• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI HUMAS PEMERINTAH KOTA BIMA DALAM MELAKUKAN MANAJEMEN KOMUNIKASI KRISIS PASCA BANJIR BANDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI HUMAS PEMERINTAH KOTA BIMA DALAM MELAKUKAN MANAJEMEN KOMUNIKASI KRISIS PASCA BANJIR BANDANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 1, Juni 2018 ISSN: 2443-3519 Yayu Rahmawati Mayangsari; Strategi Humas Pemerintah Kota Bima …. (101-110)

101

STRATEGI HUMAS PEMERINTAH KOTA BIMA DALAM MELAKUKAN MANAJEMEN KOMUNIKASI KRISIS PASCA BANJIR BANDANG

Oleh: Yayu Rahmawati Mayangsari

(Program Studi Komunikasi STISIP Mbojo Bima) Email: yayumayangsari.stisip@gmail.com

ABSTRAK

Strategi Humas Pemerintah Kota Bima dalam melakukan manajemen komunikasi krisis pasca banjir bandang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) kronologis terjadinya krisis banjir bandang di Kota Bima; dan (2) strategi humas pemkot Bima dalam melakukan komunikasi krisis pasca banjir bandang. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara (1) deskriptif melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penaikan kesimpulan; (2) SWOT melalui proses penentuan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwakronologis banjir bandang berawal dari intensitas hujan yang cukup lebat hingga 129 mili per hari. Curah hujan yang ekstrim tersebut tidak didukung oleh lingkungan yang baik, seperti hutan di hulu yang gundul, sungai-sungai yang mengalami pendangkalan, drainase yang sempit bahkan tidak ada, sedimentasi air laut serta kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. Adapun strategi humas pemkot Bima dalam melakukan manajemen komunikasi krisis pasca banjir bandang berupa pembentukan tim siaga bencana, mengumpulkan informasi, membuat pers rilis dan menyebarkannya melalui media facebook, melakukan negosiasi dengan pemprov dan pemerintah pusat, serta menjadi jembatan bagi pemerintah dan media massa dalam memberikan informasi mengenai banjir bandang.

Kata kunci: strategi, manajemen komunikasi krisis, humas

PENDAHULUAN

Secara konseptual, Government Public Relations (GPR), atau humas pemerintah mempunyai peran ganda. Saat berurusan dengan media maupun publik, mereka harus mendukung posisi pemerintah menjelaskan manfaat langkah-langkah yang diambil pemerintah, meralat informasi yang keliru serta berusaha menjelaskan sedemikian rupa informasi yang ada sehingga mudah dipahami. Di sisi lain mereka juga harus mendukung media dan kepentingan publik. Menyalurkan keperluan media atau wartawan

dan publik, misalnya membicarakan topik yang mungkin belum siap untuk dibahas oleh para pejabat. Namun sudah ramai dibicarakan di media ataupun di social networks. Dalam beberapa hal, para praktisi humas tak jarang harus melakukan tugas seperti seorang reporter, mengumpulkan informasi untuk pers dan publik kemudian menerjemahkan ucapan para pakar pemerintah ke media dan jejaring sosial, Subiakto & Ida (2015).

Di akhir tahun 2016, salah satu kota di Indonesia diterpa bencana alam. Tepatnya tangga 21 dan 23 Desember Kota Bima

(2)

diterjang banjir bandang. Akibat kejadian tersebut seketika Kota bima menjadi kota “mati” selama empat hari. Akses infrastruktur penting pun terputus seperti akses jalan dan akses telekomunikasi. Terputusnya dua akses penting tersebut membuat keluarga korban banjir di luar kota panik, sebab tak ada yang dapat dihubungi untuk mengetahui kabar sanak saudara mereka yang menjadi korban air bah tersebut.

