• Tidak ada hasil yang ditemukan

TECHNOLOGIC, VOLUME 12, NOMOR 1 Politeknik Manufaktur Astra POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TECHNOLOGIC, VOLUME 12, NOMOR 1 Politeknik Manufaktur Astra POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

p-ISSN 2085-8507

e-ISSN 2722-3280

TECHNOLOGIC

VOLUME 12 NOMOR 1 | JUNI 2021

POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II Jakarta Utara 14330

Telp. 021 651 9555, Fax. 021 651 9821

www.polman.astra.ac.id

(2)

i

DEWAN REDAKSI

Technologic

Ketua Editor:

Dr. Setia Abikusna, S.T., M.T.

Dewan Editor:

Lin Prasetyani, S.T., M.T.

Rida Indah Fariani, S.Si., M.T.I

Yohanes Tri Joko Wibowo, S.T., M.T.

Mitra Bestari:

Abdi Suryadinata Telaga, Ph.D.

(Politeknik Manufaktur Astra)

Dr. Eng. Agung Premono, S.T., M.T. (Universitas Negeri Jakarta)

Harki Apri Yanto, Ph.D.

(Politeknik Manufaktur Astra)

Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, IPM

(Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)

Dr. Sirajuddin, S.T., M.T.

(Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Dr. Eng. Syahril Ardi, S.T., M.T.

(Politeknik Manufaktur Astra)

Dr. Eng. Tresna Dewi, S.T., M.Eng

(Politeknik Negeri Sriwijaya)

Administrasi:

Asri Aisyah, A.md.

Kristina Hutajulu, A.md.

Kantor Editor:

Politeknik Manufaktur Astra

Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II Jakarta Utara 14330

Telp. 021 651 9555, Fax. 021 651 9821

www.polman.astra.ac.id

(3)

ii

EDITORIAL

Pembaca yang budiman,

Puji syukur kita dapat berjumpa kembali dengan Technologic Volume 12 No. 1, Edisi

Juni 2021.

Pembaca, Jurnal Technologic Edisi Juni 2021 kali ini berisi 10 manuskrip.

Atas nama Redaksi dan Editor, di tengah pandemi covid-19 yang masih belum usai, kami

do’akan semoga dalam keadaan sehat selalu, tetap menjaga Protokol Kesehatan, dan

kami haturkan terima kasih atas kepercayaan para peneliti dan pembaca, serta selamat

menikmati dan mengambil manfaat dari terbitan Jurnal Technologic kali ini.

(4)

