• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM MENGHADAPI VIDEO HOAKS TELUR REBUS MENANGKAL COVID-19 DI MEDIA SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM MENGHADAPI VIDEO HOAKS TELUR REBUS MENANGKAL COVID-19 DI MEDIA SOSIAL"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA

DALAM MENGHADAPI VIDEO HOAKS

“TELUR REBUS MENANGKAL COVID-19”

DI MEDIA SOSIAL

(Studi Pada Organisasi Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton Bersatu Jakarta)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

oleh:

Nila Febrianti 11160510000183

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGESAHAN PEMBIMBING

TINJAUAN SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM MENGHADAPI VIDEO HOAKS “TELUR REBUS

MENANGKAL COVID-19” DI MEDIA SOSIAL

(Studi Pada Organisasi Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton Bersatu Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: NILA FEBRIANTI NIM. 11160510000183 Pembimbing: Drs. JUMRONI, M.Si NIP. 196305151992031006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRACT

Nila Febrianti, 1116051000183, Review of Student Attitudes and Behaviors In The Face of Hoaks Video "Boiled Eggs Ward off Covid-19" on Social Media (Study On Indonesian Student Youth Association Organization Buton Bersatu Jakarta).

This study wants to find out how the attitudes and behaviors of students from Southeast Sulawesi in facing the video hoaks “Boiled Eggs Ward off Covid-19” on social media.

The theory used is the theory of elaboration likelihood model according to Richard E. Petty and Johm T. Cacioppo, that the process of receiving messages is divided into two, namely the central line of message processing has motivation also using thoughts and arguments, and peripheral pathways that are processing messages that have no motivation and only pay attention to the striking signs or cues of the message.

This type of quantitative research is descriptive. The population of 106 members and sampling using purposive sampling techniques as

many as 71 respondents. Data collection techniques through

observation, dissemination of questionnaires and Literature studies. The result of data analysis was obtained that students from Southeast Sulawesi have a critical attitude in facing the video of boiled eggs hoaks warding off Covid-19. Student behavior does not spread videos of boiled eggs hoaks warding off Covid-19. Based on the data found students who rejected the news of Covid-19 hoaks video as much as 63.38%, neutral as much as 30.99% and 5.63% received the news of video hoaks.

Keywords: Attitude, Behavior, Students, Hoaks Covid-19, Boiled Eggs, Social Media

(6)

ii

ABSTRAK

Nila Febrianti, 11160510000183, Tinjauan Sikap dan Perilaku Mahasiswa Dalam Menghadapi Video Hoaks “Telur Rebus Menangkal Covid-19” di Media Sosial (Studi Pada Organisasi Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton Bersatu Jakarta).

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana sikap dan perilaku mahasiswa asal Sulawesi Tenggara dalam menghadapi video hoaks “Telur Rebus Menangkal Covid-19” di media sosial..

Teori yang digunakan adalah teori elaboration likelihood model menurut Richard E. Petty dan Johm T. Cacioppo, bahwa proses penerimaan pesan terbagi dua yaitu jalur sentral yakni pengolahan pesan memiliki motivasi juga menggunakan pikiran dan argumentasi, dan jalur periferal yakni pengolahan pesan yang tidak memiliki motivasi dan hanya memperhatikan tanda atau isyarat yang mencolok dari pesan.

Jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Jumlah populasi 106 anggota dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 71 responden. Teknik pengumpulan data melalui observasi, penyebaran kuesioner dan studi Pustaka.

Hasil analisis data didapatkan bahwa mahasiswa asal Sulawesi Tenggara memiliki sikap kritis dalam menghadapi video hoaks telur rebus menangkal Covid-19. Perilaku mahasiswa tidak menyebarkan video hoaks telur rebus menangkal Covid-19. Berdasarkan data ditemukan mahasiswa yang menolak adanya pemberitaan video hoaks Covid-19 sebanyak 63,38%, netral sebanyak 30,99% dan 5,63% menerima adanya pemberitaan video hoaks.

Kata Kunci: Sikap, Perilaku, Mahasiswa, Hoaks Covid-19, Telur Rebus, Media Sosial

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohiim

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan segala kemudahan, kenikmatan, kesehatan, serta kelancaran dalam menjalankan segala aktivitas termasuk dalam proses penelitian skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga Allah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW atas bimbingannya dan rahmatnya hingga dapat menikmati indahnya iman, Islam dan ihsan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan berbagai proses yang harus dilalui. Namun berkat, bimbingan, berkat do‘a, arahan, semangat dan motivasi dari berbagai pihak, Sehingga Alhamdulillah penelitian skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., sebagai

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag sebagai Wakil Dekan I bidang Akademik. Dr. Sihabbudin Noor, M.Ag. sebagai Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum. Dr. Cecep Castrawijaya, MA. sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.

3. Dr. Armawati Arbi, M.Si dan Dr. H. Edi Amin, MA, sebagai Ketua dan

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

4. Drs. Jumroni, M.Si,. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan banyak arahan, saran, kritik, dan semangat untuk penulis dalam setiap perjalanan menyelesaikan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah SWT senantiasa

(8)

iv

memberikan kesehatan, kebaikan, dan keberkahan kepada beliau dan keluarga.

5. Kiki Rizky, M.Si. sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis bersama teman-teman KPI D 2016 untuk mengikuti kegiatan akademik dan menyelesaikan skripsi. Semoga beliau dan keluarga selalu diberi kesehatan dan keberkahan.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Kedua orang tua tercinta yang selalu menjadi penyemangat dan inspirasi

dan motivasi utama penulis yaitu mama dan dada serta keempat adik lucu tersayang Reza Fitrandy, Adiela Fayaza, Sheraz Fayzan dan Nabil Faraz Saqil. Terima kasih atas semua keikhlasan doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. Skripsi ini didedikasikan untuk kalian.

8. Para Founder, Pengurus Yayasan dan keluarga besar Karya Salemba

Empat, yang telah memberikan begitu banyak hal dan pengalaman berharga yang tidak didapatkan di lingkungan kampus. Terima kasih telah menjadikan penulis sebagai bagian dari KSE. Terkhusus untuk keluarga tak sedarah KSE UIN Jakarta yang telah menjadi keluarga kedua dan menjadi insiprasi bagi penulis.

9. Keluarga besar HIPPMIB Bersatu Jakarta, yang telah mengizinkan dan

mendukung kelancaran penelitian ini. Terkhusus kepada Ketua HIPPMIB Bersatu Jakarta dan para anggota, Sumardin, Jamaluddin, yang telah terbuka membantu penulis melengkapi data yang diperlu.

10. Keluarga Besar Azis Dg Patompo dan Arsyad Dg Limpo yang telah

menjadi pendorong bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian.

(9)

v

penyemangat dan banyak membantu penulis dalam suka maupun duka, terkusus kepada Vitalia, Nur Faizah dan Ghalib yang selalu membersamai dalam proses penulisan.

12. Teman-teman COOS dan Ngobrol Cantik yang menjadi penyemangat

dan motivasi dalam penulisan ini, kepada Diana, Altsaa, Mah, Maryam, Nisa, Adit, Ali, Gendats, Nasywah, Rian yang telah menjadi bagian terpenting dalam hidup penulis.

13. Teman-teman malaikat kecil yang sudah menjadi penyemangat dan

kawan bermanfaat dan menginspirasi bagi penulis, Sekar, Ghitsa, Hikma.

14. Keluarga besar KPI 2016 dan seluruh teman-teman tercinta terkhusus

keluarga besar KPI D yang kekompakannya selalu penulis rindukan saat tak bersama.

