• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERANAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERANAN

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG

OLEH :

RACHMAT AKBAR MUDJAHIDIN H 14104128

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

RINGKASAN

RACHMAT AKBAR M. Analisis Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang (dibimbing oleh HENNY REINHARDT).

Tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran merupakan permasalahan besar di Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di masa mendatang, mengingat potensi kekayaan alam Kabupaten Pandeglang sangat bagus.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan output, Nilai Tambah Bruto (NTB), permintaan antara dan permintaan akhir Pandeglang. Menganalisis keterkaitan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sektor-sektor lainnya di Pandeglang, baik keterkaitan dari sisi input maupun output, Menganalisis dampak penyebaran sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pandeglang dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya, Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.

Analisis yang dilakukan menggunakan tabel I-O dengan menggunakan bantuan GRIMP dan Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan yang cukup tinggi terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto (NTB) dan struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor perdagangan, hotel dan restoran belum mampu memberikan kontribusi yang cukup besar. Nilai permintaan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran lebih tinggi daripada permintaan akhirnya. Hal ini menunjukan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagian besar digunakan sebagai input langsung oleh sektor-sektor perekonomian lainnya daripada digunakan untuk konsumsi langsung. Keterkaitan output langsung ke depan sektor perdagangan, hotel dan restoran memliki nilai paling besar daripada sektor-sektor perekonomian di Pandeglang lainnya, begitu juga dengan nilai keterkaitan output langsung dan tidak langung ke depan. Untuk keterkaitan ke belakang sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai paling besar baik langsung maupun langsung dan tidak langsung. Dilihat dari hasil analisis dampak penyebaran maka dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai kepekaan penyebaran yang relatif lebih besar apabila daripada dengan nilai koefisien penyebaran. Hal tersebut menunjukan bahwa keberadaan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran ini mempunyai

(3)

kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya daripada kemampuan untuk menarik pertumbuhan output sektor hulunya. Berdasarkan hasil analisis multipler output, sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi pertama dalam perolehan nilai pengganda tipe I. sedangkan untuk perolehan nilai pengganda tipe II sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi ketiga. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi ketiga baik nilai pengganda tipe I maupun nilai pengganda tipe II. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki perolehan nilai pengganda yang cukup kecil untuk nilai pengganda tipe I dan tipe II.

Dengan berbagai potensi perdagangan, hotel dan restoran yang dimiliki, Pemerintah Pandeglang diharapkan lebih memperhatikan dan meningkatkan usaha sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam rangka menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Pandeglang. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pandeglang perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor ini akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Pandeglang secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian analisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja hendaknya dapat dijadikan sebagai landasan bagi pemerintah Pandeglang dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor perekonomian Pandeglang. Dari hasil penelitian ini sektor perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang sangat berpotensi untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja dan mengahapuskan kemiskinan di Kabupaten Pandeglang. Tabel I-O Pandeglang Tahun 2005 masih memiliki keterbatasan yang menonjol yaitu dalam penyajian data masing-masing sub sektor. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan Tabel I-O yang sudah menyajikan data sub sektor dari masing-masing sektor perekonomian di Pandeglang.

(4)

ANALISIS PERANAN

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG

OLEH :

RACHMAT AKBAR MUDJAHIDIN H14104128

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rachmat Akbar Mudjahidin Nomor Registrasi Pokok : H14104128

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Henny Reinhardt, SP. M.Sc. NIP. 132 321 419 Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor , Agustus 2008

Rachmat Akbar Mudjahidin H14104128

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayat dan karunia-karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul ”Analisis Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang”. Skripsi ini disususn sebagai syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing atas saran dan masukannya serta pihak-pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2008

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. Djadjat Mudjahidin, MM (ayah), Hj. Neneng Mulyani (ibu), serta A asep n T’Cika, A Tian n T’Yuni, T’Fatma, Lika, Ayat dan seluruh keluarga tercinta atas kasih sayang, doa yang tiada henti, serta dorongan moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Henny Reinhardt ,SP. M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kemudahan, nasehat, dan bimbingan serta kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. yang telah memberikan nasehat serta bimbingan selama perkuliahan.

4. Dosen Penguji dan Komisi Pendidikan yang telah memberi saran, kemudahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini

5. Amalia Dwi S.L untuk saran serta kritik yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Anggit, Tyo n Novi, Islam, Refa, Fikri, Sigit n Siera, Hardy, Dani, Adith, Fajri, Pansus, Aziz, Jawa, Dhamar, Aji, Rajiev, Annisa k.

