• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain. Anak secara alami adalah sosok yang kreatif, umumnya mereka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain. Anak secara alami adalah sosok yang kreatif, umumnya mereka"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kreativitas Anak Usia Dini 1. Pengertian Kreativitas

Pada dasarnya anak-anak itu kreatif, maka dari itu apapun yang dilakukan anak adalah unik dan berguna bagi diri mereka sendiri bahkan mereka juga berguna bagi orang lain. Anak secara alami adalah sosok yang kreatif, umumnya mereka mengekplorasikan dunia ini dengan ide-ide dan menggunakan apa yang mereka lihat. Menurut Santrock (2002) dalam Yulian & Bambang (2010) berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak bisa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Sedangkan Mayesti (1990) dalam Yulian & Bambang (2010) menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berfikir dan bertindak atau menciptakan sesuatu yang original dan bernilai/ berguna bagi orang tersebut dan orang lain. Kedua konsep ini mengisyaratkan bahwa kreativitas tidak bisa dalam bentuk fisik saja tetapi juga harus dalam bentuk pikiran-pikiran yang dapat melahirkan hal-hal yang baru.

Menurut James J.Gallagher (1985) dalam Rachmawati & Euis Kurniati (2005) Mengatakan bahwa „ Creativity is a mental process by which an individual creater new ideas or products, or recombinies existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her” ( Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya pada akhirnya akan merekat pada dirinya). Sedangkan menurut Craft (2003) dalam Suratno

(2)

(2005) menyebutkan kreativitas sebagai hasil dari pikiran yang berbeda,seseorang pemikiran yang berdaya menemukan sekaligus menyelesaikan persoalan.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan masalah.

2. Pengembangan Kreativitas Bagi Anak PAUD

Kreativitas anak sangat penting dikembangkan sejak usia dini khususnya sejak anak memasuki pendidikan prasekolah di PAUD. Kreativitas yang dikembangkan di PAUD lebih ditekankan pada kreativitas anak dalam berkarya. Suratno (2005) mengemukakan bahwa anak yang kreatif mampu memperdayakan pikirannya untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif. Dalam pengembangan kreativitas anak PAUD, peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan kreativitas pada anak. Guru berperan penting dalam pengembangan kreativitas anak. Guru harus dapat memlilih dan memanfaatkan setiap kesempatan belajar untuk mengembangkan kreativitas anak. Dalam kesempatan apa saja baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan guru dapat mengajak anak untuk mengembangkan kreativitasnya.

Pengembangan kreativitas anak di PAUD dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran. Untuk mensukseskan program pengembangan kreativitas di PAUD, Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005) mengemukakan bahwa ada lima kriteria pembelajaran yang dapat membantu pengembangan kreativitas anak, yaitu :

(3)

Belajar yang menyenangkan sangat berati bagi anak dan bermanfaat hingga dewasa. Faktor emosi merupakan faktor penting dan menentukan efektivitas proses pembelajaran. Pendidik perlu memberikan kesan positif pada anak dalam aktivitas belajarnya sehingga anak menyukai proses belajar yang dapat mengembangkan kreativitasnya. Hal ini ditandai dengan anak antusias mengikuti kegiatan belajar, tertawa-tawa, banyak bertanya, dan asyik menikmati kegiatan yang diberikan oleh guru. b. Pembelajaran dalam Bentuk Kegiatan Bermain

Bermain adalah dunia anak. Melalui bermain anak dapat mempelajari banyak hal, tanpa anak sadari dan tanpa merasa terbebani. Anak juga dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerjasama, mengalah, sportif serta mengembangkan berbagai aspek perkembangan dan kecerdasan pada anak. Dengan demikian pendidik perlu memilihkan permainan secara tepat sebagai sarana menyampaikan materi pembelajaran.

c. Mengaktifkan siswa

Anak memerlukan ruang yang luas untuk bereksplorasi dan menjelajahi dunianya, sehingga segala informasi dapat dengan mudah diserap oleh anak serta mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian perlu pendekatan pembelajaran yang tepat, yaitu berupa belajar aktif, yang lebih menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Dengan kata lain anak terlibat aktif dalam perencanaan, proses pembelajaran, dan sampai pada penilaian.