Demikian ucapan terima kasih yang penulis bisa sampaikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan oleh mereka. Meskipun terdapat banyak kekurangan dari penyusunan penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, 15 Desember 2020

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Review Kajian Terdahulu ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Sikap ... 12

2. Perilaku ... 18

3. Mahasiswa Sebagai Digital Native ... 23

4. Informasi Hoaks ... 30

5. Media sosial ... 34

6. Teori Elaboration Likelihood Model (ELM) ... 41

B. Kerangka Pemikiran ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Paradigma Penelitian ... 45

B. Pendekatan Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

(11)

vii

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 48

G. Instrumen Penelitian ... 53

H. Teknik Pengumpulan Data ... 54

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 55

J. Teknik Pengolahan Data ... 61

K. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Temuan Penelitian ... 64

1. Deskripsi Data Responden ... 64

2. Deskripsi Skor Sikap, Perilaku dan Video Hoaks ... 65

3. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif ... 69

B. Pembahasan ... 105

1. Sikap Mahasiswa ... 106

2. Perilaku Mahasiswa ... 107

3. Sikap dan Perilaku Mahasiswa ... 109

BAB V PENUTUP ... 110

A. SIMPULAN ... 110

B. SARAN ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Table 3. 1 Hasil Uji Validitas Variabel X1 ... 56

Table 3. 2 Hasil Uji Validitas Variabel X2 ... 56

Table 3. 3 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 57

Table 3. 4 Hasil Uji Realibilitas Variabel X1 dan X2 ... 60

Table 3. 5 Hasil Uji Realibilitas Variabel Y ... 60

Tabel 4. 1 Data Responden Berdasakan Jenis Kelamin………64

Tabel 4. 2 Data Responden Berdasakan Usia ... 65

Tabel 4. 3 Skor Variabel X Sikap Kognitif ... 66

Tabel 4. 4 Skor Variabel X Sikap Afektif ... 66

Tabel 4. 5 Skor Variabel X Perilaku ... 66

Tabel 4. 6 Skor Variabel Y Tingkat Elaborasi ... 67

Tabel 4. 7 Skor Variabel Y Pengolahan Informasi ... 67

Tabel 4. 8 Skor Variabel Y Kualitas Argumentasi ... 68

Tabel 4. 14 Kategori nilai rata-rata (mean) ... 69

Tabel 4. 15 Informasi video “telur rebus menangkal Covid-19” adalah sesuatu yang tidak benar. ... 70

Tabel 4. 16 Informasi video “telur rebus menangkal Covid-19” tidak layak dipercaya. ... 71

Tabel 4. 17 Tahu berita tentang video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19.” ... 72

Tabel 4. 18 Menyebarkan berita hoaks menimbulkan dampak negatif. ... 73

Tabel 4. 19 Benci mendengar berita hoaks. ... 74

Tabel 4. 20 Ingin tahu dengan berita hoaks ... 74

Tabel 4. 21 Tidak pernah menyebarkan berita hoaks ... 75

Tabel 4. 22 Tidak akan pernah menyebarkan berita hoaks. ... 76

Tabel 4. 23 Hasil kategori tanggapan responden pada setiap indikator variabel Sikap dan Perilaku ... 77

Tabel 4. 24 Hasil kategori tanggapan responden pada variabel sikap dan perilaku. ... 78

Tabel 4. 25 Saya memeriksa kelengkapan informasi video hoaks tersebut yang disebarkan di media sosial. ... 80

Tabel 4. 26 Saya membandingkan informasi video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” yang didapat di media sosial dengan informasi yang sama di media lain. ... 81

Tabel 4. 27 Saat menerima atau mendengar video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” di media sosial Saya membandingkannya dengan pendapat orang lain atau sumber lain. ... 82

(13)

ix

Tabel 4. 28 Sebelum menyimpulkan suatu berita, Saya

menggabungkan semua informasi atau pengetahuan dari sumber lain tentang video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” yang tersebar di media sosial. ... 83 Tabel 4. 29 Saat menerima berita video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” saya mempertanyakan kebenaran beritanya. ... 84 Tabel 4. 30 saya mencari tahu kebenaran video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” ... 85 Tabel 4. 31 Saya dapat membedakan sebuah informasi apakah

termasuk video hoaks atau bukan. ... 85 Tabel 4. 32 Saya dapat menjelaskan ciri-ciri informasi hoaks. ... 86 Tabel 4. 33 Saya meminta izin pada penyebar informasi saat akan mengedit informasi video hoaks yang disebarkan di media sosial. ... 87 Tabel 4. 34 Saya meminta izin pada penyebar informasi saat akan meneruskan pesan video hoaks yang disebarkan di media sosial. ... 88 Tabel 4. 35 Saya mencantumkan sumber saat menyebarkan informasi video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19.” ... 89 Tabel 4. 36 Saya memahami konsekuensi penyebaran sebuah informasi yang tidak terbatas termasuk infomasi hoaks. ... 90 Tabel 4. 37 Saya melakukan pemindaian video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” yang disebarkan di media sosial. ... 91 Tabel 4. 38 Saya melakukan pemindaian langsung memetakan manfaat informasi video hoaks yang disebarkan di media sosial ... 92 Tabel 4. 39 Saya dapat merespon informasi video hoaks yang

disebarkan di media sosial dengan tepat sambil mengobrol dengan orang lain. ... 93 Tabel 4. 40 Saya dapat menganalisa informasi video hoaks yang

diterima sambil melakukan pekerjaan lain. ... 94 Tabel 4. 41 Saya mengetahui tujuan dikreasikannya konten

media/informasi tersebut ... 95 Tabel 4. 42 Saya memahami adanya perbedaan etika, nilai dan norma dalam menerima dan menyebarkan pesan ... 96 Tabel 4. 43 Saya menyikapi perbedaan pendapat mengenai sebuah pesan informasi ... 97 Tabel 4. 44 Saya dapat menahan diri dari mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung/menyulut konflik antar pengguna media online ... 98 Tabel 4. 45 Saya memilih calon penerima pesan saat akan menyebarkan informasi ... 99 Tabel 4. 46 Saya memberitahu orang lain ketika menemukan informasi hoaks ... 100

(14)

x

Tabel 4. 47 Saya menyebarkan informasi video “telur rebus menangkal 19” agar orang lain merebus telur sehingga terhindar dari Covid-19 ... 101 Tabel 4. 48 Hasil kategori tanggapan responden pada setiap indikator variabel berita hoaks ... 102 Tabel 4. 49 Hasil kategori tanggapan responden pada variabel berita hoaks ... 104

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Berita Video Telur Rebus Menangkal Covid-19 ... 6 Gambar 2. 1 Kemungkinan Elaborasi (Diadopsi oleh Petty dan

Caciappo) ... 44 Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir Penelitan ... 44

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penelitian ini menganalisis tentang perilaku mahasiswa dalam menyikap hoaks Covid-19. Adapun yang diteliti adalah bagaimana sikap dan perilaku mahasiswa asal Sulawesi Tenggara yang tergabung dalam Organisasi Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton (HIPPMIB) Bersatu Jakarta terhadap pesan hoaks video bayi yang dapat berbicara tentang telur rebus sebagai penangkal Covid-19.

Tahun 2020 menjadi masa berkabung bagi Indonesia bahkan dunia. Munculnya pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) yang meresahkan masyarakat karena tingginya angka kematian di beberapa

negara di antaranya Amerika Serikat, Itali dan Brazil.1 Nama Covid-19

resmi diberikan oleh World Health Organization karena awal mula kemunculannya di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Kasus pertama terjadi di Indonesia yang menimpa dua warga Depok, Jawa Barat. Hal ini resmi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 di

Istana Negara.2

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat signifikan pada berbagai aspek. Beberapa perubahan yang terjadi dalam bidang sosial dengan munculnya normal baru yaitu memakai masker dan mencuci

tangan.3 Masyarakat harus beradaptasi dengan kebiasaan baru demi

1 Worldometer. (2020). Covid-19 Coronavirus Pandemic. Worldometer.

https://www.worldometers.info/coronavirus/ diakses 30 Mei 2020 pukul 13.50 WITA

2 Ihsanuddin. (2020). Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia. KOMPAS.com.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia diakses 30 Mei 2020 pukul 14.03

WITA

3 Andrian Habibi. (2020). Normal Bari Pasca Covid-19. ‘Adalah: Buletin Hukum dan Keadilan. Vol. 4. No. 1, h. 201

(16)

2 memutus rantai penyakit. Salah satu hal yang sangat nampak adalah diberlakukan sistem lockdown (kuncitara), physical distancing (menjaga jarak) dan anjuran di rumah saja. Berpusatnya kegiatan di rumah menjadikan media sosial sebagai sarana komunikasi dan mencari informasi yang paling banyak digunakan. Peluang ini digunakan oleh sebagian masyarakat yang memiliki kepentingan untuk menyebar informasi atau mengakses informasi yang ingin diketahui.

