Development and Peace (SDP) di Afghanistan

721 - 737

15 Dampak Pasokan Senjata pada SAF dan SPLA terhadap Perpanjangan Durasi Konflik Sudan-Sudan Selatan 2011-2012

739 - 757

16 Analisa Faktor Suriah Di Balik Pemutusan Hubungan Diplomatik Kanada Terhadap Iran Tahun 2012

759 - 776

17 Signifikansi Identitas Nasional dalam Globalisasi: Studi Kasus Olahraga Otomotif Global

777 - 794

18 Faktor Pembeda Kemampuan Brazil dan Indonesia dalam Menanggulangi Deforestasi pada Tahun 2001-2012

795 - 816

19 Kesepakatan Penyelesaian Sengketa Delimitasi Laut Barents Antara Norwegia dan Rusia 2010

817 - 839

20 Analisa Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid untuk Membuka Hubungan Diplomatik dengan Israel dalam Upaya Peduli Perdamaian Palestina-Israel

841 - 856

(3)

Vol. 3 - No. 2 / 2014-07

TOC : 18, and page : 777 - 794

Signifikansi Identitas Nasional dalam Globalisasi: Studi Kasus Olahraga Otomotif Global Signifikansi Identitas Nasional dalam Globalisasi: Studi Kasus Olahraga Otomotif Global Author :

Reza Noormansyah |

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstract

Identity is one of distinguished theme within globalization debate. When identity turns hazy in the midst of globalization order, the situation which circulates inside the global automotive sport shows precisely that identity distinction ultimately could gain portions to being exposed recently. Provocation of identity haziness turns out became a recently refutable fact in global motosport based on analysis which used a school of sport sponsors within global sport sponsorship (GSS) and nationalism concept which adjoined in sports realm inside sporting nationalism which assembled with identity function theory focused on F1 and Moto GP cases. This analysis provides an explanation on globalization as an approach and strategic instrument to deliver messages of national identity.

Keyword : national, identity, global, motorsport, sporting, nationalism, global, sport, sponsorship, globalization, , Daftar Pustaka :

1. Amis, John M. dan T. Bettina Cornwell, (2005). Global Sport Sponsorship. New York : Berg, Oxford 2. Bairner, Alan, (2001). Sport, Nationalism, and Globalization. New York : State University of New York

3. Bostock, William W., dan Gregg W. Smith, (2001). "On Measuring National Identity", dalam Social Science Paper Publisher 4(1). Hobart : University of Tasmania

4. Henry, Nick, Tim Angus, Mark Jenkins, dan Chris Aylett, (2007). Motorsport Going Global: The Challenges Facing the World’s Motorsport Industry. New York : Palgrave Macmillan

5. Holton, Robert J., (1998). Globalization and The Nation State. Basingstoke, United Kingdom : Macmillan

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

(4)

777

Signifikansi Identitas Nasional dalam

Globalisasi: Studi Kasus Olahraga Otomotif

Global

Reza Noormansyah - 071012056

Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

ABSTRAK

Identitas adalah salah satu topik mengemuka dalam debat globalisasi. Ketika identitas diasumsikan kabur dalam tatanan yang sarat globalisasi, fenomena yang terdapat dalam olahraga otomotif global justru memperlihatkan bahwa distingsi identitas memperoleh tempat untuk turut terekspos. Asumsi pengaburan identitas yang terpatahkan di global motorsport dianalisis melalui pendekatan sponsor olahraga dalam global sport sponsorship (GSS) dan konsep nasionalisme berdampingan di dunia olahraga dalam sporting nationalism yang dirangkai pula oleh teori fungsi identitas dengan fokus pada kajian kasus F1 dan MotoGP. Penelitian ini memberi eksplanasi mengenai globalisasi sebagai pendekatan sekaligus instrumen strategis dalam penyampaian pesan-pesan identitas nasional.

Kata-Kata Kunci: identitas nasional, global motorsport, sporting

nationalism, global sport sponsorship, globalisasi

Identity is one of distinguished theme within globalization debate. When identity turns hazy in the midst of globalization order, the situation which circulates inside the global automotive sport shows precisely that identity distinction ultimately could gain portions to being exposed recently. Provocation of identity haziness turns out became a recently refutable fact in global motosport based on analysis which used a school of sport sponsors within global sport sponsorship (GSS) and nationalism concept which adjoined in sports realm inside sporting nationalism which assembled with identity function theory focused on F1 and Moto GP cases. This analysis provides an explanation on globalization as an approach and strategic instrument to deliver messages of national identity.

Keywords: national identity, global motorsport, sporting nationalism,

(5)

778 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2 Ekspansi olahraga otomotif telah sampai ke level global. Dalam artian, olahraga otomotif saat ini merupakan olahraga yang telah luas dikenal hingga tingkat global dan dunia. Popularitas olahraga otomotif sampai level global salah satunya dibuktikan dengan beragamnya media massa global yang menaruh olahraga otomotif di satu segmen spesifik pemberitaan. Di samping media global, media yang khusus mewartakan olahraga otomotif telah banyak dan bervariasi sebut saja Autosport.com, Crash.net, GPinside, dan GPupdate. Jika melihat kontennya, keberadaan media olahraga otomotif menunjukkan tingginya popularitas balap dan antusiasme penggemar balap. Hal tersebut seperti terlihat pada konten yang up-to-date, banner sponsor besar, kolom komentar yang ramai terutama di popular news, serta desain situs yang menarik dan mudah diakses baik via desktop maupun versi mobile.

Terdapat suatu fenomena yang kentara jika memperhatikan olahraga otomotif global yakni maraknya kemunculan bendera, slogan, sponsor negara, ataupun jargon-jargon promosi negara dalam hampir setiap gelaran balap. Eksistensi identitas nasional dalam olahraga otomotif global dapat dilihat lagi fenomenanya dalam skala yang lebih universal, salah satunya adalah desain helm. Dalam menentukan desain helm, banyak pembalap memadukan desain yang sesuai karakter dan trademark-nya dengan corak bendera nasional masing-masing. Tradisi umum lain penanda signifikansi identitas nasional di olahraga otomotif global adalah selebrasi dengan mengibarkan bendera nasional setelah chequered flag atau bendera finis tanda berakhirnya balapan dikibarkan. Kemudian momen seremonial podium sebagai penghargaan kepada juara 1, 2, dan 3 yang diikuti pengumandangan lagu kebangsaan dari pemenang balapan. Hal inilah yang membedakan olahraga otomotif global dengan ajang balap tingkat lokal atau nasional, yakni pada level domestik tidak diadakan prosesi pengumandangan lagu kebangsaan di podium kemenangan. Melalui podium pada balap global pula pengakuan atas prestasi diberikan diiringi bendera dan lagu kebangsaan. Kemungkinan tiga—empat jika konstruktor atau pabrikan turut disertakan—bendera nasional yang berbeda bersanding di podium tentu memberi prestise lebih bagi pemenang berikut pengakuan terhadap identitas nasionalnya. Ketika bendera nasional negara dikibarkan dengan diikuti lagu kebangsaan, maka prosesi tersebut telah tergolong dalam seremoni dan upacara nasional. Prosesi podium juga termasuk salah satu bentuk universal dari penerapan identitas nasional dalam globalisasi.

