• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO

Oleh : Vely Fatimah

12500082

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian siswa melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Behavioristik Pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri Gondangrejo.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gondangrejo Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan bentuk penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PT-BK). Sesuai dengan langkah penelitian, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat tahapan tersebut disebut sebagai satu siklus. Dalam pelaksanaan di lapangan, peneliti melaksanakan 2 siklus penelitian. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 10 siswa. Teknik pengumpulan data penelitian adalah angket kemandirian siswa, wawancara dan observasi pelaksanaan tindakan. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kemandirian siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gondangrejo antara sebelum dan sesudah diberi konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik. Tingkat kemandirian siswa setelah pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik lebih tinggi dari tingkat kemandirian siswa sebelum pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik. Tingkat kemandirian siswa sebelum diberi layanan bimbingan kelompok secara rata-rata adalah 84,5. Tingkat kemandirian siswa setelah diberi layanan bimbingan kelompok secara rata-rata adalah 98,3. Ini berarti ada peningkatan sebesar 13,8 poin. Hasil observasi menunjukan bahwa siswa yang menjadi anggota kelompok (subjek penelitian) pada setiap pertemuan semakin meningkat dinamika kelompoknya, ditandai dengan: (1) anggota kelompok bisa berinteraksi dengan baik.; (2) anggota kelompok lebih yakin dalam berpendapat, cara berkomunikasi semakin lancar: (3) anggota kelompok mampu memberikan kesan dan pesan yang sesuai dengan materi layanan; (4) anggota kelompok menunjukan antusias yang tinggi selama pelaksanaan layanan.

Kata kunci: kemandirian siswa, konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik, siswa SMP

(2)

The EFFORTS TO IMPROVE THE STUDENTS’ INDEPENDENCE THROUGH GROUP COUNSELING USING BEHAVIORISTIC APPROACH AT

CLASS VIII OF SMP NEGERI GONDANGREJO By :

Vely Fatimah 12500082 ABSTRACT

The research is aimed at improving the students’ independence through group counseling using behavioristic approach at Class VIII of SMP Negeri Gondangrejo.

The research was conducted at SMP Negeri 2 Gondangrejo Class VIII in the academic year of 2015/2016 and employed using guidance and counseling action research. Following the research procedure, the research was conducted inseveral steps, namely planning, acting, observation, and reflection. The four steps are gathered in one cycle. The researcher condusted 2 cycles. The subjects of the research were 10 student’s independence, interview, and observation. The technique of anlyzing data mployed quantitative descriptive analysis and qualitative descriptive analysis.

Based on the findings and discussion, it can be concluded that there is a difference on indepencence level of students at Class VIII of SMP Negeri 2 Gondangrejo before and after given group counseling using behavioristic approach. The level of student’s independence after receiving group counseling using behavioristic approach is higher than before receiving such treatment. The level of students’ independence before receiving treatment was 84.5 in average. After the treatment, the level of students’ independence improved to 98.3 in average. This meant that it increased 13.8 points. The result of observation shows that the dynamics of the group consisting of the research subjects improved in each meeting. This was marked by : 910 the group members could interact each other well; (20 the group members give opinion more surely and their way of communication became better; (30 the group members were able to give impression and message of the service material being given; and (4) the group members showed high enthusiasm during the service.

Key words : Students’ Independence, Group Counseling using Behavioristic Approach

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat mendorong terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu.

Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Kemandirian seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas risiko dan konsekuensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut. Kemandirian yang dimiliki oleh siswa diwujudkan melalui kemampuannya dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang lain. Kemandirian juga terlihat dari berkurangnya ketergantungan siswa terhadap guru di sekolah. Siswa yang mandiri tidak lagi membutuhkan perintah dari guru atau orang tua untuk belajar ketika berada di sekolah maupun di rumah.

Kebutuhan untuk memiliki kemandirian dipercaya sebagai hal penting dalam memperkuat motivasi individu dan dapat diketahui bahwa siswa yang mandiri mampu memotivasi diri untuk bertahan dengan kesulitan yang dihadapi dan dapat menerima kegagalan dengan pikiran yang rasional.

Berdasarkan hasil observasi awal (bulan Septembenr sampai Oktober 2015) yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Gondangrejo, khusunya kelas 8 selama rentang waktu PPL (Praktik Pengalaman Lapangan), disimpulkan bahwa tingkat kemandirian siswa masih rendah. Pendapat ini didasarkan pada perilaku yang ditunjukan siswa, diantaranya: siswa terlalu bergantung pada guru; siswa belum bisa menunjukan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan; siswa susah beradaptasi ketika ada orang baru; siswa kurang berani dalam mengambil risiko.

