• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Enzim Sellulase Dari Kapang Selulolitik Pada Substrat Ampas Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aktivitas Enzim Sellulase Dari Kapang Selulolitik Pada Substrat Ampas Kelapa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LENTERA : Vol.12, No.1, Maret 2012 9

AKTIVITAS ENZIM SELLULASE DARI KAPANG

SELULOLITIK PADA SUBSTRAT AMPAS KELAPA

Ariani Kasmiran dan Tarmizi

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas enzim sellulase dari kapang sellulolitik sehingga kualitas ampas kelapa dapat ditingkatkan sebagai pakan bagi ternak. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Pakan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. Penelitian ini menggununakan substrat ampas kelapa yang difermentasi dengan 4 jenis kapang (Trichoderma reesei, Aspergilus niger, Aspergilus oryzae dan pennicillium sp) selama 2 sampai 10 hari, dengan indikator aktivitas sellulase dan protein terlarut. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5x4 dengan 4 ulangan. Perlakuannya adalah (A1 = Trichoderma reesei), (A2 = Aspergilus niger), (A3 = Aspergilus oryzae)dan (A4 = Penicillium

sp) dengan lama fermentasi (B1 = 2 hari, B2 = 4 hari, B3 = 6 hari, B4 = 8 hari dan B5 = 10 hari). Produksi enzim sellulase tertinggi oleh kapang Aspergilus niger sebesar 2,39 U/ml kemudian diikuti oleh Trichoderma reesei sebesar 2,37 U/ml; Pennicillium sp sebesar 2,19 U/ml dan Aspergilus oryzae

sebesar 1,89 U/ml. Hasil analisis statistik menggambarkan bahwa tidak terdapat interaksi antara waktu fermentasi dengan jenis kapang yang digunakan, dan waktu optimum fermentasi pada hari kedua dan ke empat.

Kata Kunci: enzim sellulase, selulolitik, substrat

I. PENDAHULUAN

Potensi ampas kelapa cukup besar untuk di kembangkan mengingat di negara Asia, kelapa digunakan selain menghasilkan minyak juga menghasilkan santan kelapa yang digunakan untuk memasak. Produksi kelapa dunia pada tahun 2002 dilaporkan oleh FAO adalah 2 juta Mt dengan pertumbuhan 1.4% (FAO, 2002). Ampas kelapa mengandung serat kasar yang tinggi, rendah palatabilitas dan kekurangan beberapa asam amino essensial dan beberapa masalah nutrisi lainnya seperti adanya beberapa antinutrisi misalnya mannan, galaktomanan, xylan, dan arabinoxylan yang sangat terbatas penggunaanya bagi ternak unggas.Ampas kelapa mengandung komponen polisakarida dalam bentuk galaktomannan 61 %, mannan 26 %, dan sellulosa 13%(Purawisastra, 2001)

Enzim Sellulase merupakan enzim hidrolase yang dapat mengkatalis UHDNVLKLGUROLVD LNDWDQ -1,4 glukan 4

glukano hidrolase. Enzim sellulase sangat penting karena enzim sellulase dapat dimanfaatkan untuk mengatasi lingkungan dari limbah sellulosa. Enzim sellulase menguraikan sellulosa menjadi golongan kecil yang kemudian dapat diuraikan lebih lanjut menjadi monomernya glukosa. Enzim sellulase juga dapat menguraikan ikatan lignosellulosayang terdapat pada limbah pertanian dan perkebunan.Enzim sellulase termasuk enzim ektraseluler yang mempunyai kemampuan besar dalam mengdegradasi limbah organik, terutama limbah pertanian dan limbah industry (Cordoba et al, 2003). Fungsi biologi dari enzim ekstraseluler adalah menghidrolisis makromolekul yang terlalu besar seperti selulosa untuk dibawa ke dalam sel (Machuca dan ferraz, 2001)

Beberapa kapang yang termasuk kelompok sellulolitik diantaranya adalah Trichoderma reesei, Aspergilus niger,

Aspergilus oryzae dan pennicillium sp.

Namun enzim sellulose yang diproduksi oleh kapang ini tidaklah sama untuk setiap

(2)

LENTERA : Vol.12, No.1, Maret 2012 10 substrat yang dirombaknya, oleh sebab itu

perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat kemampuan kapang ini dalam memproduksi enzim sellulase pada substrat ampas kelapa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa, tercatat pada tahun 1991 produksinya mencapai 14 milyar ton (Santoso et al, 1996), pada tahun 2002 produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun (Agustian et al, 2003).Populasi tanaman kelapa di Sumatera Barat adalah 90.190 ha, 260 ribu batang produksinya sekitar 11.7 juta buah/th, 1 Kg daging kelapa parut menghasilkan 190 g ampas kelapa (Dinas Perkebunan dan Kehutanan SUMBAR, 2009).