Graves terdapat dalam (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005) menyatakan bahwa belajar aktif merupakan proses dimana anak-anak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, dengan cara mengobservasi, mendengarkan, mencari tahu, menggerakkan badan, melakukan aktivitas sensori, dan membuat atau mencipta sesuatu

(4)

dengan benda-benda yang ada disekitar mereka. Pendekatan belajar aktif sangat mendorong program pengembangan kreativitas bagi anak, dimana mereka diberikan keleluasaan untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai macam ilmu pengetahuan melalaui pengalamannya, informasi, dan mampu menghasilkan suatu produk yang kreatif.

d. Memadukan berbagai aspek pembelajaran dan perkembangan

Berbagai aspek perkembangan yang dimiliki anak merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, sehingga pembelajaran yang dikembangkan dapat memadukan semua komponen pembelajaran dan perkembangan anak.

e. Pembelajaran dalam bentuk kegiatan konkret

Bagi seorang anak, proses mengerti dan memahami sesuatu tidak selalu harus melalui proses instruksional, akan tetapi anak mengamati dan berinteraksi secara langsung dengan obyek pembelajaran, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan secara lebih bermakna. Bagi anak usia dini yang masih berada pada tahap perkembangan kognitif praoperasional dan pra operasional kongkret, sehingga kegiatan pembelajaran harus disertai dengan obyek nyata.

Untuk mempertahankan daya kreatif anak, pendidik harus memperhatikan sifat natural anak-anak yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas. Sifat-sifat natural harus senantiasa di pupuk dan dikembangkan sehingga sifat kreatif mereka tidak hilang. Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005) sifat natural anak-anak yang mendasar yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas sebagai berikut, (1) pesona dan rasa takjub, (2) rasa ingin tahu, dan (3) banyak bertanya. Sehingga dalam mengembangkan kreativitas anak PAUD menggunakan kolase, sebab dalam pembuatan kolase anak dapat berolah senirupa yang diwujudkan dengan keterampilan menyusun

(5)

dan merekatkan bagian-bagian bahan alam, bahan buatan dan bahan bekas pada kertas gambar/ bidang dasaran yang digunakan, sampai dihasilkan tatanan yang unik dan menarik. Melalui kegiatan kolase pembelajaran dapat memberikan kesenangan, kebebasan untuk mengembangkan perasaan, kepuasan, keinginan, keterampilan seperti pada saat bermain. Cara bermain kreatif dapat membuat kegiatan yang menyenangkan. Kolase bermanfaat untuk memberikan hiburan yang bernilai edukatif, karena melalui kegiatan kolase itulah anak belajar. Dengan kolase juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir, yaitu penyaluran daya nalar yang dimiliki anak untuk digunakan dalam melakukan kegiatan berolah seni rupa. Anak yang cerdas cakap kemampuan pikirannya dapat menjadi pemicu munculnya daya kreativitas. Dengan kecerdasan (kecerdasan emosional) yang dimilikinya akan dapat digunakan untuk melakukan aktivitas dengan cepat, lancar dan tepat serta mudah untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (Suratno, 2005)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Montolalu, dkk (2009) ada beberapa faktor lingkungan yang dapat menunjang dan menghambat kreativitas. Dari beberapa hasil penelitian para ahli menunjukan bahwa faktor-faktor dalam kreativitas meliputi: daya imajinasi, rasa ingin tahu dan orisinilitas (kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan tidak biasa) dapat mengimbangi kekurangan dalam daya ingat, daya tangkap, penalaran, pemahaman terhadap tugas dan faktor lain dalam intelegensi. Jadi, pendidikan yang berorientasi

(6)

pada pengembangan kreativitas sangatlah penting. Kreativitas perlu dicari/ dilatih oleh pendidik dan orang tua, setiap anak pada dasarnya memiliki potensi dan kreativitasnya. Oleh karena dengan melakukan pengamatan dan penilaian secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai alat pemantau keefektifan kemampuan berkreativitas.

