PERENCANAAN BENDUNG TETAP SUNGAI BATANG LAMPASI KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA KOTA PAYAKUMBUH
AndreValentine1 ,Taufik1 , Rahmat2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, Padang Email :Andrevalent501@yahoo.com, taufikfik88@roketmail.com, R4mt_99@yahoo.com
Abstrak
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air agar bisa diambil dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan. Perencanaan bendung sungai batang lampasi ini direncanakan dengan menggunakan mercu tipe Ogee dengan kondisi Geologi daerah irigasi relatif muda atau belum dapat dikatakan stabil. Pada Perencanaan Bendung Tetap Sungai Batang Lampasi tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi, perhitungan hidrolis bendung, perhitungan dimensi bendung dan perhitungan stabilitas bendung. Data-data yang diperlukan dalam Perencanaan Bendung Tetap Sungai Batang Lampasi antara lain peta topografi berskala 1:50.000 dan data curah hujan berdasarkan 15 tahun pengamatan. Bendung ini direncanakan untuk umur rencana 100 tahun. Dari hasil perhitungan didapat : luas catchment area seluas71,83km2, debit 100 tahunan (Q100)
574,2699m3/dt. Lebar bendung 30,4m,tinggi mercu bendung 3m dan tinggi energi (H1)
4,422m, sehingga dapat mengairi areal pertanian seluas 635,00Ha. Pada perhitungan Stabilitas Bendung dalam keadaan air normal didapat angka keamanan terhadap guling 3,687 dan geser 2,247. Pada saat air keadaan banjir didapat angka keamanan terhadap guling 3,875 dan geser 2,689. Maka didapat kontruksi bendung stabil.
Kata Kunci : Bendung, Tinggi Energi, Tipe Mercu, Catchment Area.
Pembimbing I Pembimbing II
WEIR RIVER PLANNING AND EQUIPMENT RODS LAMPASI PAYAKUMBUH NORTH DISTRICT, PAYAKUMBUH CITY
Andre Valentine1, Taufik1 , Rahmat2
Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University, Padang
Email :Andrevalent501@yahoo.com, taufikfik88@roketmail.com, R4mt_99@yahoo.com
Abstract
Weir is transverse building river serves to elevate water to be taken down and streamed to a channel through the building retrieval. Planning Samek river river weir is planned by using the Ogee-type lighthouse Geological conditions of the irrigated areas are relatively young or can not be said to be stable. Fixed weir on the River Trunk Planning Lampasi calculations are performed as hydrologic analysis, hydraulic calculation weir, weir-dimensional calculations and stability calculations weir. The data needed in planning Batang River weir Fixed Lampasi include 1:50,000-scale topographic maps and rainfall data based on 15 years of observation. This dam is planned for the design life of 100 years. From the calculation results obtained: wide catchment area seluas71, 83km2, 100 annual discharge (Q100) 574.2699 m3/sec. 30.4 m wide weir, weir lighthouse 3m high and high energy (H1) 4.422m, so as to irrigate an area of 635.00 hectares of agricultural area. In the calculation of dam stability obtained in a state of normal water to bolster security numbers 3.687 and 2.247 shear. At the current state of flood water to bolster security numbers obtained 3.875 and 2.689 shear. The importance of the steady weir construction.
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup terutama bagi manuusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka aktivitas penggunaan sumber daya alam, khususnya sumber daya air juga semakin meningkat, maka sumber daya air perlu ditingkatkan pelestariannya dengan menjaga keseimbangan siklus air di bumi yang dikenal sebagai daur hidrologi. Proses daur hidrologi di alam bermanfaat sebagai sumber daya yang terbaharukan, secara global kuantitas sumber daya air di bumi relative tetap, sedangkan kualitasnya makin hari semakin menurun.
Selain untuk kebutuhan makhluk hidup, air juga dapat dimanfaatkan untuk pengairan, pembangkit listrik, industri, pertanian, perikanan, dan sumber baku air minum, terkait dengan kebutuhan beragam tersebut, ketersediaan air yang memenuhi baik kuantitas maupun kualitas untuk kebutuhan sangatlah terbatas, ketersediaan air terutama air permukaan sangat bergantung pada pengelolaan asal air tersebut, yaitu sungai yang merupakan salah satu air permukaan yang perlu dikelola.