Sebanyak 105.753 jiwa masyarakat Kota Bima terdampak langsung dari banjir bandang setinggi 3 sampai 4 meter itu. Banjir merendam 33 kelurahan di 5 kecamatan di Kota Bima yang meliputi Kecamatan Rasanae Timur, Mpunda, Raba, Rasanae Barat dan Asakota. Saat ini masih ada 8.491 jiwa pengungsi yang tersebar 30 titik.(Rilis Berita, Humas Kota Bima, 27 Desember 2016)

Bencana banjir bandang telah membuat krisis informasi bagi keluarga korban. Akibanya, banyak beredar rumor dan isu mengenai peristiwa bencana alam tersebut di sosial media. Hingga pada tanggal 26 Desember 2016 Humas Pemkot Bima mengeluarkan Pers Rilis melalui akun facebook Kabag Humas Syahrial Nuryadin, S.Ip, MM dengan nama akun “Ryan Iyan” yang menghimbau agar masyarakat tidak terprovokasi dengan berita yang simpang siur. Fakta ini secara lugas menunjukkan bahwa saat terjadi krisis pasti memunculkan krisis informasi. Krisis informasi ini mencakup: kurangnya informasi, terlalu banyaknya informasi yang beredar

(overloaded) dari saluran informal, sehingga sulit memastikan mana informasi yang benar dan disertai dengan munculnya rumor atau grapevine.

Beberapa hari saat kepanikan akibat banjir bandang mereda, masalah baru mulai bermunculan. Bantuan untuk korban banjir mulai menjadi masalah. Masyarakat merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah kotanya sendiri. Mulai dari bantuan yang tidak merata, lambatnya pendistribusian bantuan, serta minimnya informasi mengenai regulasi penerimaan bantuan. Tanggung jawab Pemerintah Kota Bima mulai dipertanyakan. Reputasi Pemerintah Kota Bima berada di ujung tanduk. Pemerintah dituntut bergerak sangat cepat untuk segala masalah yang timbul akibat banjir bandang tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna Sari Tamher (2011) yang berjudul Peran Hubungan Masyarkat dalam Manajemen Krisis Pasca Kasus Kebakaran Pasar Inpres Kota Tual menunjukkan bahwa timbul kebingungan masyarakat disebabkan karena informasi yang dikeluarkan oleh pemerintah dari hasil identifikasi penyebab kebakaran dinilai terlambat oleh masyarakat. Penyusunan dan penyebaran pesan yang dibuat oleh Humas Pemkot Tual dilakukan, pertama adalah koordinasi, kedua adalah pembentukan pusat krisis, dan pada tingkat ketiga adalah interaksi dengan media.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kronologis terjadinya krisis banjir bandang di Kota Bima pada tanggal 21 dan 23

(3)

Desember 2016 (2) mengetahui strategu Humas Pemkot Bima dalam melakukan manajemen komunikasi krisis pasca banjir bandang.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan penelitian

Penelitian ini dilakukan di Humas Pemkot Bima. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Suatu penelitian yang bertujuan untuk menampilkan gambaran situasi, Emzir (2011), setting social dan hubungan, dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang utuh atas informan penelitian sehingga dapat menjabarkan fokus penelitian tentang strategi humas pemkot Bima dalam melakukan manajemen komunikasi krisis pasca banjir bandang.

Informan

Penulis menetapkan beberapa syarat untuk menjadi informan diantaranya pegawai bagian humas dan keprotokolan Pemkot Bima serta orang-orang yang terlibat langsung dengan penanganan krisis pasca banjir. Para informan tersebut antara lain, Kepala bagian Humas, Kepala sub bagian Humas, Kelada Badan Penanggulangan Bencana Daerah, , lurah se-kota Bima, Wartawan serta masyarakat, terlampir (tabel 1) Sugiyono (2013).

Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara berdasarkan pedoman wawancara. Pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam pedoman wawancara merujuk pada wawancara disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Membaca dan mempelajari Laporan kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam melakukan manajemen komunikasi krisis, begitupun berbagai literatur dan dokumentasi yang ada kaitannnya dengan penelitian ini.

