BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif
Kurikulum 2013 merupakankurikulum yang diberlakukan padapendidikan tingkat dasar dan menengah. Permendikbud No. 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, merumuskan penerapan kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya disajikan dengan menggunakan pendekatan tematik integratif.Pembelajaran tematik integratif melibatkan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinnya. Dengan demikian pembelajaran tematik akan memberikan pengalaman yang bermakana pada peserta didik dalam menyerap pembelajaran. Drake (2012:273) menjalaskan sebagai salah satu strategi pengajaran yangmenggunakantema-tema untukmenciptakan pembelajaranyang aktif, bermakna, danmenarik.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.Selain bersangkutan dengan tema juga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.Sehingga pembelajaran tematik integratif didefinisikan sebagai salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.Menurut Astutik (2016:352) dalam pembelajaran tematik peserta didik tidak lagi belajar menggunakan muatan pembelajaran seperti IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, atau muatan pelajaran lainnya. Dalam pembelajaran tematik tema antar muatan pembelajaran dilebur menjadi satu sehingga peserta didik tidak merasakan perpindahan antar muatan pelajaran tersebut. Sedangkan menurut Khadir (2015:5) pembelajaran tematik integratif dapat juga disebut dengan pembelajaran tematik terpadu, hal ini terjemahan dari integrated teachingand learning, ada juga yang menyebutnya dengan integrated curriculum approach atau pendekatan kurikulum terpadu.
Dengan demikian pembelajaran tematik integratif dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pusat pengembangan materi dari berbagai mata pelajaran dalam satu pertemuan.Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek kurikulum, proses belajar mengajar danalokasi waktu yang digunakan.Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang memadukan berbagai mata pelajaran atau kompetensi ke dalam berbagai tema tertentu.Tema ini menjadi satu pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling berkaitan.
Tema dan sub tema pembelajaran tematik kelas V semester 1 yang disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Tema dan Subtema kelas V semester 1
Judul Tema Judul Subtema
1. Gerak Hewan dan Manusia 1. Organ Gerak Hewan 2. Manusia dan Lingkungan 3. Lingkungan dan Manfaatnya
2. Udara Bersih bagi Kesehatan 1. Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih 2. Pentingnya Udara Bersih bagi
Pernapasan
3. Memelihara Organ Pernapasan Manusia
3. Makanan Sehat 1. Bagaimana Tubuh Mengolah
Makanan?
2. Pentingnya Makanan Sehat bagi Tubuh
3. Pentingnya Menjaga Asupan Makanan Sehat
4. Sehat Itu Penting 1. Peredaran Darahku Sehat
2. Gangguan kesehatan pada Organ Peredaran Darah
3. Cara memelihara KesehatanOrgan Peredaran Darah Manusia
5. Ekosistem 1. Komponen Ekosistem
2. Hubungan Antarmakhluk Hidup dalam Ekosistem
3. Keseimbangan Ekosistem
Implementasi pembelajaran tematik melalui subtema dapat dirancang melalui pemetaan KD. Salah satu tema adalah tema 3 Makanan Sehat , Kompetensi Inti yang digunakan untuk Tema 3 adalah KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4. Pemetaan KD untuk Tema 3 Makanan Sehat disajikan melalui tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tema 3 Makanan Sehat Kelas V Semester I
MATA PELAJARAN
KOMPETENSI DASAR
Sub Tema 1 Sub Tema 2 Sub Tema 3
PPKn 1.5 Menyukai keberagaman sosial masyarakat sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika 2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial budaya 1.3 Mensyukuri keberagaman sosial masyarakat sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika. 2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial budaya 1.3 Mensyukuri keberagam an sosial masyaraka t sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika. 2.3 Bersikap toleran
masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika 3.3 Menelaah Keragaman sosial budaya masyarakat. 4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung keragaman sosial budaya masyarakat. masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika. 3.3 Menelaah keberagaman sosial budaya masyarakat. 4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung keberagaman sosial budaya masyarakat. dalam keberagam an sosial budaya masyaraka t dalam konteks Bhineka Tunggal Ika. 3.3 Menelaah keberagam an sosial budaya masyaraka t. 4.3 Menyeleng garakan kegiatan yang mendukun g keberagam an sosial budaya masyaraka t. Bahasa Indonesia 3.4 Menganalisis informasi yang disampaikan paparan iklan dari media cetak atau 3.4 Menganalisis informasi yang disampaikan paparan iklan dimedia cetak atau 3.4 Menganalisis informasi yang disampaik an paparan
elektronik. 4.4 Memeragakan kembali informasi yang disampaikan paparan iklan dari media cetak atau elektronik dengan bantuan lisan, tulis, dan visual. elektronik. 4.4 Memeragakan kembali informasi yang disampaikan paparan iklan dari media cetak atau elektronik dengan bantuan lisan, tulis, dan visual. iklan dimedia cetak atau elektronik. 4.4 Memeragakan kembali informasi yang disampaik an paparan iklan dari media cetak atau elektronik dengan bantuan lisan, tulis, dan visual. IPA 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya ada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia. 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia. 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan 3.3 Men jelaskan organ pencernaa n dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihar a kesehatan organ
dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia. fungsi pencernaan pada hewan atau manusia. pencernaa n manusia. 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaa n pada hewan atau manusia. IPS 3.2 Menganalisis bentuk-bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dan pengaruhnya terhadap pembangunan sosial, budaya, danekonomi masyarakat Indonesia. 4.2 Menyajikan hasil analisis tentang interaksi manusia dengan lingkungan danpengaruhny a terhadap 3.2 Menganalisis bentuk-bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dan pengaruhnya terhadap pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Indonesia. 4.2 Menyajikan hasil analisis tentang interaksi manusia dengan lingkungan 3.2 Menganalisis bentuk-bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dan pengaruhn ya terhadap pembangu nan sosial, budaya, dan ekonomi masyaraka t Indonesia. 4.2 Menyajikan hasil
pembangunan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Indonesia. dan pengaruhnya terhadap pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Indonesia. analisis tentang interaksi manusia dengan lingkungan dan pengaruhn ya terhadap pembangu nan sosial, budaya, dan ekonomi masyaraka t Indonesia. SBdP 3.3 Memahami tangga nada. 4.2 Menyanyikan lagu-lagu dalam berbagai tangga nada dengan iringan music. 3.4 Memahami tangga nada. 4.3 Memraktikkan
pola lantai ada gerak tari kreasi daerah. 3.4 Memahami tangga nada. 4.4 Membuat karya seni rupa daerah.
Berdasarkan tabel kompetensi inti yang disebutkan pada tema3 Makanan Sehat terdapat 4 Kompetensi Inti. Hal ini dikarenakan dalam Tema 3 Makanan Sehat terdapat lima mata pelajaran yaitu PPKn, IPS dan Bahasa Indonesia, IPA,dan SBdP yang terintegrasi.
2.1.1.1Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2012:258-259) Pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagaiberikut :
1) Berpusat pada siswa.
2) Memberikan pengalaman langsung.
3) Pemisahan mata pelajaran tidakbegitujelas. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. 5) Bersifat fleksibel.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terpadumerupakan pembelajaranyang diterapkan padakurikulum 2013. Menurut Kemendikbud 2013 tujuan tematik terpadu sebagai berikut :
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2) Mempelajari pengetahuandan mengembangkanberbagai kompetensi matapelajaran dalam tema yang sama.
3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertannya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yangdisajikan dalam konteks tema yang jelas.
7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 dan 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budipekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Berdasarkan pendapatdi atas, dapat disimpulkan pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
pelajaran, menjadikan siswa lebih bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran, serta mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema tertentu.