Pemanfaatan ampas kelapa juga merupakan usaha untuk memanfaatkan bahan yang tidak terpakai lagi bagi konsumsi manusia. Ampas kelapa biasanya tidak diperjual-belikan, dapat diperoleh cukup banyak dari tempat-tempat penghasil makanan manusia yang menggunakan bahan dasar kelapa (Goenarso et al, 2003)

Penggunaan enzim telah banyak digunakan oleh industri unggas, karena dapat meningkatkan nilai gizi makanan dan memeperbaiki kualitas pada pakan ternak, enzim mannanase dapat diproduksi dari ampas kelapa, sesuai dengan pendapat Lin and Chen (2004), yang menyatakan bahwa kopra adalah sumber karbon yang baik untuk produksi jamur mannanase, tapi isi minyak yang tinggi menekan pertumbuhan mikroorganisme. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai sumber enzim memiliki beberapa keuntungan antara lain : produksi mikroorganisme dalam menghasilkan enzim dapat ditingkatkan dengan mudah, selama proses fermentasi mikroorganisme dapat mempertahankan sifat fisiologinya dan memproduksi enzim dengan segera, serta produk yang dihasilkannya tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan ( Akhtar, 1997).

Enzim ekstrasellular dari kapang

Aspergilus wentii TISTR 3075, Aspergilus

niger, Aspergilus oryzae, Trichoderma

reesei TISTR3 3080 dan Penicillium sp

dapat menghasilkan enzim mannanase,

sellulase dan xilanase dengan menggunakan bungkil inti sawit sebagai substrat (Lee, 2007).

Enzim sellulase secara konseptual adalah enzim yang dapat mendegradasi sellulosa menjadi gula sederhana sehingga dapat melalui dinding sel mikroba. Degradasi sellulosa adalah proses yang komplek, dan merupakan aksi sinergis oleh beberapa enzim (Pandey et al, 2000; Susanti, 2007)). Menurut Cruz et al, (2004);Susanti, (2007) enzim sellulase sesungguhnya merupakan suatu komplek enzim yang terdiri dari beberapa enzim yang bekerja bertahap menguraikan sellulosa menjadi glukosa.

Bungkil kelapa yang dihilangkan lemak adalah salah satu karbon terbaik untuk budidaya Aspergillus niger NCH-189 dan produksi enzim mannanase. Aktivitas enzim dapat ditingkatkan hingga empat kali dibandingkan dengan sumber karbon lain. Aktivitas enzim tertinggi diperoleh ketika minyaknya kurang dari 3% dari berat kering. Sehingga pemisahan minyak dari daging kelapa penting dilakukan.

Kapang adalah mikroorganisme utama penghasil enzim sellulase seperti Aspergillus spp. (Guzinska et al., 2003 dan Bakir et al., 2001), Trichoderma spp.( Aiello et al., 1996) dan Penicillium sp. (Jorgensen et al., 2003). Beberapa mikroorganisma termasuk Trichodrema spp. (Cobos dan Estrada, 2003), Penicillium spp. (Ryan et al., 2003), Aspergillus spp. (Lu, et al., 2003).Aspergillus niger dikenal sebagai salah satu jenis mikroorganisme yang berkemampuan baik dalam menghasilkan enzim selulase dan amiloglukosidase (Harjo dkk, 1989). Enzim yang dihasilkan oleh Aspergillus niger tergolong enzim ekstraseluler yang berfungsi untuk memecah molekul-molekul yang komplek menjadi molekul yang sederhana (Moor dan Landecker, 1982).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan alat

Alat-alat yang digunakanSpectronic, autoclaf, inkas steril (ruang steril), inkubator, sentrifuse, timbang analitik,

(3)

LENTERA : Vol.12, No.1, Maret 2012 11 pemanas, jarum ose, vortek, pipet mikro,

water bath, hotplate, lampu spritus, cawan petri, erlemeyer, gelas piala, tabung reaksi, gelas ukur dan peralatan yang biasa digunakan dilaboratorium.