Analisis Data

Data-data yang telah dihimpun selama berada di Humas Pemkot Bima seperti transkrip rekaman tertulis dan catatan hasil interviews dengan beberapa informan terkait baik informan pelaku maupun informan pengamat, potret dan dokumen resmi terkait untuk meningkatkan pemahaman peneliti kemudian ditelaah dan dianalisis dengan teknik (1) Miles and Huberman, yaitu organisasi data yang telah terhimpun secara sistematis dilanjutkan dengan teknik seleksi, reduksi, dan kategorisasi sehingga menghasilkan data baru berupa narasi-narasi temuan awal penelitian strategi Humas Pembkot Bima dalam melakukan manajemen komunikasi krisis dalam melakukan penanganan banjir bandang, terlampir (gambar 1) (2) SWOT melalui proses penentuan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat).

(4)

Kronologis Terjadinya Krisis Banjir Bandang pada Tanggal 21 dan 23 Desember 2016 di Kota Bima

Banjir bandang merupakan sebuah krisis yang disebabkan oleh bencana alam yang memengaruhi aktivitas organisasi dan masyarakat yang menjadi korban. Contohnya seperti banjir bandang yang terjadi di Kota Bima pada tanggal 21 dan 23 Desember 2016 lalu. Banjir bandang yang terjadi melumpuhkan segala aktivitas masyarakat dan juga menghancurkan berbagai fasilitas umum, perkantoran, sekolah maupun rumah-rumah warga di 34 kelurahan dari 38 kelurahan yang ada di Kota Bima.

Sebelum banjir bandang itu terjadi, hujan sudah terjadi sejak hari selasa malam (20/12/2016). Hal ini senada dengan kronologi banjir bandang yang dikatakan oleh Kabid Kedaruratan dan Logistik, bapak Marrin, S.Pt bahwa:

“Banjir bandang diawali hujan dengan intensitas sedang-lebat pada hari selasa tanggal 20 Desember 2016. Rabu, 21 Desember 2016 pagi hujan mulai reda sehingga pada pukul

07.30 WITA kami sempat

mengadakan apel pagi di kantor seperti biasa. Namun, sekitar pukul 08.20 WITA hujan turun semakin deras terutama di wilayah kecamatan Wawo dan kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima. Kami (pihak BPBD) juga mendapatkan informasi peringatan dini sebelumnya dari BMKG Bima yang menyatakan bahwa curah hujan sangat ekstrim yaitu, 101 mili per hari, sedangkan rata-rata hanya 15 mili per hari. Setelah mendapatkan informasi dari BMKG tersebut, TIM SIAGA BENCANA BPBD KOTA BIMA

meningkatkan kewaspadaan,

memantau dan berkoordinasi dengan Tim Siaga Bencana Kelurahan

(TSBK) untuk mendapatkan

informasi hujan dan debit air sungai diwilayah hulu yaitu di titik utara bagian timur meliputi: Jatibaru, Jatiwangi, Ntobo dan titik selatan bagian timur meliputi: lampe, Dodu, Nungga dan Kendo. Koordinasi dan komunikasi dilakukan antara posko BPBD dan TSBK melalui HT frekwensi BPBD Kota Bima.

Sekitar pukul 10.00 WITA ada informasi bahwa sungai yang menjadi titik kontrol debit airnya sudah mulai meningkat. Begitu cepat waktunya, dalam waktu 30 menit semua sudah melaporkan banjir. Usai kami menerima laporan tersebut, kami langsung menginformasikan pada teman-teman TSBK yang berada di daerah hilir sehingga mereka mulai mempersiapkan diri dengan

menginformasikan kepada

masyarakat melalui corong-corong mesjid untuk mulai mengevakuasi diri mereka. Pukul 12.00 WITA, banjir sudah mulai rata dan pukul 13.00 kami sudah tidak bisa keluar untuk memantau lagi karena terjebak banjir. Pukul 14.00 aliran listrik dan komunikasi sudah putus, hanya HT yang dapat kami gunakanan untuk saling meberikan informasi. Kamis 22/12/2016 Pukul 01.00 banjir mulai surut. Selama tiga hari semua tidak berfungsi, saat itu Kota Bima betul-betul menjadi kota mati.” (24/05/2017)

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya banjir bandang. Seperti yang menimpa kota Bima misalnya yang dipengaruhi oleh curah hujan dengan intensitas sangat tinggi. Tidak hanya itu, faktor lain yang mendorong terjadinya banjir bandang adalah gundulnya hutan, daerah aliran

(5)

sungai yang menyempit serta sedimentasi air laut.

