• Tidak ada hasil yang ditemukan

MIMIN SETIAWATI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MIMIN SETIAWATI NIM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN MENGGUNAKAN

TEKNIK WAWANCARA PADA SISWA KELAS VIII SMP ASSIDIQIYAH KARANGAWITAN

KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

MIMIN SETIAWATI

NIM. 1021.0501

PROGRAM STUDI PBS INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) SILIWANGI BANDUNG

2012

ABSTRAK

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: l)Bagaimanakah pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara. 2) Bagaimanakah pembelajaran menulis teks berita dengan yang tidak menggunakan teknik wawancara. 3) Adakah perbedaan hasil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara dan yang tidak menggunakan teknik wawancara. Tujuan penelitian ini yaitu 1) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara. 2) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran menulis teks berita dengan yang tidak menggunakan teknik wawancara. 3) Untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran menulis teks berita dengan teknik wawancara dan yang tidak menggunakan teknik wawancara.

Berdasarkan hasil analisis penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu: (1) hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik wawancara menunjukkan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,37. Rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata sebagai berikut: 1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,38; 2) ketepataan ejaan l,29; 3) susunan paragraf 1,29; 4) kelengkapan 5W+1H 1,41. (2) Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik ceramah menunjukan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,14. Rata-rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata-rata-rata sebagai berikut: 1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,27; 2) ketepataan ejaan 1,17; 3) susunan paragraf 1,3; 4) kelengkapan 5W+IH 1,4; dengan bobot yang sama, berdasarkan pencapaian rata-rata pada masing-masing kelas menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan teknik wawancara lebih baik daripada teknik ceramah, tetapi perbedaan tersebut sangat kecil. Pada kelas yang menggunakan teknik wawancara (VIII-A) rata-rata 5,37, sedangkan pada kelas yang menggunakan teknik ceramah (VIII-C) rata-rata 5,14. Jadi, penggunaan teknik wawancara dengan teknik ceramah tidak memperlihatkan perbedaan yang jauh. Simpulan di atas, diperkuat dengan terbuktinya uji statistik, yang menunjukkan bahwa t hitung (0,77) < t tabel (1,66). Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis teks berita yang menggunakan teknik

wawancara dengan yang menggunakan teknik ceramah. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan hipotesis kerja

ditolak.

Kata kunci : Teks Berita / Wawancara

PENDAHULUAN

Kegiatan menulis dapat dilakukan oleh

semua orang. Oleh karena itu, keterampilan

menulis merupakan salah satu tujuan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan

menulis merupakan keterampilan yang perlu

dilatih, setiap siswa memiliki peluang untuk

terampil dalam hal menulis. Walaupun tidak

semua siswa memiliki minat dan bakat yang sama

dalam hal menulis.

Dalam pembelajaran menulis teks berita,

faktor guru merupakan hal terpenting dalam

menentukan pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam hal ini guru bahasa yang berperan sebagai

motivator dituntut untuk menggali kreativitas,

bakat dan minat siswa terhadap menulis teks

berita yang dianggap sulit untuk dipelajari.

Pada dasarnya, pembelajaran menulis teks

berita ditujukan untuk membuat siswa dapat

menuangkan dan mengembangkan ide tulisan

yang berbentuk teks berita. Maka untuk itu dalam

pembelajaran menulis teks berita dibutuhkan

sarana yang tepat untuk menggali kemampuan

siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan ke

dalam sebuah teks berita.

Di Sekolah Menengah Atas, keterampilan

menulis merupakan salah satu keterampilan yang

ditekankan pembinaannya. Walaupun menulis

tidak asing lagi di kalangan siswa Sekolah

Menengah Pertama, tetapi siswa harus dapat

menulis dengan baik dan benar. Tetapi di sini

siswa

diharapkan

mampu

mengekspresikan

(2)

berbagai gagasan, pikiran, pendapat, serta dapat

menulis teks berita dengan baik.