Berdasarkan kondisi diatas, pemerintah indonesia memiliki upaya untuk terus
melaksanakan pembangunan disegala
bidang merupakan suatu usaha untuk
mensejaterahkan kehidupan masyarakat terutama dibidang pertanian. Pembangunan Pertanian bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani dan keluarganya ditingkat
pedesaan, untuk mewujudkannya
dibutuhkan suatu usaha yang dapat
meningkatkan pendapatan petani dengan cara memanfaatkan dan menggali potensi yang ada serta memperhatikan aspek teknis yang selaras dengan alam dan pengelolaan lahan terutama lahan sawah dengan tidak
merusak lingkungan, serta dapat
mendorong terwujudnya pembangunan
pertanian yang berkelanjutan.
Pengolahan Sumber Daya Air merupakan salah satu penggalian potensi strategis yang
memberikan konstribusi terhadap
penyediaan prasarana dan sarana pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional. Sebab itu perlunya pembangunan irigasi guna mendapatkan sistem yang memenuhi kriteria irigasi teknis yang efektif dan efesien. Seiring dengan kemajuan zaman, maka kemajuan teknik pembuatan bendung semakin meningkat.
Hal tersebut didasarkan karena
perkembangan akan pertanian selalu
diutamakan.
Propinsi Sumatera Barat merupakan daerah
agraris dimana secara umum
masyarakatnya berada dipedesaan yang perekonomiannya lebih dititik beratkan
menggarap lahan persawahan. Dalam rangka pengelolaan sawah ini perlu didukung sarana dan prasarana irigasi yang memadai, agar para petani dapat mengolah lahan persawahannya. Salah satu usaha untuk mencapai program tersebut, adalah
pengembangan suatu areal pertanian
khususnya Daerah Irigasi di Sungai Batang Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh.
Daerah irigasi Batang Lampasi seluas 635,00 Ha, Kondisi geologi daerah Irigasi Batang Lampasi relatif muda atau belum dapat dikatakan stabil , sehingga masih banyak ditemukan lapisan – lapisan permukaan bebatuan yang terdiri dari endapan – endapan vukanik. Kondisi ini mengakibatkan sungai – sungai di daerah pegunungan ini dengan kemiringan dasar yang cukup tajam dan beraliran deras umumnya mengangkut material berupa kerikil, batuan berbagai ukuran, batang kayu, daun – daunan dan sampah. Untuk itu penulis mengangkat masalah ini sebagai bahan untuk pembuatan Tugas Akhir (TA) dengan judul “Perencanaan Bendung
Tetap Sungai Batang Lampasi, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh”.
METODE
Penulis melakukan studi literatur dan pegumpulan data. Kegiatan yang akan dilakukan secara garis besar dibedakan atas: a. Studi literatur
Dalam studi literatur didapatkan teori-teori yang diperoleh melalui buku – buku untuk analisa hidrologi yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir.
b. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan adalah peta DAS, data curah hujan15 tahun (tahun 1998 sampai tahun 2012) yang berasal dari1 Stasiun yaitu Stasiun Suliki. c. Analisa dan perhitungan.
1) Curah hujan maksimum
Pada analisa ini, data curah hujan yang akan digunakan adalah data curah hujan rata – rata maksimum yang diperoleh dengan menghitung data curah hujan 15 tahun dari 1 stasiun dengan menggunakan Metode Aljabar ( Arithmetic mean ).
2) Curah hujan rencana
Untukmenghitung curah hujan rencana penulis menggunakan3 metodeyaitu, metode Gumbel, Hasper dan Weduwen 3) Analisa Debit Banjir Rencana
Untuk perhitungan Debit Banjir
Rencana dilakukan dengan metode Hasper. Data untuk metode tersebut di
ambil dari nilai curah hujan
rencana.Perhitungan debit rencana dengan metode ini, tinggi hujan yang diperhitungkan adalah tinggi hujan pada titik pengamatan.
4) Perhitungan Dimensi Bendung.
Perhitungan dimensi bendung berguna untuk mengetahui seberapa besar debit yang mampu ditahan oleh bendung dengan menggunakan data dimensi yang ada dilapangan pada saat ini.Selanjutnya hasil perhitungan akan menunjukkan apakah diperlukan dimensi baru untuk bendung atau tidak.