Produksi enzim sellulase dengan menggunakan metode fermentasi medium padat (SSF),di mana ampas kelapa sebagai subtrat. Ampas kelapa sebagai substrat disteril dengan menggunakan autoclave, didinginkan pada suhu ruang selama satu jam, kemudian dimasukkan 10 ml suspensi spora kedalam kantong plastik diaduk sampai merata dan diinkubasi pada suhu 30 °C selama 10 hari. Sampel dipanen sekali dua hari, semua sampel yang akan dipanen diulang sebanyak 4 kali dan langsung diekstrak enzim kasarnya.

Sepuluh gram produk SSF direndam dengan buffer asetat 0,05 M pH 5.0, Ektraksi dilakukan dengan shaker pada 200 rpm, 20 °C untuk 30 menit, kemudian disaring dengan kain kasa ukuran 200 mesh, dan dicatat volumenya,kemudian ektrak

enzim disaring dengan kertas saring Whatman No.1 dan supernatants disimpan pada suhu -20 °C (enzim kasarn. Pengujian aktifitas enzim menggunakan metode dinitrosalicylic acid/DNS (Miller, 1959). Sedangkan untuk pengujian kandungan protein enzim menggunkan metode Lowry

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen di Laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5x4 dengan 4 ulangan di mana, faktor A adalah jenis kapang yang terdiri dari :A1 = Trichoderma reesei, A2 =

Aspergillus niger,A3 = Aspergillus oryzae,

danA4= Pennicilium sp.Faktor B adalah waktu pemanenan produk fermentasi ampas kelapa yang terdiri dari :B1 = 2 hari, B2 = 4 hari, B3 = 6 hari, B4 = 8 hari danB5 = 10 hari

IV. HASIL DAN PMBAHASAN

Tabel 1. Rataan aktivitas enzim sellulase dari hari kedua sampai hari kesepuluh (U/ml)

Perlakuan B1 (2 hari) B2 (4 hari) B3 (6hari) B4 (8hari) B5 (10hari) Rataan A1(T. reseei) 2,37 2,31 2,15 1,87 1,68 2,08ab A2(A. niger) 2,37 2,39 2,29 2,02 1,90 2,19a A3(A. Oryzae) 1,99 1,89 1,87 1,69 1,45 1,78c A4 (Penicllium sp) 1,87 2,19 1,98 1,76 1,63 1,89bc Rataan 2,15A 2,19A 2,07AB 1,83BC 1,67C

Keterangan : Huruf besar yang berbeda pada baris dan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) Hasil analisis sidik ragam

memperlihatkan bahwa antara perlakuan dengan waktu fermentasi tidak terdapat interaksi terhadap produksi enzim sellulase, tidak terdapatnya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada pengaruh lama fermentasi terhadap perlakuan, kapang mampu memproduksi enzim sellulase dari hari kedua sampai pada hari keenam di mana, tidak terdapat perbedaan antara hari kedua keempat dan hari keenam, namun aktivitas menurun setelah hari keenam. Penurunan

ini karena kapang memasuki fase kematian atau fase stationeri

aktivitas enzim sellulase tertinggi adalah pada kapang Aspergilus niger sebesar 2,39 U/ml, diikuti oleh Trichoderma

reesei 2,37 U/ml dan Penicillium sp 2,18

U/ml dan yang terendah Aspergilus

oryzae1,97 U/ml. Perbedaan aktivitas

sellulase ini karena kapang di dalam mendegradasi sellulosa yang terkandung pada ampas kelapa mempunyai kemampuan berbeda-beda, setiap spesies kapang memiliki substrat yang spesifik untuk

(4)

LENTERA : Vol.12, No.1, Maret 2012 12 memproduksi enzim dengan optimum.

Ampas kelapa yang digunakan pada penelitian ini memberikan kondisi dan kandungan nutrien yang cocok untuk pertumbuhan Trichoderma reesei dan

Aspergilus niger sehingga enzim sellulase

yang dihasilkan dapat menghidrolisis sellulosa dengan sempurna, seperti yang dilansir oleh Zaldivar etal., (2001) bahwa jamurspesiesTrichodermadanAspergillusya

ngpaling baik dalam mensekresikan sejumlah besar enzim selulolitik, seperti selulase dan hemiselulase. Selulase adalah enzim kompleks yang melibatkan tindakan sinergis endoglukanase (Cx), eksoglukanase(C1) dan selobiase(CB). Pada pH 5.5 aktivitas enzim sellulase tinggi dihasilkan kapang Trichoderma reesei (Wen et al, 2005).