Berita adalah peristiwa atau kejadian yang

menarik, luar biasa dan terkini. Disebut berita

apabila dilaporkan. Dalam pengertian sederhana,

berita adalah fakta atau informasi yang ditulis

oleh wartawan dan dimuat di surat kabar. Dapat

dikatakan bahwa berita adalah segala sesuatu

yang hangat atau aktual dan menarik perhatian

sejumlah orang. Tetapi di sini penulis tertarik

dengan hal tersebut. karena menulis teks berita

sulit

sekali

digunakan

dalam

belajar

pembelajaran,

begitupun

dengan

teknik

wawancara.

Agar siswa dapat menulis teks berita

dengan baik maka perlu dilaksanakan

latihan-latihan. Karena itu merupakan salah satu cara agar

siswa

terampil

dalam

menulis

dengan

menggunakan kata yang baik dan benar.

Begitupun dengan teknik wawancara, karena

wawancara tidak sering digunakan dalam belajar

pembelajaran. Jadi penulis ingin mengetahui

sejauh mana perbedaan menulis teks berita yang

menggunakan teknik wawancara dengan yang

tidak menggunakan teknik wawancara antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apakah ada

perbedaan yang cukup jauh antara kelas yang

menggunakan teknik wawancara dengan kelas

yang tidak menggunakan teknik wawancara.

KAJIAN TEORI DAN METODE

Keefektifan Pembelajaran Menulis Teks Berita

Pembelajaran merupakan tindakan dan

prilaku siswa yang kompleks. Menurut Joyce,

1992:4 (dalam Trianto, 2007: 5) pembelajaran

merupakan suatu perencanaan atau suatu pola

yang

digunakan

sebagai

pedoman

dalam

merencanakan

pembelajaran

di

kelas atau

pembelajaran

dalam

tutorial

dan

untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran

termasuk didalamnya buku-buku, film, computer,

kurikulum dan lain-lain.

Menulis

merupakan

suatu

bentuk

manifestasi

kemampuan

dan

keterampilan

menyimak,

berbicara

dan

membaca.

Dua

penelitian penggunaan waktu bagi keempat

keterampilan berbahasa menyimpulkan bahwa

urutan lama waktu tersebut selalu berurutan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Proses orang belajar berbahasa pun selalu dimulai

dengan urutan menyimak, berbicara, membaca

dan menulis. “The last but not the least” kata

pepatah dalam bahasa Inggris. Biarpun posisi

menulis selalu terakhir tidak berarti menulis tidak

penting, berarti dan berperan.

Menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa

yang

dipergunakan

untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara

tatap

muka

dengan

orang

lain.

Menulis

merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. “Sebagai kegiatan yang ekspresif,

tidaklah berlebihan jika keterampilan menulis

adalah keterampilan yang paling kompleks yang

menuntut

sejumlah

pengetahuan

dan

keterampilan. Namun demikian, kemampuan

menulis bukanlah milik segolongan orang yang

berbakat menulis saja. Dengan latihan yang

sungguh-sungguh kemampuan menulis dapat

dimiliki oleh siapa saja” (Akhadiah, 1992:2).

Kegiatan menulis merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar

yang dialami oleh setiap siswa selama menuntut

ilmu pengetahuan. Menulis merupakan sebuah

kegiatan menuangkan pikiran, gagasan dan

perasaan seseorang yang diungkapkan dalam

bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk

menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk

tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh

pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi

tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang

untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca

dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh

pembaca.

Menulis merupakan bentuk komunikasi

untuk menyampaikan gagasan penulis kepada

khalayak yang dibatasi jarak, tempat, dan waktu.

Menulis

juga

merupakan

sebuah

aktivitas

pengungkapan bahasa melalui media. Menulis

juga

dapat diartikan sebagai

keterampilan

berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan

sesuatu sebagai ungkapan pikiran, perasaan dan

kemampuannya dalam bahasa tulisan.

Menurut

D'Angelo,

1980:5

(dalam

Tarigan) “menulis adalah suatu bentuk berpikir,

tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan

bagi waktu tertentu.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas,

maka

dapat

disimpulkan

bahwa

menulis

merupakan

suatu

kegiatan

produktif

yang

melibatkan proses atau aktivitas alat bepikir

dengan melahirkan gagasan, pikiran, perasaan,

untuk mencapai tujuan ke dalam bentuk bahasa

tulisan dengan diorganisasikan secara sistematis

dan logis sehigga dapat dipahami oleh pembaca.