2.1.2 Pendekatan Saintifik
Dalam pembelajran Tematik di Sekolah Dasar (SD) dibutuhkan pendekatan yang bisa meningkatkan kreativitas siswa.Sudarwan (Kemendikbud, 2013:201) tentang pendekatan scientific bahwa pendidikan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip atau kriteria ilmiah.Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatanilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan (Kemendikbud 2013).
1) Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan mencoba. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca dan mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
2) Menannya
Dalam kegiatan menannya, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca dan dilihat.guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
3) Mengumpulkan informasi/eksperimen
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti atau bahkan melakukan eksperimen.Dari
kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Siswa perlu dibiasakanuntuk menghubung-hubungkan antara informasi satu dengan yang lain untuk mengambil kesimpulan.
4) Mengasosiasi/mengolah informasi
Informasi menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitumemproses informasi untuk menemukan pola dari keterkaitan informasi bahkan mengambil berbagai kesimpulan daripola yang ditemukan kepada yang bertentangan.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencariinformasi, mengasosiasikan dan menemukanpola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasilbelajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
Menurut Trianto (2010:98-99) secara konkret langkah-langkah pembelajaran temaik dalam setting pembelajaran kooperatif memiliki 6 fase berikut
Tabel 2.3
Fase Pembelajaran Tematik dalam Setting Pembelajaran Kooperatif
Tahap Perilaku Guru
Fase-1
Pendahuluan
1) Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya
2) Memotivasi siswa
3) Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa 4) Menjelaskantujuan pembelajaran
(kompetensi dasar dan indikator) Fase-2
Presentasi Materi
1) Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai siswa melalui demonstrasi danbahan bacaan
2) Presentasi ketrampilan proses yang dikembangkan
3) Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui bagan
4) Memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan
Fase-3
Membimbing Pelatihan
1) Menempatkan siswa kedalalam kelompok-kelompok
2) Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara berkelompok sesuai komposisi kelompok
3) Membagi buku siswa dan LKS
4) Mengingatkan siswa cara menyusun laporan hasil kegiatan
5) Memberikan bimbingan seperlunya
6) Mengumpulan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan
Fase-4
Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
1) Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas
2) Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan 3) Meminta anggota kelompok lain
menaggapi hasil presentasi
4) Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi
Fase-5
Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan danpenerapan
1) Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan
2) Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang telah dipelajari
3) Memberikan tugas rumah Fase-6
Menganalisis dan mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja siswa.
2.1.3.1 Pembelajaran Kooperatif
Slavin (dalam Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four number teams to master material initially presented by the teacher”. Berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif meupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 oarang anak secara kolaboratif sehingga anak akan lebih terangsang dalam belajar.Pembelajaran yang kooperatif dapat mencerminkan pandangan bahwa manusia itu belajar dari pengalamanya yang telah mereka alami serta siswa berpartisipasi secara aktif dalam suatu kelompok kecil yang akan membantu siswa belajar mengenai ketrampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan ketrampilan yang logis. Isjoni (2013:16) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered), terutama anak mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan yang lain.
Nurulhayati (dalam Rusman, 2012:204) mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu ketergantungan yang positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap muka dan evaluasi proses kelompok. unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren(dalam Isjoni, 2013:13) sebagai berikut :
a. Para siswa harus memiliki presepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama.” b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepimpinan sementara mereka memperoleh keterempilan bekerja sama selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang memiliki tingkat kemampuan berbeda dan saling bekerja sama. 2.1.3.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2012:208-209) ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis
kelaminberbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. 2.1.3.3 Tujuan Cooperative Learning
Cooperative learning mempunyai tujuan pembelajaran yang penting untuk menciptakan keberhasilan individu yang ditentukanatau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Menurut Isjoni (2013:21) tujuan utama dalam model cooperative learning adalah agarsiswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan carasaling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok.Tujuan cooperative learning dapat digambarkan sebagai berikut.