Berdasarkan paparan di atas semakin menguatkan asumsi dasar bahwa peningkatan kemandirian pada siswa merupakan hal yang perlu dilakukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan menjadi garda terdepan dalam rangka peningkatan kemandirian siswa. Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan juga memiliki peran strategis untuk meningkatkan kemandirian pada siswa. Bentuk layanan yang relevan dengan konsep kemandirian adalah layanan konseling kelompok.

Konseling kelompok lebih menekankan pada pengembangan pribadi, yaitu membantu individu dengan cara mendorong pencapaian tujuan perkembangan dan memfokuskan pada kebutuhan dan kegiatan belajarnya. Kegiatan konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara sadar, perasaan-perasaan dan perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Konseling kelompok berorientasi pada perkembangan individu dan usaha

(4)

menemukan kekuatan-kekuatan yang bersumber pada diri individu itu sendiri dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Pendekatan dalam konseling kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai kemandirian adalah pendekatan behavioristk. Konseling dengan behavioristik adalah konseling yang dapat menghilangkan perilaku maladaptif menjadi perilaku yang diinginkan yang dapat dipelajari. Konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik menganggap bahwa perilaku seseorang dengan semua aspeknya sekarang ini adalah hasil dari proses belajar dan hal ini diperoleh dalam interaksinya dengan dunia luar. Namun demikian layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik belum pernah dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gondangrejo. Topik tentang kemandirian juga belum pernah dibahas dalam layanan yang berseting kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas maka diperlukan sebuah kajian dalam bentuk penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemandirian Siswa melalui Layanan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behavioristik pada Siswa Kelas 8 SMP Negeri 2 Gondangrejo”.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik dalam meningkatkan kemandirian siswa kelas 8 SMP Negeri 2 Gondangrejo.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK). PTBK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dalam layanan bimbingan dan konseling dengan memberikan intervensi kepada subjek penelitian, kemudian menilai proses pelaksanaannya serta memantau hasil yang didapat (Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman, 2012:6).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 8 A yang berjumlah 10 siswa. Menurut Nandang Rusmana (2009:14) jumlah ideal anggota kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah tidak lebih dari 10 orang. Peneliti memilih 10 siswa sebagai anggota kelompok secara heterogen (5 siswa putra dan 5 siswa putri). Prayitno (2012:159) menegaskan jika anggota kelompok yang heterogen akan menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan.

Instrumen Penelitian

Alat Tujuan

Angket (1) mengetahui tingkat kemandirian siswa sebelum diberi layanan konseling kelompok; (2) memilih anggota kelompok secara heterogen; (3) mengetahui tingkat kemandirian siswa setelah diberi layanan konseling kelompok. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan tindakan.

(5)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kemandirian Siswa sebelum Pelaksanaan Tindakan No. Nama Siswa Pretest Kategori 1 ES 90 Sedang 2 DN 70 Kurang 3 RH 90 Sedang 4 AV 70 Kurang 5 A 77 Sedang 6 RK 70 Kurang 7 RDP 82 Sedang 8 WB 65 Kurang 9 ND 83 Sedang 10 BK 85 Sedang Rata-rata 84,5 Sedang Dari tabel di atas terlihat jika siswa yang terpilih menjadi subjek penelitian rata-rata nilai pretest untuk tingkat kemandiriannya adalah 84,5. Nilai tersebut masuk pada kategori sedang. Secara individual skor yang diperoleh siswa bersifat heterogen (bervariasi). Hasil pretest ini selaras dengan kriteria yang digunakan oleh peneliti, guru BK, dan guru mapel dalam memilih subjek penelitian.

Proses Pelaksanaan Tindakan

Seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa layanan konseling dalam setting kelompok dengan mengacu pada konsep dari Sukiman (2011:149) dan ditambah teori tentang langkah pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik dari Uman Suherman (2008:325) maka dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti melaksanakan 4 tahapan layanan kelompok.

Tingkat Kemandirian Siswa Pasca Siklus No Nama Siswa Posttesst Kategori 1 ES 106 Tinggi 2 DN 85 Sedang 3 RH 105 Tinggi 4 AV 82 Sedang 5 A 91 Sedang 6 RK 83 Sedang 7 RDP 91 Sedang 8 WB 75 Sedang 9 ND 97 Tinggi 10 BK 96 Tinggi Rata-rata 98,3 Tinggi Berdasarkan tabel di atas, siswa yang menjadi anggota kelompok ada 4 yang tingkat kemandiriannya berada pada kategori tinggi dan ada 6 anggota kelompok yang tingkat kemandiriannya berada pada kategori sedang. Secara rata-rata skor posttest adalah 98,3 (berada pada kategori tinggi). Ini berarti kondisi rata-rata kemandirian pada anggota kelompok setelah pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik mengalami peningkatan. Hasil tersebut menunjukan bahwa layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik efektif untuk meningkatkan kemandirian siswa kelas 8 SMP Negeri 2 Gondangrejo.