Berita

adalah

jenis

tulisan

yang

penulisannya didasarkan pada fakta atau kejadian

nyata. Berita adalah cerita atau laporan mengenai

kejadian atau peristiwa yang faktual yang baru

dan luar biasa sifatnya. Di dalam rumusan ini

dipersyaratkan berita itu adalah peristiwa yang

benar-benar terjadi dalam waktu yang baru

(3)

sehingga mempunyai nilai kejutan dan dapat

memenuhi hasrat keingintahuan orang banyak,

serta peristiwa itu bukan kejadian secara secara

rutin dan natural, tetapi terjadi di luar kebiasaan

dan diluar dugaan. Dengan demikian, jelas bahwa

sesuatu yang berlangsung atau terjadi secara

lumrah dan rutin tidak dapat dinilai sebagai berita

(Semi, 1995:11).

Berdasarkan pengertian ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa berita merupakan suatu

peristiwa

berupa

fakta

yang

ditulis

atau

dilaporkan kepada umum dengan tujuan supaya

khalayak mengetahuinya.

Menulis teks berita tidak sama dengan

menulis surat atau buku harian. Menulis berita

memerlukan kecakapan tersendiri dan harus

memperhatikan ciri-ciri bahasa jurnalistik dan

hal-hal yang berhubungan dengan tulisan berbentuk

berita. Dalam pembelajaran menulis teks berita

penulis membedakan berita langsung atau

straight-news dan berita berat atau depth-news.

Berita langsung merupakan berita yang ditulis

sesuai dengan fakta yang ada secara singkat;

berita berat dan mendalam atau depth news

merupakan

berita

yang

mendalam

dan

dikembangkan secara rinci oleh wartawannya

sehingga tidak lagi menjadi berita ringan.

Pembelajaran menulis teks berita yang

penulis gunakan adalah menulis teks berita

langsung, dengan menulis teks berita langsung

peserta didik akan lebih mudah untuk menulis

teks berita, karena menulis berita langsung

merupakan berita yang sesuai dengan fakta dan

ditulis secara singkat. Jadi peserta didik tidak sulit

untuk menulis teks berita.

Pembelajaran

menulis

teks

berita

mempunyai fungsi dan peranan dalam kehidupan.

Menulis teks berita dapat pula dilihat dalam kaitan

perkembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan

bagi peserta didik itu sendiri ataupun untuk

pembaca.

Karena

adanya

kebiasaan

dan

kesenangan

menulis

teks

berita

dapat

menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang dapat

memberikan informasi kepada pembaca.

Pembelajaran menulis teks berita harus

menggunakan

langkah-langkah

yang

harus

ditempuh dalam menulis berita. Dengan adanya

teknik penulisan berita ini, diharapkan naskah

berita yang dibuat memiliki kesempurnaan

sebagai bahan informasi yang akurat. Adapun

langkah yang mutlak yang dilakukan yaitu: 1)

mengumpulkan informasi dari fakta atau peristiwa

yang menjadi bahan berita, 2) menuangkan

bahan-bahan informasi tersebut ke dalam bentuk tulisan.

Untuk menyusun bahan-bahan informasi

menjadi tulisan atau naskah berita yang utuh,

biasanya para jurnalis menggunakan rumusan 5W

+ 1H sebagai rumusan yang dapat membantu

menyusun sebuah informasi secara sistematis

sehingga dapat terwujud menjadi bentuk tulisan

yang informatif.

Untuk menyusun berita, maka terlebih

dahulu penulis mengetahui tahapan persiapan

menulis berita atau artikel; 1) pahami masalah, 2)

kumpulkan bahan, 3) seleksi bahan, 4) tentukan

tema/isi cerita dan 5) tentukan urutan logis (judul,

isi dan penutup).