Gambar 1. Aktivitas enzim sellulase dari ampas kelapa yang di fermentasi dengan empat kapang pendegradasi polisakarida (U/ml)

Terdapatnya perbedaan aktivitas enzim sellulase pada Gambar 1 karena, kapang memiliki beberapa fase dalam pertumbuhannya di mana salah satu fase yang menjadi penentuan dalam menghasilkan enzim adalah fase logaritmik yaitu suatu periode pembiakan yang cepat dan waktu penggandaan tidak sama antara berbagai mikroorganisme dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya (Sumarsih, 2003).

Aktivitas maksimum masing-masing kapang terjadi pada hari kedua dan hari keempat, aktivitas tertinggi terjadi pada Aspergilus nigersebesar 2,39 U/ml, ini sesuai dengan penelitian Milala dkk. (2005) melaporkan bahwa aktifitas tertinggi pada produksi enzim selulase adalah

menggunakan Aspergillus niger. Suprijatno (2008) menyatakan bahwa aktivitas sellulase dari jamur Aspergilus niger terdapat pada hari keempat. Abdul Aziz Darwis dkk, (1995) menambahkan bahwa aktivitas tertinggi kapang Aspergilus niger diperoleh sebelum memasuki fase eksponensial (stasioner) yaitu pada hari ke-4 fermentasi.

Aktivitas sellulase maksimum pada penelitian ini 2,39 U/ml, hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan Lee (2007) yang menggunakan bungkil inti sawit sebagai substrat yaitu sebesar 1,3 U/ml. Perbedaan ini karena antara ampas kelapa dengan bungkil inti sawit memiliki persentase komponen sellulosa yang berbeda yaitu 13 % pada

A kt iv itas S e ll u lase (U/m l) Hari fermentasi Tricoderma reesei Aspergilus niger Aspergilus oryzae Penicillium sp

(5)

LENTERA : Vol.12, No.1, Maret 2012 13 ampas kelapa dan 7,2 % pada bungkil inti sawit.

Tabel 2. Rataan aktivitas spesifik enzim sellulase dari hari kedua sampai hari kesepuluh (U/mg) Perlakuan B1 (2 hari) B2 (4 hari) B3 (6hari) B4 (8hari) B5 (10hari) Rataan

A1(T. reseei) 9,10Aa 8,25Bb 7,40Cab 5,65Da 4,95Da 7,07 A2(A. niger) 8,79ABa 9,18Aa 8,16Ba 5,93Ca 5,43Ca 7,50 A3(A. Oryzae) 3,63Bc 4,34Bc 5,35Ac 4,34Bb 3,63Bb 4,26 A4

(Penicllium

sp) 7,49ABb 8,09Ab 6,83Bb 5,50Ca 4,94Ca 6,57

Rataan 7,25 7,46 6,93 5,35 4,74

Keterangan : Huruf besar yang berbeda pada baris dan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) Terdapatnya interaksi antara perlakuan

dan lama fermentasi untuk aktivitas spesifik enzim sellulase, ini disebabkan karena kandungan sellulosa dalam ampas kelapa, sehingga kapang lebih dominan memproduksi enzim sellulase untuk merombak ikatan sellulosa yang terkandung pada ampas kelapa. Analisa kadar protein dilakukan untuk mengetahui banyaknya enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tingginya kelarutan nutrien dalam media sehingga suplai nutrien untuk pertumbuhan kapang semakin besar.

Perbedaan dari aktivitas spesifik sellulase karena, substrat ampas kelapa mengandung beberapa nutrien dan kapang mengeluarkan enzim sesuai dengan kadungan nutrien yang terdapat pada ampas kelapa sehingga protein yang terukur adalah akumulasi dari semua aktivitas enzim. Aspergillus niger dikenal sebagai salah satu jenis mikroorganisme yang berkemampuan baik dalam menghasilkan enzim. Selulase dan amiloglukosidase merupakan enzim yang dihasilkan oleh Aspergillus niger (Harjo dkk, 1989).Interaksi juga disebabkan karena satu jenis kapang menghasilkan beberapa enzim, sementara kita hanya mengukur protein totalnya saja, seperti yang dialporkan oleh Harjo dkk, (1989) bahwa sellulasedan amiglukosidase merupakan enzim yang dihasilkan oleh Aspergilus niger.