7. Dwi Asmoro Ramanto yang telah bersedia menjadi pembahas seminar. 8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 7 1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori-Teori ... 9

2.1.1. Kegiatan pariwisata ... 9

2.1.2. Pengertian Wisatawan ... 10

2.1.3. Peran Sektor Pariwisata... 11

2.1.4. Pariwisata Sebagai Industri ... 14

2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi ... 16

2.2. Penelitian Terdahulu ... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis: Model Input-Output ... 22

3.1.1. Struktur Tabel Input-Output ... 22

3.1.2. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model I-O ... 28

3.1.3. Analisis Keterkaitan ... 29

3.1.4. Dampak Penyebaran... 29

3.1.5. Analisis Multiplier ... 30

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 32

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 36

4.3. Metode Analisis ... 37

4.3.1. Analisis Keterkaitan ... 37

4.3.1.1 Keterkaitan Langsung ke Depan ... 37

(10)

4.3.1.3 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung

ke Depan ... 38

4.3.1.4 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang ... 38

4.3.2. Dampak Penyebaran... 38

4.3.2.1 Kepekaan Penyebaran ... 39

4.3.2.2 Koefisien Penyebaran... 40

4.3.3. Analisis Multiplier ... 40

4.4. Konsep dan Definisi ... 42

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Kabupaten Pandeglang ... 49 5.2. Perdagangan ... 50 1.1. Perdagangan Besar ... 50 1.2. Perdagangan Eceran ... 51 5.3. Restoran/Rumah Makan ... 52 5.4. Perhotelan ... 53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ... 54

6.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Antara ... 54

6.1.2. Impor ... 55

6.1.3. Nilai Tambah Bruto ... 56

6.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja ... 58

6.2. Analisis Keterkaitan ... 59 6.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 59 6.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 61 6.3. Analisis Penyebaran ... 62 6.3.1. Koefisien Penyebaran... 62 6.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 64 6.4. Analisis Multiplier ... 65 6.4.1. Multiplier Output ... 65 6.4.2. Multiplier Pendapatan ... 66

6.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 67

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 70

7.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. PDRB Kabupaten Pandeglang Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha ... 4

1.2. Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Ke Objek Wisata Yang ada di Kabupaten Pandeglang ... 5

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 21

3.1. Ilustrasi Tabel Input-Output ... 25

4.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 41

6.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Klasifikasi 12 sektor atau komoditi. ... 55

6.2. Impor di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Klasifikasi 12 sektor atau komoditi ... 56

6.3. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ... 56

6.4. Penyerapan Tenaga kerja ... 58

6.5. Keterkaitan Output ke Depan Sektor Perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ... 60

6.6. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ... 62

6.7. Tabel Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ... 63

6.8. Total Multiplier Output Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang 2005 ... 66

6.9. Total Multiplier Pendapatan Sektor Perekonomian Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ... 67

6.10. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ... 68

(12)

6.11. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Model Perdagangan, Hotel dan Restoran Sebagai Industri ... 15 2. Kerangka Pemikiran Konseptual... 35

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Lampiran 1. Sektor Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang

9 Sektor 3 Komoditi Tahun 2005 ... 76 2. Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 Klasifikasi

12 Sektor atau Komoditi ... 77 3. Matrik Koefisien Teknis ... 78 4. Matrik Kebalikan Leontief ... 79

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata karena memiliki wilayah yang terdiri dari laut dengan pantai-pantainya yang indah, taman laut yang indah, spesies flora dan fauna yang beraneka ragam, pegunungan yang indah dan kekayaan alam lainnya yang tidak dimiliki oleh negara lain. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya sektor pariwisata terutama di beberapa wilayah yang banyak terdapat tempat-tempat wisata dan menjadikannya salah satu sektor andalan dalam menghasilkan pendapatan daerah. Salah satu daerah tersebut adalah Kabupaten Pandeglang.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran yang merupakan permasalahan besar di Indonesia. Dengan berkembangnya sektor perdagangan, hotel dan restoran menyebabkan terbukanya lapangan kerja dari hulu ke hilir.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut terjadi karena dengan kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, restoran, perdagangan, jasa penunjang angkutan dalam pengelolaan obyek dan daya tarik

(16)

wisata sehingga peluang tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja sehingga masyarakat akan memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut.

Otonomi daerah yang sudah berlangsung sejak 1 Januari 2001 telah membuat pemerintah daerah sibuk mengatur daerahnya masing-masing sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Penyelenggara otonomi daerah yang luas harus dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat menentukan prioritas pembangunannya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing di Kabupaten Pandeglang salah satunya potensi dalam sektor pariwisata.

Secara historis, tujuan pemerintah serta asosiasi industri dalam hal mengembangkan potensi dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah untuk menjadikan sektor tersebut sebagai sumber penerimaan negara, serta mampu menciptakan lapangan kerja. Pada saat ini pemerintah menyadari bahwa potensi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sebagai alat untuk membangun perekonomian suatu daerah dimana dengan semakin berkembangnya sektor tersebut maka penyerapan tenaga kerja dan pendapatan daerah akan meningkat, tingkat kemiskinan akan menurun dan pertumbuhan ekonominya akan meningkat. Kabupaten Pandeglang yang memiliki potensi pariwisata, tentu saja harus memanfaatkan keadaan ini untuk membangun perekonomian daerahnya.

(17)

Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang diharuskan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara lebih efektif dan efisien. Sangat diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi di sektor perdagangan, hotel dan restoran ini, karena keberadaan sektor tersebut akan mampu mengembangkan perekonomian Kabupaten Pandeglang. Oleh karena itu, perlu adanya suatu studi atau kajian tentang Pengaruh Sektor Perdagangan, hotel dan restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang.