iii

DAFTAR ISI

PENGARUH TEMPERATUR PREHEAT TERHADAP DISTORSI DAN STRUKTUR MIKRO

SAMBUNGAN LAS TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON ASTM A36 DAN BAJA TAHAN KARAT

AUSTENITIK AISI 304 MENGGUNAKAN GMAW

1

Danny Wicaksono, Mochammad Noer Ilman

MODIFIKASI SISTEM KONTROL PROSES PRODUKSI PADA MESIN CBC GRAFIR DAN MESIN

AUTOLOADER BERBASIS PLC CJ1M

7

Lin Prasetyani, Rizqi Iman Yulianto

PENGEMBANGAN MODUL DAN ALAT PERAGA UNTUK MENGHILANGKAN VARIASI PROSES

PRAKTIK PADA MATA KULIAH PPM DI LABORATORIUM ERGONOMI POLMAN ASTRA

13

Heri Sudarmaji , Anisa Budiarti

MENURUNKAN LEAD TIME SERVICE BERKALA KELIPATAN 40.000 KM DENGAN MENURUNKAN

WAKTU PROSES PENGGANTIAN OLI TRANSMISI MANUAL DAN OLI DIFFERENTIAL

MENGGUNAKAN SST DI AUTO 2000 ABC

18

Setia Abikusna, Teguh Triantoro

MENAIKKAN PERFORMA UNIT BULLDOZER D155-6R DENGAN PERBAIKAN SISTEM

MAINTENANCE DI DISTRIK SANGATA KALIMANTAN TIMUR

23

Vuko A.T Manurung, Yohanes Trijoko, Laurentius Nandy K

MENINGKATKAN EFISIENSI MAN POWER LINE MACHINING AXLE SHAFT A MENGGUNAKAN

METODE PENYEIMBANGAN BEBAN KERJA OPERATOR DI PT INTI GANDA PERDANA

27

Nensi Yuselin, Hasbianto

PENGEMBANGAN DESAIN KONSTRUKSI MOLD MODULE BOX COVER DI POLITEKNIK

MANUFAKTUR ASTRA

33

Fitri Yuni Astuti, Eko Ari Wibowo

RANCANG BANGUN PORTAL WEB PELAPORAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

MELALUI PENDEKATAN BUSINESS PROCESS IMPROVEMENT (BPI) DAN PURWARUPA (STUDI

KASUS PT PAMAPERSADA NUSANTARA)

39

Nindy Okta Novianti, Aisyah Milania, Suhendra

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI TOKO BAJU SHIENA WEAR

45

Riesta Pinky Nurul Arifah, Rifqih Syahrial Anwar, Arie Kusumawati dan Indah Cyithia Devi

PERANCANGAN AUTOMATIC GUIDED VEHICLE (AGV) UNTUK MENUNJANG PROSES

PEMBELAJARAN DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

51

(5)

33

PENGEMBANGAN DESAIN KONSTRUKSI MOLD MODULE BOX

COVER DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

Fitri Yuni Astuti

1

, Eko Ari Wibowo

2

1,2. Pembuatan Peralatan Perkakas Produksi, Polman Astra, Jakarta Utara, 14330, Indonesia E-mail: [email protected], [email protected] 2

Abstrak-- Mold atau cetakan adalah perkakas yang digunakan untuk mencetak produk plastik. Cara

kerjanya yaitu dengan memasang mold pada mesin plastic injection lalu mesin melakukan proses injeksi untuk memasukkan material plastik cair ke dalam mold. Dalam mold tersebut terdapat bentuk yang sesuai dengan bentuk produk yang akan dibuat. Sebelum menjadi mold yang dapat digunakan, tentunya ada proses perancangan dan pembuatan mold itu sendiri. Mold yang akan diproduksi di Politeknik Manufaktur Astra ini merupakan mold produk module box cover yang memanfaatkan konstruksi mold yang sudah ada. Pada saat memasuki tahap pembuatan mold ditemukan ketidaksesuaian antara desain konstruksi cetakan dengan

standard mold base. Setalah dilakukan pengamatan, hal yang dapat terjadi karena ketidaksesuaian pemilihan layout produk, sehingga perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu, dilakukan perancangan konstuksi mold Module Box Cover dengan memodifikasi desain konstruksi cetakan yang sudah ada. Modifikasi ini dilakukan

dengan me-review dan memperbaiki beberapa rancangan/desain pada mold module box cover, seperti layout

produk, shrinkage, parting line, kontur core dan cavity, ejector hole, cooling system, dan feed system. Setelah

desain konstruksi mold module box cover dibuat, desain tersebut dapat diterapkan pada standard mold base yang ada dan dilanjutkan ke tahap machining.

Kata Kunci: Module box cover, mold module box cover, layout produk

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada projek mold plastic injection ini akan dilakukan proses machining untuk pembuatan mold

module box cover dengan menggunakan desain dan mold base two plate yang telah tersedia. Namun

berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, ditemukan ketidaksesuaian antara desain konstruksi cetakan dengan standard mold base. Sehingga desain tidak dapat diterapkan pada mold base yang ada. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibahas perancangan konstruksi mold module box cover dengan memodifikasi desain konstruksi cetakan yang sudah ada. Terdapat beberapa perbedaan komponen

mold base yang ada dengan desain (standard mold base).

Gambar 1. Standard mold base

• Core

Datum pada gambar 2 dan 3 ditandai dengan arah panah berwarna kuning. Kedua gambar di bawah memperlihatkan adanya ketidaksesuaian, yaitu lubang eye bolt pada desain core terletak di area untuk lubang cooling, serta tidak adanya lubang return pin pada desain.