Banyaknya informasi yang masuk membuat masyarakat rentan mengonsumsi informasi yang tidak valid, sehingga hoaks banyak menyebar di tengah wabah Covid-19. Disiarkan dari liputan6.com penyebaran informasi hoaks secara masif berdampak pada perilaku

masyarakat seperti aksi panic buying.4 Orang-orang menimbun barang

dalam skala besar sebagai upaya penyelamatan diri. Selain itu masih banyak dampak buruk akibat hoaks yang mengancam kesehatan mental masyarakat.

Sebelum teknologi informasi berkembang, khalayak media massa dikendalikan oleh informasi dari media massa. Saat pergeseran digitalisasi informasi terjadi perubahan dalam distribusi konten media yang bisa dilakukan juga oleh khalayak. Hal ini menjadikan media massa tidak menjadi satu-satunya sumber informasi karena khalayak dapat menciptakan konten media sendiri, sehingga memungkinkan penyebaran

hoaks di berbagai media terjadi.5 Menurut Ketua Masyarakat Anti Fitnah

Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho, hoaks adalah informasi yang

4 Panji Prayitno. (2020). Hoaks Menyebar Di Tengah Wabah Covid-19, Apa Solusinya?. Liputan6.com.

https://www.liputan6.com/regional/read/4212838/hoaks-menyebar-di-tengah-wabah-corona-covid-19-apa-solusinya diakses 19 Mei 2020 pukul

13.00 WITA

5 Dhiya Urahman. Fenomena Berita Hoax dan Tantangan Dakwah di Kota Banda Aceh. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Diakses pada 19 Mei 2020 pukul 15.15 WITA

(17)

3 direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Motivasi pelaku hoaks beraneka ragam, ada yang bermotif menghasilkan uang, kepentingan ideologi, agenda politik, kebencian terhadap kelompok lain, atau hanya

sebatas iseng saja.6

Penyebaran hoaks saat Covid-19 di Indonesia meningkat sangat cepat di jejaring internet. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan bahwa Kementerian Informasi dan Komunikasi sudah mendeteksi adanya berita hoaks lebih dari 1.125

berita.7 Pemerintah selalu mengingatkan para masyarakat untuk bijak

dalam mengakses informasi dan tidak serta merta menelan mentah informasi tanpa verifikasi.

Berita bohong atau hoaks bukan menjadi hal baru bagi masrayarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan pegiat literasi untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya melakukan klarifikasi saat menerima berita. Perkara hoaks sendiri telah ada sejak zaman dahulu, salah satu cerita tentang Bani Musthaliq, bermula saat Rasulullah SAW mengutus Al-Walid ibn ‘Uqbah ibn Abi Mu’ith untuk mengambil zakat yang telah dikumpulkan dari Bani Musthaliq. Di tengah perjalanan Al-Walid melihat Al-Harits beserta rombongannya bergerak menuju Madinah. Lantas berdasarkan ingatan akan permusuhan dirinya dengan Al-Harits dan kelompoknya, timbul rasa gentar dan prasangka bahwa ia akan diserang. Atas asumsi tersebut, tanpa klarifikasi dan berpikir panjang Al-Walid bergegas melaporkan apa yang dialami kepada

6 M. Zidni Nafi’. (2018). Menjadi Islam, Menjadi Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. h. 161

7 Felldy Utama. (2020). Jubir Covid-19: Kominfo Temukan 1125 Berita Hoaks Terkait Corona. iNews.id.

https://www.inews.id/news/nasional/jubir-covid-19-kominfo-temukan-1125-berita-hoaks-terkait-corona diakses pada 20 Mei 2020 pukul

(18)

4 Rasulullah SAW. Al-Walid mengatakan bahwa Al-Harits dan

kabilahnya enggan membayar zakat dan berniat membunuhnya.8

Menanggapi berita tersebut, Rasulullah SAW mengambil sikap untuk mengecek laporan Al-Walid dengan mengutus Khalid ibn Al-Walid yang berjuluk Syaifullah. Lalu Khalid datang kepada Al-Harits dan menyampaikan tugasnya. Al-Harits pun menjawab bahwa apa yang dikatakan oleh Khalid tidak demikian. Mendengar jawaban tersebut Khalid membawa Al-Harits kepada Rasulullah dan mengklarifikasi

pesan yang diterima.9 Cara yang dilakukan Rasulullah SAW merupakan

salah satu solusi yang diajarkan dalam alquran, yaitu tabayyun atau mengklarifikasi. Dalam alquran telah dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat ayat 6:

ۡصُتَف ٍة

َلََٰهَجِب اَُۢمۡوَق ْاوُبي ِصُت نَأ ْآَٰوُنَّيَبَتَف ٍإَبَنِب ُُۢق ِساَف ۡمُكَءَٰٓاَج نِإ ْآَٰوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَََٰٰٓي

ْاو ُحِب

َني ِم ِد

ََٰن ۡمُتۡلَعَف اَم َٰىَلَع

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa

Ta’ala memberikan petunjuk bagi umat manusia agar tidak

tergesah-8 Idnan A Idris. (2018). Klarifikasi Al-Quran Atas Berita Hoaks. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. h. 155

9 Idnan A Idris. (2018). Klarifikasi Al-Quran Atas Berita Hoaks. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. h. 156

(19)

5 gesah dalam menerima informasi. Berita yang diterima harus diperiksa dengan teliti agar tidak menimpakan penyesalan atau bahaya bagi diri seseorang. Dalam hal ini literasi media atau sikap kritis terhadap media sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Hoaks memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah tulisan yang menggunakan humor, ironi dan hal yang dibesar-besarkan untuk

mengomentari kejadian yang sedang hangat atau satire.10 Salah satu

contoh hoaks tersebut adalah video bayi yang dapat berbicara dan mengatakan soal telur rebus sebagai penangkal virus corona. Video ini tersebar luas di media sosial dengan sangat cepat pada masyarakat

khususnya daerah Sulawesi Tenggara.11 Kronologi tersebarnya berita

tersebut pada malam hari bahkan status media sosial Whatsapp dan

facebook dipenuhi dengan anjuran memasak telur sebelum jam 12

malam sebagai penangkal virus corona. Tak hanya itu, para mahasiswa Sulawesi Tenggara yang berkuliah di Jakarta dihubungi oleh sanak keluarganya melalui via telepon dan Whatsapp untuk segera melakukan hal yang sama. Para mahasiswa tersebut tergabung dalam organisasi Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton (HIPPMIB) Bersatu Jakarta. Masifnya penyebaran video hoaks ini membuat orang-orang resah dan tidak melakukan penyaringan informasi. Bahkan terjadi

panic buying, masyarakat membeli telur dengan jumlah tak wajar.12

10 Dedi Rianto Rahadi. (2017). Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax Di Media Sosial. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 5 No. 1 h. 62

11 Abiraff. (2020). Heboh Dapat Tangkal Corona, Warga Cari Telur Tengah Malam. Satulis.com.

https://satulis.com/2020/03/26/heboh-dapat-tangkal-corona-warga-cari-telur-tengah-malam/ diakses 30 Mei 2020 pukul 15.21 WITA

12 Ridwan Amsyah. (2020). Hoax, Bayi Baru Lahir Bilang Telur Rebus Cegah Corona. Telisik.id.

(20)

6 Dilansir dari liputan6.com video tersebut salah satunya diunggah oleh akun facebook Muhammad Nasrun Ridin pada 25 Maret 2020 dan telah dibagikan sebanyak 2.100 kali dengan 838 komentar. Berikut transkip

pembicaraan bayi dalam video tersebut:13

Gambar 1. 1 Berita Video Telur Rebus Menangkal Covid-19 “Mama telur mama telur, jangan lupa jam 12 setengah malam, mama

telur rebus jangan lupa, mama telur rebus jangan upa satu orang satu mama.”