1.2. Perumusan Masalah

Otonomi daerah yang dimulai pada 1 Januari 2001, menyebabkan peranan pemerintah daerah sangat penting dalam menggali potensi-potensi lokal yang dimilikinya sebagai sumber keuangan dalam membantu pembiayaan pemerintah daerah secara mandiri. Kondisi tersebut telah menuntut pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang untuk benar-benar memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Hal inilah yang harus dicermati dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah agar otonomi daerah berjalan sesuai dengan tujuannya dan dapat mensejahterakan masyarakat.

Dalam hal ini pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Pandeglang sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta pemerataan pendapatan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 133.585 dari 402.970 orang yang bekerja. Sedangkan kontribusinya terhadap

(18)

pendapatan adalah sebesar Rp 806.103,22 juta pada tahun 2005 dari total Rp 3.398.589,82 juta PDRB Kabupaten Pandeglang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang)

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp)

Lapangan Usaha 2005 %

Pertanian 1.267.673,86 35,20

a. Tanaman Bahan Makanan 920.616,51 26,08

b. Tanaman Perkebunan 127.597,66 3,45

c. Peternakan dan hasilnya-hasilnya 75.240,83 2,07

d. Kehutanan 11.785,07 0,35

e. Perikanan 132.433,79 3,26

Pertambangan dan Penggalian 3.785,45 0,11

Industri Pengolahan 392.506,00 11,28

a. Industri Migas 0,00

-b. Industri Tanpa Migas 392.506,00 11,28

Listrik, Gas dan Air Bersih 24.861,50 0,81

a. Listrik 21.061,55 0,68

b. Air Bersih 3.799,95 0,12

Perdagangan, Hotel dan Restoran 806.103,22 22,67

a. Perdagangan Besar dan Eceran 569.709,06 15,27

b. Hotel 11.342,02 0,29

c. Restoran 225.052,13 7,11

Bangunan 146.884,06 4,28

Pengangkutan dan Komunikasi 183.388,47 6,23

a. Pengangkutan 165.050,58 5,66

1) Angkutan Jalan Raya 138.885,77 4,92

2) Angkutan Laut 10.197,66 0,29

3) Jasa Penunjang 15.967,15 0,45

b. Komunikasi 18.337,89 0,57

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 164.957,64 5,24

a. Bank 41.968,96 1,23

b. Lembaga Keuangan Lainnya 16.802,63 0,53

c. Sewa Bangunan 86.239,53 2,89 d. Jasa Perusahaan 19.946,52 0,58 Jasa-Jasa 408.429,63 14,18 a. Pemerintahan Umum 276.802,41 10,14 b. Swasta 131.627,21 4,04 1. Sosial Kemasyarakatan 12.483,64 0,41

2. Hiburan dan Rekreasi 3.569,27 0,09

3. Perorangan dan Rumah Tangga 115.574,30 3,54

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3.398.589,82 100,00

(19)

Pada dasarnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang cukup tinggi, pada tahun 2002 jumlah wisatawan yang memakai objek wisata yaitu sebesar 673.395 orang. Pada 2003 jumlah wisatawan yang memakai objek wisata mengalami peningkatan dimana merupakan kunjungan tertinggi yaitu sebesar 779.096 orang. Namun pada saat terjadi Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam tahun 2004 serta adanya isu-isu Tsunami dan adanya air pasang yang tinggi pada akhir tahun 2004 jumlah tersebut mengalami penurunan menjadi sebesar 485.768 orang. Walaupun Tsunami tersebut terjadi pada akhir tahun akan tetapi menyebabkan penurunan yang sangat besar sekali hal ini disebabkan karena kunjungan wisata bahari akan mencapai puncak pada saat liburan dan momen pergantian tahun dimana biasanya wisatawan ingin merayakan momen tersebut di pantai. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tersebut pada berlangsung kembali pada tahun 2005 yaitu sebesar 433.099 orang. Tahun 2006 jumlah kunjungan wisata kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 718.923 orang. Dan pada tahun 2007 mengalami penurunan kembali sebesar 677.303 orang. (Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang).

Tabel 1.2. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata yang Ada di Kabupaten Pandeglang

Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, 2007

No Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah 1 2002 48.725 588.670 637.395 2 2003 56.787 722.309 779.096 3 2004 5.173 480.631 485.768 4 2005 1.949 431.150 433.099 5 2006 1.164 717.309 718.923 6 2007 1.350 463.119 677.303

(20)

Pembangunan yang dilakukan di sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Namun dengan adanya Tsunami dan isu air pasang yang tinggi pada akhir tahun 2004 bahkan sampai sekarang menyebabkan sektor pariwisata bahari kurang diminati. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan kebijakan-kebijakan yang tepat bagaimana mengatasi kelemahan tersebut dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Beberapa data mengenai pertumbuhan dan keterkaitan berbagai sektor merupakan informasi penting yang dapat memberikan gambaran hasil-hasil pembangunan dan permasalahannya.

Dari uraian tersebut maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa besar peran sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kabupaten Pandeglang?

2. Berapa besar keterkaitan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Pandeglang, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output?

3. Seberapa besar dampak penyebaran sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Pandeglang dan bagaiman pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya?

4. Seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan

(21)

tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk:

1. Menganalisis peran sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir kabupaten Pandeglang,

2. Menganalisis keterkaitan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sektor-sektor lainnya di kabupaten Pandeglang, baik keterkaitan dari sisi input maupun output,

3. Menganalisis dampak penyebaran sektor perdagangan, hotel dan restoran di kabupaten Pandeglang dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya,

4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

(22)

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di tingkat Kapupaten Pandeglang dalam merencanakan dan mengembangkan perekonomian Kabupaten Pandeglang.

2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pembaca yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini lebih menekankan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan satu kesatuan sektor yang berada di posisi Sembilan (9) pada tabel-tabel hasil olahan baik pada analisis keterkaitan (langsung ke depan, langsung dan tidak langsung ke depan, langsung ke belakang, langsung dan tidak langsung ke belakang), analisis penyebaran dan analisis multiplier. Hal ini disebabkan untuk menghindari adanya perbedaan yang ditimbulkan antara penulis dengan pembaca dalam penjelasan hasil-hasil olahan.

Adapun susunan sektor untuk tabel-tabel pada hasil dan pembahasan yaitu:

No Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Padi Melinjo Pertanian lainnya

Pertambangan & penggalian Industri emping

Industri lainnya

Listrik, gas dan air bersih Bangunan

Perdagangan ,hotel & restoran Pengangkutan dan komunikasi

Keuangan, persewaan & jasa perusahaan Jasa-jasa

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori-teori 2.1.1. Kegiatan Pariwisata

Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali pada tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen penting yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya.

Heriawan (2004) mengomentari uraian tersebut memiliki pengertian bahwa tidak semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif.

(24)

2.1.2. Pengertian Wisatawan

Istilah wisatawan berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata wisata yang berarti perjalanan dan wan untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya atau kedudukan seseorang. Secara sederhana, wisatawan berarti orang yang melakukan perjalanan. Secara lengkap World Tourism Organization (WTO) dan International Union of Office Travel Organization menjelaskan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari enam bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain: berlibur, rekreasi dan olah raga, bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi kunjungan alasan kesehatan, belajar dan keagamaan (BPS, 2004).

Dinas pariwisata, seni dan dan budaya menjelaskan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya untuk salah satu atau beberapa alasan selain mencari pekerjaan (Marpaung dalam Hertanto, 2000)

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri wisatawan dan pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Seseorang yang melakukan perjalanan dan keluar meninggalkan tempat tinggalnya,

(25)

2. Perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya yang semula,

3. Perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (rombongan atau group),

4. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bisa melebihi waktu 24 jam atau sehari-semalam penuh,

5. Perjalanan itu terkait dengan kegiatan atau rekreasi, atau usaha menyenangkan dirinya,

6. Orang-orang yang melakukan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,

7. Selama dalam perjalanan tinggal di suatu tempat / akomodasi,

8. Dalam melakukan perjalanan, melalui alat transportasi laut, darat dan udara. 2.1.3. Peran Sektor Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis, aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis dan aspek-aspek yang lainnya. Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap sangat penting adalah aspek ekonomisnya.

Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan baik, apabila masyarakat luas lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan,

(26)

maka masyarakat perlu diberi pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut.

Pembangunan di sektor kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan cara mengembangkan dan mendayagunakan sumber-sumber serta potensi kepariwisataan nasional maupun daerah agar dapat menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan dalam rangka memperbesar penerimaan devisa atau pendapatan asli daerah, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat.

Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwista saat ini antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi yaitu, sebagi sumber devisa negara; kedua, peranan sosial yaitu, sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; dan yang terakhir adalah peranan kebudayaan yaitu, memperkenalkan kebudayaan dan kesenian.

Ketiga point diatas dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut: a) Peran ekonomi

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.

Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang

(27)

pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan lain.

2. Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma , homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.

b) Peran Sosial

1. Semakin luasnya lapangan kerja

Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang “padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan

(28)

1. Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah.

Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tari wisata juga menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan dan dikembangkan.

2. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup

Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau, pantai dan sebagainya, merupakan daya tarik wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata.

3. Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli. Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan.

2.1.4. Pariwisata Sebagai Industri

Salah satu faktor yang menyebabkan sangat cepatnya pertumbuhan sektor pariwisata adalah sangat luasnya bidang usaha yang terkait dengan sektor ini. Perjalanan dan kepariwisataan meliputi angkutan, perhotelan, restoran, rekreasi dan perjalanan-perjalanan wisata (Parkesit dan Trisnadi dalam Fitri Rahayu, 1997). Menurut Wirakusumah dalam Hertanto (1996), faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap pariwisata antara lain: Biro Perjalanan Umum (BPU), agen perjalanan, agen penjualan tiket, perhotelan, restoran dan catering, wisata bahari (tirta), objek dan atraksi wisata, angkutan wisata, konsultasi pariwisata dan

(29)

pendidikan, serta latihan pariwisata. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah sumber daya alam, modal, sumber daya manusia dan manajemen.