Akibat banjir tersebut, 34 dari 38 kelurahan terendam banjir dan sebanyak 105.797 jiwa terdambak. Nilai kerusakan dan kerugian dampak banjir kota Bima tersebut sebesar Rp. 1.320.772.597.462 yang meliputi sektor pemukiman (perumahan & prasarana lingkungan) sebesar Rp. 417.758.745.000, sektor infrastruktur (transportasi, energi, air dan sanitasi,sumber daya air, & telekomunikasi) sebesar Rp. 422.504.864.203, sektor sosial (kesehatan, pendidikan, agama, lembaga sosial, seni budaya, cagar budaya & gedung SG) sebesar Rp. 153.709.765.260, sektor ekonomi produktif (pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, koperasi UMKM, perindustrian & pariwisata) sebesar Rp. 164.895.004.805, lintas sektor (pemerintahan, keuangan dan perbankan, keamanan dan ketertiban, pertahanan &

lingkungan hidup) sebesar Rp.

161.904.218.194. (Laporan pelaksanaan tanggap darurat bencana banjir di Kota Bima tahun 2016)

Pada pelaksanaan tanggap darurat, berbagai pihak seperti TNI, Polri, Lurah dan jajarannya, serta LSM yang masuk dalam TIM SIAGA BENCANA juga ikut membantu pemerintah dalam upaya evakuasi, pemenuhan kebutuhan makanan, serta proses pembersihan lumpur di perkantoran, sekolah dan jalanan umum. Misalnya para lurah yang memiliki andil besar dalam membantu pemerintah

dalam penyebaran bantuan kepada masyarakat di Kelurahannya masing-masing.

Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabiitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

Saat tahap rehabilitasi telah terselesaikan, pemerintah mulai melanjutkan ke tahap rekonstruksi yitu pembangunan kembali semua sarana dan prasarana pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

Proses rekonstruksi ini tidak mudah dan memerlukan upaya keras dan terencana dan peran serta semua anggota masyarakat. Misalnya yang terjadi di Kota bima, dalam tahap rekonstruksi pemerintah kota Bima dipusingkan dengan birokrasi itu sendiri.

Strategi Humas Pemkot Bima dalam Penanganan Komunikasi Krisis Pasca Banjir Bandang

(6)

Saat banjir bandang di Kota bima terjadi, dengan cepat pemerintah membentuk tim khusus bernama “TIM SIAGA BENCANA KOTA BIMA” yang terdiri atas anggota BPBD, TNI, Polri, dinas sosial, humas, LSM, camat serta lurah yang dipimpin langsung oleh walikota Bima. Tim ini yang akan melakukan pengumpulan fakta tentang kronologi banjir, melakukan berbagai upaya penanggulangan, pencegahan dan pemulihan pasca banjir sesuai dengan tugas dan keahlian masing-masing.

Ketua tim dibantu oleh perwakilan dari bagian humas, bertugas mengatur komunikasi efektif dan mengendalikan arus informasi baik untuk keluar menghadapi publik (media massa) maupun publik internal (jajaran pemerintahan).

Dalam kasus banjir bandang Kota Bima, humas yang juga masuk dalam tim siaga bencana dituntut untuk bekerja aktif mencari informasi lebih tentang semua yang berkaitan dengan banjir bandang dan penanganan yang dilakukan pemerintah pasca banjir.

. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh PLT. Kabag humas pemkot Bima, Bapak Syahrial Nuryadin, S.Ip, MM bahwa:

“Saat itu humas masuk ke dalam tim siaga bencana. Tugas utamanya adalah menyampaikan semua informasi perkembangan mengenai banjir dari awal. Begitu awal banjir, listrik dan telekomunikasi mati total selama tiga hari, jadi satu-satunya

komunikasi kami hanya

menggunakan HT. Gunanya untuk berkordinasi dengan pihak TNI,

POLRI, Dinas sosial kami yang menginformasikan awal semuanya karena kami yang berhubungan langsung dengan walikota, juru bicaranya kan kami. (wawancara pada tanggal 29/05/2017)

Saat semua informasi terkumpul dari tim yang disebar di masyarakat dan dilaporkan ke walikota, walikota melakukan rapat koordinasi dengan setda, TNI, Polri, dan sebagainya untuk merencanakan langkah apa yang diambil untuk penanganan pasca banjir. Namun humas disini hanya sebagai penyambung lidah, tidak begitu ikut masuk dalam hal teknis.