Guru yang waspada pada karakteristik anak didik yang menunjukkan potensi kreatif dapat mengakui perbedaan individu dalam masa kanak-kanak dan pemeliharaan perkembangan dari kreativitas melalui tingkat dalam semua daerah perkembangan. Oleh karena itu perlu dukungan guru untuk memahami segala aspek perkembangan anak hendaknya dapat memunculkan / menggali potensi anak yang masih tersembunyi, dan mengembangkan yang sudah muncul dalam bermain sampai anak merasa senang melakukan semua kegiatan.

4. Aspek- aspek Kreativitas Anak usia dini

Aspek kreativitas menurut Pernes terdapat dalam ( Nursisto, 2000) meliputi: a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan dalam mengemukakan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah.

b. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah diluar kategori yang biasa.

c. Originality ( keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon unik.

d. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secra terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.

e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan dalam menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

(7)

a. Kelancaran

Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban dan mengemukakan gagasan atau ide-ide yang ada dalam pikiran anak dengan lancar.

b. Kelenturan

Kelenturan yaitu kemampuan anak untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah sesuai dengan ide-ide yang dimilikinya.

c. Keaslian

Keaslian yaitu kemampuan untuk mnghasilan berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri. Hasil karya yang dihasilkan anak lebih unik dan berbeda dengan lainnya.

d. Elaborasi

Elaborasi yaitu kemapuan untuk memperluas atau memperkaya ide yang ada dalam pikiran anak dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kreativitas anak meliptui kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), elaborasi (elaboration), kepekaan (sensitivity ) serta keuletan dan kesabaran. Dalam penelitian ini, peneliti lebih merujuk pada aspek-aspek keativitas anak menurut Jamaris (2006) yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi. Setelah mengetahui aspek-aspek kreativitas di atas, untuk mengetahui bahwa anak tersebut kreatif, kita perlu mengetahui ciri-ciri kreativitas. Dengan demikian pendidik tidak salah dalam memberikan label kreatif pada anak.

5. Ciri-Ciri Kreativitas

Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami ciri-cirinya. Upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin dilakukan jika memahami terlebih dahulu sifat-sifat kreativitas dan iklim lingkungan yang mengitarinya. Menurut Supriadi (dalam Rachmawati & Euis Kurniati 2005) ciri kreativitas dibedakan dalam ciri kognitif dan non-kognitif yaitu:

a. Ciri kreativitas kognitif meliputi keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, atau fleksibel, keterampilan berpikir orisinil, keterampilan merinci, atau mengelaborasi serta keterampilan menilai.

(8)

b. Ciri kreativitas non kognitif meliputi: sikap seperti merasa tergantung oleh kemajemukan sikap berani mengambil resiko, sikap menghargai, dan kepribadian kreatif seperti rasa ingin tahu bersifat imajinatif.

Sedangkan Menurut Sumanto (2005) anak yang kreatif mempunyai ciri yaitu mempunyai kemampuan berfikir kritis, ingin tahu, tertarik pada kegiatan / tugas yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mampu membuat atau berkarya, menghargai diri sendiri dan orang lain. Beberapa karakteristik pribadi yang sudah teruji dalam penelitian/ kajian ilmiah, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kreativitas adalah rasa ciri non

aptitude antara lain: percaya diri, keuletan/ daya juang yang tinggi, apresiasi estetik,

serta kemandirian. kreativitas memiliki ciri-ciri non –aptitude seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru ( Jamaris,2006).

