• Tidak ada hasil yang ditemukan

tanaman yang sangat adaptif terhadap lahan pasca tambang. Tanaman yang dipergunakan diharapkan memiliki dampak multiguna yakni sebagai penutup tanah,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "tanaman yang sangat adaptif terhadap lahan pasca tambang. Tanaman yang dipergunakan diharapkan memiliki dampak multiguna yakni sebagai penutup tanah,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

versi elektronik

263

PERAN TANAMAN PAKAN GAMAL (Gliricidia sepium) DALAM KONSERVASI LAHAN PASCA TAMBANG

I W. Suarna, N.N. Suryani, K.M. Budiasa, A.A.A.S. Trisnadewi, dan I.W. Wirawan

Puslitbang Tumbuhan Pakan Universitas Udayana

Email: puslitbangtp@gmail.com, suarnawyn@yahoo.com

ABSTRAK

Maraknya alih fungsi lahan melalui penambangan bahan galian C yang tidak terkendali telah merubah bentang alam yang diprediksi akan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan seperti erosi, pengikisan biomasa, dan penurunan kualitas tanah dan lahan akibat penambangan. Sebuah penelitian telah dilaksanakan untuk mengetahuai peran tanaman gamal sebagai tanaman penghasil hijauan pakan dan konservasi lahan pasca tambang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dihutuhkan waktu yang lebih panjang bagi tanaman gamal untuk menghasilkan hijauan pakan karena gamal lebih awal akan memperbaiki sistem perakarannya untuk memperluas jangkauan mendapatkan air dan hara dari dalam tanah. Poduksi hijauan gamal saat panen awal dapat mencapai 0,52 kg DW per batang dengan kualitas hijauan yang baik. Hasil analisis kandungan protein daun gamal, kulit batang, dan batang gamal berturut-turut adalah 22,16%, 13,34%, dan 11,55% dan kandungan Ca dan P yang cukup tinggi. Perbaikan sistem perakaran gamal di lahan pasca tambang menyebabkan gamal lebih kuat memegang butiran pasir dan bebatuan sehingga dapat mencegah erosi dan transport sedimen. Dengan demikian gamal sangat berperan dalam konservasi lahan pasca tambang (pertambangan galian C) di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Kata Kunci: gamal, hijauan pakan, konservasi, dan pasca tambang. ABSTRACT

The crowded of functional change of land through uncontrolled sand mining has change the landscape that predicted cause environmental problems such as erosion, biomass erosion, soil and land quality degradation because of the mining. A research have been done to evaluate the role of Gliricidia sepium as tree forage and post-mining land conservation. Result of the research showed that it takes longer for Gliricidia sepium to produce forage because for earlier time Gliricidia sepium will fix the root system to expand reach to get water and nutrients from the soil. Forage production of Gliricidia sepium on early harvest could reach 0.52 kg DW per stem with good quality forage. Analysis of protein content of leaf, bark and stem of Gliricidia sepium are 22.16%, 13.34%, and 11.55% respectively, and high content of Ca and P. Improving of root system in post-mining land conservation cause Gliricidia sepium more stonger to hold sand and rocks, so could prevent erosion and sediment transport. Therefore, Gliricidia sepium has a big role in post-mining land conservation at Sebudi Village, Selat District, Karangasem Regency, Bali Province.

Key words: Gliricidia sepium, forage, conservation, post-mining PENDAHULUAN

Aktivitas pertambangan galian C selain akan menyebabkan wajah kawasan menjadi bopeng, juga dapat berdampak terhadap percepatan erosi, longsor, dan banjir. Lahan kering dan lahan marginal bekas penambangan galian C umumnya ditinggalkan tanpa upaya untuk melaksanakan pemulihan. Salah satu upaya untuk mengembalikan produktivitas lahan pasca tambang adalah dengan menanam

(2)

versi elektronik

264 tanaman yang sangat adaptif terhadap lahan pasca tambang. Tanaman yang dipergunakan diharapkan memiliki dampak multiguna yakni sebagai penutup tanah, sumber hijauan pakan, meningkatkan kesuburan tanah, dan mencegah erosi, banjir dan sebagainya.

Tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan tanaman yang sangat tahan terhadap kondisi kekeringan (Nitis, 2007). Ketika musim kering berkepanjangan, di kawasan daerah Bukit Jimbaran, Kabupaten Badung, Provinsi Bali pohon gamal masih terlihat hijau. Pada daerah tebing perbukitan setelah ditambang kapurnya terlihat sulur-sulur perakaran gamal menutupi permukaan tebing hingga sampai ke bagian dasar tebingnya. Jika di Bali Selatan (kawasan Bukit Jimbaran) eksploitasi dilakukan untuk penambangan bahan galian kapur maka di Bali Timur (di kawasan Desa Sebudi, Selat) eksploitasi dilakukan terhadap bahan galian C (pasir). Apakah dengan kondisi lahan pasca penambanagan galian C di Desa Sebudi Karangasem, tanaman gamal dapat berperan sebagai sarana padang gembala?.

Meluasnya eksploitasi lahan untuk penambangan galian C (batuan) mempercepat laju degradasi lahan dengan demikian eksploitasi harus diimbangi/disertai dengan recovery lahan. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk recovery lahan salah satunya dengan peningkatan jenis dan tutupan vegetasi yang berfungsi ganda sebagai cover crop dan penghasil hjauan pakan (As-syakur ., 2011). Berdasarkan hal tersebut di atas maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah bagaimanakah produksi, kualitas hijauan, dan model teknologi konservasi berbasis pastura campuran, dengan legum pohon dan pupuk organik pada lahan pasca tambang di Kabupaten Karangasem?

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada lahan pasca tambang di Desa Sebudi Karangasem. Perlakuan terdiri atas sistem tanam asosiasi rumput-legum herbasius dan legum pohon (gamal) dengan pupuk kandang dan/atau pupuk bioslurry. Sistem tanam merupakan kombinasi dari 2 spesies rumput dan 2 spesies legum. Dengan demikian akan terdapat 8 perlakuan kombinasi antara rumput, legum, dan pupuk kandang. Percobaan menggunakan tiga kelompok sebagai ulangan, sehingga percobaan ini terdiri dari 8 x 3 = 24 petak/plot. Petak-petak percobaan dibuat dengan ukuran 3 x 3 meter. Adapun kedelapan perlakuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kombinasi rumput Panikum, Paspalum, Centrosema, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk kandang 10 t ha-1

2. Kombinasi rumput Panikum, Paspalum, Centrosema, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk kandang 20 t ha-1

3. Kombinasi rumput Panikum, Paspalum, Centrosema, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk bioslurry 10 t ha-1

4. Kombinasi rumput panikum, paspalum, centrosema, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk bioslurry 20 t ha-1

5. Kombinasi rumput Panikum, Paspalum, Clitoria, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk kandang 10 t ha-1

6. Kombinasi rumput Panikum, Paspalum, Clitoria, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk kandang 20 t ha-1

7. Kombinasi rumput Panikum, Paspalum, Clitoria, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk bioslurry 10 t ha-1

(3)

versi elektronik

265 8. Kombinasi rumput panikum, paspalum, Clitoria, dan legum pohon dipupuk dengan pupuk

bioslurry 20 t ha-1

Stek gamal dengan panjang 1,5 m ditanam ditengah-tengah petak percobaan dalam sistem pagar dengan arah timur-barat. Sisi utara dan selatan gamal ditanami sobekan rumpun rumput panikum dan paspalum serta bibit centrocema dan clitoria. (Gambar 1). Triming terhadap tanaman herbasius di atas dilakukan 2 bulan setelah tanam selanjutnya dilaksanakan pengambilan data setiap minggu berikutnya. Dua belas petak menggunakan tanaman clitoria (seperti Gambar 1) dan pada dea belas petak percobaan lainnya menggunakan tanaman centrocema.

                                                                                                                                               

Keterangan:  = Gamal; = Clitoria; = Centrocema;  = Panikum;  = Paspalum.

Gambar 1. Tata letak pertanaman pada petak percobaan di lapangan

Data yang diperoleh selama percobaan berlangsung ditabulasi dan dianalisis menggunakan sidik ragam univariat pada taraf nyata 5% (Gomez and Gomez, 1995) Perbedaan nilai rata-rata perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Gomez and Gomez, 1995). Data disajikan alam bentuk tabel.