Fenomena-fenomena identitas nasional dalam olahraga otomotif global tersebut memberi corak berbeda dalam globalisasi. Di tengah dunia yang mengglobal, keberadaan distingsi identitas yang dianut menjadi indikator bahwa globalisasi tidak selalu menjadikan semua hal serba

(6)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 779

seragam, mengaburkan eksistensi aspek ―multi‖ baik yang sengaja disandang maupun yang telah diakui ataupun otomatis merekat. Padahal salah satu indikator globalisasi lazimnya adalah sebuah ide mengenai single world dan one-human society dengan mengeliminasi elemen lokal, regional, dan nasional untuk menjadi satu persamaan yang saling terinterdependensi. Dihubungkan dengan kultur dan identitas, globalisasi menciptakan standardisasi kultur ke dalam tiga kemungkinan dampak kultural yakni berupa homogenisasi, polarisasi, atau hibridisasi.

Terlepas dari eksistensi nilai-nilai kebangsaan di olahraga otomotif global, fakta-fakta yang dapat dilihat dari kehadiran aspek identitas nasional di aktivitas balap merupakan suatu tanda bahwa terdapat interaksi dan linkage yang linier antara identitas dengan globalisasi. Olahraga otomotif global sebagai indikator dan fenomena globalisasi digunakan sebagai promosi identitas nasional oleh aktor-aktornya. Kendati terdapat asumsi kuat bahwa globalisasi adalah pengaburan identitas asli, kendati ideologi mengenai kebangsaan dan nasionalisme banyak dipertanyakan kesesuaiannya dalam globalisasi yang tak terelakkan, kemampuan identitas nasional memperoleh tempat di olahraga otomotif global menunjukkan adanya signifikansi identitas terhadap globalisasi. Signifikansi tersebut terutama jika dilihat dari sudut pandang aktor olahraga otomotif global. Faktor-faktor lain pendukung signifikansi identitas nasional yakni sifat olahraga otomotif global yang sarat nilai-nilai profesionalisme, finansial, komersial, modernitas, dan global kapitalis a la globalisasi tetapi identitas nasional masih dominan di beberapa aspek. Bahasan topik kemudian mengarah menuju proses olahraga otomotif global dalam membentuk korelasi identitas nasional dengan globalisasi berikut pendekatan, instrumen, dan faktor-faktor yang menjadi penghubungnya.

Global Sport Sponsorship

Global sport sponsorship (GSS) oleh Amis dan Cornwell didefinisikan sebagai investasi korporasi terhadap individu (atlet), event, tim, maupun organisasi olahraga yang didasari ekspektasi mengenai tujuan dan pencapaian (keuntungan) korporasi di berbagai negara. Signifikansi studi GSS diilhami oleh tiga alasan. Yang pertama adalah global capital flow sebagai gambaran target pencapaian korporasi global menunjukkan angka yang signifikan. Pada tahun 2003, korporasi global mengeluarkan biaya sebanyak $30 milliar di seluruh dunia dengan 77% dialokasikan untuk olahraga. Yang kedua, aspek ekonomi, politik, dan sosial turut terkena dampak seiring intensitas sponsor olahraga yang semakin meningkat. Yang ketiga, masyarakat tengah berada dalam tatanan global shift mencakup aspek ekonomi, teknologi, ideologi, sosial, dan geopolitik

(7)

780 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2 yang dalam beberapa kondisi akan berinteraksi dengan peluang-peluang dalam globalisasi, salah satunya termasuk GSS. Robinson mengidentifikasi enam area GSS yakni sponsor event atau acara, sponsor individu, sponsor tim, sponsor kompetisi, sponsor venue (arena, stadion, sirkuit, dsb), dan sponsor skema pengembangan olahraga. Olahraga telah diyakini sebagai nilai global dan kosmopolitan. Namun Preston dan Kerr menyatakan bahwa koneksinya dengan global sponsorship tetap bersifat ―geography still matters‖. Karakteristik lokal dan negara memegang faktor penting dalam kapitalisasi korporasi transnasional. Pemasaran, iklan, dan sponsor didasarkan pada relevansi produk dan korporasi terhadap kultur nasional. Dalam poin ini, sponsor olahraga selain sebagai indikator kesesuaian korporasi dengan karakter nasional, di sisi lain juga menunjukkan bahwa sponsor mampu menyatukan korporasi dengan pasar nasional.

Dari tinjauan brand position dan brand image, instrumen yang menjadi medium transformasi global korporasi dapat dijelaskan dalam image transfer. Korporasi akan mencapai target pasar dan konsumen melalui pencitraan produk serta medium yang mengenalkan produknya secara lebih praktikal. Aliansi strategis mempunyai peranan penting dalam image transfer GSS. Aliansi strategis membuat satu brand dikenal luas di berbagai bidang. Sponsor olahraga tidak selalu berasal dari korporasi dan produk yang mempunyai kaitan dengan olahraga. Akan tetapi, yang terpenting adalah mampu merepresentasikan produk berdasarkan spirit olahraga. Ketika olahraga telah dikenal secara global dan memiliki tingkat popularitas tinggi, sponsor olahraga memperoleh untung dengan brand image dan brand position sesuai dengan karakteristik olahraga yang disponsorinya.

Sporting Nationalism

Sporting nationalism merujuk pada fenomena dalam olahraga dunia yang mampu menjembatani eksistensi perbedaan unsur relasi kekuatan politik dan kultural. Konsep sporting nationalism didasarkan bahwa olahraga berperan dalam mereproduksi implementasi identitas nasional yang relevan. Sporting nationalism menjelaskan bahwa ketika seorang penggemar mendukung tim/atlet yang bukan dari negaranya, maka kemungkinan pertama adalah olahraga tidak berhubungan dengan nasionalisme dan yang kedua penggemar tersebut melayangkan dukungannya tanpa mengurangi dukungan lain terhadap aspek olahraga dan kebangsaan dari negaranya.

Sporting nationalism turut menyoal eksistensi dua atau lebih unsur identitas nasional dalam penyampaian kepentingan yang sama.