Industri pariwisata menurut Yoeti dalam Hertanto (1996) merupakan produk yang diberikan oleh macam-macam perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan semenjak wisatawan tersebut meninggalkan kediamannya, berada di daerah tujuan wisata, hingga kembali lagi ke tempat asalnya. Oleh karena itu, produk dan jasa pariwisata merupakan suatu packages, baik perjalanan itu berupa independent tour maupun diurus oleh tour operator dalam suatu package tour. Jumlah kunjungan wisata merupakan pertemuan antara jumlah permintaan dan penawaran komponen-komponen pariwisata dimana pasar bagi produk pariwisata adalah wisatawan potensial, yaitu orang yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan perjalan wisata.

Sumber: Yoeti dalam Hertanto (1996)

Gambar 1. Model Pariwisata Sebagai Industri Jasa wisata Konsumen Demand supply Kebutuhan dalam perjalanan produsen Angkutan wisata Angkutan Atraksi wisata Motif perjalanan

(30)

Industri pariwisata didukung oleh sarana dan prasarana wisata seperti angkutan dan atraksi wisata, serta usaha pemenuhan demand konsumen yang antara lain berkaitan dengan motif perjalanan dan kebutuhan dalam perjalanan (sarana akomodasi). Produsen dalam hal ini bertindak sebagai penyedia jasa-jasa wisata tersebut. Berdasarkan model tersebut, demand secara langsung timbul oleh adanya kebutuhan konsumen dalam perjalanan.

2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi

Dalam berbagai tulisan, pertumbuhan ekonomi sering diartikan sebagai perkembangan ekonomi. Adanya berbagai istilah ini menimbulkan berbagai pendapat diantara para ahli. Menurut Schumpeter dalam Marina 1996, perkembangan ekonomi adalah suatu perubahan spontan dan terputus-putus sementara pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi malalui kenaikan tabunagan dan jumlah penduduk. Sementara menurut Hicks dalam Marina 1996, perkembangan berkaitan dengan potensi dari negara terbelakang yang akan digunakan dalam proses produksi sebab belum semua potensi di negara berkembang dapat ditemukan dengan pasti, sementara pertumbuhan lebih mencerminkan proses produksi di negara maju mengingat hampir semua potensi sumber daya telah diketahui.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah selama ini dilakukan terbagi menjadi: 1) Penelitian terhadap seluruh sektor-sektor perekonomian, 2)

(31)

Penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian, 3) Penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri, 4) Penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengelohan.

Penelitian Heriawan (2004) tentang “ Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia Suatu Pendekatan Model I-O dan SAM”. Menunjukan bahwa pariwisata merupakan sektor yang strategis dan potensial bagi perekonomian Indonesia karena peranannya yang cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan tenaga kerja, perolehan devisa dan pengembangan ekonomi daerah. Hasil analisis multiplier I-O, sektor-sektor yang terkait pariwisata seperti restoran, hotel, angkutan dan jasa umumnya memiliki kemampuan (daya penyebaran) tinggi dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya, tetapi sebaliknya memiliki response (derajat kepekaan) rendah terhadap pertumbuhan sektor-sektor lainnya, sedangkan besarnya peranan pariwisata dalam output nasional tahun 2002 dan 2003 adalah 8,40 persen dan 5,81 persen. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya transaksi ekonomi pariwisata terutama berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Sementara itu, kontribusi pariwisata pada PDB nasional adalah 7,83 persen dan 5,39 persen, lebih rendah dari kontribusi pariwisata pada output nasional. Selanjutnya kontribusi pariwisata pada lapangan kerja nasional mencapai 8,29 persen dan 7,94 persen lebih tinggi dibanding kontribusinya pada output nasional, yang berarti pola pengeluaran pariwisata cenderung pada produk. Produk yang memiliki daya serap tenaga kerja lebih tinggi dibanding pola permintaan akhir secara umum.

(32)

Oktavianti (2005) dalam skripsinya menganalisis bagaimana peran sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia baik itu sebelum maupun sesudah krisis ekonomi. Alat analisis yang digunakan adalah Input-Output. Dari hasil analisisnya terhadap Tabel input-output Indonesia tahun 1995 sebelum krisis dan tahun 2000 setelah krisis dengan diklasifikasikan menjadi 25 sektor, terlihat bahwa peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia cukup berperan penting. Sektor pariwisata memiliki peranan penting terhadap pembentukan struktur permintaan output pada masa sebelum krisis ekonomi tahun 1999 yaitu sebesar Rp 4.267 milyar, yang mana Rp 636 milyar untuk permintaan antara dan Rp 3.631 milyar untuk permintaan akhir. Sedangkan pada tahun 2000 setelah krisis pariwisata memiliki peranan terhadap pembentukan struktur permintaan output yaitu sebesar Rp 10.135 milyar, dimana Rp 626 milyar permintaan antara dan Rp 9.509 milyar untuk permintaan akhir.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB), sebelum krisis tahun 1995 yaitu sebesar Rp 2.204 milyar dan pada 2000 setelah krisis yaitu menjadi sebesar Rp 4.514 milyar, yang berarti meningkat sebesar 104,81 persen. Berdasarkan analisis dampak penyebaran, secara umum nilai koefisien penyebaran sektor pariwisata relative lebih besar daripada nilai kepekaan penyebarannya.