(4)

versi elektronik

266

HASIL DAN PEMBAHASAN

Curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun dari Stasiun pengamat curah hujan pada BPP Kecamatan Selat sebesar 3.628 mm th-1 dengan 123 hari hujan. Curah hujan terendah pada bulan Agustus sebesar 160 mm bulan-1 dengan 6 hari hujan dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 419 mm bulan-1 dengan 12 hari hujan. Curah hujan ini mempengaruhi daerah penelitian pada sebagian wilayah di Desa Sebudi.

Tipe iklim diperoleh dengan rasio antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah bulan basah dari masing-masing stasiun penakar curah hujan. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Q berada diantara 0<Q<0,143 artinya tipe iklim menurut Schmidht Ferguson pada kaasan Sub DAS Telagawaja termasuk tipe iklim A (sangat basah). Namun pada tahun 2014 iklim telah mengalami perubahan dimana hujan turun mulai akhir bulan November.

Gamal yang ditanam pada lahan pasca tambang tidak ada yang mengalami kematian, semua stek gamal tumbuh dengan baik. Pengukuran pertumbuhan gamal yang dilakukan hingga akhir Desember 3014 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap penggunaan pupuk organic dan dalam asosiasijya dengan tanaman herbasius (rumput-rumputan dan legume). Pertumbuhan lingkar batang dan tinggi munculnya cabang dari permukaan tanah tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Pertumbuhan yang lambat juga disebabkan oleh musim kemarau yang panjang hingga akhir bulan November 2014.Jumlah cabang primer, cabang sekunder dan jumlah daun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). JiKa dicermati perkembangan perakaran tanaman gamal, akar gamal tumbuh cepat kebawah dan kesamping. Hal tersebut menunjukkan bahwa translokasi karbohidrat yang dihasilkan di daun lebih banyak diarahkan ke bagian akar tanaman (Marschner, 1986). Kondisi tersebut sangat menguntungkan dari sisi konservasi karena perakaran gamal akan dapat menghambat terjadinya erosi permukaan tanah dan mencegah terjadinya longsor.

Tabel 1. Pertumbuhan tanaman gamal

Perlakuan Lingkar Batang Tinggi cabang dari bawah Jumlah Cab. Primer Jumlah Cab.

Sekunder Jumlah Daun … mm … ….cm . ... ….. cabang…. ….. cabang…. …. helai …

T1 121,33 a 11,53 a 6,67 a 0,33 a 75,50 a T2 125,50 a 10,67 a 11,67 a 0,33 a 62,67 a T3 118,00 a 12,08 a 5,00 a 1,17 a 82,33 a T4 123,83 a 11,25 a 4,17 a 0,17 a 72,00 a T5 124,17 a 10,75 a 5,83 a 0,17 a 67,33 a T6 117,50 a 13,08 a 6,17 a 0,00 a 67,67 a T7 120,17 a 11,33 a 5,33 a 0,33 a 60,83 a T8 123,83 a 13,67 a 4,67 a 0,00 a 83,83 a KK=7,57 KK=13,53 KK=40,35 KK=36,15 20,25

(5)

versi elektronik

267 Pertumbuhan tanaman rumput dan legume yang ditanam bersama tanaman gamal memperlihatkan hubungan antara tinggi tanaman dengan area cover (volume tanaman) yang semakin meningkat. Asosiasi tanaman paspalum dengan clitoria memberikan volume tanaman yang tertinggi kemudian diikuti oleh asosiasi tanaman antara rumput paspalum dengan centrocema. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena pertumbuhan paspalum lebih cepat tinggi dan tegakan anakan lebih ke horizontal pada awalnya sehingga area covernya menjadi lebih besar.