ANALISA DAN PEMBAHASAN a. Perhitungan Curah Hujan
Didalam perhitungan data curah hujan rencana dengan periode ulang, metoda yang digunakan adalah :
Perhitungan dengan Metode Hasper Perhitungandengan Metode Gumbel Perhitungan dengan Metode Weduwen
Tabel 1. Perhitungan curah hujan
No Tahun Pengamatan Curah Hujan Maksimum Stasiun Surantih (mm) 1 1998 53 2 1999 57 3 2000 68 4 2001 77 5 2002 66 6 2003 92 7 2004 120 8 2005 62 9 2006 74 10 2007 67 11 2008 107 12 2009 72 13 2010 65 14 2011 140 15 2012 101 n=15 ∑R = 1221
(Sumber Data : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Tingkat I Sumatera Barat)
b.Curah hujan rencana
Untuk curah hujan rencana penulis menggunakan 3 metode yaitu metode Gumbel, Hasper, dan Weduwen.
Metode Gumbel
Tabel2.Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel
(Sumber Data: Hasil Perhitungan)
Metode hasper
Tabel 3.Perhitungan Curah Hujan
Rencana Metode Hasper (Sumber Data : Hasil Perhitungan)
t (Th) Rrata-rata (mm) S Rt (mm) 2 81,4 35,5449 73,5801 5 81,4 35,5449 104,1487 10 81,4 35,5449 126,1866 20 81,4 35,5449 148,5799 25 81,4 35,5449 156,0443 50 81,4 35,5449 179,1485 100 81,4 35,5449 203,3190 n Rrata-rata (mm) Sx Yn Sn Yt Rn (mm) 2 81,4 25,0849 0,5128 1.0206 0,3665 77,9897 5 81,4 25,0849 0,5128 1.0206 1,4999 106,4209 10 81,4 25,0849 0,5128 1.0206 2,2502 125,2421 20 81,4 25,0849 0,5128 1.0206 2,9702 143,3032 25 81,4 25,0849 0,5128 1.0206 3,1985 149,0302 50 81,4 25,0849 0,5128 1.0206 3,9019 166,6748 100 81,4 25,0849 0,5128 1.0206 4,6001 184,1892
Metode Weduwen
Tabel 4.PerhitunganCurah Hujan Rencana Metode Weduwen
(Sumber Data : Hasil Perhitungan)
Dari perhitungan curah hujan rencana dengan 3 metode di atas, maka akan didapat curah hujan rencana rata-rata adalah :
Tabel 5.Rekapitulasi Curah Hujan Rencana Rata– Rata Metode Gumbel, Hasper, Weduwen
(Sumber Data : Hasil Perhitungan)
c. Perhitungan Debit Banjir Rencana Tabel 6. Resume Debit Banjir
(Sumber data: hasil perhitungan)
Dari ketiga metode tersebut diambil Q100 yang mendekati Q100 rata-rata yaitu
hasil perhitunganMetode Melchior–
Hasper. Jadi besarnya debit rencana (design flood) diambil harga Q100 hasil perhitungan
(Q100) = 574,2699 m3/dt d. Perhitungan Bendung
Elevasi Puncak Mercu
Elevasi puncak mercu bendung harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
1. Pada saat air sungai setinggi mercu bendung dapat mengairi semua daerah yang direncanakan.
2. Daya bilas pembilas bawah harus
mampu membersihkan endapan
dasar yang mendekati intake.
3. Daya bilas kantong lumpur cukup besar, sehingga endapan dikantong lumpur dapat dibilas dengan lancar. Elevasi puncak mercu= Elevasi dasar sungai dilokasi bendung + Tinggi mercu
(+749) + 3 = +752 m Lebar Efektif Mercu Bendung
Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal (abutment). Sebaiknya lebar bendung ini sama dengan lebar rata-rata
No T Mn Rp Rn 1 2 0,498 120 78,0157 2 5 0,602 120 94,3081 3 10 0,705 120 110,4439 4 20 0,811 120 127,0496 5 25 0,845 120 132,3759 6 50 0,948 120 148,5117 7 100 1,05 120 164,4909 N o Rn Metode Hasper (mm) Gumbel (mm) Weduw en (mm) Rata - rata 1 R2 73,5801 77,9897 78,0157 76,5285 2 R5 104,1487 106,4209 94,3081 101,6259 3 R10 126,1866 125,2421 110,4439 120,6242 4 R20 148,5799 143,3032 127,0496 139,6442 5 R25 156,0443 149,0302 132,3759 145,8168 6 R50 179,1485 166,6748 148,5117 164,7783 7 R100 203,3190 184,1892 164,4909 183,9997 no Metode Q2 Q5 Q10 Q20 Q25 Q50 Q100 1 Hasper 73,5801 104,1487 126,1866 148,5799 156,0443 179,1485 203,3190 2 Gumbel 77,9897106,4209125,2421143,3032149,0302166,6748184,1892 3 weduwen 78,0157 94,3081 110,4439 127,0496 132,3759 148,5117 164,4909
B1 B2 h3 w m 1
sungai pada bagian yang stabil (bagian yang lurus). Biasanya lebar bendung diambil antara 1,0 – 1,2 dari lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil.