Efek pengganda yang ditimbulkan sektor pariwisata menunjukan bahwa jika permintaan akhir di sektor pariwisata meningkat satu satuan, maka output di seluruh sektor perekonomian Indonesia akan meningkat sebesar 1,668 satuan pada masa sebelum krisis dan setelah krisis. Jika konsumsi rumah tangga meningkat

(33)

akibat peningkatan permintaan akhir, menyebabkan output seluruh sektor meningkat sebesar 2,271 sebelum krisis dan 2,179 setelah krisis, serta akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,209 sebelum krisis dan 1,135 setelah krisis. Selain itu akan meningkatkan pendapatan di sektor lainnya sebesar 2,087 sebelum krisis dan 2,004 setelah krisis.

Penelitian Fitri Rahayu (2006) tentang “ Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor”. Memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran cukup penting terhadap pembentukan struktur permintaan antara dan permintaan akhir dibanding dengan permintaan antara menunjukan bahwa output sektor pariwisata sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan sebagai input langsung oleh sektor perekonomian lain.

Dilihat dari hasil analisis keterkaitan sub sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan yang memiliki nilai terbesar adalah restoran. Untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan terbesar diduduki oleh sektor restoran. Untuk keterkaitan ke belakang baik keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sektor jasa angkutan.

Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran, dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal itu menunjukan bahwa keberadaan sektor pariwisata mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.

(34)

Berdasarkan hasil analisis multiplier output, sub sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar dalam perolehan nilai pengganda tipe I dan tipe II adalah sektor jasa angkutan. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda untuk tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis multiplier standar yang tergolong dalam sektor kunci sektor pariwisata adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran.

Seperti telah diuraikan diatas perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di dalam penelitian ini meneliti wilayah yang cakupannya lebih sempit yaitu di wilayah Kabupaten Pandeglang dan meneliti peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Pandeglang. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian lebih fokus dan aplikatif, disesuaikan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Output tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi.

(35)

Nama Judul Metode Penelitian

Hasil Penelitian Deskripsi

1. Rusman Herawan (2004)

2. Dona Oktavianti (2005)

Peranan dan dampak

pariwisata pada perekonomian Indonesia

suatu pendekatan I-O dan SAM

Menganalisis bagaimana peran sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia baik itu sebelum maupun sesudah krisis

I-O dan SAM

I-O

a) Tahun 2000 (%)

− Multipler output: 8.40 − Multiplier tenaga kerja:8.29 − Multiplier pendapatan: 7.83

b) Tahun 2003 (%)

− Multiplier output: 5.81 − Multiplier tenaga kerja:7.94 − Multiplier pendapatan: 5.39

1. Tahun 1995

− Multipler output: 2,271 − Multiplier tenaga kerja: 1,

209

− Multipler pendapatan: 2,87

a) Total output sektor pariwisata sebesar 8,40% persen dari output nasional, pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 8,29% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 7,83% dari total pendapatan nasional

b) Total output sektor pariwisata sebesar 5,81% persen dari output nasional, pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 7,94% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 5,39% dari total pendapatan nasional

1. Total output sektor pariwisata sebesar 2,271% persen dari output nasional, pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja

(36)

3. Fitri Rahayu Analisis pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian kota Bogor

I-O

2. Tahun 2000

− Multiplier output: 2,179

− Multiplier tenaga kerja: 1,135

− Multiplier pendapatan: 2,004

a. Tahun 2002 (%)

− Multipler output: 8.40 − Multiplier tenaga kerja:6.85 − Multiplier pendapatan: 7.83

tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 2,87% dari total pendapatan nasional

2. Total output sektor pariwisata sebesar 2,179% persen dari output nasional, pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,135% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 2,004% dari total pendapatan nasional

a) Total output sektor pariwisata sebesar 8,40% persen dari output nasional, pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 6,85% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 7,83% dari total pendapatan nasional

(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis: Model Input-Output

Semenjak dirilis oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, tabel Input-Output telah berkembang menjadi salah satu metode yang luas diterima. Tabel Input-Output ini, tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output Leontief ini didasarkan atas model keseimbangan umum (General Equilibrium)

Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris tabel I-O menunjukan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Isian pada baris nilai tambah menunjukan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Tabel Input-Output mamberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Sebagai model kuantitatif tabel Input-Output ini memberikan gambaran menyeluruh tentang beberapa hal berikut ini:

(38)

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilyah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis I-O antara lain adalah:

1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi,

2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan subsitusinya, 3. Analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan

tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output,

4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian,

5. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktur suatu perekonomian wilayah.

(39)

3.1.1. Struktur Tabel Input-Output

Format dari Tabel I-O terdiri dari dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu ( Glosson, 1977). Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap format tabel I-O disajikan pada tabel 3.1

Tabel 3.1. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi output

Susunan input

Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Output Sektor Produksi 1 2 … n Input antara Sektor produksi 1 X11 X12 … X1n F1 X1 2 X21 X22 … X2n F2 X2 . . . … . . . . . . … . . . N Xn1 Xn2 … Xnn Fn Xn Jumlah Input Primer V1 V2 … Vn

Total Input X1 X2 … Xn

Sumber: Miller and Blair, 1985 dalam Sahara (dimodifikasi)

Tabel 3.1 di atas isian angka sepanjang baris (horisontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor.