(8)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 781

Sporting nationalism mendeskripsikan bahwa olahraga menghasilkan berbagai keuntungan ketika identitas nasional dilibatkan. Manfaat yang dapat diperoleh dari identitas nasional dalam olahraga yakni meningkatkan prestise, menjaga legitimasi, toleransi terhadap berbagai aspek kehidupan lintas batas negara, dan mengejar persaingan internasional dengan jalur damai. Dalam olahraga, bukan hal tabu apabila terdapat lebih dari satu identitas nasional berbaur dan berbagi dengan identitas nasional lain dalam satu momen dan kepentingan yang sama. Dalam sporting nationalism, sisi kebangsaan atlet dan penggemar tidak berkurang ketika ia berada di pihak klub profesional yang berbeda negara. Begitupun sebaliknya, kadar ke-Italia-an sebuah tim profesional asal Italia tidak akan berkurang tatkala misalnya atlet Spanyol yang berada di timnya membentangkan atribut kebangsaan Spanyol. Olahraga merupakan instrumen positif dan konstruktif bagi pemenuhan kepentingan terkait identitas nasional karena setiap atribut identitas nasional dapat saling berada berdampingan.

Teori Fungsi Identitas

Fungsi identitas nasional yaitu 1) identitas nasional merupakan jawaban dari pertanyaan mengenai identitas individu dalam ruang global melalui identifikasi dari kebangsaan; 2) identitas nasional menawarkan renewal dan penghargaan dengan menjadi bagian dari komunitas politik yang bersifat ―super family‖; dan 3) identitas nasional merealisasikan perasaan yang ―fratern‖ khususnya melalui penggunaan simbol-simbol identitas ataupun seremonial.

Dalam mengukur implementasi identitas nasional, indikator-indikator yang dapat dijadikan tolok ukur yaitu 1) kesadaran diri kolektif meliputi pernyataan dan diskusi identitas nasional yang dapat diamati di surat kabar, majalah, televisi, radio, dan pernyataan mengenai ―Who we are?‖ dalam karya fiksi, film, pertunjukan, dan musik; 2) batas-batas yang jelas: persepsi geografi, bahasa, budaya yang dikontestikan dengan pengakuan batas negara; 3) kontinuitas ruang dan waktu: menunjukkan identitas nasional dalam pergaulan lintas batas dan waktu; 4) komunikasi dan interaksi; 5) integrasi dengan dunia; 6) visi jangka pendek maupun panjang: inventualisasi identitas nasional dengan menjauhkan diri dari kontroversi, pertentangan, dan perdebatan; 7) penilaian media, berita, debat, dan komentar; dan 8) tanggung jawab dari setiap aksi, karena menunjukkan posisi dalam penyandangan identitas nasional.

(9)

782 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2

Industri Olahraga Otomotif Global

Industri olahraga otomotif memuat dua terminologi yakni 1) ―motor‖, yaitu merujuk pada konstruktor atau pabrikan yang menyediakan kendaraan ataupun mesin dan 2) ―sport‖, yaitu semua pihak yang berpartisipasi dalam ajang balap terdiri dari tim, sirkuit, sponsor, organisasi, promotor, dan penggemar. Dalam lingkup global, industri olahraga otomotif melibatkan sistem yang kompleks dengan mekanisme shifting network of relationships di antara elemen-elemennya. Elemen-elemen olahraga otomotif global dan relasi industrinya dapat dikonseptualisasi ke dalam chain framework. Chain framework menunjukkan skema dari aktor dan interaksi yang terlibat dalam aktivitas olahraga otomotif global. Skema dan klasifikasi mendeskripsikan relasi-relasi antar aktor yang menentukan aktivitas industri olahraga otomotif global mulai berawal dari event hingga sampai ke penonton dan fans.

Industri olahraga otomotif menunjukkan interdependensi antara semua pihak yang berada di dalamnya. Adapun skema tersebut menyorot paradigma utama dari suatu industri yakni setiap ajang balap ditujukan untuk melakukan ekspansi wilayah pasar yang selaras dengan kapabilitas menghasilkan outcome. Ekspansi dikatakan berhasil jika terbangun pola 1) event mampu menarik tim untuk terlibat; 2) event akan menarik jika memiliki popularitas; 3) popularitas menentukan sponsorship sebagai penjaga kontinuitas event dan tim; 4) perkembangan kompetisi ditentukan oleh keberhasilan konstruktor mengakses teknologi untuk membangun dan konsisten mengembangkan kendaraannya. Interaksi antara event, konstruktor, tim, sponsor, media, dan penggemar menghasilkan outcome dan bersifat vice versa.

F1 modern menunjukkan bahwa F1 merupakan ajang balap terbaik, unik, menguntungkan, dan mempunyai penggemar dalam jumlah banyak di seluruh dunia. Penanda F1 modern adalah pemberlakuan kontrak televisi; sponsor timing Tag Heuer, ban Goodyear; pemberlakuan sponsorship livery di mobil dan wearpack; dan perubahan regulasi dengan tujuan membuat mobil F1 menjadi lebih setara dan kompetitif. Era modern yang dicetuskan pada dekade 1980an tersebut menjadikan F1 sarat dengan nilai profesionalisme. Semenjak saat itu, F1 mulai mengekspansi dunia dengan didukung oleh sponsorship dari perusahaan-perusahaan bertaraf internasional dan global. Pembalap-pembalap terbaiknya semakin dikenal oleh khalayak dan perubahan pada dekade 1980an telah mengilhami F1 sekarang sebagai salah satu brand olahraga otomotif yang paling menarik di dunia.

(10)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 783

F1 merupakan industri olahraga global dengan angka pendapatan dan keuntungan yang menjanjikan. Sejak tahun 2007-08 hingga tahun 2012, data menunjukkan peningkatan keuntungan yang simultan kendati dunia sempat diterpa resesi global. Pendapatan F1 tahun 2008 tercatat sebesar $1,2 milliar, meningkat menjadi $1,5 milliar pada tahun 2011, dan $1,6 milliar pada tahun 2012. Angka-angka tersebut kurang lebih terkumpul sebanyak 33% dari promotor event balap; 33% dari pendapatan hak siar televisi; 17% dari sponsorhip, trackside sponsor, dan series sponsor; dan sisanya bersumber dari korporasi.

Komponen-komponen pendapatan di F1 selain merefleksikan keberhasilan bisnis globalnya, di beberapa aspek turut menunjukkan popularitas yang mengglobal. Pada tahun 2011, F1 dinobatkan sebagai ―the world's most-watched annual sports series‖ setelah di musim 2010 mencatat jumlah penonton televisi sebanyak 527 juta pemirsa di 187 negara selama 19 serinya dan meraup keuntungan $488,9 juta dari hak siar televisi. Keberhasilan F1 di sektor TV broadcast dapat ditinjau dari empat sudut pandang yakni 1) F1 merupakan global motorsport branding sehingga penikmat olahraga otomotif menempatkan F1 sebagai prioritas untuk disaksikan; 2) evolusi regulasi F1 yang terus diupayakan guna membuat balapan menarik dan kompetitif; 3) sponsor meraih untung dengan publikasi dan pencitraan yang menyebar hingga seluruh dunia hingga pada akhirnya memberi timbal balik keuntungan untuk F1; 4) kepentingan-kepentingan lain turut mendapatkan keuntungan seperti mengenalkan negara dengan cara yang baik, meningkatkan jumlah turis asing, dan menunjukkan kapabilitas tentang sporting nations.