Toleransi dan Penerimaan Terhadap Keanekaragaman Cooperative Learning Prestasi Akademik Pengembangan Keterampilan Sosial
Gambar 2.1 Tujuan Cooperative Learning (Diadopsi dari Martati, 2010:15)
Berdasarkan gambar dia atas tujuan cooperative learningyaitu untuk meningkatkan prestasi akademik siswa.Selain itu, siswa dapat menumbuhkan sikap saling kerjasama dalam kelompok, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.
2.1.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Coopertive Learning
Semua model, metode, strategi pengejaran dan pembelajaran itubaik dan semuannya tergantung bagaimana gurumampu mengelola proses pelaksanaanya. Model cooperative learning memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaanya.Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2013:24) mengemukakan kelebihan dan kekurangan dari model cooperative learningadalah :
a. Kelebihan model cooperative learning 1) Saling ketergantungan yang positif.
2) Adannya kemampuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana yang rileks dan menyenangkan.
5) Terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru.
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
b. Kekurangan model cooperative learning
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang dan membutuhkan banyak tenaga.
2) Membutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang memadai.
3) Selama diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Saat diskusi dikelas, terkadang didominasi seseorang, sehingga mengakibatkan banyak siswa yang pasif.
2.1.3.5 Langkah-langkah Model Cooperative Learning
Cooperative Learningmerupakan model pembelajaran dimana siswa belajar, bekerja bersama serta berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompoknya.Dalam belajar adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk model cooperative learning agarmencapai tujuan yang diharapkan.Menurut Suprijono (2013:65) cooperative learning memiliki 6 fase berikut.
Table 2.4 Fase Cooperative Learning
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1 present goalts and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk siap belajar.
Fase 2 Present Information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal
Fase 3 Organize students into learning teams Mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim
belajar
Memberikan penjelasankepada siswa tentangtata cara pembentukan tim belajar dan membantuk kelompok melakukan transisi yangefisien
Fase 4 Assis teamwork and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya
Fase 5 Test on thematerials Mengevaluasi
Menguji kemampuan siswa mengenai
berbagai materi
pembelajaran/kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Provide recoginition
Memberi pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Ada beberapa jenis model dalam pembelajaran kooperatif walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tidak berubah. Dalam pemilihan model pembelajaran, guru harus memperhatikan model pembelajaran yang cocok agar dapat meningkatkan kemampuan siswa. Menurut Hamzah (2011:80) model-model cooperative learning memiliki banyak tipe yaitu :
a. Example non Example model pembelajaran dimana siswa menganalisis gambar.
b. Picture and Picture suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain menjadi suatu urutan yang logis.
c. Numbered Head Together (kepala bernomor) model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
d. Student Teams Achivement Divisions (STAD) (tim siswa kelompok prestasi) yaitu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.
e. Cooperative Script (script kooperatif) yaitumetode belajar dimana siswa bekerja berpasangan, dan secara lisan bergantian mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Berdasarkan model-model yang telah dijelaskandiatas maka penulismemilih model cooperative learning tipe Numbered Head Together.Model pembelajaran ini siswa dituntutuntuk bisa saling bekerja sama dengan kelompok. Selain itu siswa dilatih untuk dapat berfikir kreatif dalam memberikan alasan jawaban yang telah ditemukannya.
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) 2.1.4.1 Pengertian Numbered Head Together (NHT)
Menurut Huda (2012:130) pada dasarnya NHT merupakan varian dari diskusi kelompok,teknik pelaksanaanya hamper sama dengan diskusi kelompok. Menurut Ali (2010:88), model pembelajaran NHT merupakan suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.Metode Numbered Head Together dapat meningkatkan kreativitas siswa, dan sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Pada saat belajar guru harus berusaha menanamkan sikap demokrasi untuk siswannya, maksudnya
suasana harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan diharapkan suasana yang terbuka dan kebiasaan-kebiasaan kerja sama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan.