Unggahan tersebut disertai dengan keterangan sebagai berikut:

13 Perbriyanto Eko Wicaksono. (2020). Cek Fakta: Hoaks Video Bayi Bicara Soal Telur Rebus Penangkal Corona Covid-19. Liputan6.com. http://m.liputan6.com/cek-

(21)

7 “Astaghfirullah ada betulan ple. INI YANG LAGI HEBOH DI KALANGAN WARGA INDONESIA, MALAYSIA, SAMPAI KE CHINA. VIRAL BAYI YANG BARU LAHIR BISA BICARA SURUH REBUS TELOR DAN DIMAKAN BUAT PENANGKAL VIRUS CORONA #boleh_percaya_boleh_tidak”

Setelah diverifikasi oleh media berita dan pemerintah, video tersebut tidak memiliki bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa telur bisa menangkal Covid-19. Konten tersebut merupakan satire atau parodi yang tidak termasuk dalam konten membahayakan. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih banyak menanggapi informasi tersebut

dengan serius.14

Dalam alquran sendiri telah menjelaskan untuk tidak menyebarkan sesuatu tanpa mengetahui kebenarannya. Hal ini terdapat pada surah Al-Isra ayat 36

ا َم ُف ۡقَت

لََو

َ

ُهۡنَع َناَك َكِئ

ل ْو

َََٰٰٓ

أ ُّلُك َدا َؤ ُف

ُ

لٱ َو َر َصَب

ۡ

لٱ َو َع ۡم َّسلٱ َّنِإ

ۡ

ٌۚ مۡلِع ۦِهِب َكَل َسۡيَل

ۡس َم

ٗ

لَو

٣٦

Artinya:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”

14 Panji Prayitno. (2020). Hoaks Menyebar Di Tengah Wabah Covid-19, Apa Solusinya?. Liputan6.com.

https://www.liputan6.com/regional/read/4212838/hoaks-menyebar-di-tengah-wabah-corona-covid-19-apa-solusinya diakses 19 Mei 2020 pkl

(22)

8 Melihat maraknya penyebaran hoaks saat wabah Covid-19, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam terkait cara menyikapi pemberitaan hoaks di kalangan mahasiswa. Dilihat dari hasil Survey Penetrasi Penggunaan Internet Indonesia 2018 yang dilakukan oleh Asosisasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, berdasarkan pekerjaan, diperoleh

sebanyak 92,6% pengguna internet adalah mahasiswa. 15 Pada

lingkungan kuliah literasi media banyak didapatkan oleh mahasiswa, sehingga secara tidak langsung mereka bertanggung jawab untuk menjadi contoh bagi masyarakat untuk sehat bermedia termasuk menyikapi berita hoaks. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi agent

of change bagi masyarakat, apalagi di tengah derasnya arus informasi.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada sikap dan perilaku mahasiswa dalam menyikapi video hoaks telur rebus menangkal Covid-19 yang terjadi di Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah asal mahasiswa, terutama yang tergabung dalam Organisasi HIPPMIB Bersatu Jakarta. Hal tersebut dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Berdasarkan pengalaman peneliti, para mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi HIPPMIB Bersatu Jakarta merupakan pengguna aktif media sosial. Selain itu, video hoaks Covid-19 menyebar luas hingga kalangan mahasiswa.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Sikap dan Perilaku Mahasiswa Dalam Menghadapi Video Hoaks Telur Rebus Menangkal Covid-19 di Media Sosial” (Studi Terhadap Mahasiswa Asal Sulawesi Tenggara yang Tergabung dalam Organisasi Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton Bersatu Jakarta).

15 Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2019). Laporan Survei Penenetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2018. Ver: S 20190518

(23)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Terdapat ketimpangan antara perkembangan teknologi komunikasi dengan kemampuan literasi yang rendah.

2. Masifnya perkembangan hoaks saat Covid-19. 3. Tersebarnya hoaks Covid-19 di kalangan mahasiswa.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan pembatasan masalah yang diteliti agar penelitian tetap fokus dan tidak meluas, maka peneliti membatasi penelitian sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan kepada mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton (HIPPMIB) Bersatu Jakarta.

b. Perilaku mahasiswa dalam menyikapi berita hoaks Covid-19 di media sosial dengan menggunakan teori Elaboration

Likelihood Model (ELM).

2. Perumusan Masalah

a. Apa sikap mahasiswa asal Sulawesi Tenggara dalam menghadapi video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” di media sosial?

b. Apa perilaku mahasiswa asal Sulawesi Tenggara dalam menghadapi video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” di media sosial?

(24)

10 c. Bagaimana sikap dan perilaku mahasiswa asal Sulawesi

Tenggara dalam menghadapi video hoaks “telur rebus menangkal Covid-19” di media sosial?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui seperti apa dan bagaimana sikap dan perilaku mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi HIPPMIB Bersatu Jakarta terhadap video hoaks Covid-19 di media sosial.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoretis penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi. Peneliti juga berharap, penelitian ini mampu meningkatkan kesadaran para akademisi untuk mengembangkan pendidikan literasi media kepada masyarakat yang saat ini hidup di tengah derasnya perkembangan teknologi dan simpang siur disinformasi. b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kesadaran kepada mahasiswa khususnya mahasiswa asal Sulawesi Tenggara yang tergabung dalam HIPPMIB tentang pentingya literasi media agar bijak dalam memilih dan mengonsumsi informasi.

(25)

11

E. Review Kajian Terdahulu

Berikut review skripsi dan jurnal yang memiliki kedekatan dengan judul sebagai kajian terdahulu:

1. Nur Azizah Dewi Aniroh, mahasiswi Universitas Lampung dalam skripsi berjudul “Sikap Mahasiswa Terhadap Pesan Kebencian dan Berita Palsu di Facebook Terkait Kasus Basuki Tjahaya Purnama yang Disebarkan oleh Saracen” tahun 2018. Hasil penelitian menyatakan bahwa pesan kebencian yang diterima mahasiswa tidak diterima secara kritis dan tidak hati-hati.

2. Livia Paranita K, dalam jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Vol 2. No.1 2014, Surabaya yang berjudul “Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan

Talkshow @Show_Imah di Trans TV.” Hasil penelitian

menunjukkah bahwa mayoritas pemirsa acara @Show_Imah di Trans TV yang menjadi responden memiliki sikap yang positif. 3. Ni Ketut Juniantari, dkk dalam jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Udayana, Bali yang berjudul “Sikap Masyarakat Kota Denpasar Terhadap Informasi Bohong di Facebook.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kota Denpasar memiliki sikap yang baik/tinggi dalam menyikap informasi bohong.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman SK rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.