F1 dihuni oleh pembalap terbaik, mobil terbaik, tim-tim kompetitif, dan sirkuit-sirkuit internasional di berbagai penjuru dunia. Unsur profesionalisme, prestasi, dan sokongan finansial menjadi bahan pertimbangan utama. Terlihat bahwa dalam musim 2014 ini susunan pembalap, konstruktor, dan power unit bisa terdiri atas asal negara yang berbeda-beda. Tim bersama pembalap, sponsor, dan mesin merupakan pertimbangan serta pilihan terbaik yang tersedia. Data inilah yang juga menjadi salah satu penanda bahwa F1 merupakan event yang telah mengglobal. Contoh kompleks terlihat ketika pada musim 2003-06 dan 2008-09 saat pembalap asal Spanyol, Fernando Alonso membela tim Prancis Renault F1 yang dipimpin seorang Italiano dalam diri Flavio Briatore, sementara mobil Renault diriset dan dirancang di Inggris. Sementara di ajang olahraga balap global lain yakni MotoGP, keberadaan sponsor turut berperan dominan. Sponsor global resmi MotoGP terdiri dari official timekeeper Tissot, official car BMW M3, official MotoGP class tyre Bridgestone, dan official insurance partner Generali. Di samping sponsor global resmi, MotoGP juga terikat kontrak dengan beberapa sponsor pendukung resmi lain yaitu Oakley, Stanley,

(11)

784 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2 DeWalt, Hertz, Alpinestars, Freixenet, Yamaha, Gigawave, Arcese, Magneti Marelli, dan Estrella Galicia. Iklim sponsorship MotoGP didukung beberapa faktor yakni 1) meningkatkan pengakuan terhadap brand di ranah global; 2) faktor siaran televisi yang aksesnya mencakup hampir seluruh negara di dunia; 3) rata-rata menyasar generasi muda antara usia 18-35 tahun; 4) meningkatkan penerimaan dan pencitraan brand sebagai produk yang inovatif, enerjik, dan cepat; 5) visi MotoGP tentang adrenalin dan kompetitivitas, dibuktikan dengan gap yang rapat ketika pembalap bertarung di lintasan; 6) MotoGP diakui sebagai olahraga global; 7) animo penonton di sirkuit yang tinggi dengan capaian hingga berjumlah lebih dari 100.000 penonton di setiap serinya; dan 8) memungkinkan terjadinya brand-to-brand opportunities sebagai representasi dari relasi yang saling menguntungkan dalam sponsorship. Sejak tahun 1998, MotoGP dikelola oleh Dorna Sports. Dorna adalah sebuah perusahaan manajemen olahraga internasional, pemasaran, dan media. MotoGP adalah proyek utama Dorna kendati Dorna juga mengelola ajang balap motor lain yakni Eni World SBK, CEV Repsol, European Championship, Red Bull Rookies Cup, dan Shell Advance Asia Talent Cup. Saat ini, MotoGP telah menjadi olahraga otomotif global lengkap dengan industrinya.

Pada musim 2014, hak siar televisi MotoGP dimiliki oleh berbagai stasiun televisi lokal di 53 negara dengan pertumbuhan penonton siaran televisi yang terus meningkat. Selain hak siar eksklusif di 53 negara, MotoGP juga ditayangkan melalui jaringan televisi berbayar kontinental dengan rincian di Asia oleh Fox Sports Asia; Afrika oleh SuperSport; Timur Tengah oleh Al Jazeera Sports; dan Amerika Latin oleh ESPN Latin, ESPN HD, dan ESPN 2. Melalui hak siar dan jaringan kontinental, MotoGP disaksikan oleh 337 juta pemirsa di 207 negara dan tidak kurang dari 13.000 media di seluruh dunia terlibat dalam satu musim ajang balap.

Sebagaimana di F1, komposisi susunan pembalap dan tim di MotoGP memperlihatkan mengglobalnya jangkauan MotoGP. Pada musim balap 2014, 23 pembalap dari 11 negara, 13 tim dari 7 negara, dan 6 mesin masing-masing 3 dari Jepang dan Italia beradu gengsi dan mempertaruhkan target di 18 seri di berbagai negara dan benua yaitu Losail (Qatar), Austin (Amerika Serikat), Rio Hondo (Argentina), Jerez (Spanyol), Le Mans (Prancis), Mugello (Italia), Catalunya (Spanyol), Assen (Belanda), Sachsenring (Jerman), Indianapolis (Amerika Serikat), Brno (Republik Ceska), Silverstone (Inggris), Misano (San Marino), Aragon (Spanyol), Motegi (Jepang), Philip Island (Australia), Sepang (Malaysia), dan Valencia (Spanyol).

(12)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 785 Fenomena Identitas Nasional dalam Olahraga Otomotif Global

Olahraga otomotif global mempunyai arti olahraga lintas batas dan tidak mewakili kepentingan apapun selain kompetisi dan industri. Meskipun aktor-aktor lintas negara turut terlibat, olahraga otomotif global bukanlah merupakan sebuah kompetisi internasional dikarenakan secara regulasi, kompetisi tidak membawa nama negara. Dalam olahraga balap tingkat dunia sempat dikenal kompetisi A1GP yang bergulir dari tahun 2005-08. Berbeda dengan F1 ataupun MotoGP, A1GP pada dasarnya bukan termasuk olahraga otomotif global karena kompetisi melibatkan antar negara dengan slogannya yaitu ―The World Cup of Motorsports.‖ Meskipun demikian, kendati merupakan olahraga global dan secara teknis tidak membawa kepentingan negara seperti halnya A1GP, kompetisi-kompetisi balap global semisal F1 dan MotoGP ternyata turut memuat aspek-aspek identitas yang dapat diamati di hampir setiap gelaran balapnya. Dalam level tertinggi olahraga otomotif pula, kemenangan merupakan indikator kesuksesan dalam kapabilitas teknologi dan nation pride.