Be = B – 2 (nKp + Ka). HI
Dimana :
Be = Lebar efektif bendung B = Lebar bendung (lebar total
– lebar pilar) n = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pilar
Ka =Koefisienkontraksi
pangkal bendung HI = Tinggi energi (m)
(Sumber:StandarPerencanaan Irigasi, KP 02 hal 114) Tinggi Muka Air Banjir di
Atas Bendung
Tabel 7. Resume perbandingan tinggi muka air di atas bendung
Uraian Tipe Mercu
Mercu ogee (Perencana)
V 2,45m/dt
Ha = k 0,31 m
Hd 4,11 m
H1 4,422 m
(Sumber data: hasil perhitungan ) Tinggi Muka Air Banjir di atas
Bendung
elevasi muka air diatas bendung : = Elevasi puncak mercu + hd = (+ 752,00) + 4,11 = 756,110 m Elevasi energi diatas mercu :
= Elevasi puncak mercu + H1
= (+752,00) + 4,422 = + 756,422 m Elevasi muka air dihilir bendung :
= Elevasi dasar sungai di hilir bendung + h
= (+ 749,00) + 1,577 = + 750,577 m
Tabel 8. Resume perbandingan tinggi muka air di atas bendung
(Sumber data: hasil perhitungan ) Perhitungan Back Water Dimana :
a = Kedalaman air sungai sebelum adanya bendung (m)
h= Tinggi air berhubung adanya bendung (m)
L= Panjang total dimana kurva pengempangan terlihat (m) Z= Kedalaman air pada jarak x dari bendung (m)
X= Jarak dari bendung (m)
No H (m) A (m2) P (m) R (m) I N V (m/dt) Q (m3/dt) 1 1,3 36,79 30,6769 1,1993 0.053 0.023 11,3056 415,9312 2 1,4 39,76 30,9598 1,2842 0.053 0.023 11,8357 470,5875 3 1,5 42,75 31,2426 1,3683 0.053 0.023 12,3495 527,9411 4 1,577 45,08 31,4621 1,4329 0.053 0.023 12,7372 574,2449
I= Kemiringan Perhitungan : a = 4,11 m h = 4,422 m I = 0,017 Sehingga : = = 1,0759> 1 Maka L = L
=
=166,86 m ≈ 0,16686 km Perhitungan Hidrolis Kolam Olak Dari hasil perhitungan terdahulu diperoleh data-data sebagai berikut :
Debit banjir rencana = 574,2699 m3/dt Elevasi puncak mercu
= + 752,00 m
Elevasi air dihilir bendung = + 750,577 m
Elevasi air dihulu bendung = + 756,110 m Jari-jari mercu = 0,58 x Hd = 0,58 x 4,11 = 2,38m Tinggi mercu = 3m Kemiringan sungai = 0,053
Tabel 9Perhitungan Elevasi Kolam Olak
Eleva si Z (m) V1 (m/dt) Y1 (m) Fr (m) Y2 (m) Elevasi Air Loncat (m) 742,0 9,1 11,9849 1,5204 2,518 3,419 750,3109 743,0 8,5 11,8210 1,5416 2,440 3,411 750,5110
(Sumber data: hasil perhitungan )
Jadi : a. Debit satuan (Q100) q = = = 18,2218 m3/dt/m b. Kedalaman kritis (hc) hc = √ hc = √ = 3,2347 m
c. Tinggi energi dihulu = Elevasi mercu + H1
= (+ 752,00) + 4,442 = 756,442 m
d. Tinggi energi dihilir
∆H = (+754,422) – (+750,577) = 5,845 m
e. Menentukan jari-jari bak minimum yang diizinkan (Rmin)