(40)

Apabila Tabel 3.1 dilihat secara baris (bagian horisontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut: x11 +x12 + … + x1n + F1 = X1

x21 + x22 + … + x2n + F2 = X2

xn1 + xn2 + … + xnn + F = Xn (3.1) Dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:

(3.2) Dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan F1 adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i.

Sebaliknya jika Tabel 3.1 tersebut dibaca secara kolom (vertikal), terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat ditulisskaan menjadi:

x11 +x12 + … + x1n + V1 = X1 x21 + x22 + … + x2n + V2 = X2

xn1 + xn2 + … + xnn + V = Xn (3.3) dan secara ringkas ditulis menjadi:

(3.4)

(41)

Berdasarkan persamaan 1 di atas, jika diketahui matrik koefisien teknologi, aij sebagi berikut, (Nazara, 1997)

(3.5)

Dan jika persamaan (3) disubsitusikan ke persamaan (1) maka didapat persamaan (4) sebagai berikut:

a11X1 + a12X2 + …+ a1nXn + F1 = X1 a21X1 + a22X2 + …+ a2nXn + F2 = X2

an1X1 + an2X2 + …+ annXn + Fn = Xn (3.6) Jika ditulis dalam bentuk persamaan matriks, persamaan (4) akan menjadi persamaan berikut:

+ =

A X + F = X AX + F = X atau (I-A) = F atau X= (1-A)-1F (3.7)

Dimana:

I = matrik identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya.

F = permintaan akhir X = jumlah output (I-A) = matrik leontief

(42)

Dari persamaan (5) di atas terlihat lihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir. Dengan (I-A)-1 sebagai koefisien antaranya. Matrik kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

Secara umum, matrik dalam tabel input-output dapat dibagi menjadi 4 kuadran yaitu:

1. Kuadran I ( Intermediate Quadran)

Setiap sel pada kuadran satu merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalaam suatu perekonomian.

2. Kuadran II ( Final Demand Quadran)

Setiap sel pada kuadran II ini menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III ( Primary Input Kuadran)

Menunjukan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

(43)

4. Kuadran IV ( Primary Input-Final Demand Quadran)

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

3.1.2 Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model Input-output

Menurut Jensen dan West dalam Sahara (1998), asumsi-asumsi dalam menunjang transaksi yangada dalaam tabel I-O, sangat penting untuk menyusun Tabel I-O. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

A. Kesebandingan ( Propotionality)

Propotionality artinya, prinsip atau asumsi dimana hubungan antar input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier dan dalam keadaan constan return to scale.

B. Keseragaman (Homogenety)

Homogenety artinya, masing-masing sektor memproduksi suatu output melalui satu cara dengan struktur input tertentu serta tidak ada subsitusi diantara masing-masing input dan output.

C. Additivity

Additivity artinya, dampak total dari pelaksanaan produksi berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.

Masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan Tabel I-O. Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbataasan-keterbatasan:

(44)

1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.

2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survey.

3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.

3.1.3. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor/industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan konsep keterkaitan ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor lain. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukan oleh koefisien langsung,

(45)

sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukan dari matrik kebalikan Leontief.

3.1.4. Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran

3.1.5. Analisis Multiplier a) Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal ( initial effect ), yaitu kenaikan/penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan leontief ( inverse matrix ) menunjukan total pembelian input baik langsung atau tidak langsung dari suatu sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matrik kebalikan Leontief mengandung informasi struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian wilayah/negara.

(46)

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.

c) Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen dalam Tabel I-O, karena Tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier tenaga kerja diperoleh dengan menambahkan baris yang menunjukan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.

d) Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan Multiplier Tipe II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek Multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasi sebagai berikut:

i. Dampak awal ( Initial Impact)

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi

(47)

output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukan oleh koefisien tenaga kerja.

ii. Efek Putaran Pertama ( First Round Effect )

Efek putaran pertama menunjukan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukan oleh koefisien langsung. Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukan adanya peningkataan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

iii. Efek Dukungan Industri ( Industrial Support Effect )

Efek dukungan industri ( Industrial Support Effect ) dari sisi output menunjukan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukan ada efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

iv. Efek Induksi Konsumsi ( Consumption Induced Effect )

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi

(48)

diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

v. Efek Lanjutan ( Flow-on-Effect )

Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

3.2. Kerangka Pemikiran konseptual

Perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan melihat seberapa besar PDRB yang dihasilkan oleh daerah tersebut. PDRB merupakan suatu data statistik yang didalamnya merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari seberapa besar PDRB yang diperoleh oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, Kabupaten Pandeglang sebagai suatu wilayah harus memiliki strategi untuk meningkatkan PDRB, caranya yaitu dengan memanfaatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Pandeglang. Salah satunya adalah sektor pariwisata. Dimana, sektor pariwisata ini mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan serta dalam hal penyerapan tenaga kerja. Data PDRB yang digunakan adalah data tahun 2005. Perlunya mengetahui keterkaitan antar sektor pariwisata dengan sektor lain, sehingga metode I-O dipergunakan dalam penelitian ini. Dengan metode I-O ini akan diperoleh berapa besar keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran dan multiplier antar sektor. Hasil analisis tersebut dipergunakan dalam menentukan prioritas ekonomi.