Hubungan antara jumlah anakan dengan lingkar rumpun tanaman mencerminkan kekompakan atau densitas rumpun tanaman. Penomena densitas rumpun tanaman sama dengan volume tanaman. Asosiasi rumput paspalum dengan legume clitoria juga memberikan densitas tertinggi. Densitas rumpun rumput panikum dengan centrocema paling rendah hal tersebut disebabkan karena lingkar rumpun rumput panikum yang lebih kecil dan sifat tumbuh yang erect meskipun centrocema pertumbuhannya sangat baik.

Dari variabel pertumbuhan tanaman herbasius yang mencakup perkembangan volume tanaman dan densitas tanaman terlihat bahwa keberadaan legume pohon gamal tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman herbasius yang ditanam bersama gamal.

Sejalan dengan pola pertumbuhan tanaman gamal maka produksi berat kering oven cabang, daun, dan total hijauan gamal juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Hal tersebut membuktikan bahwa tanaman gamal tidak saja mampu beraaptasi dengan baik dengan kondisi lahan yang kering tetapi juga mampu menggunakan pupuk organik dengan baik. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Nitis (2007) bahwa gamal memiliki rentang kesuburan dan kelembaban tanah yang cukup luas. Penggunaan pupuk organik meskipun tiak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap produksi hijauan tanaman herbasius, tetapi dapat meningkatkan kesuburan dan mempertahankan kelembaban tanah sehingga tanaman herbasius masih dapat tumbuh di musim kemarau. Salisbury dan Ross, 1992 menyatakan bahwa pemberian serasah ataupun pupuk organik dapat mempertahankan kelembaban tanah. Dapat dikatakan bahwa model konservasi lahan pasca tambang berbasis asosiasi hijauan pakan efektif sebagai upaya konservasi sekaligus meningkatkan ketersediaan hijauan pakan bagi ternak ruminansia.

Tabel 2 Berat kering oven hijauan gamal Perlakuan Berat Kering Oven

Cabang Berat Kering Oven Daun Berat Kering Oven Total …………. g cabang-1 T1 156,483 a 38,767 a 195,25 a T2 238,067 a 56,850 a 294,92 a T3 219,033 a 50,950 a 269,98 a T4 256,683 a 61,717 a 318,40 a T5 175,542 a 67,400 a 242,94 a T6 276,033 a 43,767 a 319,80 a T7 174,517 a 46,617 a 221,13 a T8 301,233 a 41,033 a 342,27 a KK-35,9 KK=25,26 KK=28,93

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0,05)

(6)

versi elektronik

268 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu yang lebih panjang bagi tanaman gamal untuk menghasilkan hijauan pakan karena gamal lebih awal akan memperbaiki sistem perakarannya untuk memperluas jangkauan mendapatkan air dan hara dari dalam tanah. Poduksi berat kering oven hijauan gamal saat panen awal dapat mencapai 275,9 g cabang-1 atau atau rata-rata 0,52 kg batang-1 dengan kualitas hijauan yang baik. Hasil analisis kandungan protein daun gamal, kulit batang, dan batang gamal berturut-turut adalah 22,16%, 13,34%, dan 11,55% dan kandungan Ca dan P yang cukup tinggi. Perbaikan sistem perakaran gamal di lahan pasca tambang menyebabkan gamal lebih kuat memegang butiran pasir dan bebatuan sehingga dapat mencegah erosi dan transport sedimen. Dengan demikian gamal sangat berperan dalam konservasi lahan pasca tambang (pertambangan galian C) di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Tabel: 3 Berat kering oven hijauan herbasius dalam berbagai pola asosiasi

Perlakuan BK Daun BK Batang BK Total

.... t ha-1…. T1 3,66 a 3,48 a 7,15 ab T2 3,94 a 3,25 a 7,19 ab T3 4,41 a 3,32 a 7,73 a T4 4,16 a 3,11 a 7,27 a T5 2,92 ab 2,42 b 5,34 b T6 2,70 ab 2,85 ab 5,55 b T7 2,66 ab 2,71 ab 5,37 b T8 2,42 b 2,45 ab 4,87 b

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0,05)