B. Kegiatan Kolase 1. Pengertian kolase

Kolase berasal dari Bahasa Perancis (collage) yang berarti merekat. Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan ( kain, kertas, kayu)yang ditempelkan dalam permukaan gambar, atau bisa disebut karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya ( Depdiknas.2001) dalam Hajar Pamadhi & Evan Sukardi (2011), dan menurut

(9)

Sumanto(2005). Kolase adalah aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu .Menurut Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2010) kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya. anak PAUD latihan membuat kolase bisamenggunakan bahan sobekan kertas, sobekan majalah, koran, ketas lipat dan bahan bahan yang ada dilingkungan sekitar. Ini adalah alasan untuk para guru untuk tidak membuang barang bekas disekitar mereka. Barang-barang bekas dapat digunakan untuk media anak didik untuk mengembangkan kreativitasnya.

Berkarya kreatif sebagai upaya pengembangan kemampuan dasar bagi Anak Usia Dini berkarya melalui melalui kegiatan kolase dengan mengenali sifat bahan/alat tersebut dapat melatih keterampilan kreatif anak dalam berekspresi membuat bentuk karya kolase secara bebas. Kegiatan kolase dalam penelitian ini adalah kegiatan berolah seni rupa yang menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan keterampilan menyusun dan merekatkan bahan-bahan pada kertas gambar/bidang dasaran yang digunakan, sampai dihasilkan tatanan yang unik, menarik dan berbeda menggunakan bahan kertas, bahan alam dan bahan buatan.

2. Bahan dan Peralatan Kolase untuk Pembelajaran di PAUD

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di PAUD tentu akan berbeda dengan bahan pembuatan kolase pada umumnya. Tetapi dalam prinsip pembuatannya dan prinsip kerjanya, baik untuk kolase pada PAUD maupun pada umumnya adalah sama. Menurut Sumanto (2005) bahan pembuatan kolase di PAUD dengan

(10)

menggunakan bahan sobekan/potongan kertas koran, kertas majalah, kalender kertas lipat kertas berwarna atau bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2010) menambahkan bahan pembuatan kolase yaitu kertas, kain, gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua, potongan kayu dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet, benang, manik-manik, atau masih banyak media lain. Dari kedua pendapat di atasdapat disimpulkan bahwa bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolase untuk anak usia dini adalah berupa bahan alam, bahan buatan dan bahan kertas.

Berdasarkan uraian dari kedua pendapat di atas untuk bahan yang aman dan menarik serta mudah didapatkan dalam pembuatan kolase untuk anak di PAUD menggunakan alat bidang dasaran berupa kertas hvs, kertas gambar, lem kayu, lem kertas, gunting dan pensil, serta menggunakan bahan alam dan kertas seperti kertas lipat, kertas bungkus kado, koran bekas, majalah bekas, kertas krep, daun mangga, daun pakis, daun cemara, daun nangka, kulit bawang merah, kulit bawang putih, biji kedelai hitam, biji kedelai kuning, biji jagung dan biji kacang hijau.

3. Peningkatan Kreativitas melalui Kegiatan Kolase di PAUD

Menurut Wallas dalam Jamaris (2006) menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam 4 fase, yaitu :

a. Fase persiapan, berupa pengumpulan informasi yang berkaitan dengan maslah yang sedang dipecahkan

b. Fase pematangan, informasi yang telah terkumpul berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha memahami keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dalm rangka pemecahan masalah

c. Fase iluminasi berupa penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk memecahkan maslah

d. Fase varifikasi berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mengevaluasi apapakah langkah-langkah yang akan digunakan dalm pemecahan maslah akan memberikan hasil yang sesuai.