Penerapan

Teknik

Wawancara

dalam

Pembelajaran Menulis Teks Berita

Pada dasarnya wawancara itu merupakan

suatu percakapan antara dua orang, antara

seseorang yang bertanya dan seseorang yang

menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, proses

wawancara secara umum tidak banyak bedanya

dengan percakapan yang kita lakukan dalam

kehidupan sehari-hari. Tetapi pewawancara tentu

kepentingannya akan wawancara itu berbeda

dengan suatu percakapan biasa. Dalam suatu

wawancara, pewawancara menginginkan suatu

yang penting dan berharga untuk disampaikan

kepada khalayak banyak.

Wawancara dalam istilah lain dikenal

dengan interview. Wawancara merupakan suatu

metode pengumpulan berita, data, atau fakta di

lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara

langsung dengan bertatap muka langsung (face to

face) dengan narasumber. Namun, bisa juga

dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui

telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).

Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik

sangat tergantung dari hasil wawancara di

lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di

lapangan, akan menyulitkan pewawancara dalam

menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan

wawancara, upayakan mendapatkan data yang

selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya

melalui proses wawancara.

Metode Penelitian

Suatu penelitian selalu menggunakan

metode yang mengarah kepada cara kerja

penelitian tersebut. Metode itu sendiri adalah

cara-cara melakukan sesuatu yang telah dipikirkan

secara matang-matang dan di susun dengan

sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

(Surakhmad, 1987:131) “Metode merupakan cara

utama yang diperlukan untuk mencapai tujuan,

misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa,

dengan menggunakan ternik serta alat-alat

tertentu, cara itu digunakan setelah penyelidik

memperhitungkan kewajaran ditinjau dari tujuan

penyelidikan serta dari situasi penelitian.”

(4)

Dalam

penelitian

ini,

penulis

menggunakan metode eksperimen yang bertujuan

untuk menguji dan mencoba suatu pendekatan

yang dianggap efektif untuk mengajarkan suatu

pembelajaran. Ciri utama metode eksperimen

yaitu harus ada perlakuan. Penelitian memberikan

atau mengadakan tindakan tertentu terhadap objek

penelitian.

Berdasarkan hal di atas, penulis akan

berusaha perlakuan dengan cara pembelajaran

menulis teks berita melalui teknik wawancara

pada kelas VIII SMP Assidiqiyah Karangpawitan

Garut tahun pelajaran 2011/2012.

Teknik Pengolahan Data

Untuk mengetahui hasil dari pembelajaran

tersebut maka dalam penelitian ini penulis

mengguakan rumus t test (uji perbedaan dua rata -

rata) independent. Akan tetapi sebelum penulis

mengguakan t test, penulis menggunakan uji

Lilifors untuk melihat normal tidaknya data.

Langkah - langkah yang dilakukan sebagai

berikut:

1) Mencari normalitas data dengan rumus

1

/

2

Σ

=

Σ

=

=

− −

n

fxi

S

f

n

fxi

x

S

x

xi

Z

i

Keterangan:

Z

= Simpangan baku untuk kurve

normal standar

Xi

= Data ke i dari suatu kelompok

data

X

= Rata-rata kelompok

S

= Simpangan baku

2) Kriteria pengujian.

Jika Z

tabel

lebih besar dari pada Z

hitung

maka

data normal

3) Dan nilai T (uji independent) dengan rumus :





+

+

Σ

+

Σ

=

− − 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1

1

1

2

n

n

n

n

x

x

x

x

t

1)

Menentukan derajat kebebasan

Dk = (n

1

+ n

2

) – (k – 1)

2)

Menetukan nilai t dari daftar

@ = 0,05

6) Kriteria pengujian

Jika nilai t

hitung

kurang dari t

tabel

berarti kedua

tes tersebut tidak ada perbedaan. Begitupun

sebaliknya jika t

hitung

lebih dari t

tabel

maka tes

tersebut memiliki perbedaan.

HASIL DANPEMBAHASAN

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya

data dalam penelitian ini adalah berbentuk teks

berita

yang

dibuat

siswa

setelah

proses

pembelajaran. Penulis tidak melakukan tes awal

untuk mengetahui kemampuan awal siswa di

kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, karena

berdasarkan informasi dari guru kelas dan

dokumentasi yang ada kedua kelas yang

digunakan sebagai tempat penelitian memiliki

kemampuan berimbang. Dengan demikian

penulis berasumsi bahwa kemampuan awal

siswa di kedua kelas adalah sama.