Sebelum sponsor komersial diperkenalkan di F1 pada tahun 1968, desain mobil F1 dibedakan dengan warna nasional. Aturan ini mengacu dari kompetisi balap roda empat di awal abad 20 bernama Gordon Bennett Cup (GBC). GBC menyajikan kompetisi yang melibatkan lima negara dengan warna khusus masing-masing untuk memudahkan identifikasi perbedaan dari tiap mobil dan peserta. Italia diputuskan menggunakan warna merah, Prancis biru, Inggris hijau, Jerman putih, dan Belgia dengan warna kuning. GBC yang selanjutnya menjadi F1 terus menggunakan aturan ini hingga livery sponsor mulai dipakai. Fenomena unik mengenai sisi ―nation‖ di F1 turut terekam dari munculnya pembalap baru dari negara yang melahirkan pembalap juara dunia. prestasi Fernando Alonso sebagai juara dunia musim 2005-06 berkontribusi besar meningkatkan secara pesat popularitas F1 di Spanyol, negara yang sebelumnya lebih akrab dengan ajang balap roda dua. Sementara sukses besar Michael Schumacher berperan mentransformasi F1 di Jerman menjadi majority interest sport. Tim Force India merupakan salah satu contoh jelas bagaimana ide identitas nasional bisa terpampang jelas di ajang global yang penuh mekanisme bisnis dan industri. Force India mempunyai tujuan ideal mengorbitkan nama India di Formula 1 dengan tujuan jangka panjang lebih mengenalkan nama India di tingkat global. Identitas nasional di F1 terdongkrak pula oleh peran sponsor. Sponsor yang sebenarnya merupakan korporasi seringkali memanfaatkan momentum untuk menunjukkan identitas dari mana sponsor tersebut berasal. Di musim balap 2012 dan 2013, Venezuela merupakan nama yang akrab bagi

(13)

786 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2 penonton F1 karena desain grafis ―Venezuela‖ terpampang dengan jelas di mobil tim Williams F1.

Helm para pembalap F1 turut dimanfaatkan sebagai ruang untuk menuangkan dan menyatakan self-awareness-nya terhadap identitas nasional yang disandang. Sejak perkembangan desain helm dan mobil F1 mulai berkembang pada dekade 1990an, banyak pembalap menunjukkan bendera nasional di helm masing-masing. Dari sudut pandang penonton, desain bendera nasional yang ditempatkan di helm mempermudah identifikasi pembalap. Perwujudan identitas nasional masih berlanjut walaupun balapan telah usai. Victory lap dan podium dimanfaatkan di hampir setiap balapan untuk mengibarkan bendera nasional. Pembalap, tim, dan tak terkecuali penggemar menunjukkan bahwa masing-masing mempunyai sesuatu untuk dirayakan dan perayaan dengan bendera nasional menunjukkan bahwa masing-masing ingin dikenal sebagai warga yang memiliki keterikatan terhadap sebuah komunitas bernama negara.

Di ajang MotoGP, pemandangan berupa simbol-simbol identitas negara hampir selalu tersaji di hampir setiap gelaran serinya. Melihat beberapa sirkuit yang menjadi penyelenggara, tanpa melihat jalannya balap pun gambaran mengenai identitas nasional telah terlihat. Di beberapa sirkuit, tarmac dan kerb (bagian pembatas lintasan dengan gravel trap dan run-off area) didesain dengan warna menyerupai bendera nasionalnya.

Beberapa pembalap dan tim turut menunjukkan identitas nasionalnya melalui penampilan di sirkuit. Helm dan wearpack para pembalap memuat desain karakter pembalap yang sebagian berupa pesan identitas nasional. Desain helm yang unik dari para pembalap merupakan salah satu elemen esensial di MotoGP. Utamanya bagi penggemar dan media, karakter yang dituangkan dalam desain helm berguna bagi kemudahan identifikasi pembalap. Personalisasi dan desain dapat merefleksikan karakter, maskot, dan warna atau identitas nasional untuk disampakan kepada penggemar, orang-orang terdekat, maupun rival. Seperti halnya helm, desain wearpack merupakan kombinasi dari corak tim, logo sponsor, nomor pembalap, karakter personal, dan motif identitas nasional. Desain helm dan wearpack yang distingtif membantu penonton dan penggemar untuk mengetahui pembalap yang disorot dengan mudah serta dalam waktu singkat.

Di samping memperlihatkan atribut nasionalnya di lintasan, identitas nasional pembalap dapat diketahui dari pernyataan dari sang pembalap langsung. Salah satunya yakni transkrip wawancara yang dimuat dalam Crash.net mengenai sisi kebangsaan Aleix Espargaro. Dalam jawaban mengenai identitas yang lebih dipilih antara Katalan dan Spanyol,

(14)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 787

Espargaro tidak keberatan menyandang dua identitas yang berbeda yakni Katalan dan Spanyol karena Espargaro merasa memiliki keduanya.

Korelasi Sponsor Olahraga terhadap Identitas Nasional dalam Industri Olahraga Otomotif Global

Keberadaan sponsor merupakan salah satu penanda paling menonjol dalam olahraga otomotif global. Pemandangan yang selalu disaksikan di setiap ajang balap global adalah sponsor baik nama, logo, maupun gambar yang berkaitan dengan sponsor. Selain sponsor sebagai penyokong operasional ajang, tim, pembalap, dan aktor-aktor terkait di dalamnya, setiap aktivitas di ajang balap juga didedikasikan untuk kepentingan sponsor sebagai timbal balik atas dukungannya.

Dari F1, sponsor dapat dilihat di hampir setiap sorotan mata dalam setiap penyelenggaraan serinya. Selain tentunya terlihat jelas di kendaraan kala balapan dihelat, sponsor juga dapat ditemui kendati race tidak sedang berlangsung yakni terlihat melalui outfit yang dikenakan pembalap dan timnya serta berbagai kegiatan promosional. Bagi sponsor, menjadi sponsor di F1 berdampak positif salah satunya melalui peluang menggunakan suatu tim atau pembalap yang disponsorinya untuk menjadi duta produk dan perusahaan. Tim dan pembalap sebagai ikon perusahaan ditujukan untuk membentuk image dan positioning perusahaan dan brand yang sesuai dengan spirit F1. Terlebih, fungsi image dan positioning turut didukung oleh ekspos dari media global seiring popularitas aktor dan ajang balap itu sendiri. Lazimnya, sponsor F1 merupakan perusahaan yang menjadikan F1 sebagai instrumen pendongkrak popularitas korporasi dengan tujuan bisnis. Namun fenomena yang terjadi, tidak sedikit sponsor yang berusaha meletakkan sisi-sisi kebangsaan.