Humas melakukan pengumpulan data dari lapangan dan setelah semua informasi terkumpul, maka humas akan segera menghubungi media massa, melakukan konferensi pers tentang apa penyebab terjadi banjir bandang (termasuk korban dan apa yang terdampak), apa yang akan dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah dan dampaknya dan apa yang rasakan tentang peristiwa yang terjadi (menyatakan kesedihan, prihatin, bela sungkawa, mohon maaf terlepas salah atau benar).

Saat terjadi banjir bandang di Kota Bima, sempat terjadi ketidakpastian informasi yang disebabkan oleh terputusnya jaringan telekomunikasi selama tiga hari sehingga terjadi kekosongan informasi selama tiga hari itu juga karena humas tidak dapat menyebarkan informasi berupa rilis resmi pemerintah. Tapi, yang humas lakukan saat itu adalah memberikan informasi itu kepada

(7)

wartawan sebagai bahan pemberitaan untuk mereka.

Media massa adalah prioritas dalam komunikasi krisis, karenanya humas memberikan ruang tersendiri untuk para awak media di posko utama untuk mempermudah komunikasi para wartawan dengan humas dan juga sebagai media center. Selain pemberitaan dari media cetak maupun online, humas harus menggunakan saluran komunikasi lainnya yang mengatasnamakan humas Pemkot Bima, agar informasi yang diterima masyarakat bersifat resmi sehingga tingkat kepercayaannyapun lebih terjamin.

Tanggapan Masyarakat

Dalam proses tanggap darurat banjir, pemerintah di tuntut untuk bertindak cepat dan tepat dalam menangani hal tersebut. Sebab, masyarakat sangat butuh bantuan dari pemerintah. Dari hasil wawancara para korban banjir, peneliti menemukan dua opini yang

berlawanan. Opini tersebut didapat dari lima korban banjir, yaitu dari Rangga Babuju, Khairul Jihad, Jul, Salmah, dan Suaeb. Dari ke lima narasumber tersebut, tiga di antaranya, yaitu Rangga Babuju, jul dan Salmah merasa tidak begitu puas dengan tanggap darurat yang dilakukan oleh pemerintah, terlampir (tabel 2) Hasil olahan peneliti (2017).

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kronologi banjir bandang dapat

diuraikan berdasarkan pendapat Steven Fink yang menganologikan krisis layakya penyakit yang menyerang tubuh manisia, ia membagi tahapan krisis sesuai dengan terminologi kedokteran yang dipakai untuk melihat stadium penyakit yang menyerang manusia, yang disebut model perkembangan krisis, Prayudi (2012): (a) Prodromal, adanya tanda-tanda peringatan munculnya krisis. Dalam krisis akibat bencana alam yang menimpa Kota Bima, sebenarnya tahap prodomal ini sudah terlihat. Banyak gunung di Kabupaten Bima yang mulai beralih fungsi menjadi kebun-kebun jagung ataupun kacang. Hal ini secara tidak langsung mengurangi penyerapan air ke tanah karena tidak ada lagi pohon-pohon besar. Saat gejala ini tidak diindahkan, maka saat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur kabupaten dan Kota Bima, air tidak dapat terserap ke tanah dengan sempurna, akibatnya, air dari gunung yang berada di Kabupaten Bima yang notabene letaknya lebih tinggi mengalir ke wilayah Kota Bima dan saat sungai-sungai yang dangkal sudah tidak mampu menampung debit air, serta sedimentasi air laut yang tidak dihiraukan oleh pemerintah membuat banjir bandang tidak dapat terelakkan.; (b) acute, tahap terjadi krisis. Tahap acute dari krisis banjir bandang Kota Bima mulai nampak saat beberapa hari sebelumnya hujan dengan intensitas tinggi terus mengguyur Kabupaten dan Kota Bima sehingga pada tanggal 21 Desember 2016 Kota Bima diterpa banjir bandang yang cukup besar. Banjir bandang tersebut menyebabkan