(11)

Selanjutnya menurut Mayesty (1990) dalam Sujiono (2010) menyatakan delapan cara untuk membatu anak dalam mengekspresikan kreativitas;

a. Membantu anak dalam menerima perubahan ( Help children accept change) b. Membantu anak menyadari bahwa beberapa masalah tidak mudah dipecahkan (

Help children recognize that some problem have no easy answers)

c. Membantu anak untuk mengenal berbagai masalah memiliki solusi (Help children recognize that many problem have a possible answers)

d. Membantu anak untuk menafsirkan dan menerima perasaannya e. Memberikan penghargaan pada kreativitas anak

f. Bantu anak merasa nyaman dalam melakukan aktifitas kreatif dan dalam memecahkan masalah

g. Bantu anak untuk menghargai perbedaan dalam dirinya h. Bantu anak dalm membangun ketekunan dalm dirinya

Langkah- langkah guru dalam mengajarkan pembuatan karya kolase di PAUD adalah :

a. Guru menyiapkan kertas gambar/karton sesuai ukuran yang diinginkan, menyiapkan bahan yang akan ditempelkan, lem dan peralatan lainnya.

b. Bahan membuat kolase disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat, untuk lingkungan desa gunakan bahan yang mudah ditempelkan.Misalnya daun kering, batang pisang kering dan lainnya. Untuk lingkungan kota gunakan bahan buatan, bahan limbah, bekas dengan pertimbangan lebih mudah di dapatkan.

c. Guru memandu langkah kerja membuat kolase dimulai dari, menyiapkan bahan yang akan ditempelkan, memberi lem pada bahan yang akan ditempelkan dan cara menempelkan bahan yang telah diberi lem sampai menjadi kolase.

d. Guru diharapkan juga mengingatkan pada anak agar dapat melakukannya dengan tertib dan setelah selesai merapikan/membersihkan tempat belajarnya. Dalam penelitian ini langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan kolase adalah:

a. Guru menyiapkan alat untuk membuat kolase seperti kertas untuk bidang dasaran, gunting dan lem, serta bahan yang akan digunakan pada hari tersebut. Guru menjelaskan kepada anak-anak tentang alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat kolase

b. Guru membagi anak dalam kelompok kecil yang dalam satu kelompok berisi 3-4 anak. Guru membagikan alat dan bahan kepada anak-anak serta memberi pengarahan untuk melakukan kegiatan dengan tertib dan tidak berebut.

c. Guru merangsang kreativitas anak dengan melakukan tanya jawab tentang hasil karya yang pernah anak lihat berkaitan dengan kolase sehingga anak mempunyai gambaran atau konsep tertentu dan mampu mengembangkan ide-idenya untuk diwujudkan dalam bentuk hasil karya.

d. Guru memberi kesempatan anak untuk membuat kolase dengan alat dan bahan yang disediakan sesuai dengan ide atau gagasan yang dimiliki.

(12)

Kegiatan yang dilakukan adalah anak diminta untuk menggambar dan menempel bahan-bahan yang tersedia sesuai dengan kreativitas masing-masing anak.

e. Selama kegiatan berlangsung guru sebagai peneliti dan kolaborator berkeliling mengamati kerja anak. Apakah anak mampu membuat, mencipta karya sendiri atau meniru temannya. Guru juga memberi pengertian bahwa hasil karya asli adalah hasil karya yang terbaik daripada hasil karya mencontoh. Selain itu guru juga memberi motivasi kepada anak agar mampu membuat hasil karya sesuai keinginannya. Serta mendampingi dan memberi semangat dan memotivasi anak sampai bisa menciptakan karya yang sesuai dengan imajinasinya. Guru mewawancarai hasil karya anak yang dibuat.

f. Guru menghargai ide anak dengan memberikan penguatan dan reward , berupa acungan jempol, tanda bintang dan sebagainya kepada anak saat kegiatn berlangsung sehingga anak lebih termotivasi.