= = 5,845→ dari grafik didapat : Rmin /hc = 1,55 Rmin = 1,55 x 3,2347 Rmin = 5,01 → diambil R = 5
f. Menentukan batas hilir minimum (Tmin) = = 1,8069→ dari grafik didapat Tmin /hc = 1,88 ( )
Perhitungan Lantai Muka
= 4,90 m
∆hmax . C = 4,90 . 6 = 29,40 m
Sebelum ada lantai muka
LV = 3,00 + 1,50 + 2,00 + 2,50 + 3,50 + 0,5 + 0,5 + 5,0 = 18,5 m LH=0,80+0,70+1,40+2,00+2,40 +3,00+0,50+ 0,50 +6,00 + 0,5 +1,00 = 18,8 m Lv + 1/3 LH ≥ ∆h max . C 18,5 + 1/3 . 18,8 ≥ 29,40 m 24,77 m < 29,40 m
Dari hasil diatas maka diperlukan lantai muka dengan creep line minimal :
L = 29,40 – 24,77 = 4,63 m Stabilitas Bendung
a. Pada Saat Air Normal
Tabel 10.Resume Gaya Yang Bekerja Pada Bendung (Saat Air Normal)
No Gaya-Gaya yang bekerja
Gaya (ton) Momen (tm)
V H Mv Mh 1 Berat sendiri bending - 208,454 - 1993,968 2 Gaya gempa 29,344 152,519 3 Tekanan lumpur - 1,035 0.9 - 18,574 10,8 4 Tekanan tanah - 13,81 - 7,90 5 Tekanan hidrostatis - 5,18 4,5 - 92,826 54 6 Tekanan uplift pressure 89.511 17,417 748.202 748.202 Jumlah -114,992 38,351 -1123,999 304,831
(Sumber Data : Hasil Perhitungan)
Kontrol Stabilitas Pada Saat Air Normal
1. Terhadap guling Sf = ∑ ∑ ≥ 1,5 = ≥ 1,5 =3,687≥ 1,5...(Aman) 2. Terhadap geser Sf = f . ∑ ∑ ≥ 1,5 f = tan 370 = 0,75 Sf = 0,75 . ≥ 1,5 =2,247≥1,5…. (Aman) 3. Terhadap eksentrisitas e = B/2 – d ≤ b/6 d = ∑ ∑ ∑ Perhitungan : d = – = 7,124 e = – 7,124 = 2,026 ≤ 3,05…. (Aman)
τ
= = = 72,76 t/m24. Terhadap tekanan dibawah bendung
τ=
∑(1 ±
)
τ=
(1 ±
)
τ max= 7,031 t/m2 ≤ 72,76 t/m2 τ min= 4,634 t/m2 ≤ 72,76 t/m2b. Pada Saat Air Banjir
Tabel 11. Resume Gaya Yang Bekerja Pada Bendung (Saat Air Banjir)
(Sumber Data : Hasil Perhitungan) 1. Terhadap guling Sf
=
∑ ∑ ≥ 1,5 = ≥ 1,5 =3,875 ≥ 1,5….. (Aman) 2. Terhadap geser Sf=f .∑ ∑ ≥ 1,2 F= 0,75 Sf= 0,75 . ≥ 1,5 = 2,689 ≥ 1,5…. (Aman) 3. Terhadap eksentrisitas e = B/2 – d ≤ b/6 d = ∑ ∑ ∑ Perhitungan : d = – = 7,13 e = – 7,13 = 2,020 ≤ 3,05 …. (Aman) 4. Terhadap tekanan tanah dibawahbendung τ = ∑
(
1 ±)
τ =(
1 ±)
τ max= 9,7786 t/m2 ≤ 72,7620 t/m2 τ min= 4,5155t/m2 ≤ 72,7620 t/m2 KESIMPULANDari pembahasan analisa
perencanaan yang dilakukan pada Bendung
Batang Lampasi, didapat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari peta topografi didapat luas catchment area yang mempengaruhi debit sungai Batang Lampasi sekitar 71,830 km2.
2. Dalam perhitungan debit banjir rencana perode ulang 100 tahun pada analisa perencanaan bendung Batang Lampasi ini didapat Q100 =
574,2699 m3/dt .