(26)

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap a. Pengertian Sikap

Sikap menurut Allport (1935) merupakan suasana mental dan neural tentang kesiapan, diorganisasi melalui pengalaman, menggunakan pengaruh yang terarah dan dinamis terhadap

tanggapan individu pada semua obyek dan situasi yang terkait.1

Menurut azwar (2012) sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek

di lingkungan sekitarnya.2

Menurut Schifman dan Kanuk, sikap adalah ekspresi perasaan (inner feeling) yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau

tidak terhadap suatu objek.3

Menurut Petty dan Cacioppo dalam Baron dan Byrne mengatakan bahwa sikap adalah evaluasi umum yang dibuat

manusia terhadap dirinya sendiri.4

1 Basu Swastha Dharmmesta. (1997). Keputusan-Keputusan Stratejik Untuk Mengeksplorasi Sikap dan Perilaku Konsumen. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 12 No. 3 h. 1

2 Nur Azizah Dewi Aniroh. (2018). Sikap Mahasiswa Terhadap Pesan Kebencian dan Berita Palsu di Facebook Terkait Kasus Basuki Tjahaja Purnama yang Disebarkan oleh Saracen. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung diakses pada 25 Mei 2020 pukul 10.22 WITA

3 Kurniawati Mulyanti & A Fachrurozi. (2016). Analisis Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bank Sampah (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Bahagia Bekasi Utara). Jurnal Ilmiah Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan “Optimal” Vol. 10 No.2 h. 189

4 Saifuddin Azwar. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 6

(27)

13 Dari pernyataan para ahli di atas dapat dipahami bahwan sikap adalah cara seseorang berpikir, merasakan terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dalam penelitian ini sikap didefiniskan sebagai cara mahasiswa berpikir dan merasakan informasi video hoaks yang diterima.

Dalam Islam telah memberikan ajaran kepada umatnya yang terdapat dalam dalil alquran dan hadis. Salah satu teladan nyata tentang cara bersikap yang baik terdapat pada Rasulullah SAW yang merupakan cerminan alquran. Hal ini dijelaskan pada surah Al-Ahzab ayat 21

ي ِف ۡم

ُكَل َناَك ۡدَقَّل

َر ِخ

لۡٱ َم ۡوَي

َٰٓ ۡ

لٱ َو َ َّللَّٱ ْاو ُجۡرَي َناَك نَ ِ

ۡ

لّ ٞةَن َس َح ة َو ۡس

ِ

أ ِ َّللَّٱ ِلو ُسَر

ُ

اٗريِث

َك َ َّللَّٱ َرَكَذَو

٢١

Artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

Dalam hadis nabi menjelaskan pula untuk tidak berprasangka sebelum mendapatkan kebenaran sesuai fakta. Hal tersebut dinukilkan dalam hadis

ِ ضَر

َةَرْيَرُه ي

ِب

َا ْنَع

َي

ُالل

َع

ْن

ُه

َا

َّن

َر

ُس

ْو

َل

ِالل

َق م ص

َلا

ِإ :

َّي

ُكا

ْم

َو

َّظلا

َف َّن

ِإ

َّن

َّظلا

َ

أ َّن

ْك

َذ

ُب

َحلا

ِد ْي

ِث

)هيلع قفتم(

Artinya:

“Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah SAW

(28)

14

sesungguhnya berprasangka merupakan sedusta-dusta

pembicaraan.” (H.R Mutaffaqun Alaihi)5

b. Macam-Macam Sikap

Menurut Jalaluddin Rahkmat dalam bukunya yang berjudul

Psikologi Komunikasi, menyebutkan ada dua macam sikap di

antaranya:6

- Sikap Terbuka

Orang-orang yang menunjukkan sikap terbuka, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.

2) Membedakan pesan dengan mudah dan dapat melihat nuansa.

3) Berorientasi pada isi pesan

4) Mencari informasi dari berbagai sumber.

5) Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

- Sikap Tertutup

Berikut adalah ciri-ciri sikap tertutup:

1) Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi.

2) Berpikir simplistis, artinya berpikir hitam putih tanpa nuansa.

5 Abd Rozak dalam Riyadus Shalihin Jilid 2. (2010). Hadits-Hadits tentang Tuntutan Hidup. Jakarta: Mitra Wacana Media. h. 7

6 Jalaluddin Rakhmat. (2004). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Rosdakarya. h. 136

(29)

15 3) Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi

pesan.

4) Mencari informasi dari kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain.

5) Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh sistem kepercayaannya.

6) Menolak, mengabaikan, mendistorsi dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.

c. Struktur Sikap

Struktur sikap dibentuk oleh tiga komponen yang saling

menunjang satu sama lain di antaranya adalah:7

1) Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan, persepsi, stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Kepercayaan individu atau pengetahuan tentang suatu objek atau situasi yang menurut mereka menarik. Komponen ini terbentuk karena pengalaman langsung dengan informasi terkait dan objek sikap dari berbagai sumber yang mengarah pada perilaku spesifik. Komponen ini dapat disamakan dengan pandangan (opini).

2) Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap

sesuatu. Menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini

7 Saifuddin Azwar. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 24-28

(30)

16 banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercaya seseorang sebagai benar.

3) Komponen Konatif

Dalam struktur sikap komponen ini menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

d. Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah sebagai berikut:8

1) Pengalaman Pribadi

Apa yang telah seseorang alami akan membentuk dan

mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus.

Pembentukan sikap terjadi berdasarkan pengalaman yang meninggalkan kesan kuat, sehingga muncullah tanggapan sebagai salah satu dasar terbentuknya sikap. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi yang terjadi melibatkan faktor emosi.

2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang yang berada di sekitar kita merupakan komponen yang dapat mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting banyak mempengaruhi sikap terhadap sesuatu. Pada

8 Saifuddin Azwar. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 30-38

(31)

17 umumnya, individu cenderung memiliki sikap yang searah

dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotibasi oleh keinginan untuk berafiliasi atau keinginan untuk menghindari konflik. 3) Kebudayaan

Budaya tempat seseorang hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan sikap. Burrhus Frederic Skinner seorang ahli psikologi yang terkenal sangat menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang. Kebudayaan telah mendominasi sikap anggota masyarakatnya. Hanya kepribadian individu yang mapan dan kuat dapat memudarkan dominansi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.

4) Media Massa

Saat ini sarana komunikasi dengan bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian pesan informasi media massa membawa pesan yang bersisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Meskipun pengaruh media massa tidak sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan sikap, peranan media tidak kecil artinya. Salah satu bentuk informasi sugestif dalam media massa adalah iklan yang dimanfaatkan dalam dunia usaha.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Kedua lembaga ini merupakan sarana pembelajaran yang meletakkan dasar konsep moral dan ajaran agama dalam diri

(32)

18 individu. Pemahaman tentang baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan lembaga keagamaan. Hal ini menjadi faktor tunggal yang menentukan sikap.

6) Faktor Emosional

Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang suatu bentuk sikap didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pertahanan ego. Sikap ini dapat bersifat sementara tetapi dalap pula persisten dan bertahan lama.

2. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Berikut adalah beberapa pengertian menurut para ahli, di antaranya:

1) Menurut Robert Kwick, perilaku adalah tindakan yang dapat

diamati dan dipelajari.9

2) Menurut Polauspessy menguraikan perilaku adalah sebuah

gerakan yang dapat diamati dari luar.10

9 Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 3

(33)

19 3) Menurut Notoatmodjo perilaku dapat diartikan suatu respon

organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar

subjek tersebut.11

Sederhananya dapat dipahami perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku pada penelitian ini didefinisikan sebagai cara mahasiswa bertindak setelah menerima, berpikir dan merasakan rangsangan informasi video hoaks yang diterima.

Dalam bertindak dan berfikir seseorang didasari oleh pengalaman, pengetahuan,dan argumentasi melalui bacaan. Islam sendiri telah menegaskan kepada umatnya untuk membaca. Penegasan ini terdapat pada surah Al-Alaq ayat pertama dan ketiga.

َقَل َخ ي ِذ

َّلٱ َك

ِ

ِبَر ِم ۡسٱِب

أَرۡقٱ

ۡ

١

….

ُمَر ۡك

لۡٱ َكُّب َر َو

َ ۡ

أَرۡقٱ

ۡ

٣

Artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan,…. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”

Rasulullah pun telah memberikan perumpaan kepada orang yang membaca dan tidak membaca.