Slot grid F1 tidak hanya dimiliki oleh pembalap yang mengandalkan talenta murni semata. Peran sponsor yang amat penting bagi tim dalam mengikuti F1 membuat faktor dukungan dana begitu berpengaruh dalam keterlibatan seorang pembalap F1. Sebaliknya, sponsor juga berperan krusial bagi pembalap yang secara skill dinilai cukup kompetitif untuk berada di F1, mengingat keberadaan pembalap di F1 sangat lazim mengandalkan back up dana dari sponsor. Pembalap yang berlaga di F1 dengan membawa sponsor besar bagi tim yang dinaunginya seringkali disebut dengan istilah pay driver. Pay driver dapat berada di F1 karena faktor dana yang dibawanya kepada tim kendati soal talenta, banyak pay driver mampu membuktikan pantas berada di level F1. Sisi lain yang menarik dari pay driver, selain membeli salah satu slot kursi pembalap, pay driver bisa berada di F1 justru merefleksikan bahwa pay driver

(15)

788 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2 adalah pembalap yang mampu merepresentasikan negaranya dan digunakan oleh tim untuk mengekspansi pasar nasional dari negara sang pembalap. Jika melihat daftar pembalap di grid F1, nationalistic pay driver memang bermanfaat untuk memasarkan F1 ke berbagai negara. Aspek kebangsaan turut didukung oleh kemunculan global new emerging market.

F1 mempengaruhi teritori nasionalistis yang indikatornya jelas terlihat dalam sponsorship para pembalap dan timnya. Eksistensi pay driver dalam F1 telah menunjukkan keterkaitan antara olahraga dan negara walaupun dapat pula dikatakan terjadi secara tidak langsung. Relasinya, F1 menjelma menjadi olahraga dengan kebutuhan kekuatan finansial yang begitu mumpuni. Pembalap dengan talenta memadai dan secara otomatis dipertimbangkan oleh tim F1 belum tentu pada akhirnya akan dipekerjakan mengingat terdapat pilihan lain yakni reasonably pay driver. Tren pay driver muncul dan didukung oleh sponsor yang mengatasnamakan tidak hanya korporasi tetapi sekaligus negara.

Seperti lazimnya ajang olahraga global, keberadaan dan kontinuitas sponsor berperan krusial di MotoGP. Kontribusi besar sponsor telah tertuang dalam rilis resmi di situsnya. Sponsor memegang peranan kunci dalam menyokong aktivitas balap dan tim-tim di dalamnya. Sponsor memberi suntikan finansial untuk meriset dan membangun kendaraan; menggaji pembalap dan kru; kelangsungan pendanaan untuk mengikuti seluruh rangkaian seri; dan biaya administratif tim. Bagi sponsor, ajang MotoGP memberi dampak popularitas melalui ekspos di media global dan asosiasi korporasi dengan sebuah ajang olahraga yang bergengsi, glamor, dan populer. Sponsor memperoleh timbal balik berupa peningkatan promosi, identitas, brand image, dan pemasaran baik regional maupun global. Kontribusi sponsor diapresiasi melalui aturan penamaan tim yang disebut the official race titles of teams. Nama resmi tim tersusun dari 1) nama pabrikan atau mesin; 2) nama tim; dan/atau 3) nama sponsor utama.

Ekspansi MotoGP dilakukan di luar wilayah Eropa. Sejak musim 1999, MotoGP setidaknya dihelat minimal sebanyak enam seri di luar Eropa setiap musimnya dan pada musim 2013 dan 2014, seri di luar Eropa bertambah menjadi tujuh seri. Oleh Presiden Dorna, Carmelo Ezpeleta, ekspansi pasar MotoGP terutama ke pasar Asia dan Amerika Selatan memang perlu untuk dilakukan guna menghindari dampak dominasi Spanyol dalam kejuaraan. Ezpeleta menekankan pentingnya pengurangan kalender Spanyol di MotoGP yang pada musim 2013 sudah memiliki empat seri. Pelebaran pasar akan difokuskan ke Amerika Serikat, Asia, dan Amerika Selatan. Untuk musim 2015, seri di luar Eropa dicanangkan bertambah satu seri lagi dengan sirkuit Autódromo Internacional Nelson Piquet di Brasil sebagai tuan rumah. Sementara

(16)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 789

untuk pasar Asia, Thailand dan Indonesia mempunyai potensi tinggi kendati hingga saat ini belum ada sirkuit di kedua negara yang layak memenuhi inspeksi FIM terutama untuk standar keamanan sirkuit. Perluasan pasar MotoGP dipandang oleh banyak pihak di dalamnya semakin perlu mengingat kendati selama ini telah diupayakan, tetapi nyatanya dominasi Spanyol masih begitu kentara. Pada musim 2013, 17 dari 18 seri yang digelar semuanya dimenangkan oleh pembalap-pembalap asal Spanyol dan 1 seri tersisa menjadi milik seorang Italiano. Dominasi Spanyol di kejuaraan tidak hanya berimbas pada tidak meratanya distribusi selebrasi podium kemenangan berdasarkan negara asal para pembalap, tetapi diyakini turut berdampak pada sempat lesunya sponsor untuk sebuah tim MotoGP. Program ekspansi di luar Eropa dan khususnya Spanyol juga ditempuh melalui pembibitan pembalap. Inisiatif ditempuh untuk menjadikan MotoGP sebagai balapan yang semakin mengglobal dan semakin banyak negara yang tertarik untuk terlibat. Di beberapa seri turut digelar ajang penjenjangan yakni Red Bull MotoGP Rookies Cup dan Shell Advance Asia Talent Cup. Perluasan pasar ini selain untuk menampung pembalap dari lebih banyak kawasan, juga sebagai strategi menopang popularitas dan industri MotoGP sendiri melalui sponsor-sponsor yang lebih potensial di wilayah yang potensial pula.

Selain peran yang dijalankan oleh aktor-aktor yang terlibat langsung di dalam industrinya, pemerintah dari beberapa negara nyata-nyata menyatakan langsung minat dan dukungan untuk mengorbitkan negara yang bersangkutan ke dalam kancah olahraga otomotif global. Malaysia adalah salah satu negara yang berkomitmen mengorbitkan nama negara melalui ajang MotoGP. Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak menyoroti kesuksesan Malaysia dalam menggelar ajang MotoGP di sirkuit Sepang dan menempatkan banyak wakil pembalapnya. Kinerja dan kontribusi pemerintah Malaysia sebagai penyelenggara serta peran penting sponsor lokal seperti Petronas dan Air Asia yang konsisten mendukung wakil Malaysia sejauh ini menjadi poin utama. Selain pernah dan sedang memiliki wakil pembalap baik di F1, Moto2, ataupun GP2, Malaysia juga mempunyai Full-Fledged Team yakni tim Caterham Racing.