Gambar 2. Core pada mold base

Gambar 3. Desain core

Alasan dilakukan pemilihan layout dikarenakan adanya ketidaksesuaian posisi lubang eye bolt pada desain dapat menyulitkan saat handling dan dapat mengakibatkan posisi mold terbalik ketika dipasangkan pada mesin plastik injeksi. Kemudian

Area untuk lubang cooling Lubang eye bolt

Lubang return pin

Lubang cooling

Lubang eye bolt Tidak ada lubang

(6)

34

apabila desain tersebut diaplikasikan pada mold base, lubang return pin akan bertabrakan dengan layout

insert core, sehingga akan mempengaruhi bentuk dari insert core itu sendiri.

• Cavity

Datum pada gambar 4 dan 5 ditandai dengan arah panah berwarna kuning. Kedua gambar di bawah memperlihatkan adanya ketidaksesuaian lubang eye

bolt pada desain cavity yang terletak di area untuk

lubang cooling.

Gambar 4. Cavity pada mold base

Gambar 5. Cavity pada mold base

Ketidaksesuaian posisi lubang eye bolt pada desain dapat menyulitkan saat handling dan dapat mengakibatkan posisi mold terbalik ketika dipasangkan pada mesin plastik injeksi.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengembangkan desain konstruksi mold module box cover agar sesuai dengan standard mold base sehingga dapat diterapkan

pada mold base yang tersedia guna memudahkan

proses produksinya.Keuntungan dari pengembangan

desain tersebut yaitu di harapkan dapan

mengefisiensikan proses pemesinan khususnya untuk bagian cavity dan core.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Prosedur yang digunakan untuk merancang konstruksi mold module box cover menggunakan prosedur perancangan yang dibuat berdasarkan referensi dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk merancang mold.

Gambar 6. Prosedur perancangan mold module box

cover

2.1. Analisis Akar Penyebab Masalah Tabel 1. Why-why analysis

MASALAH WHY 1 WHY 2 WHY 3

Ketidak-sesuaian desain konstruksi mold module box cover dengan standard mold base Posisi lubang

eye bolt dan cooling berbeda antara desain core dan cavity dengan mold base Posisi lubang

eye blot pada

desain berada di area untuk lubang cooling Ketidak-sesuaian pemilihan layout produk pada core dan cavity Tidak ada lubang return pin pada desain Tidak memungkinka n adanya lubang return pin pada desain core 2.2. Rencana Perbaikan

Hasil dari why-why analisys ditemukan penyebab dari masalah yang terjadi yaitu ketidaksesuaian pemilihan layout produk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan modifikasi pada desain kontruksi mold module box cover dengan mengubah layout pada core dan cavity.

Gambar 7. Layout 1, 2, dan 3 Lubang eye bolt

Area untuk lubang cooling

Lubang cooling Lubang eye bolt

(7)

35

Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan

layout, yaitu meliputi aspek luas area, clamping force,

dan perbedaan jarak antar komponen dengan pusat. Pertimbangan pertama yaitu luas area dari layout, dimana semakin kecil area yang digunakan maka semakin baik karena potensi untuk terjadinya penyimpangan akan semakin sedikit. Selain itu, luas area layout yang semakin besar mempengaruhi besarnya nilai clamping force, sehingga membutuhkan tenaga yang lebih besar lagi.

Pertimbangan yang kedua yaitu clamping force.

Clamping force ini dijadikan pertimbangan apakah mold sesuai atau tidak melebihi dari kapasitas mesin

yang tersedia, sehingga nilai clamping force yang semakin kecil maka semakin baik.