11 Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 3

(34)

20

َع

ْن

َ

أ ِب

َع ي

َّب

ٍسا

َر

ِ ض

َي

ُالل

َع

ْن ُه

َم

َق ا

َلا

:

َلاَق

َسْي

ل ْي ِذ

َ

َّلا َّنِإ : م ص ِالل ُلْو ُسَر

)يذمرتلا هاور( ِبْر

َخلا ِتْيَبلاَك ِنآْرُقلا َنِم ءْي َ ش ِهِفْوَج يِف

Artinya:

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra. Bahwa Rasulullah

SAW bersabda: sesungguhnya orang yang di dalam mulutnya tidak ada Alquran bagaikan rumah yang runtuh.

b. Batasan Perilaku Manusia

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior)

dan perilaku terbuka (overt behavior).12 Perilaku sendiri

memiliki batasan yang dibedakan oleh Bloom dalam tiga domain perilaku yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotorik (psychomotor). Terdapat tiga ranah perilaku,

di antaranya:13

1) Pengetahuan (knowledge)

Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku. Pengetahuan didapatkan dari hasil penginderaan seseorang terhadap sesuatu.

2) Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Keyakinan

12 Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 15

13 Mia Lasmi Wardiah. (2016). Teori Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Pustaka Pedia. h. 16-19

(35)

21 seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu, serta dapat memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara

tertentu yang dipilihnya.14 Rakhmat mendefinisikan sikap

adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sedangkan menurut Pane, sikap merupakan suatu perilaku yang mencerminkan pola berpikir, suasana batin dan motif seseorang.15

3) Tindakan (practice)

Merupakan berbagai kecenderungan untuk bertindak dari segi praktik. Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan diperlukan kondisi yang mendukung seperti fasilitas dan sarana

prasarana.16

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Faktor biologis, merupakan dasar perkembangan perilaku

makhluk hidup, antara lain:17

1) Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu sama lainnya.

14 Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 196

15 Livia Paranita K. (2014). Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Talkshow @Show_Imah di Trans TV. Jurnal E-Komunikasi. Vol. 2 No. 1 h. 4

16 Mia Lasmi Wardiah. (2016). Teori Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Pustaka Pedia. h. 16-19

17 Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 10

(36)

22 2) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat

dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari.

3) Sifat fisik, perilaku individu akan berbeda karena sifat fisiknya.

4) Sifat kepribadian, meliputi pola pikiran, perasaan dan perilaku yang digunakan seseorang dalam usaha adaptasi terhadap hidupnya.

5) Bakat pembawaan, menurut Notoatmodjo kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.

6) Intelegensi, kemampuan untuk berpikir abstrak. Sedangkan Ebbinghaus mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan untuk membuat kombinasi.

Faktor sosiopsikologis, manusia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya, diantaranya adalah18:

1) Komponen afektif atau apek emosional yang memiliki kaitan erat pada proses sosial.

2) Komponen kognitif yakni intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

3) Komponen konatif, berkaitan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

18 Yeha Rehina Citra Mahardika. (2017). Perilaku Mahasiswa Dalam Menyikapi Pemberitaan Hoax Di Media Sosial Facebook. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses pada 22 Mei 2020 pukul. 18.45 WITA

(37)

23

3. Mahasiswa Sebagai Digital Native

Helsper & Enyon (2009) mengatakan bahwa digital native adalah generasi muda yang lahir saat internet telah menjadi bagian hidup mereka. Mereka mahir menggunakan gawai untuk bermain game

online, menonton youtube, dan mengakses kegiatan lainnya. Seiring

perkembangan usia mereka, kemampuan mereka menggunakan

smartphone semakin meningkat di masa kanak-kanak dan remaja.19

Data terbaru yang ditulis oleh DATAREPORTAL dari We Are Social menyatakan bahwa terdapat 175.4 juta pengguna internet di Indonesia

pada Januari 2020.20

Dalam buku Grown Up Digital yang ditulis oleh Don Tapscott

membagi generasi menjadi beberapa kelompok21:

a. The Baby Boom (1946-1964)

Generasi ini dapat disebut “generasi perang dingin” atau “generasi pertumbuhan ekonomi.” Orang-orang yang lahir pada tahun ini selain sebagai pekerja, sebagian besar ikut dalam peperangan. Dampak revolusi komunikasi di era ini dipelopori oleh radio dan selanjutnya bergeser menjadi televisi.

b. Gen X / The Baby Bust (1965-1976)

Generasi X termasuk dalam generasi yang mengenyam pendidikan paling baik sepanjang sejarah. Mereka merasakan angka pengangguran yang tinggi dan gaji relatif rendah namun memiliki semangat kerja yang tinggi. Generasi ini adalah komunikator yang agresif dan sangat mengandalkan media,

19 Lucy Pujasari Supratman. (2018). Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 15 Nol 1 h. 47

20 https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia diakses pada 25 Mei

2020 pukul 11.52

21 Don Tapscott. (2009). Grown Up Digital “How The Net Generation is Changing Your World.” United State: The McGraw Hill Companies. h. 11-16

(38)

24 walaupun dengan segmen populasi paling tua dengan kebiasaan berkomputer dan berinternet.

c. The Net Generation/Generasi Internet (1977-1997)

Generasi pertama yang bersifat global dan menyelami angka-angka biner (bit), lebih cerdas, lebih gesit, lebih toleran terhadap keberagaman dibanding pendahulu mereka. Generasi ini juga disebut generasi milenial atau generasi Y.

d. Generasi Mendatang (1998-Sekarang)

Generasi ini adalah kelanjutan dari generasi internet. Generasi ini disebut juga sebagai generasi Z.

Dalam media baru, pengguna media ditempatkan sebagai konsumen dan produsen dalam mengaplikasikan media sosial. Kekritisan berpikir dibutuhkan dalam mengolah informasi media. mengontrol diri tidak hanya dari pesan yang menerpa, tetapi memaknai, memproduksi dan menggunakan media secara etis.

Kecakapan berpikir kritis mengenai media baru dikemukakan Jenknis et al. membagai inti ketarampilan mengenai informasi media

menjadi 11 yaitu:22

1) Play

Play diartikan sebagai kemampuan menggunakan.

Menggunakan dalam artian tidak hanya sekedar mengakses, tetapi juga mengeksplor media baru yang digunakan. Menurut Jenkins, pengguna media baru wajib mengeksplorasi dan mengetahui seluk-beluk aplikasi media baru yang digunakan. Hal ini akan membentuk hubungan pengguna dengan pikiran, komunitas dan lingkungan di dalam gadget (interaksi di dalamnya) serta

22 Henry Jenkins et al. 2007 . Confronting the Challenges of Participatory Culture: Media Education for the 21st Century. Chicago: MacArthur Foundation. h. 4

(39)

25 menambah pengetahuan pengguna. Semakin banyak kita menggunakan media, semakin kita melek terhadapnya. Pengguna media baru akan mengetahui fungsi, kelemahan, kelebihan, maupun cara penggunaan media baru tersebut, yang akan menciptakan kesadaran terhadap pengguna.

2) Simulation

Simulation diartikan sebagai kemampuan untuk

menginterpretasikan dan menyelewengkan informasi pesan media. Kemampuan ini didapatkan melalui bereksperimen, berhipotesis, menguji dengan variabel update. Percobaan langsung seperti ini membuat manusia lebih paham, memperkaya pengalaman dan kemungkinan penemuan-penemuan baru, menguji teori melalui

trial and error yang dilakukan, sebagaimana para pakar

menemukan dan menyimpulkan sifat dunia virtual. Kesadaran akan pengalaman bersimulasi merupakan kelanjutan dari kesadaran aktivitas bermedia yang sudah dilewati pada kemampuan play atau menggunakan media.

