MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK WAWANCARA PADA SISWA KELAS VIII SMP ASSIDIQIYAH KARANGAWITAN
KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
MIMIN SETIAWATI
NIM. 1021.0501
PROGRAM STUDI PBS INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2012
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: l)Bagaimanakah pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara. 2) Bagaimanakah pembelajaran menulis teks berita dengan yang tidak menggunakan teknik wawancara. 3) Adakah perbedaan hasil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara dan yang tidak menggunakan teknik wawancara. Tujuan penelitian ini yaitu 1) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara. 2) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran menulis teks berita dengan yang tidak menggunakan teknik wawancara. 3) Untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran menulis teks berita dengan teknik wawancara dan yang tidak menggunakan teknik wawancara.
Berdasarkan hasil analisis penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu: (1) hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik wawancara menunjukkan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,37. Rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata sebagai berikut: 1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,38; 2) ketepataan ejaan l,29; 3) susunan paragraf 1,29; 4) kelengkapan 5W+1H 1,41. (2) Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik ceramah menunjukan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,14. Rata-rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata-rata-rata sebagai berikut: 1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,27; 2) ketepataan ejaan 1,17; 3) susunan paragraf 1,3; 4) kelengkapan 5W+IH 1,4; dengan bobot yang sama, berdasarkan pencapaian rata-rata pada masing-masing kelas menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan teknik wawancara lebih baik daripada teknik ceramah, tetapi perbedaan tersebut sangat kecil. Pada kelas yang menggunakan teknik wawancara (VIII-A) rata-rata 5,37, sedangkan pada kelas yang menggunakan teknik ceramah (VIII-C) rata-rata 5,14. Jadi, penggunaan teknik wawancara dengan teknik ceramah tidak memperlihatkan perbedaan yang jauh. Simpulan di atas, diperkuat dengan terbuktinya uji statistik, yang menunjukkan bahwa t hitung (0,77) < t tabel (1,66). Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis teks berita yang menggunakan teknik
wawancara dengan yang menggunakan teknik ceramah. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan hipotesis kerja
ditolak.
Kata kunci : Teks Berita / Wawancara
PENDAHULUAN
Kegiatan menulis dapat dilakukan oleh
semua orang. Oleh karena itu, keterampilan
menulis merupakan salah satu tujuan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan
menulis merupakan keterampilan yang perlu
dilatih, setiap siswa memiliki peluang untuk
terampil dalam hal menulis. Walaupun tidak
semua siswa memiliki minat dan bakat yang sama
dalam hal menulis.
Dalam pembelajaran menulis teks berita,
faktor guru merupakan hal terpenting dalam
menentukan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini guru bahasa yang berperan sebagai
motivator dituntut untuk menggali kreativitas,
bakat dan minat siswa terhadap menulis teks
berita yang dianggap sulit untuk dipelajari.
Pada dasarnya, pembelajaran menulis teks
berita ditujukan untuk membuat siswa dapat
menuangkan dan mengembangkan ide tulisan
yang berbentuk teks berita. Maka untuk itu dalam
pembelajaran menulis teks berita dibutuhkan
sarana yang tepat untuk menggali kemampuan
siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan ke
dalam sebuah teks berita.
Di Sekolah Menengah Atas, keterampilan
menulis merupakan salah satu keterampilan yang
ditekankan pembinaannya. Walaupun menulis
tidak asing lagi di kalangan siswa Sekolah
Menengah Pertama, tetapi siswa harus dapat
menulis dengan baik dan benar. Tetapi di sini
siswa
diharapkan
mampu
mengekspresikan
berbagai gagasan, pikiran, pendapat, serta dapat
menulis teks berita dengan baik.
Berita adalah peristiwa atau kejadian yang
menarik, luar biasa dan terkini. Disebut berita
apabila dilaporkan. Dalam pengertian sederhana,
berita adalah fakta atau informasi yang ditulis
oleh wartawan dan dimuat di surat kabar. Dapat
dikatakan bahwa berita adalah segala sesuatu
yang hangat atau aktual dan menarik perhatian
sejumlah orang. Tetapi di sini penulis tertarik
dengan hal tersebut. karena menulis teks berita
sulit
sekali
digunakan
dalam
belajar
pembelajaran,
begitupun
dengan
teknik
wawancara.