Menurut Isjoni (2011:60) NHT adalah suatu pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pendekatan structural yang menginformasi akademik secara sederhana, mengutamakan ketrampilan kelompok serta ketrampilan sosial, jumlah kelompoknya bervariasi (yang beranggotakan 4-6 siswa), yang memilih topik pelajaran adalah guru, dan yang bertugas mengerjakan tugas yang diberikan sosial maupun kognitif adalah siswa.Dari beberapa penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengutamakan keaktifan dankreativitas siswa denganadannya pembentukankelompok-kelompok kecil sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa.Salah satu pembelajaran kooperatif adalah NHT (Numbered Head Together).
2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan
Model pembelajaran Number head Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Isjoni (2011:60), kelebihan model NHT yaitu:
a. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Siswa yang pandai maupun siswa yang lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
c. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan. d. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilanya untuk
bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinanya. e. Semua siswa selalu siap.
Sedangkan kekurangan dari model NHT menurut Ahmad (2010,65) yaitu:
a. Efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi yang diajarkan.
b. Membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
c. Membuat repot guru, metode NHT merupakan metode belajar diskusi kelompok yang menggunakan kelompok, sehingga sebelum pembelajaran dimulai guru harus menyediakan nomor.
2.1.4.3 Langkah – Langkah Model Pembelajaran NHT
Menurut Suprijono (2014,92) langkah-langkah Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut :
1. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap kelompok mendapat nomor. 2. Guru memberikan tugas danmasing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggotakelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan nomor yangdipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5. Peserta didik lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor yanglain.
6. Kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembeelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) adalah sebagai berikut :
Table 2.4 Langkah Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT).
Indikator Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Persiapan Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT)
Penomoran (Numbering) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang
beranggotakan 3-5 orang dengan kemampuan yang berbeda
Guru memberikan siswa nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda
Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok kecil.
Siswa mengingat nomor yang diberikan.
Pengajuan Pertanyaan
(Questioning)
Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa.
Siswa mendengarkan pertanyaan yang disampaikan, dan mulai mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Berfikir Bersama (Heads
Together)
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok, dan
mengarahkan jalannya diskusi kelompok
Siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban tersebut.
(Answering) nomor secara acak dan meminta siswa dengan nomor tersebut untuk menyebutkan jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan mempersiapkan jawaban untuk seluruh kelas
Kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulakan jawban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Siswa dituntun untuk menyimpulkan jawaban akhir dari pertannyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sari Sekar Melati (2012) dengan judul “Upaya meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar melelui Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas V SDN Sunggingsari Prakan Tahun ajaran 2011/2012”, menyimpulkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model tipe Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA kelas V SDN Sunggingsari Prakan Kabupaten Temanggung.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati (2010), siswa kelas I SDN Boloh Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together) pada Siswa Kelas I Semester 2 SDN IV Boloh Tahun Pelajaran 2011/2012”, menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan tipe NHT telah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Maimunah (2012), yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan Kooperatif Tipe NHT pada Siswa Kelas IV SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester II 2011/2012”, menyimpulkan jika model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Pujiningsih (2013) yang berjudul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran KooperatifTipe NHT Tentang Bilangan Romawi Di Kelas IV SD Grogolsari Tahun Ajaran 2013/2014 “. Hasil penelitian menunjukkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan Motivasi Belajar Tentang Bilangan Romawi siswaKelas IV SD Grogolsari Tahunajaran 2013/2014.