3. Pada hasil perhitungan tinggi muka air banjir diatas bendung didapat perbandingan perhitungan sebagai berikut :
Tabel 12. Perbandingan tinggi muka air di atas bending
No Gaya-Gaya yang bekerja
Gaya (ton) Momen (tm)
V H Mv Mh 1 Berat sendiri bending - 208,454 - 1993,968 2 Gaya gempa 29,344 152,519 3 Tekanan lumpur - 1,035 0.9 - 18,574 10,8 4 Tekanan tanah - 13,81 - 7,90 5 Tekanan hidrostatis -69,129 -17,164 -480,05 -62,902 6 Tekanan uplift pressure 148,422 34,572 1232,203 234,231 Jumlah -130,791 33,842 -1260,389 326,748
Uraian Tipe Mercu Mercu ogee (Perencana)
V 2,45m/dt
Ha = k 0,31 m
Hd 4,11 m
H1 4,422 m
Dimana :
V = Kecepatan aliran dihulu mercu Ha=k = Tinggi energi
Hd= Tinggi energi rencana diatas
mercu
H1 = Tinggi energi diatas mercu
4. Pembangunan bendung Batang
Lampasi ini berguna untuk
meninggikan muka air sungai agar bisa disadap untuk mengairi areal persawahan seluas 635 Ha.
5. Tipe kolam olak yang digunakan dalam perencanaan dan analisa perencanaan penulis sama yaitu tipe bak tenggelam (Bucket), karena
harus sesuai dengan jenis
kandungan sedimen yang berada di
area setempat dimana banyak
mengangkut bongkahan-bongkahan atau batu-batu besar.
6. Dari hasil perhitungan elevasi dan
kedalaman air juga memiliki
perbandingan sebagai berikut :
Tabel 13. Kesimpulan hasil perhitungan
Uraian Analisa
Perencanaan Kedalaman air di
hilir bendung (h) 4,11 m
Elevasi muka air di
hilir bending 750,577 m
Elevasi muka air di
atas bending 756,110 m
Elevasi energi diatas
bending 756,442 m
7. Pada perhitungan Stabilitas bendung dalam keadaan air normal didapat angka keamanan terhadap guling 3,686 dan terhadap geser 2,247. Pada saat air dalam keadaan banjir didapat angka keamanan terhadap guling 3,875 dan terhadap geser 2,689. Dari hasil perhitungan yang didapat maka konstruksi bendung stabil.
SARAN
1. Dalam merencanakan suatu
bendung hendaknya menggunakan data-data yang akurat, sehingga dalam pengerjaannya dilapangan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
2. Pada perhitunganan gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh bendung
hendaknya dilakukan secara teliti, karena pengaruh gaya-gaya tersebut sangat besar dalam pengontrolan stabilitas bendung.
3. Untuk mengatur pola tanaman diusahakan kepada para petani pemakai air untuk mengatur pola tanam dan disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada di sungai Batang Lampasi.
4. Untuk mengatur pola tanaman diusahakan kepada para petani pemakai air untuk mengatur pola tanam dan disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada di sungai Batang Lampasi.
5. Dalam menentukan tipe kolam olak harus mempertimbangkan kondisi sedimen yang ada di lokasi sungai
setempat karena sangat
mempengaruhi ketahanan dari
kolam olak tersebut, kolam olak juga harus tahan terhadap gerusan dan juga harus mampu meredam loncatan air yang terjadi dihilir bendung.
6. Pada perhitungan dimensi bendung harus sesuai dengan debit banjir rencana dan dalam menentukan debit banjir rencana juga harus mempertimbangkan perode ulang
yang harus diambil supaya
konstruksi bendung tersebut aman. 7. Bendung yang sudah di dibangun
hendaknya diadakan suatu
pemeliharaan sehingga fungsi dari
pembangunan bendung tersebut
masih dapat digunakan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Standar Perencanaan Irigasi Bangunan KP-02, Cetakan Pertama, Bandung, 1986.
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Standar Perencanaan Irigasi Bangunan KP-04, Cetakan Pertama, Bandung, 1986.
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Standar Perencanaan Irigasi Bangunan KP-06, Cetakan Pertama, Bandung, 1986.
Mawardi, Erman. Memed, Moch. 2002. Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis. Bandung: Alfabet. Soedidyo. 1993. Teknik Bendungan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Sosrodarsono, Suyono. Takeda, Kensaku. 1983. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Triamodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
Wilson.E.M. 1993. Hidrologi Teknik Edisi Keempat. Bandung: ITB.
Wilson.E.M. 1993. Hidrologi Teknik Edisi Keempat. Bandung: ITB.