Agar siswa dapat menulis teks berita
dengan baik maka perlu dilaksanakan
latihan-latihan. Karena itu merupakan salah satu cara agar
siswa
terampil
dalam
menulis
dengan
menggunakan kata yang baik dan benar.
Begitupun dengan teknik wawancara, karena
wawancara tidak sering digunakan dalam belajar
pembelajaran. Jadi penulis ingin mengetahui
sejauh mana perbedaan menulis teks berita yang
menggunakan teknik wawancara dengan yang
tidak menggunakan teknik wawancara antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apakah ada
perbedaan yang cukup jauh antara kelas yang
menggunakan teknik wawancara dengan kelas
yang tidak menggunakan teknik wawancara.
KAJIAN TEORI DAN METODE
Keefektifan Pembelajaran Menulis Teks Berita
Pembelajaran merupakan tindakan dan
prilaku siswa yang kompleks. Menurut Joyce,
1992:4 (dalam Trianto, 2007: 5) pembelajaran
merupakan suatu perencanaan atau suatu pola
yang
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
merencanakan
pembelajaran
di
kelas atau
pembelajaran
dalam
tutorial
dan
untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk didalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum dan lain-lain.
Menulis
merupakan
suatu
bentuk
manifestasi
kemampuan
dan
keterampilan
menyimak,
berbicara
dan
membaca.
Dua
penelitian penggunaan waktu bagi keempat
keterampilan berbahasa menyimpulkan bahwa
urutan lama waktu tersebut selalu berurutan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Proses orang belajar berbahasa pun selalu dimulai
dengan urutan menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. “The last but not the least” kata
pepatah dalam bahasa Inggris. Biarpun posisi
menulis selalu terakhir tidak berarti menulis tidak
penting, berarti dan berperan.
Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan
untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap
muka
dengan
orang
lain.
Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. “Sebagai kegiatan yang ekspresif,
tidaklah berlebihan jika keterampilan menulis
adalah keterampilan yang paling kompleks yang
menuntut
sejumlah
pengetahuan
dan
keterampilan. Namun demikian, kemampuan
menulis bukanlah milik segolongan orang yang
berbakat menulis saja. Dengan latihan yang
sungguh-sungguh kemampuan menulis dapat
dimiliki oleh siapa saja” (Akhadiah, 1992:2).
Kegiatan menulis merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar
yang dialami oleh setiap siswa selama menuntut
ilmu pengetahuan. Menulis merupakan sebuah
kegiatan menuangkan pikiran, gagasan dan
perasaan seseorang yang diungkapkan dalam
bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk
tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh
pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi
tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang
untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca
dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh
pembaca.
Menulis merupakan bentuk komunikasi
untuk menyampaikan gagasan penulis kepada
khalayak yang dibatasi jarak, tempat, dan waktu.
Menulis
juga
merupakan
sebuah
aktivitas
pengungkapan bahasa melalui media. Menulis
juga
dapat diartikan sebagai
keterampilan
berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan
sesuatu sebagai ungkapan pikiran, perasaan dan
kemampuannya dalam bahasa tulisan.
Menurut
D'Angelo,
1980:5
(dalam
Tarigan) “menulis adalah suatu bentuk berpikir,
tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan
bagi waktu tertentu.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
menulis
merupakan
suatu
kegiatan
produktif
yang
melibatkan proses atau aktivitas alat bepikir
dengan melahirkan gagasan, pikiran, perasaan,
untuk mencapai tujuan ke dalam bentuk bahasa
tulisan dengan diorganisasikan secara sistematis
dan logis sehigga dapat dipahami oleh pembaca.
Berita
adalah
jenis
tulisan
yang
penulisannya didasarkan pada fakta atau kejadian
nyata. Berita adalah cerita atau laporan mengenai
kejadian atau peristiwa yang faktual yang baru
dan luar biasa sifatnya. Di dalam rumusan ini
dipersyaratkan berita itu adalah peristiwa yang
benar-benar terjadi dalam waktu yang baru
sehingga mempunyai nilai kejutan dan dapat
memenuhi hasrat keingintahuan orang banyak,
serta peristiwa itu bukan kejadian secara secara
rutin dan natural, tetapi terjadi di luar kebiasaan
dan diluar dugaan. Dengan demikian, jelas bahwa
sesuatu yang berlangsung atau terjadi secara
lumrah dan rutin tidak dapat dinilai sebagai berita
(Semi, 1995:11).