C. Study Relevan

a. PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KOLASE DARI DAUN NANGKA DI TAMAN KANAK-KANAK AZARAH MA‟ARIF PARIAMAN Oleh IRAWATI : Perkembangan kreativitas anak usia dini di Taman Kanak-kanak Azrah Ma‟arif Pariaman masih jauh dari kemampuan yang hendak dicapai. Hal ini terlihat dari kreativitas anak yang kurang berkembang. Anak tidak dapat menghasilkan sesuatu yang baru, karena bahan yang digunakan hanya dari kertas warna saja, sehingga anak merasa jenuh dan kurang tertarik dalam melakukan kreativitas dengan baik. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan untuk meningkatkan kreativitas anak melalui kolase dari daun nangka di TK Azarah Ma‟arif Pariaman.

b. UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1 NAMBANGAN KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 Dhona Wijayanti, A 520 090 016, Program Studi

(13)

Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 108 halaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Kolase di Kelompok B TK Pertiwi 1 Nambangan Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek tindakan penelitian ini adalah kelompok B TK Pertiwi 1 Nambangan yang berjumlah 16 anak. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti, guru kelas, dan kepala sekolah.Pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi hasil karya anak. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 3 siklus, masing-masing siklus 2 pertemuan. Prosedur dalam penelitian ini terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kemampuan anak berkembang dari prasiklus 41,75% menjadi 52,93% pada siklus I. Pada siklus II kemampuannya berkembang menjadi 72,56%. Pada siklus III kemampuannya berkembang menjadi 85,81%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui kegiatan Kolase dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak.

D. Kerangka Berfikir.

Sumber belajar sebagai segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada sesorang dalam belajarnya. Perencanaan sumber belajar yang dilakukan oleh guru akan memberikan manfaat apabila guru dapat menyiapkan dan memilih sumber belajar yang sesuai dengan karekteristi, minat dan tujuan pembelajaran anak yang hendak dicapai. Dalam hal ini penggunaan media kolase akan lebih menarik minat anak untuk anak meningkatkan kreativitas, karena anak bisa mengerjakan tugasnya tanpa rasa bosan sehingga tujuan dapat tercapai.

(14)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan tersebut adalah “kreativitas anak usia dini di PAUD Sejahtera kelompok usia 4-5 tahun dapat meningkat melalui kegiatan kolase”.

Perbaikan melalui PTK 1. Kreativitas rendah

2. Siswa tidak aktif 3. Hasil belajar rendah Kondisi awal

1. Anak mulai aktif tapi belum optimal 2. Kreativitas sedikit

optimal

Siklus I 3X pertemuan Sudah mulai baik

tapi belum terlihat optimal

1. Anak-anak mulai terlihat aktif secara optimal

2. Kreativitas terlihat optimal

Siklus II 3X pertemuan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa tanpa pencampuran dengan media tanam tanah, kompos dan pupuk anorganik, penambahan abu vulkanik Kelud tidak akan berpengaruh terhadap parameter

Kondisi alam yang dimaksud adalah iklim : yang meliputi jumlah curah hujan, kelembaban udara, faktor iklim tersebut secara bersamaan berpengaruh terhadap pembentukan

Beberapa dari sebagian banyak pelabuhan di Indonesia adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Pontianak,

A cDNA, named BmCHHL (Bombyx mori CHH-like protein), with an open reading frame of 110 amino acids was isolated.. Sequence analyses suggested that the conceptual protein was a

itu,seorang mahasiswa yang mempunyai kecerdasan spiritual rendah akan kurang termotivasi dalam belajar yang terjadi adalah melakukan segala cara untuk mendapatkan nilai

Meskipun simpanan karbon jangka panjang dari produk-produk kayu termasuk salah satu kriteria yang digunakan dalam penyerapan karbon (Nabuurs & Mohren, 1995), namun

Dari hasil Regresi Data Panel dengan metode Random Effect Model disimpulkan bahwa konsentrasi spasial industri kecil menengah secara signifikan dipengaruhi oleh variabel

Efektivitas program berita islam masa kini terhadap pemenuhan kebutuhan informasi ajaran islam ). 3 Eri Husna P 6662120923 Jakarta, 14 Juli