Berat kering oven hijauan panikum dan paspalum yang ditanam bersama centrosema (T4) dan dipupuk dengan 20 t ha-1 bioslurry adalah tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan T3, T2, T1. Kondisi tersebut disebabkan karena pupuk kandang yang dipergunakan adalah pupuk kandang yang telah terdekomposisi dengan baik (hampir menyerupai tanah) sehingga penyerapan unsur hara menjadi sangat efektif. Penomena tersebut hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suarna dkk. (2014) Tidak ada perbedaan antara penggunaan pupuk kandang sapi dengan bioslurry. Perbedaan tampak nyata antara tanaman Centrocema dengan Clitoria yang diasosiasikan dengan rumput panikum, paspalum, dan gamal. Tingginya berat kering oven centrocema disebabkan oleh sifat tumbuh centroema yang lebih cepat menutupi tanah dan akar yang tumbuh dari batang yang menyentuh tanah lebih cepat. Sedangkan clitoria pertumbuhan awalnya adalah tegak dan lebih cepat melilit pada daun rumput.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pertumbuhan dan hasil hijauan rumput tidak dipengaruhi oleh keberadaan legum yang ditanam bersama rumput tersebut, rumput panikum yang ditanam bersama legum centrocema memberikan hasil hijauan tertinggi. Aplikasi pupuk kandang dan pupuk bioslurry pada berbagai dosis pemberian tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan hasil rumput yang ditanam bersama legum. Centrocema yang diasosiasikan dengan rumput dan legume pohon memberikan hasil hijauan yang lebih baik dibandingkan dengan Clitoria. Berat kering oven gamal mencapai 0,52 kg

(7)

versi elektronik

269 batang-1 dengan kandungan protein kasar daun, kulit batang, dan batang gamal berturut-turut adalah 22,16%, 13,34%, dan 11,55%. Peran tanaman gamal sangat cocok sebagai model teknologi konservasi lahan pasca tambang berbasis pastura campuran di Desa Sebudi Karangasem.

DAFTAR PUSTAKA

As-syakur, A.R., I.W. Suarna, I.W. Rusna, and I.N. Dibia. 2011. Pemetaan Kesesuaian Iklim Tanaman Pakan serta Kerentanannya Terhadap Perubahan Iklim dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) di Provinsi Bali. Jurnal Pastura. Vol. 1:1 (9-15).

Gomez, K.A dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Terjemahan E.Sjamsuddin dan J. S. Baharsjah. UI-Press. Jakarta, halaman 87-219.

Marschner, H. 1986. Mineral nutrition of higher plants. Acad. Press. London. Nitis, I M. 2007. Gamal di Lahan Kering. Arti Fondation.Denpasar.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant physiology. 4th Ed. Nadsworth Publ. Co.

Suarna, I W., Ni Nyoman Candraasih Kusumawati, dan Magna Anuraga Putra Duarsa. 2014. Produksi dan Kualitas Hijauan Pakan pada Lahan Pasca Tambang Di Kabupaten Karangasem. Jurnal Pastura. Vol 4(2): 74 – 77

Gambar

Tabel 1.  Pertumbuhan tanaman  gamal
Tabel 2  Berat kering oven hijauan gamal   Perlakuan  Berat Kering Oven

Referensi

Dokumen terkait

Penurunanan jumlah penerbangan selama Januari 2016, disamping berdampak pada turunnya lalu lintas penumpang, juga diikuti oleh merosotnya arus barang sebesar 2,58 persen

Perlakuan manajemen yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi pada semua variabel pengamatan didapat nilai yang berbeda nyata (tabel 1 dan 2) pengamatanper

The results of this study indicate no significant beta effect, in contrast to the results of research Gosh and Woolridge (1988) conducted research on market reaction to

ng/µL sehingga diperoleh pendaran pita yang optimal pada proses selanjutnya. Amplifikasi utas pertama cDNA selanjutnya dilakukan dengan menggunakan PCR. Primer yang

Kelompok perlakuan IV diberi suspensi daging kepiting cangkang keras 1 ml/30 g BB selama 3 hari, dimana setelah 3 hari perlakuan dilakukan pengukuran kadar

Perkembangan masyarakat Indonesia pada saat ini dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan kemungkinan yang bisa terjadi seakan-akan masyarakat Indonesia

Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah dari Berkat, Rahmat dan Hidayah Allah SWT, telah dapat diselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Model

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang menyerang