Pertimbangan ketiga, yaitu perbedaan jarak antar produk ke titik pusat dari layout. Semakin kecil perbedaannya maka dapat dikatakan bahwa layout produk semakin seimbangAda tiga alternatif desain

layout yang dibuat dengan referensi posisi sprue, gate,

dan ukuran insert sama. Berikut merupakan desain

layout produk module box cover:

Tabel 2. Pertimbangan pemilihan layout

Area Clamping Force Perbedaan Jarak Layout 1 37.330 mm² 134,3 tonf 17,7 mm

Layout 2 41.881 mm² 150,7 tonf 0,4 mm

Layout 3 33.085 mm² 119,1 tonf 0,6 mm Berdasarkan pertimbangan pada tabel 2 layout 3 memiliki signifikansi dibandingkan layout 1 dan

layout 2. Sehingga layout yang akan digunakan pada

konstruksi mold module box cover yaitu layout ketiga.

III. HASIL DAN DISKUSI

3.1. Layout Produk

Gambar 8. Proyeksi area produk Perhitungan Project Area

Keterangan:

A = luas proyeksi area [cm²] P = resin pressure [kg/cm²] N = jumlah cavity Sf = safety factor [...%] A = p x l (1) = 254,5 mm x 130 mm = 33020 mm2 = 330,2 cm2

Perhitungan Clamping Force

F = P x A (2) = 300 kg/cm2 x 330,2 cm² = 99060 kg ω = 99060 kg x 1,2 (3) = 118872 kg = 118,87 ton

Hasil perhitungan menunjukan besarnya

clamping force sebesar 118,87 ton, hasil tersebut lebih

kecil dari clamping force mesin injeksi yang dimiliki Polman Astra yaitu sebesar 160 ton. Maka mold

module box cover dapat diproduksi pada mesin injeksi

tersebut.

3.2. Penyusutan Produk

Vsf = volume shrinkage factor [mm³]

Vproduk = volume produk [mm³]

Vtotal produk = V produkbesar + V produkkecil (4)

= 45949,6 mm³ + 41485,4 mm³ = 87435 mm³

Vsf = Vtotal produk x (1 + Sf) (5)

= 87435 mm³ x (1 + 0,5%) = 87872,1 mm³

Hasil dari perhitungan di atas, didapatkan volume produk setelah dihitung dengan shrinkage

factor adalah 87872,1 mm³.

3.3. Parting Line

Gambar 9. Parting line module box cover

Gambar 10. Parting surface module box cover 3.4. Kontur Core dan Cavity

Data desain konstruksi yang diperoleh, ada beberapa bagian yang diperbaiki khususnya pada core dan cavity. Gambar 11 dan 12 memperlihatkan kontur

core dan cavity sebelum dan sesudah diperbaiki.

Gambar 11. Kontur Core

Sebelum Sesudah

Lubang eye bolt

Lubang cooling Lubang

return pin

(8)

36

Gambar 12. Kontur cavity

Gambar 13 menunjukkan kontur dari insert core

mold module box cover. Pada gambar tersebut

menunjukkan adanya undercut pada masing masing

insert.

Gambar 13. Insert core

Langkah untuk mengatasi undercut ini ada beberapa cara, yaitu dengan menggunakan slider,

lifter, dan membuat draft angle pada insert core.

Untuk menentukan langkah apa yang tepat, memerlukan beberapa pertimbangan agar mutu dari produk dapat terjaga. Arti mutu yang demikian komprehensif dan luas dalam sistem manajemen Total

Quality Control ini, dalam konsep dan operasionalisasinya dijabarkan dalam SQCDME (Safety, Quality, Delivery, Material, dan Environment) [6].

Tabel 3. Bobot penilaian SQCDME

Aspek Poin 1 3 5 Safety merusak produk sedikit kerusakan produk tidak merusak produk Quality geometri tidak sesuai geometri keluar sekali toleransi geometri masuk dalam toleransi Cost biaya pembuatan tinggi biaya pembuatan sedang biaya pembuatan rendah Delivery waktu pembuatan sangat lama waktu pembuatan cukup lama waktu pembuatan singkat Aspek Poin 1 3 5 Material material yang dibutuhkan sangat banyak material yang dibutuhkan cukup banyak material yang dibutuhkan sedikit Environment area pembebas yang diperlukan luas area pembebas yang diperlukan cukup luas tidak memerlukan area pembebas Tabel 4. Pertimbangan SQCDME untuk mengatasi

undercut Solving S Q C D M E Total Slider 5 5 1 3 3 1 18 Lifter 5 5 1 1 1 3 16 Draft angle 3 3 5 3 5 5 24