Pembahasan

Berdasarkan analisis proses pelaksanaan tindakan dan hasil yang dicapai oleh anggota kelompok membuktikan bahwa layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik efektif dalam meningkatkan kemandirian siswa. Indikasi keberhasilan proses pelaksanaan layanan dapat dilihat dari peran yang dilaksanakan oleh peneliti (pemberi layanan) dan anggota kelompok pada setiap tahapan, baik tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran dimana pada setiap

(6)

tahapan tersebut peneliti dan anggota kelompok telah mengoptimalkan peranannya. Sedangkan efektivitas layanan dibuktikan dari hasil angket kemandirian yang menunjukan adanya peningkatan hasil pretest dan posttest.

Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas risiko dan konsekuensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut. Kemandirian yang dimiliki oleh siswa diwujudkan melalui kemampuannya dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang lain. Kemandirian juga terlihat dari berkurangnya ketergantungan siswa terhadap guru di sekolah. Siswa yang mandiri tidak lagi membutuhkan perintah dari guru atau orang tua untuk belajar ketika berada di sekolah maupun di rumah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kemandirian siswa kelas 8 SMP Negeri 2 Gondangrejo antara sebelum dan sesudah diberi konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik. Tingkat kemandirian siswa setelah pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik lebih tinggi dari tingkat kemandirian siswa sebelum pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik. Tingkat kemandirian siswa sebelum

diberilayanan bimbingan kelompok secara rata-rata adalah 84,5. Tingkat kemandirian siswa setelah diberi layanan bimbingan kelompok secara rata-rata adalah 98,3. Ini berarti ada peningkatan sebesar 13,8 poin.

Hasil observasi menunjukan bahwa siswa yang menjadi anggota kelompok (subjek penelitian) pada setiap pertemuan semakin meningkat dinamika kelompoknya, ditandai dengan: (1) anggota kelompok bisa berinteraksi dengan baik.; (2) anggota kelompok lebih yakin dalam berpendapat, cara berkomunikasi semakin lancar: (3) anggota kelompok mampu memberikan kesan dan pesan yang sesuai dengan materi layanan; (4) anggota kelompok menunjukan antusias yang tinggi selama pelaksanaan layanan.

Saran

a. Bagi siswa: Siswa diharapkan secara aktif dan terbuka mau mengikuti dan atau memanfaatkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik sebagai salah satu media intervensi untuk meningkatkan kompetensi mereka, khususnya kemandirian. b. Guru bimbingan dan konseling:

masalah tentang kemandirian adalah masalah yang penting, oleh karena itu diharapkan

penanganannya dengan

menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik dapat diprogramkan secara periodic.

c. Bagi sekolah: sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan, dukungan, dan fasilitas kepada guru bimbingan dan konseling untuk melaksankan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks. Desmita. 2009. Psikologi

Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mungin Eddy Wibowo. 2005.

Konseling Kelompok

Perkembangan. Semarang:

UNNES Press.

Nandang Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan

Kegiatan Pendukung

Konseling. Padang: Program Pendidikan Profesi Konselor Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP.

Sofyan Wilis. 2010. Konseling Individual: Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

 Menganalisis kurva-kurva yang melalui beberapa titik untuk menyimpulkan berupa garis lurus, garis-garis sejajar,.. atau garis-garis

Berdasarkan hal diatas, maka perlu diketahui kekuatan struktur dan umur fatigue pada crane yang sudah ada kemudian dilakukan desain ulang untuk mendapatkan struktur

IDENTIFIKASI TINGKAT AKTIVITAS GUNUNG GUNTUR PERIODE OKTOBER-NOVEMBER 2015 BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DAN SEBARAN HIPOSENTER - EPISENTER GEMPA VULKANIK.. Universitas

Untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat penga- ruh temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah dari selisih

Indikator dalam penelitian pada variabel keunggulan bersaing diferensiasi produk ini adalah pada rasa, ukuran, kerenyahan dan kebersihan dari indikator ini dapat diketahui bahwa skor

Tindakan ini dilakukan Apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan

Dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dengan metode belajar mandiri, pemerintah berupaya untuk semaksimal mungkin mencari solusi agar siswa dapat

Dalam hal ini dikembangkan aplikasi kamus untuk telepon selular (ponsel), dimana dengan aplikasi ini penggunanya dapat menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ke bahasa