Berdasarkan pengertian ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa berita merupakan suatu
peristiwa
berupa
fakta
yang
ditulis
atau
dilaporkan kepada umum dengan tujuan supaya
khalayak mengetahuinya.
Menulis teks berita tidak sama dengan
menulis surat atau buku harian. Menulis berita
memerlukan kecakapan tersendiri dan harus
memperhatikan ciri-ciri bahasa jurnalistik dan
hal-hal yang berhubungan dengan tulisan berbentuk
berita. Dalam pembelajaran menulis teks berita
penulis membedakan berita langsung atau
straight-news dan berita berat atau depth-news.
Berita langsung merupakan berita yang ditulis
sesuai dengan fakta yang ada secara singkat;
berita berat dan mendalam atau depth news
merupakan
berita
yang
mendalam
dan
dikembangkan secara rinci oleh wartawannya
sehingga tidak lagi menjadi berita ringan.
Pembelajaran menulis teks berita yang
penulis gunakan adalah menulis teks berita
langsung, dengan menulis teks berita langsung
peserta didik akan lebih mudah untuk menulis
teks berita, karena menulis berita langsung
merupakan berita yang sesuai dengan fakta dan
ditulis secara singkat. Jadi peserta didik tidak sulit
untuk menulis teks berita.
Pembelajaran
menulis
teks
berita
mempunyai fungsi dan peranan dalam kehidupan.
Menulis teks berita dapat pula dilihat dalam kaitan
perkembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan
bagi peserta didik itu sendiri ataupun untuk
pembaca.
Karena
adanya
kebiasaan
dan
kesenangan
menulis
teks
berita
dapat
menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang dapat
memberikan informasi kepada pembaca.
Pembelajaran menulis teks berita harus
menggunakan
langkah-langkah
yang
harus
ditempuh dalam menulis berita. Dengan adanya
teknik penulisan berita ini, diharapkan naskah
berita yang dibuat memiliki kesempurnaan
sebagai bahan informasi yang akurat. Adapun
langkah yang mutlak yang dilakukan yaitu: 1)
mengumpulkan informasi dari fakta atau peristiwa
yang menjadi bahan berita, 2) menuangkan
bahan-bahan informasi tersebut ke dalam bentuk tulisan.
Untuk menyusun bahan-bahan informasi
menjadi tulisan atau naskah berita yang utuh,
biasanya para jurnalis menggunakan rumusan 5W
+ 1H sebagai rumusan yang dapat membantu
menyusun sebuah informasi secara sistematis
sehingga dapat terwujud menjadi bentuk tulisan
yang informatif.
Untuk menyusun berita, maka terlebih
dahulu penulis mengetahui tahapan persiapan
menulis berita atau artikel; 1) pahami masalah, 2)
kumpulkan bahan, 3) seleksi bahan, 4) tentukan
tema/isi cerita dan 5) tentukan urutan logis (judul,
isi dan penutup).
Penerapan
Teknik
Wawancara
dalam
Pembelajaran Menulis Teks Berita
Pada dasarnya wawancara itu merupakan
suatu percakapan antara dua orang, antara
seseorang yang bertanya dan seseorang yang
menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, proses
wawancara secara umum tidak banyak bedanya
dengan percakapan yang kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi pewawancara tentu
kepentingannya akan wawancara itu berbeda
dengan suatu percakapan biasa. Dalam suatu
wawancara, pewawancara menginginkan suatu
yang penting dan berharga untuk disampaikan
kepada khalayak banyak.
Wawancara dalam istilah lain dikenal
dengan interview. Wawancara merupakan suatu
metode pengumpulan berita, data, atau fakta di
lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara
langsung dengan bertatap muka langsung (face to
face) dengan narasumber. Namun, bisa juga
dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui
telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).
Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik
sangat tergantung dari hasil wawancara di
lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di
lapangan, akan menyulitkan pewawancara dalam
menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan
wawancara, upayakan mendapatkan data yang
selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya
melalui proses wawancara.
Metode Penelitian
Suatu penelitian selalu menggunakan
metode yang mengarah kepada cara kerja
penelitian tersebut. Metode itu sendiri adalah
cara-cara melakukan sesuatu yang telah dipikirkan
secara matang-matang dan di susun dengan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
(Surakhmad, 1987:131) “Metode merupakan cara
utama yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa,
dengan menggunakan ternik serta alat-alat
tertentu, cara itu digunakan setelah penyelidik
memperhitungkan kewajaran ditinjau dari tujuan
penyelidikan serta dari situasi penelitian.”
Dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan metode eksperimen yang bertujuan
untuk menguji dan mencoba suatu pendekatan
yang dianggap efektif untuk mengajarkan suatu
pembelajaran. Ciri utama metode eksperimen
yaitu harus ada perlakuan. Penelitian memberikan
atau mengadakan tindakan tertentu terhadap objek
penelitian.
Berdasarkan hal di atas, penulis akan
berusaha perlakuan dengan cara pembelajaran
menulis teks berita melalui teknik wawancara
pada kelas VIII SMP Assidiqiyah Karangpawitan
Garut tahun pelajaran 2011/2012.
Teknik Pengolahan Data
Untuk mengetahui hasil dari pembelajaran
tersebut maka dalam penelitian ini penulis
mengguakan rumus t test (uji perbedaan dua rata -
rata) independent. Akan tetapi sebelum penulis
mengguakan t test, penulis menggunakan uji
Lilifors untuk melihat normal tidaknya data.
Langkah - langkah yang dilakukan sebagai
berikut:
1) Mencari normalitas data dengan rumus
1
/
2−
Σ
=
Σ
=
→
−
=
− −n
fxi
S
f
n
fxi
x
S
x
xi
Z
iKeterangan:
Z
= Simpangan baku untuk kurve
normal standar
Xi
= Data ke i dari suatu kelompok
data
X
= Rata-rata kelompok
S
= Simpangan baku
2) Kriteria pengujian.
Jika Z
tabellebih besar dari pada Z
hitungmaka
data normal
3) Dan nilai T (uji independent) dengan rumus :
+
−
+
Σ
+
Σ
−
=
− − 2 1 2 1 2 2 2 1 2 11
1
2
n
n
n
n
x
x
x
x
t
1)
Menentukan derajat kebebasan
Dk = (n
1+ n
2) – (k – 1)
2)
Menetukan nilai t dari daftar
@ = 0,05
6) Kriteria pengujian
Jika nilai t
hitungkurang dari t
tabelberarti kedua
tes tersebut tidak ada perbedaan. Begitupun
sebaliknya jika t
hitunglebih dari t
tabelmaka tes
tersebut memiliki perbedaan.
HASIL DANPEMBAHASAN
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya
data dalam penelitian ini adalah berbentuk teks
berita
yang
dibuat
siswa
setelah
proses
pembelajaran. Penulis tidak melakukan tes awal
untuk mengetahui kemampuan awal siswa di
kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, karena
berdasarkan informasi dari guru kelas dan
dokumentasi yang ada kedua kelas yang
digunakan sebagai tempat penelitian memiliki
kemampuan berimbang. Dengan demikian
penulis berasumsi bahwa kemampuan awal
siswa di kedua kelas adalah sama.
Penilaian terhadap teks berita yang dibuat siswa,
ditentukan dengan empat kriteria penilaian yaitu
berkaitan dengan penggunaan diksi, ketepatan
ejaan, rumusan 5W + 1H, susunan paragraf.
Kriteria
dan
aturan
penilaian
penulisan
dideskripsikan pada tabel seperti berikut ini.
Format Penilaian Menulis Berita
Komponen Penilaian Skala penilaian Bobot Jml 1 2 3 4 5 1. Pilihan kata / Diksi 0,5 2,5 2. Ketepataan ejaan 0,5 2,5 3. Susunan paragraf 0,5 2,5 4. Kelengkapan 5W+lH 0,5 2,5 Total 2 10