Berdasarkan pertimbangan tabel 4 menunjukkan bahwa langkah terbaik untuk mengatasi undercut pada

insert core yaitu dengan membuat draft angle sebesar

45° pada insert core tersebut. 3.4.1. Lubang Ejector

Gambar 14. Lubang ejector pada core Unit ejector yang terdapat pada kontur core sebelumnya berjumlah 28 unit, kemudian dikurangi menjadi 22 unit berdiameter 5 mm.

Perhitungan kemampuan tekuk atau buckling load (P) Keterangan:

F = Bucking Load

N = Konstanta straight ejector pin A = Luas penampang ejector pin [mm²] E = Modulus elastisitas [kgf/mm²]

Lubang cooling

Lubang eye bolt 90⸰

Sebelum Sesudah

(9)

37

K = Radius area putaran [mm] L = Panjang ejector pin [mm] P = Internal cavity pressure

F (6)

F F

Perhitungan tekanan yang diterima oleh ejector pin (compression load).

F1 = P x A (7)

= 11 x 19,625 = 215,88 kgf

Perhitungan safety factor yang dihasilkan oleh ejector pin.

S = 3,3 ≥ 2 (8)

Jika safety factor mendapatkan nilai ≥ 2, maka

ejector pin dikatakan memiliki angka keamanan yang

baik dan bisa digunakan.

3.4.2. Sistem Pendingin (Cooling System)

Gambar 15. Baffle Cooling

Gambar 16. U-type Cooling

Tabel 5. Jarak dan diameter saluran pendingin

Berdasarkan tebal rata-rata produk module box

cover yaitu 2 mm, sehingga diameter cooling system

Ø 8,5 mm dengan jarak antar sumbu cooling terhadap permukaan yaitu 15 mm.

3.4.3. Feed System Perhitungan dimensi sprue Keterangan:

Smax = tebal rata-rata [mm]

Df = diameter ujung terbesar sprue [mm]

Ds = diameter pangkal terkecil sprue [mm]

α = sudut tirus sprue […֯]

df = Smax + 1,0 mm (9) = 2 + 1,0 = 3 mm dS = dN + 1,5 mm (10) = 3 + 1,5 = 4,5 mm α = Tan-1 (-0,01°) α = 0,537° (11)

Hasil dari perhitungan dimensi sprue diperoleh sudut sprue sebesar 0,537°.

Perhitungan dimensi runner

D = diameter primer runner [mm] Smax = tebal maksimal produk [mm] K = konstanta 1,5 [mm] Ndonstream = 2 D = Saverage + K (12) = 2 + 1,5 = Ø 3,5 mm = Ø 2,48 mm Posisi gate

Gambar 17. Gate recomendation

Posisi gate produk ini terletak pada bagian yang ditunjukkan oleh tanda panah dan menggunakan jenis gate tipe fan gate.

Perhitungan dimensi gate Keterangan:

L = panjang gate (mm) t = tebal gate (mm)

(10)

38

w = lebar gate (mm) Smax = tebal produk (mm)

L = 1~1,5 x Smax (13) = 1,0 x 2 = 2,0 mm t = 0,15~0,30 x Smax (14) = 0,2 x 2 = 0,4 mm w = 2 x D (15) = 2 x Dsecondary runner = 2 x 2,5 = 5 mm

Hasil perhitungan di atas menunjukkan panjang

gate sebesar 2,0 mm, tebal gate sebesar 0,4 mm, dan

lebar gate sebesar 5 mm. 3.4.4. Keseimbangan Produk Keterangan: R = rasio VP = Volume produk VT = Volume total (16)

Produk ini dapat dikatakan efisien karena volume material yang terpakai (73,6%) lebih besar dari volume material yang tidak terpakai.