3) Performance

Performance merupakan kemampuan untuk bermain peran atau

mengadopsi alternatif identitas dalam tujuan improvisasi dan penjelajahan mempelajari sesuatu. Sesuatu yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan dan pengalaman seputar menggunakan media baru. Menurut Jenkins, dengan menjalani peran-peran ini dapat menumbuhkan kekayaan pemahaman akan diri manusia itu sendiri dan peran sosialnya, termasuk cara mereka terkoneksi dengan orang-orang di lingkungan maya tersebut, sehingga membantu dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Kemampuan mengadopsi beragam identitas membuat manusia

(40)

26 dapat memahami perspektif orang lain, peran lain, negara lain, saat lain (konteks), interaksi sosial, posisi sosial, baik di dunia nyata ataupun virtual. Oleh karena itu, semakin manusia menguasai kemampuan ini, semakin melek media manusia tersebut.

4) Appropriation

Kemampuan appropriation diartikan sebagai sebuah proses di mana manusia mengambil sebagian budaya dan menyatukannya dengan berbagai konten media. Bentuknya dapat berupa musik,

subtitle, fashion, maupun picture. Semakin manusia menguasi

kemampuan ini akan semakin melek media karena dari proses ini manusia mempelajari dan berpikir lebih dalam tentang budaya yang akan digunakan, etika dan implikasi legal dari mengkreasikan konten media.

5) Multitasking

Multitasking adalah kemampuan memindai lingkungan dan

mengalihkan fokus ke detail-detail elemen pesan. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kemampuan ini. Pertama, atensi atau perhatian, yaitu kemampuan mengkritisi, menyaring informasi asing dan fokus ke rincian paling detail dari lingkungan informasi itu, sehingga mencegah keberlimpahan informasi dengan mengontrol informasi yang masuk ke dalam memori jangka pendek manusia. Kedua, memindai dan memetakan informasi ke dalam kategorinya masing-masing, sehingga dapat mengurangi masuknya informasi ke memori jangka pendek. Keduanya dipekerjakan oleh otak untuk memanajemen kendala memori jangka pendek secara cerdas dengan menyaring dan memetakan pesan/informasi yang masuk.

(41)

27 dan merespon lautan informasi yang beredar di sekitar kita. Konteks dunia yang beralih cepat oleh hadirnya media baru

melatarbelakangi kemampuan ini. Manusia harus dapat

membedakan antara mengerjakan tugas dengan mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus (multitasking).

6) Distributed Cognitition

Distributed cognition adalah kemampuan berinteraksi dengan

penuh makna dengan peralatan (media baru) yang memperluas kapasitas mental manusia. Interaksi penuh makna adalah menyadari peran masing-masing elemen dalam media baru atau dalam aplikasi pesan instan. Sedangkan yang dimaksud dengan kapasitas mental adalah kapasitas menyelesaikan masalah yang terjadi dalam interaksi dalam media baru dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sehingga perspektif kemampuan ini adalah membawa kecerdasan terdistribusi antara otak, badan dan dunia nyata.

7) Collective Intelligence

Distributed cognition adalah kemampuan untuk menyatukan

pengetahuan dan membandingkan pendapat dengan orang lain menuju tujuan bersama. Dalam media baru, seringkali terbentuk komunitas yang terjadi akibat ketertarikan akan suatu hal.

8) Judgment

Judgment adalah kemampuan mengevaluasi keandalan dan

kredibilitas sumber-sumber informasi yang berbeda. Meskipun informasi dibagi dari orang-orang yang mempunyai ketertarikan yang sama, belum tentu informasi yang beredar didalamnya kredibel.

(42)

28 9) Transmedia Navigation

Transmedia navigation adalah kemampuan untuk mengikuti

aliran cerita dan informasi antara beberapa pengandaian. Dalam era konvergensi, konsumen menjadi pemburu dan pengumpul informasi, untuk menarik informasi dari beberapa sumber dan membuat sintesis baru. Oleh karena itu manusia harus mahir membaca dan menulis melalui gambar, teks, sounds dan simulasi. Cerita transmedia yang paling dasar adalah yang diceritakan di beberapa media. Kemampuan ini meningkatkan pembelajaran untuk memahami relasi antar sistem media yang berbeda.

10) Networking

Networking adalah kemampuan untuk mencari, menyintesis dan

menyebarkan informasi. Dalam dunia di mana pengetahuan diproduksi secara kolektif dan komunikasi terjadi antar media, kapasitas untuk berjejaring muncul sebagai sebuah kemampuan sosial dan budaya. Kemampuan ini meningkatkan kemampuan untuk berselancar antar komunitas sosial yang berbeda. Partisipasi dalam komunitas sosial yang berskala besar menjadi investasi dalam mengumpulkan dan mencatat data untuk pengguna lainnya. Keaktifan partisipasi dibutuhkan dan bergantung pada etos sosial untuk berbagi pengetahuan.

11) Negotiation

Negotiation adalah kemampuan untuk melayari beragam

komunitas, memahami dan menghargai beragam perspektif serta berpegang dan mengikuti berbagai norma di setiap komunitas. Arus komunikasi dalam media baru dapat membuat budaya berjalan dengan mudahnya. Manusia dapat membentuk komunitas bahkan tanpa saling mengenal sebelumnya, keberagaman budaya di

(43)

29 dalamnya dapat menjadi permasalahan. Sehingga manusia akan membagun pemahaman tentang konteks keberagaman budaya yang terjadi dalam komunitas. Konteks ini dibaca melalui prasangka dan asumsi yang sudah ada pada masing-masing anggota (tidak semua orang dapat menerima keberagaman). Hal ini juga beresiko menimbulkan konflik nilai dan norma.

12) Visualization

Terdapat keterampilan tambahan yaitu visualization, adalah kemampuan untuk membuat dan memahami representasi visual informasi dalam tujuan mengekspresikan ide, menemukan

pola-pola dan mengidentifikasikan trend.23

Keduabelas kemampuan ini disaring kembali berdasarkan kebutuhan penelitian. Oleh karena itu, hanya tujuh kemampuan yang digunakan sebagai unit analisis dalam penelitian ini, yaitu

simulation, appropriation, multitasking, collective intelligence, judgment, negotiation dan visualization.

23 Nur Azizah Dewi Aniroh. (2018). Sikap Mahasiswa Terhadap Pesan Kebencian dan Berita Palsu di Facebook Terkait Kasus Basuki Tjahaja Purnama yang Disebarkan oleh Saracen. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung diakses pada 25 Mei 2020 pukul 16.58 WITA

(44)

30

4. Informasi Hoaks

Menurut Curtis D. MacDougall, “hoax is a deliberately conocted

untruth made to masquerade as truth.” Hoaks adalah sebuah

kebohongan atau informasi sesat yang sengaja disamarkan agar terlihat benar.24

A.S. Hornby mendefinisikan hoaks sebagai (n) “a lie or an act of

deception, usually intended as a joke against somebody.”

(Kebohongan; tipu daya, umumnya dalam bentuk lelucon yang ditujukan kepada seseorang); (v) to deceive somebody as a joke

(menipu atau membohongi dengan cara berkelakar).25

Allcot dan Gentzkow menyatakan bahwa hoaks menjadi artikel berita yang sengaja dan dapat diverifikasi salah dan bisa menyesatkan pembaca. Informasi hoaks merupakan laporan atau berita salah yang tidak disengaja, rumor yang tidak berasal dari artikel berita tertentu, terdapat teori konspirasi, humor yang sifatnya menyindir yang tidak

mungkin terjadi namun disalah artikan sebagai faktual.26

Demikian dapat diartikan bahwa hoaks adalah berita bohong yang disamarkan agar terlihat benar agar dipercaya oleh pembaca. Berita hoaks memungkinkan merubah persepsi pembaca sampai ke level psikomotorik, baik kognitif dan afektif.

Berita video telur rebus menangkal covid-19 merupakan salah satu bentuk hoaks yang diverifikasi tidak benar. Video tersebut merupakan

24 Yeha Rehina Citra Mahardika. (2017). Perilaku Mahasiswa Dalam Menyikapi Pemberitaan Hoax Di Media Sosial Facebook. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses pada 23 Mei 2020 pukul. 14.06 WITA.