(8)

kerugian materi maupun non materi bagi pemerintah Kota Bima dan juga masyarakat. (c) chronic, yaitu periode pemulihan yang masih ada kehati-hatian dari sisa-sisa krisis. Pada masa ini, pemerintah Kota Bima melakukan tindakan siaga bencana dengan membentuk tim siaga bencana yang dipimpin langsung oleh walikota Bima. Tujuannya untuk membantu menangani kebutuhan masyarakat pasca banjir. Pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu masyarakat agar dapat bangkit kembali pasca banjir; dan (d) crisis resolution. Pada tahapini, kota Bima perlahan-lahan mulai pulih, masyarakat sudah mulai bisa beraktivitas kembali, lumpur dan sampah-sampah sisa banjir mulai dibersihkan kembali. Pemerintah sudah tidak lagi fokus pada penanganan korban, melainkan sudah beralih ke upaya penanganan/perbaikan fasilitas umum dan masyarakat. Selain itu, pada tahap ini pemerintah mulai merancang apa saja yang harus di benahi agar banjir bandang dapat dicegah untuk kemudian hari.

Dari hasil penelitian penulis di lapangan memperlihatkan bahwa dalam melakukan manajemen komunikasi krisis, Humas memiliki strategi komunikasi yang dijalankan dalam melaksanakan peranannya. Strategi komunikasi tersebut menekankan pada terwujudnya komunikasi dua arah dalam rangka menumbuhkan pemahaman dan pengertian antara perusahaan dengan publiknya, baik publik internal maupun eksternal.

Menurut Kurtz (2008), SWOT analisis adalah suatu alat yang digunakan untuk perencanaan strategik yang penting dalam membantu perencanaan untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal, Rangkuti (2013), terlampir (tabel 3) Hasil olahan peneliti (2017). Dalam penentuan strategi manajemen komunikasi krisis, Hal ini juga dilakukan untuk lebih memperkuat alasan penentuan strategi apa yang akan digunakan.

Menurut Scoot M. Cutlip & Allen H. Center (1982), menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja melalui “proses empat tahap atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan adalah sebagai berikut, Ruslan (2014): (1) Penelitian (research), pada tahap ini humas yang juga masuk dalam tim siaga bencana melakukan research yang berkaitan dengan fakta-fakta yang terjadi di lokasi banjir bandang. Mulai dari penyebab banjir, korban, kerugian, kebutuhan korban dan sebagainya. Informasi yang ditemukan tersebut kemudian dilaporkan ke walikota untuk dipelajari dan dibuatkan rencana tanggap darurat banjir. (2) Perencanaan (Planning), pada tahap ini tim siaga bencana yang dipimpin langsung oleh walikota Bima menentukan apa saja yang harus dilakukan pemerintah dalam tanggap darurat bencana, perencanaan ini lebih ke perencanaan perbaikan infrastruktur dan penyebaran bantuan ke korban banjir.

(9)

Humaspun memiliki perencanaan sendiri seperti mengontak media untuk mengadakan konferensi pers, membuat pers rilis, serta melalui media apa saja mereka akan menyebarkan rilisnya. (3) pelaksanaan (Actuatting), pada tahap ini adalah waktu untuk pemerintah menjalankan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Humas dituntut untuk selalu memberikan informasi yang akurat mengenai aktivitas tanggap darurat yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bima. Ini dilakukan agar tidak timbul spekulasi-spekulasi akibat masyarakat yang kekurang informasi. (4) Evaluasi (Evaluation), Hasil pengolahan data dari evaluasi diharapkan dapat dipergunakan oleh semua pihak. Selain itu juga, evaluasi berguna untung mengetahui sejauh mana perencanaan-perencanaan yang telah dilaksanakan berdampak pada masyarakat. evaluasi yang dilakukan oleh humas pemkot Bima adalah dengan membuat klipping pemberitaan-pemberitaan media massa tentang pemerintah sehingga humas bisa mengetahui sejauh mana tanggapan masyarakat ataupun masalah-masalah yang terjadi melalui pemberitaan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