3.4.5. Perhitungan Pegas Berat yang diterima spring Keterangan: W = berat [kg] v = volume [cm³] F = gaya [N] G = grafitasi [kg.m/s²] ρ = massa jenis W plat ejector = 2 x (v x ρ) (17) = 2 x ((p x l x t) x 781) = 2 x ((35 x 22 x 2) x 7,81) = 24064,8 gr

W total = 24,054 kg + (22 ejct. pin)

= 24,054 kg + 0,179 kg

= 24,233 kg

Perhitungan gaya yang diterima spring Fnormal = W x g (18)

= 24,233 x 9,8

= 237,491 N

Beban yang diterima setiap spring

= 59,37 N (19)

Gambar 18. Dimensi spring

Spring yang digunakan sebanyak 4 unit dan

masing-masing spring menahan beban sebesar 59,37 N. Diameter return pin Ø25 mm, sehingga didapat tipe

spring yaitu SWY37-55.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pengembangan yang telah dilakukan, yaitu dengan melakukan perubahan pada layout menggunakan layout 3. Perubahan layout ini juga mempengaruhi part lain sehingga beberapa part atau bagian ada yang perlu diubah, seperti mengubah

layout insert core pada core dan cavity, membuat

lubang return pin pada core, mengubah posisi lubang

eye bolt dengan lubang cooling pada core dan cavity,

mekanisme pembebas undercut menggunakan draft

angle, menggunakan U-type cooling system pada

konstruksi mold module box cover. Dengan dilakukannya pengembangan desain ini, maka desain konstruksi mold module box cover yang baru dapat diterapkan pada mold base yang tersedia.

V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Bryce D. M., 1998, Plastic Injection Molding

Mold Design and Construction Fundamentals.

Michigan: Society of Manufacturing Engineers. [2] Menges, George, Walter Michaeli, Paul Mohren.

1999. How to Make Injection Mold. Munich. Hansher Publishers.

[3] Dubois, J. Harry. 1978. Plastics Mold

Engineering Book. New York. Van Nostrand

Reinhold.

[4] Misumi. 2012. Standard Component for Plastic

Mold. Tokyo: Misumi Corporation.

[5] Futaba. 2014. Futaba Standard Plastic Mold Components.

[6] Saputro Andre, Suef Mokh, Mokh Sukmono Rita. 2018. Development of QCDSM Best

Product for Increasing Competitive Advantage Case Study of Tenun Ikat SME of Kota Kediri.

International Journal of Bussiness and Economic Affairs (IJBEA).

Gambar

Gambar 1. Standard mold base
Gambar 5. Cavity pada mold base
Gambar 13 menunjukkan kontur dari insert core  mold  module  box  cover.  Pada  gambar  tersebut  menunjukkan  adanya  undercut  pada  masing  masing  insert
Gambar 15. Baffle Cooling
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada faktor manusia, root cause yang ditemukan adalah belum ada penampang khusus untuk mengganti oli mesin dengan carter oli yang miring, dengan carter oli yang

Dari hasil pengujian TPS Checker dapat disimpulkan bahwa alat ini mampu digunakan untuk melakukan pengukuran pada sensor TP serta menghapus kode kerusakan pada sepeda motor Honda

Dari perancangan sistem otomatisasi pada rainwater system yang telah dilakukan dapat disimpulkan gedung menara astra dapat memaksimalkan penggunaan air hujan dan

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, maka perlu dilakukan perbaikan untuk membuat jig yang bisa digunakan di mesin Pre drill macod sehingga akan

Berdasarkan kedua data tersebut, keuntungan fixture yang menggunakan material logam paduan magnesium dengan massa yang jauh lebih ringan terletak pada kemampuan

Metoda penelitian yang dilakukan adalah mengamati kondisi di lapangan saat kendaraan mogok, mengambil sampel bahan bakar dari pre filter dan mengirimkannya ke lab,

Berdasarkan analisis akar permasalahan process loss pada mesin fin press menggunakan fishbone di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa akar per-masalahan dari process

Hasil dari penelitian ini adalah K-Nearest Neighbor dapat memperkirakan penjualan di tahun 2015 berdasarkan data penjualan produk dari tahun 2012-2014 dengan