5. Penelitianyang dilakukan oleh Yeni Farida (2011) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model NHT (Numbered Head Together) pada Siswa KelasV SD N 1 Wajakidul, Kabupaten Tulungagung”. Disimpulkan bahwa hasil belajar Matematika Siswa kelas V SD N WajikidulKabupaten Tulungagung dapat meningkatdengan menerapkan modelkooperatife tipe NHT.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Yayuk Sri Rahayu (2011) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Bilangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran Kooperatife Tipe Numbered Head Together padaSiswa kelas IV SDN Jimbe 03 Kabupaten Blitar”. Disimpulkan bahwahasil Belajar Bilangan Pecahan SiswaKelas IV SDN JImbe 03 Kabupaten Blitar dapat meningkat dengan menerapkan modelkooperatif Tipe Numbered Head Together.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Leydhi Andhita Aprilia (2018) yang berjudul “Meningkatkan hasil Belajar PPKn Melalui Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbasis Kurikulum 2013”. Disimpulkan bahwa adannyapeningkatan yang signifikan padahasil belajar siswa, tadinya siswa yang mencapai KKM sebelum diimplementasikan model pembelajaran hanya 54.84% namun setelah diterakannya model pembelajaran NHT siswa yang mencapai KKM menjadi 87.10%.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Sutiyono (2016) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas 4 SD Negeri Genengmulyo 01 Juwana ati Semester I Tahun pelajaran 2015/2016”. Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkankeaktifan dan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 Semester I SD Negeri Genengmulyo 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
9. Penelitian yang dilakukanoleh Lia Hesti Wulandari (2016) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Head Together (NHT) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Guci Kecamatan Godong Semester II Tahunelajaran 2015/2016”. Berdasarkan hasilpenelitian dapat disimulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa kelas IVSD Negeri Gucikecamatan Godong kabuaten Grobogan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Warto (2015) yang berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar IPA siswa Kelas 4 SDN Rowoboni 01 Kecamatan Banyubiru Semarang Semester II Tahun 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan efektifitas penggunaan model embelajaran kooeratif tipe NHT dengan model pembelajaran konvensional metode ceramah terhadap hasil belajar IPA terbukti adannya hasil uji t sebesar 1.062 dengan robabilitas signifikansi 0.294.
Dari hasil penelitian yang telah disebutkan diatas yang relevan dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu karena sama-sama meneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT).
2.3 Kerangka Pikir
Kondisi awal yang dialami siswa kelas V SD Negeri Blotongan 02 pada pembelajaran Tematik terkesan monoton karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik. Hal ini dapat berakibat pada masih kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Tematik.Padahal agar pemahaman siswa dapat meningkat, guru harus mampu membuat siswa merasa senang pada pelajaran tersebut, menarik perhatian dan antusiasnya siswa pada saat pembelajaran.
Agar siswa antusias dalam proses belajar mengajar maka guru harus menarik perhatian siswanya. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Jika dapat memilih suatu model pembelajaran yang tepat, maka guru akan mudah untuk mencapai suatu kegiatan pembelajaran yang ideal. Ini yang membuat akhirnya peneliti menggunakan model pembelajaran NHT karena dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan menarik. Model pembelajaran NHT adalah pendekatan struktural informal dalam pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 6 tahap dalam proses pelaksanaanya, antara lain (1) Persiapan, (2) Penomoran (numbering), (3) Mengajukan pertanyaan (Questioning), (4) Berpikir Bersama (Heads Together), (5) Menjawab (Answering), dan (6)
Kesimpulan.Disini NHT juga mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Model pembelajaran NHT membagi siswa ke dalam kelompok kecil, dimana setiap kelompoknya mendapat nomor yang digunakan untuk patokan guru pada sat menunjuk siswa mengerjakan tugas dan siswa dalam kelompok akan saling bertukar pikiran. Dalam kelompok, semua anggota mampu dan dapat menyelesaikan semua soal yang diberikan guru, sehingga disini terjadi kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.
Gambar 2.2
Kerangka Pikir Penerapan Model NHT dalam Pembelajaran Tematik Kondisi Awal
PembelajaranTematik berlangsung siswa masih pasif
Penerapan model NHTmelalui : Persiapan
Penomoran (Numbering) Pengajuan Pertanyaan
(Questioning)
Berfikir Bersama (Heads Together)
Pemberian Jawaban (Answering)
Kesimpulan
Kondisi Akhir
Pembelajaran Tematik menggunakan Model Numbered Head Together(NHT)
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauanpustaka diatas,dirumuskan hipotesis tindakan yaitu “bagaimana langkah dalam menerapkan model kooperatif tipe Numbered Head Togetherdengan pendekatan santifik serta memperhatikan langkah-langkah secara tepat dalam pembelajaran Tematik.”