(1)Banjir bandang di Kota Bima terjadi akibat curah hujan yang tinggi serta hutan di hulu yang gundul, sungai-sungai yang mengalami pendangkalan, drainase yang sempit bahkan tidak ada, sedimentasi air laut serta kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. (2) Strategi Humas Pemkot

Bima dalam melakukan manajemen komunikasi krisi antara lain, membentuk tim “siaga bencana Kota Bima” yang bertugas mengumpulkan semua informasi mengenai banjir bandang seperti jumlah korban, kerugian, penyebab serta mengumpulkan fakta-fakta di lapangan yang kemudian akan di laporkan ke walikota. Saat informasi telah terkumpul, maka humas bertugas menginformasikan kepada para wartawan secara jujur tanpa ada informasi yang disembunyikan. Humas juga membuat pers rilis setiap harinya untuk mengupdate informasi resmi dari pemerintah mengenai laporan penanganan siaga bencana. Pers rilis ini setiap harinya di upload ke akun facebook kasubag pemberitaan humas dengan nama akun “diana fitriah”. Selain itu, walikota sebagai pemimpin tertinggi di Kota Bima harus melakukan konferensi pers berkala agar masyarakat lebih yakin karena mereka dengar langsung dari pemimpin daerahnya. Dalam proses penyebaran informasi itu, humas dituntut untuk cerdas dalam menggunakan semua media untuk menyebarkan informasi penanganan banjir tersebut. Seperti yang dilakukan humas pemkot Bima yang menyebarkan informasi tersebut melalui facebook, twitter, instagram, koran, TV, radio serta mount to mount. ini bertujuan agar masyarakat tidak kekurangan informasi yang dapat menyebabkan informasi menjadi simpang siur.

Sehingga penulis menyarankan sebagai berikut: (1) Pemerintah harus lebih peka terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat pasca banjir bandang. (2) Humas pemkot Bima sebaiknya

(10)

menggunakan fanpage sendiri untuk menyebarkan informasi resmi pemerintah agar tidak lagi menggunakan akun pribadi kasubah pemberitaan humas lagi. (3) Humas harus dapat

memperbaiki kinerja agar dapat meminimalisir opini publik sebagai dampak yang timbul karena krisis komunikasi yang terjadi sehubungan dengan banjir bandang.

DAFTAR PUSTAKA

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif AnalisaData. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ida, Rachmah & Subiakto, Henry. 2012. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Prayudi. 2012. Public Relations Stratejik. Yogyakarta: Komunikasi UPN Press Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT. Jakarta: Gramedi Pustaka Utama

Ruslan, Rosadi. 2014. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Tamher, Ratna Sari. 2011. Peranan Hubungan Masyarakat Dalam Manajemen Krisis Pasca Kasus

Kebakaran Pasar Inpres Kota Tual (Online), Vol 1, No.3,

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran Fiqh, seorang guru dapat menggunakan berbagai macam metode, dan media sesuai dengan materi yang diajarkan dengan tujuan mampu memberikan motivasi belajar

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk memberikan bukti khasiat dari biji kacang hijau (Phaseolus Radiatus) dan daun adas (Foenicumum vulgar L.) sebagai laktagogum

Pada saat pengakuan awal, Perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba

Sedangkan pada [7], proses seleksi dilakukan dengan memilih titik-titik minutiae yang akan diproses berdasarkan area luasan tertentu pada citra sidik jari untuk

Jadi, bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan dapat memperhatikan hak-hak wanita hamil sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan

Tesis dengan judul “IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV (Studi Multi Situs di MIS

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan untuk

Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, rata-rata komponen dari urutan tidak memenuhi sampai memenuhi adalah komponen indikator soal, kunci/kriteria, rumus