25 Hanif Azhar. (2017). Aspek Pidana Dalam Berita Bohong (Hoax) Menurut Fiqih Jinayah. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman Vol. 3, No. 2 h. 60

26 Nur Azizah Dewi Aniroh. (2018). Sikap Mahasiswa Terhadap Pesan Kebencian dan Berita Palsu di Facebook Terkait Kasus Basuki Tjahaja Purnama yang Disebarkan oleh Saracen. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung diakses pada 25 Mei 2020 pukul 10.22 WITA

(45)

31 jenis hoaks satire atau berita bohong yang dikemas dalam bentuk lelucon, tidak bermaksud membahayakan namun memberikan dampak pada level sikap dan perilaku penerima pesan.

Larangan menyebarkan berita hoaks dalam Islam telah diingatkan dalam kitab suci alquran surah An-Nur ayat 11:

ٌۚۡم ُكَّل ٞرۡي َخ َو ُه ۡلَب ۖم ُكَّل اِٗر َش ُهوُب َس ۡحَت

لَ ٌۚۡم ُكن ِِم

َ

ٞةَبۡصُع ِكۡفِ ۡلۡٱِب وُءَٰٓاَج َنيِذَّلٱ َّنِإ

ٞمي ِظَع با

َذَع ۥُهَل ۡمُهۡنِم ۥُهَرۡبِك َٰىَّلَوَت يِذَّلٱَو ٌِۚمۡثِ ۡلۡٱ َنِم َب َسَتۡكٱ اَّم مُهۡنِِم ٕٖ يِرۡمٱ ِِلُكِل

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu

adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”.

Ayat ini menceritakan tentang kisah Aisyah ra, istri Nabi Muhammad SAW yang difitnah berbuat tidak senonoh. Hal tersebut bermula saat Siti Aisyah. Keadaan tersebut digunakan oleh pemimpin kaum munafik, Abdullah ibn Ubay ibnu Salul menyebarkan kepada orang-orang. Cerita tersebut menyebar sangat cepat dari mulut ke mulut hingga sampai pada telinga Rasulullah SAW. Akhirnya turunlah ayat alquran yang menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.27

27 Idnan A Idris. (2018). Klarifikasi Al-Quran Atas Berita Hoaks. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. h. 11

(46)

32 a. Jenis-Jenis Informasi Hoaks

Ada berbagai macam jenis-jenis informasi hoaks antara lain:28

1) Fake News adalah berita bohong yang berusaha menggantikan berita yang sesungguhnya. Tujuan informasi ini untuk memalsukan suatu berita.

2) Clickbait adalah suatu tautan jebakan yang diletakkan secara strategis di dalam suatu situs dan bertujuan untuk menarik orang lain untuk mengunjungi situs tersebut. Jenis ini mempunyai judul yang dilebih-lebihkan untuk menarik perhatian pembaca.

3) Confirmation Bus adalah bias informasi. Suatu

kecenderungan untuk menginterpretasikan sebuah informasi dengan kepercayaa yang sudah ada.

4) Minsinformation adalah suatu informasi yang tidak akurat dan diperuntukkan untuk menipu.

5) Satire adalah sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi dan hal yang dibesar-besarkan untuk mengomentari kejadian yang sedang hangat.

6) Post-truth atau pasca kebenaran adalah sebuah kejadian di mana emosi lebih berperan daripada fakta untuk membentuk opini publik.

7) Propaganda adalah aktifitas menyebarluaskan suatu informasi, fakta, argument, gosip, setengah kebenaran bahkan kebohongan yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik.

28 Dedi Rianto Rahadi. (2017). Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax Di Media Sosial. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 5 No. 1 h. 62

(47)

33 b. Ciri-Ciri Hoaks

Berikut adalah ciri-ciri hoaks, di antaranya adalah:29

1) Tidak mengikuti bahkan mengabaikan kaidah 5w+1H 2) Terdapat kalimat yang berupa ajakan untuk menyebarkan ke

semua orang dengan sifat memaksa. Semakin mendesak permintaanya semakin mencurigakan pesan tersebut.

3) Bahasa yang terlalu berempati, serta penggunaan huruf kapital dan tanda seru yang berlebihan.

4) Isi pesan tersebut berupa informasi yang sangat penting, namun berlum bisa ditemukan di media maupun situs resmi. 5) Tidak konsisten dan bertentangan dengan akal sehat.

6) Pesan telah di forward atau diteruskan berulang kali sebelum sampai kepada anda.

7) Untuk meyakinkan agar beritanya dapat dipercaya, seringkali disebutkan sumber resminya namun tidak bisa menyebutkan nama narasumber perseorangan, perusahaan, organisasi dan rujukan lainnya yang memiliki otoritas. 8) Tidak menggunakan bahasa yang baku, baik dan benar.

29 Yeha Rehina Citra Mahardika. (2017). Perilaku Mahasiswa Dalam Menyikapi Pemberitaan Hoax Di Media Sosial Facebook. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses pada 23 Mei 2020 pukul. 16.58

(48)

34

5. Media sosial

a. Definisi Media Sosial

Istilah media sosial tersusun dari dua kta, yakni “media” dan “sosial”. Media menurut McQuaill diartikan sebagai alat komunikasi. Sedangkan kata “sosial” diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang

memberikan kontribusi kepada masyarakat.30

Brogan (2010) dalam bukunya berjudul social media mendefinisikan sosial media sebagai satu set baru komunikasi dan alat kolaborasi yang memungkinkan banyak jenis interaksi

yang sebelumnya tidak tersedia untuk orang biasa.31 Menurut

Mandibergh (2012) ia mendefinisikan media sosial adalah suatu media yang dapat mewadahi khalayak atau pengguna untuk menghasilkan suatu konten. Konten tersebut bisa berupa teks, gambar maupun video.

Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlien mengemukakan bahwa media sosial adalah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun dengan dasar-dasar ideologis web. 2.0 (merupakan platform dari evolusi media sosial) yang memungkinkan terjadinya penciptaan dan pertukaran dari User

Generated Content.32

Berdasarkan teori – teori sosial yang dikemukakan oleh Durkheim, Weber, Tonnies, maupun Marx dapat didefinisikan

30 Mulawarman dan Aldila Dyas Nurfitri. (2017). Perilaku Pengguna Media Sosial beserta Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terpaan. Buletin Psikologi. Vol. 25 No. 1. h. 37s

31 Yusrin Ahmad Tosepu. (2018). Media Baru Dalam Komunikasi Politik (Komunikasi Politik di Dunia Virtual. Surabaya: CV. Jakad Publishing. h. 28

32 Mac Aditiawarman, dkk. (2019). Hoax dan Hate Speech di Dunia Maya. Padang: Lembaga Kajian Aset Budaya Indonesia Tonggak Tuo. h. 51

Gambar

Tabel 4. 28 Sebelum menyimpulkan  suatu berita, Saya
Tabel 4. 47 Saya menyebarkan informasi video “telur rebus menangkal  19” agar orang lain merebus telur sehingga terhindar dari  Covid-19 .......................................................................................................
Gambar 1. 1 Berita Video Telur Rebus Menangkal Covid-19
Gambar 2. 1 Kemungkinan Elaborasi (Diadopsi oleh Petty dan  Caciappo)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang penulis tertarik untuk memilih judul penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dalam Memutuskan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan pengetahuan remaja tentang kanker payudara dengan sikap dan

Dari uraian pada latar belakang penelitian tersebut, jelaslah bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mahasiswa sebagai hasil proses

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Sikap, Faktor Pribadi dan Faktor

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual video terhadap pengetahuan dan

Saya bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Perilaku Pembelajaran, Interaksi Sosial, Dan Kesehatan Mental Pada Mahasiswa

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah sifat Machiavellian berpengaruh pada sikap etis akuntan dan mahasiswa

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan BABS