Sementara Hungaria melalui surat kabar resmi pemerintah, Magyar Kozloni mengumumkan bahwa pemerintah menjanjikan gelontoran dana sebesar 74,7 juta Euro dari anggaran negara untuk mendukung agenda penyelenggaraan MotoGP secara bertahap dari tahun 2010 hingga 2019. Sebagai langkah awal, pemerintah menjamin dana pinjaman sebesar 15,3 milyar Forint Hungaria—mata uang Hungaria— melalui bank negara, Hungaria Development Bank (MFB) kepada Savoly

(17)

790 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2 Motorcentrum Fejlesto sebagai pihak yang dipercaya membangun sirkuit Balatonring untuk nantinya dipakai menyelenggarakan balapan. Pada 28 September 2008, Singapura tercatat sebagai negara pertama yang menyelenggarakan balapan malam dalam kalender F1, sekaligus negara Asia pertama yang mempunyai balap di sirkuit jalanan. Singapura hadir di F1 dengan dukungan dari pemerintah dari aspek finansial dan promotor. Untuk mengikat kontrak selama empat musim, Singapura memerlukan dana sebesar $150 juta. Singapore Telecommunications atau lebih dikenal dengan SingTel menjadi event title dari Formula 1 SingTel Singapore Grand Prix. Agenda resmi pemerintah yang beriringan dengan ajang F1 di sirkuit jalanan Marina Bay tersebut adalah agenda turisme. Singapore Tourism Board (STB) mencanangkan peningkatan aktivitas pariwisata melalui F1. Program tersebut juga ditunjang dengan fakta bahwa pada musim pertamanya sebagai negara penyelenggara, Singapura meraup sekitar 300.000 penonton di sirkuit dan 100 juta pemirsa televisi di seluruh dunia.

Kesimpulan

Olahraga otomotif global menjadi fenomena yang relevan dalam bahasan korelasi identitas nasional terhadap globalisasi karena olahraga otomotif global mempunyai karakteristik globalisasi yang kentara, dibuktikan dengan industri yang mengglobal, keberadaan sponsor global, tayangan dan berita yang diakses di seluruh dunia, serta teknologi tinggi dalam setiap detailnya. Di lain sisi, hubungan globalisasi dengan identitas nasional justru menunjukkan pola yang linier di antaranya hirau terhadap regulasi-regulasi pendukung eksistensi identitas nasional dalam ajang balap, sponsor perusahaan lokal, dan keterlibatan langsung pemerintah dalam agenda global sport map. Olahraga otomotif global memiliki karakteristik memanfaatkan instrumen globalisasi sebagai pendekatan strategis. Berdasarkan mekanisme dan network chain seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan industri olahraga otomotif global, olahraga otomotif global setidaknya memuat tiga pola utama sebagai penghubung antara identitas dengan globalisasi. Yang pertama, GSS olahraga otomotif global memuat kepentingan korporasi dan kebangsaan. Image transfer melibatkan baik korporasi maupun kebangsaan dan efeknya, pembahasan apapun mengenai suatu unsur ―nation‖ akan secara otomatis meningkat pula dengan didukung TV broadcasting, penyebutan setiap unsur ―nation‖ tersebut oleh komentator siaran langsung, dan artikel-artikel di media global yang mencantumkan unsur ―nation‖ yang dimaksud.

(18)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 791

Pola kedua dapat dilihat dari olahraga otomotif global sebagai industri globalisasi. Keberadaan siaran televisi global, global media coverage, ekspansi pasar, dan antusiasme penggemar menjadi faktor-faktor dalam memunculkan korelasi bahwasanya terdapat kebutuhan akan kemudahan identifikasi terhadap setiap aksi yang disorot dalam aktivitas balap. Referensi kemudahan identifikasi ini adalah melalui identitas nasional sebagaimana dijabarkan mempunyai peranan penting bagi identifikasi karakter pembalap, tim, dan papan sponsor agar mudah dikenal serta dapat diketahui secara cepat.

GSS dan industri globalisasi olahraga otomotif global menjadi pendorong bagi pola ketiga yakni adanya dukungan pemerintah terhadap berbagai aktivitas balap baik pembalap, tim, maupun event. Telah disebutkan bahwa beberapa negara yakni Malaysia, Hungaria, dan Singapura berkomitmen untuk mendukung partisipasi negara dalam event olahraga otomotif global sebagai upaya pencitraan positif dan perwujudan kompetitivitas serta kebanggaan negara. Di samping dukungan langsung pemerintah, dukungan atas nama negara ditempuh pula oleh agensi negara.

Identitas terbukti masih signifikan dalam globalisasi, alih-alih terkaburkan layaknya asumsi Holton baik dalam tesis homogenisasi, polarisasi, maupun hibridisasi. Identitas nasional sebagai bagian dari kultur terbukti mampu eksis melalui globalisasi sebagai pendekatan dan instrumen strategis. Globalisasi mampu menjadi pendekatan dan instrumen strategis dalam penyampaian pesan identitas nasional melalui korelasi dan linkage antara ekspansi pasar; komunikasi dan komunitas tanpa batas; masyarakat jaringan; perkembangan tatanan ekonomi; mobilitas yang tinggi; dan akses teknologi canggih yang ditawarkan globalisasi dengan kepentingan negara berikut unsur kebangsaan, didukung oleh prinsip-prinsip dalam konsep sporting nationalism dan teori-teori identitas. Kepentingan negara yang dimaksud adalah kepentingan negara ataupun suatu unsur kebangsaan untuk diakui dalam kancah global. Pengakuan atas prestasi, penyerapan ilmu, kemajuan teknologi, kemampuan finansial, dan modernitas global dari suatu negara terdapat dalam pola-pola fenomena olahraga otomotif global. Pola-pola tersebut dapat diketahui dari keterlibatan pemerintah negara dan dari para aktor olahraga balap (pembalap, tim, dan konstruktor). Studi kasus identitas nasional dan globalisasi dalam olahraga otomotif global terbukti mampu menunjukkan korelasi antara identitas nasional dengan globalisasi pada pendulum baru. Pendulum mengetengahkan globalisasi dalam sponsor dan jaringan publikasi global pendongkrak popularitas meliputi siaran televisi serta cakupan media global sebagai pendekatan strategis dalam menyiasati globalisasi.

(19)

792 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2

Daftar Pustaka Buku

Amis, John M. dan T. Bettina Cornwell. Global Sport Sponsorship. New York: Berg, Oxford, 2005.

Bairner, Alan. Sport, Nationalism, and Globalization. New York: State University of New York, 2001.

Bostock, William W., dan Gregg W. Smith. On Measuring National

Identity, dalam Social Science Paper Publisher vol. 4 no. 1. Hobart:

University of Tasmania, 2001.

Hargreaves, J. Olympism and Nationalism: Some Preliminary

Consideration, dalam International Review for the Sociology of

Sport, 1992.

Henry, Nick, Tim Angus, Mark Jenkins, dan Chris Aylett. Motorsport

Going Global: The Challenges Facing the World’s Motorsport Industry. New York: Palgrave Macmillan, 2007.

Holton, Robert J. Globalization and The Nation State. Basingstoke, United Kingdom: Macmillan, 1998.