Penilaian terhadap teks berita yang dibuat siswa,

ditentukan dengan empat kriteria penilaian yaitu

berkaitan dengan penggunaan diksi, ketepatan

ejaan, rumusan 5W + 1H, susunan paragraf.

Kriteria

dan

aturan

penilaian

penulisan

dideskripsikan pada tabel seperti berikut ini.

Format Penilaian Menulis Berita

Komponen Penilaian Skala penilaian Bobot Jml 1 2 3 4 5 1. Pilihan kata / Diksi 0,5 2,5 2. Ketepataan ejaan 0,5 2,5 3. Susunan paragraf 0,5 2,5 4. Kelengkapan 5W+lH 0,5 2,5 Total 2 10

Berdasarkan tabulasi di atas, terungkap

bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menulis

teks

berita

dengan

menggunakan

teknik

wawancara dicapai sebesar 5,37 dari skor ideal

10. Dengan demikian apabila mengacu pada

kriteria pengelompokan hasil belajar yang

dikemukakan Arikunto (199:245), yaitu:

1) 8,0 – 10

= Baik Sekali

2) 6,6 – 7,9

= Baik

3) 5,6 – 6,5

= Cukup

4) 4,0 – 5,5

= Kurang

5) < - 3,9

= Gagal

Inti permasalahan dalam penelitian ini

dan sekaligus merupakan pembuktian hipotesis

adalah terdapat perbedaan hasil yang signifikan

antara hasil belajar menulis teks berita yang

menggunakan teknik wawancara dengan yang

menggunakan

teknik

ceramah.

Pemaparan

sebelumnya telah terungkap bagaimana hasil

pembelajaran pada kedua kelompok, baik yang

menggunakan teknik wawancara maupun yang

menggunakan teknik ceramah.

(5)

Pada

kelas

yang

menggunakan

pembelajaran

dengan

menggunakan

teknik

wawancara rata-rata siswa dalam menulis teks

berita dicapai sebesar 5,37 sementara pada kelas

yang menggunakan teknik ceramah dicapai

rata-rata 5,14. Hal ini menunjukan bahwa kelas yang

menggunakan

teknik

wawancara

memiliki

keberhasilan yang lebih baik jika dibandingkan

dengan yang menggunakan teknik ceramah.

Berikut ini penulis kemukakan perbandingan

kemampuan siswa dalam menulis teks berita

berdasarkan unsur-unsur penilaiannya seperti

pada tabel dibawah ini.

Berdasarkan nilai T

hitung

yang didapat

sebesar 0,77. Selanjutnya nilai T

hitung

tersebut akan

dibandingkan dengan nilai T

tabel

. Menentukan nilai

T dari tabel dapat di ikuti langkah-langkah berikut

ini.

df

= (N1 + N2) – (K – 1)

= (35 + 35) – (2 – 1)

= 70 – 1

= 69

Dengan demikian df = 69, kita tentukan

nilai t kritik pada taraf kepercayaan t 0,05 atau

taraf kepercayaan 95% adalah 1,658.

Dengan demikian T

hitung

< T

tabel

pada taraf

kepercayaan 95%, sehingga dapat dikatakan

bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks

berita pada kedua kelas tidak memiliki perbedaan.

Berdasarkan hasil perhitungan, terungkap

bahwa siswa pada kelompok yang menggunakan

teknik wawancara memiliki tingkat kemampuan

menulis

teks

berita

sedikit

lebih

baik

dibandingkan dengan kelas yang menggunakan

teknik ceramah.

SIMPULAN

Bagian terakhir penulisan penelitian

ini, penulis mencoba menarik

beberapa kesimpulan yang didasarkan pada

rumusan masalah serta hasil analisis dan

pembahasan data yang didasarkan pada bagian

sebelumnya. Kesimpulan tersebut seperti di

bawah ini.

1.

Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan

menulis teks berita pada kelas yang

menggunakan

teknik

wawancara

menunjukkan hasil yang cukup. Hal ini

ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,37.

Rata-rata tersebut diperoleh dari empat

kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata

sebagai berikut: (1) pilihan kata atau diksi

sebesar 1,38; (2) ketepatan ejaan 1,29; (3)

susunan paragraf 1,29; (4) Kelengkapan

5W+1H 1,41; dengan bobot yang sama.

2.

Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan

menulis teks berita pada kelas yang

menggunakan teknik ceramah menunjukkan

hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan

pencapaian rata-rata 5,14. Rata-rata tersebut

diperoleh dari empat kriteria penilaian yang

memperoleh rata-rata sebagai berikut: (1)

pilihan kata atau diksi sebesar 1,27; (2)

ketepatan ejaan 1,17; (3) susunan paragraf

1,3; (4) Kelengkapan 5W+1H 1,4; dengan

bobot yang sama.

3.

Berdasarkan

pencapaian

rata-rata

pada

masing-masing kelas menunjukkan bahwa

pada

kelas

yang

menggunakan

teknik

wawancara lebih baik daripada teknik

ceramah, tetapi perbedaan tersebut sangat

kecil. Pada kelas yang menggunakan teknik

wawancara

(VIII-A)

rata-rata

5,37.

Sedangkan pada kelas yang menggunakan

teknik ceramah (VIII-C) rata-rata 5,14. Jadi,

penggunaan teknik wawancara dengan teknik

ceramah tidak memperlihatkan perbedaan

yang jauh.

4.

Simpulan

di

atas,

diperkuat

dengan

terbuktinya uji statistik, yang menunjukkan

bahwa t

hitung

(0,77) < t

tabel

(1,66). Artinya tidak

terdapat perbedaan kemampuan menulis teks

berita yang menggunakan teknik wawancara

dengan yang menggunakan teknik ceramah.

Dengan demikian hipotesis nol diterima dan

hipotesis kerja ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,

Suharsimi.

(2002).

Prosedur

Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik

(Edisi Revisi V). Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Akhadiah, Sabarki, et al. (1993). Pembinaan

Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Keraf, Gorys. (1989). Komposisi. Ende Floras:

Nusa Indah.

Rosidi, Imron. (2009). Menulis Siapa Takut.

Yogyakarta: Kanisius.

Semi, Atar. Prof. Drs. M. (1995). Teknik

Penulisan Berita, Features dan Artikel.

Bandung: Angkasa.

Siregar, Syafaruddin. (2004). Statistik Terapan

untuk Penelitian. Jakarta: Gramadia

(6)

Sug1Hastuti, Dra. M. S. (2000). Bahasa Laporan

Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sujana, Nana. DR dan Ibrahim. DR. M. A. (2004).

Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sunarto, Prof. Dr. H dan Agung Hartono, Dra.

Ny. B. (2002). Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan.

(1990). Teknik Pengajaran Keterampilan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit,

Vol.13 No.1, Mei 2008 Pemodelan Nilai Jangka Panjang Pelanggan Dalam Manajemen Hubungan Pelanggan Perkembangan dunia bisnis dan bidang pemasaran menuntut perlunya peningkatan

dilakukan, tetapi jika tidak merasa mampu untuk berlaku adil lebih baik. jangan

Namun apabila nilai barang tersebut tidak mencukupi atau barang milik perusahaan tidak dapat ditemukan atau karena kesulitan dalam melaksanakan penyitaan terhadap barang

Gambar 14,15, 16 memberikan grafik normal sensitivitas untuk setiap konsentrasi, dapat dilihat bahwa kepekaan dari sensor berfrekuensi harmonisa 3fo menghasilkan

peserta selama pelatihan Survei keterlibatan siswa tentang performa guru di kelas Data survei kepuasan guru atas dukungan kepala sekolah Hasil pretest dan post test Hasil pretest

Kemudian pada penelitian ini akan dilakukan interkoneksi terhadap server Asterisk, OpenSIPS, dan Kamailio yang merupakan platform lebih baru yang menawarkan keandalan

Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian ventilasi mekanik