(49)

Tahapan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Analisis Multiplier Peran Sektor Pariwisata Terhadap

PDRB Kabupaten Pandeglang 2005 Metode Input-Output Sektor Prioritas Analisis Dampak Penyebaran Analisis Keterkaitan Analisis Input-Output

(50)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang dipilih berdasarkan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu (1) Tersedianya Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang (2) Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata paling banyak di Provinsi Banten sehingga dapat memberikan pendapatan daerah yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu tiga bulan yaitu dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah GRIMP dan Microsoft Excel. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait yaitu: Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Daerah (Bapeda), Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang dan dinas terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(51)

4.3. Metode Analisis 4.3.1. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang ( Glasson, 1977)

4.3.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

(4.1)

F(d) = keterkaitan langsung ke depan sektor i αij = unsur matrik koefisien matrik teknis 4.3.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(4.2)

B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i αij = unsur matrik koefisien

(52)

4.3.1.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

(4.3) F(d+1)I = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i αij = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka

4.3.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

(4.4)

B(d+1)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i αij = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka

4.3.2. Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak

(53)

dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

4.3.2.1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)

Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

 

Sdi = (4.5)

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i αij = unsur matrikkebalikan Leontief

(54)

4.3.2.2. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang)

Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tingg apabila nilai Pdj lebih besar dari satu, sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Pdi = (4.6)

Pdj = kepekaan penyebaran

αij = unsur matrik kebalikan Leontief 4.3.3. Analisis Multiplier

Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij) maupun untuk model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 4.1 Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut:

(55)

Tabel 4.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja

Nilai

Multiplier

Output (Rp) Pendapatan (Rp) Tenaga Kerja (Orang)

Efek awal 1 hJ eJ

Efek Putaran Pertama Σiaij Σiaij hi Σiaij ei Efek Dukungan

Industri

Σiαij - 1- Σiaij Σiαij hi- hJ- Σiaijhi Σiαijeij - eJ- Σiaij ei Efek Induksi

Konsumsi

Σiα*ij - Σiαij Σiα*ij hi- Σiαijhi Σiα*ijei - Σiαijei Efek Total Σiα*ij Σiα*ij hi Σiα*ijei

Efek Lanjutan Σiα*ij - 1 Σiα*ij hi - hi Σiα*ijei – ei Sumber: Glasson, 1977

Keterangan :

aij = Koefisien Output

hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga ei = Koefisien Tenaga Kerja

αij = Matrik kebalikan Leontief model terbuka α*ij = Matrik kebalikan Leontief model tertutup

Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut:

Tipe 1 = Efek awal+Efek Putaran Pertama+Efek Dukungan Industri Efek Awal

(56)

Tipe 2 = Efek awal+Efek Putaran Pertama +Efek Dukungan Industri + Efek Induksi Konsumsi

Efek Awal

4.4. Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi ini menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output ( Glasson, 1979) a. Pariwisata

Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Dalam hal ini, perdagangan, hotel, restoran dan jasa angkutan

b. Output

Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa prusahaan atau perseorangan dari dalam negeri perusahaan atau perorangan asing. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang

Gambar

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang Tahun  2005 Atas Dasar Harga Konstan 2000  (Juta Rp)
Tabel 1.2. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata yang Ada  di Kabupaten Pandeglang
Gambar 1. Model Pariwisata Sebagai Industri  Jasa wisataKonsumen Demand supplyKebutuhan dalam perjalananprodusen Angkutan wisataAngkutan Atraksi wisata Motif perjalanan
Tabel 3.1. Ilustrasi Tabel Input-Output                 Alokasi output
+7

Referensi

Dokumen terkait

5) Sumber daya komputing (VM) digunakan dan dilepaskan sesuai dengan permintaan pengguna cloud ( on-demand ) dan auto-layanan, yaitu aplikasi-aplikasi cloud dari pengguna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal terjadinya pemalsuan surat yang dilakukan oleh para pihak dalam pembuatan akta Notaris menurut UUJN adalah ketika Notaris

Dan untuk hipotesis minor ke tiga didapatkan hasil t= - 5,351 dengan sig=0,000 (p<0,01) berarti ada hubungan negatif antara agresivitas dengan kepatuhan terhadap

11-14 Berbagai cara pengolahan susu dan cara-cara penyimpanan susu - Pembuatan susu pasteurisasi - Pembuatan susu sterilisasi - Pembuatan keju - Pembuatan yoghurt -

Mengingat ruang lingkup permasalahan di atas, cakupannya sangat luas, sementara kemampuan, waktu dan biaya sangat terbatas, maka pengkajian selanjutnya lebih diarahkan pada

Bahwa Pengadu telah menyampaikan Pengaduan tertulis kepada DKPP dengan Pengaduan Nomor: 131-P/L-DKPP/IX/2020 yang diregistrasi dengan Perkara Nomor:

Kombinasi umur bibit dan beberapa varietas kubis bunga memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap komponen pertumbuhan (tinggi tanaman 5 MST dan jumlah daun

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003