_____ Globalization’s Cultural Consequences:Dimension of Globalization, dalam Annals of the American Academy of Political

and Social Science, Vol 570. JSTOR: SAGE Publications, 2000. Noble, Jonathan dan Mark Hughes. Formula One Racing for Dummies.

Chichester: Wiley Publishing Inc., 2004.

Smith, Anthony. Nationalism and Modernism. London: Routledge, 1998.

Turow, Joseph. Media Today: An Introduction to Mass

Communication, 2011.

Young, Mitchell, Eric Zuelow, dan Andreas Sturm. Nationalism in a

Global Era. London & New York: Routledge, 2007.

Artikel Online:

Emmett, David. ―Carmelo Ezpeleta Speaks To Reuters: On Races In Brazil And Asia, And On Spanish Riders In MotoGP.‖ http://motomatters.com/news/2013/05/15/carmelo_ezpeleta_spea ks_to_reuters_on_ra.html (15 Mei 2013).

Horton, Phillip. ―The nationalistic side of Formula One.‖ http://www.f1zone.net/news/the-nationalistic-side-of-formula-one/12381/ (18 Februari 2012).

Kim, Lim Swie. ―Formula One race in Singapore.‖ http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_1392_2009-11-19.html (19 November 2011).

Knight, Matthew dan Inez Torre. ―F1 perfects formula for financial success.‖ http://edition.cnn.com/2013/07/30/sport/motorsport/f1-money-billion-dollar-business/ (31 Juli 2013).

(20)

Jurnal Analisis HI, Agustus 2014 793

McLay, Cameron. ―Globalisation and Commercialisation of Formula 1.‖

http://prezi.com/tqc1wuqa1fbt/globalisation-and-commercialisation-of-formula-1/ [Prezi].

Northeast, Philip. ―European Renaissance in MotoGP.‖ https://suite.io/philip-northeast/dp821k (26 September 2007). Sylt, Christian. ―How Ecclestone turned Formula One into the world's

most watched series.‖

http://www.autoweek.com/article/20130328/f1/130329801 (28 Maret 2013).

Tan, Paul. ―A1GP: a brief hostory and how it works.‖ http://paultan.org/2008/11/24/a1-gp-a-brief-history-and-how-it-works/ (24 November 2008).

―MotoGP Q&A - Aleix Espargaro.‖ Crash.net.

http://www.crash.net/motogp/interview/201222/1/exclusive-aleix-espargaro-qa.html (diakses 23 April 2014).

―PODIUMS – the victory platform.‖ Ezine Mark.

http://driver.ezinemark.com/podiums-the-victory-platform-7d2faf159b72.html (diakses 12 Maret 2014).

Berita Online:

―Hungarian Government Grants EUR 75 Million to Support MotoGP Races Until 2019 – MTI-ECONEWS.‖ InvestHungary.com. http://www.investhungary.com/2009-10/hungarian-government- grants-eur-75-million-support-motogp-races-until-2019-mti-econews/index.htm (28 Oktorber 2009).

―Malaysian PM Reiterates Government Commitment in MotoGP.‖

Sepang International Circuit.

http://www.sepangcircuit.com/News-

@-MALAYSIAN_PM_REITERATES_GOVERNMENT_COMMITMEN T_IN_MOTOGP.aspx (diakses 23 April 2014).

―Pastor Maldonado defends F1 funding from Venezuela.‖ The Guardian.

http://www.theguardian.com/sport/2012/may/17/pastor-maldonado-f1-venezuela (diakses 12 Maret 2014).

Situs Resmi:

―Calendar.‖ MotoGP. http://www.motogp.com/en/calendar+circuits/ (diakses 19 Maret 2014).

―MotoGP Basics – Helmets.‖ MotoGP.

http://www.motogp.com/en/MotoGP+Basics/helmets (diakses 23 April 2014).

―MotoGP Basics – Leathers.‖ MotoGP.

http://www.motogp.com/en/MotoGP+Basics/leathers (diakses 23 April 2014).

(21)

794 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2

―MotoGP Basics – Media Coverage.‖ MotoGP.

http://www.motogp.com/en/MotoGP+Basics/media_coverage (diakses 23 April 2014).

―MotoGP Basics – Teams & Manufacturers.‖ MotoGP.

http://www.motogp.com/en/MotoGP+Basics/teams_manufacturers (diakses 23 April 2014).

―Official sponsor.‖ Dorna.

http://www.dorna.com/dornacontents_official_sponsor.html (diakses 15 Maret 2014).

―The Company.‖ Dorna.

http://www.dorna.com/dorna_thecompany.html (diakses 15 Maret 2014).

―The F1® brand - a powerful symbol of excellence.‖ Formula 1. http://www.formula1.com/inside_f1/f1brand.html (diakses 14 Maret 2014).

―TV content and productions.‖ Dorna.

http://www.dorna.com/dornacontents_tvproduction.html (diakses 15 Maret 2014).

―Who We Are – The Growing Force.‖ Sahara Force India. http://www.forceindiaf1.com/who-we-are (diakses 12 Maret 2014).

―2014 Calendar.‖ MotoGP.

http://www.motogp.com/en/calendar+circuits (diakses 13 Maret 2014).

Sumber-Sumber Lain:

Shcick, Susanna. ―US Sponsorship Opportunities for MotoGP.‖ (MBA, 2009) [ppt].

Referensi

Dokumen terkait

Secara umumnya hasil asesmen terhadap kemampuan anak diketahui bahwa: gerak senso-motorik anak tidak mengalami masalah: anak bisa menggunting kertas, melem

Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi atensi atau perhatian responden dalam menonton tutorial hijab modern Dian Pelangi di Youtube dalam sekali menonton maka

Menurut McClelland (Wijono, 2012) terdapat tiga dimensi motivasi yakni: a) Motif kekuasaan (memberikan peran penting dalam meningkatkan sebuah organisasi). Motif kekuasaan

▪ Melakukan pengkodean program dalam bahasa PHP dan Java untuk membangun aplikasi berbasis web dan aplikasi daemon service ▪ Melakukan instalasi dan konfigurasi server

Jadi kesimpulannya adalah para akun- tan publik (auditor) yang bekerja di kantor akuntan publik “Big Four” di Indonesia telah memenuhi tanggung jawab

atau tidak berbuat, bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati. Perbuatan tersebut menimbulkan kerugian. Kerugian yang diderita seseorang secara garis

Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara) h.. عوضوملا رايتخا بابسأ عوضولدا اذى ةثحابلا تراتخا دقل " و ةيبرعلا ةغللا

Hasil penelitian menunjukkan bahwa imunositokimia metode SBPC mampu mendeteksi DEN3 di semua stadium metamorfose Aedes aegypti dengan nilai TIR stadium telur