V. KESIMPULAN

Kapang yang memproduksi enzim sellulase paling

baik pada substrat ampas

kelapa adalah kapang Aspergilus niger

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A., S. Friyatno, Supadi dan A. Askin. 2003. Analisis pengembangan agro-industri komoditas perkebunan rakyat (kopi dan kelapa) dalam mendukung peningkatan daya saing sektor pertanian. Makalah Seminar Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. T.A. 2003. 38 hal Akhtar, M. 1997. Method of enchancing biopulping efficacy. Us patent 005. 620.564

Dinas Perkebunan, 2009. Produksi Buah Kelapa. Sumatera Barat

Cardoba, A.M., Ferraz, A, and Machuca, A. 2003. Wood biodegradation and enzim production by Ceriporiopsis subvermispora guring solid state fermentation of Eucalyptus grandis.Enzyme Microb Technol 32 : 59-65.

Cruz. S.P.B., Freer, J, Siika, A.M, Machuca, A. 2004. Extraction and determination of enzyme produced

(6)

LENTERA : Vol.12, No.1, Maret 2012 14 during biopulpung of pinus taeda

wood chips. Enzyme Microb Technol : 34:228-34

FAO (1992). Regional Office for Asia and The Pacific (RAPA), Food and Agriculture Organization of the United Nations, Bangkok.

Goenarso,. D. Suripto dan. K.I. Susanthi. 2003. Konsumsi Oksigen Kadar Hb Darah dan Pertumbuhan Ikan Mas Cyprinus carpio Diberi Pakan Campuran Ampas Kelapa. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 8 No. 2 hal 51±56

Lee, N.S. 2007. The production of fungal mannanase, cellulase and xylanase using palm kernel meal as a substrate. Walailak J Sci & Tech 4(1): 67-82.

Lin, C,. T. Chen,. C. 2004. Enhanced Mannanase Production by Submerged Culture of Aspergillus

niger NCH-189 Using Defatted

Copra Based Media. Process

Biochemistry 39 (2004) 1103±1109

Machuca, A. and Ferraz, A. 2001. Hydrolytic and oxidative enzymes produced by white-and brown rot fungi during Eucalyptus grandis decay in solid state medium. Enzyme and Microb Techno 29: 386-91

Miller, G.L. 1959. Use of Dinitrisalisylic acid reagent for determination of reducing sugar. Anal Chem 31 : 426-428.

Pandey, A. Soccol. CR. Nigem, P. and Soccol, VT. 2000. Biotecnological potential of agro-instrial residues sugarcane bagase. Bioresour Technol 74 : 69-8-.

Purawisastra., S. 2001. Pengaruh Isolat Galaktomannan Kelapa terhadap Penurunan Kadar KolesterolSerum Kelinci. Research and Development of Nutrition and Food, NIHRD. Warta Litbang Kesehatan, Vol. 5 (3&4)

Santoso, U. Kubo, Kazuhiro, O. Toru, Tadokorob, Tadahiro and Maekawab, Akio. 1996. Nutrient composition of kopyor coconuts (Cocos nucifera L.) Food Chemistry, Vol. 51, No. 2, pp. 299-304.

Susanti, D. 2007. Seleksi dan produksi enzim selulase oleh kapang selulolitik menggunakan tongkol jagung dan blondo. Tesis Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.

Wen, Z., W. Liauo and S, Chen. 2005. Production of cellulose by Tricoderma reesei from dairy manure. Bioresource Technology 81 : 23-27.

Yopi., Purnawan, A, Thontowi, A, Hermansyah, H, Wijanarko, A. 2006. Preparasi mannan dan mannanase kasar dari bungkil kelapa sawit. Jurnal Teknologi, Edisi No.4 Tahun XX, Desember 312-319

Gambar

Tabel 1. Rataan aktivitas enzim sellulase dari hari kedua sampai hari kesepuluh (U/ml)  Perlakuan  B1 (2  hari)  B2 (4 hari)  B3  (6hari)  B4  (8hari)  B5  (10hari)  Rataan  A1(T
Gambar  1.  Aktivitas  enzim  sellulase  dari  ampas  kelapa  yang  di  fermentasi  dengan  empat  kapang pendegradasi polisakarida (U/ml)
Tabel  2.  Rataan  aktivitas  spesifik  enzim  sellulase  dari  hari  kedua  sampai  hari  kesepuluh  (U/mg)  Perlakuan  B1 (2 hari)  B2 (4 hari)  B3  (6hari)  B4  (8hari)  B5  (10hari)  Rataan  A1(T

Referensi

Dokumen terkait

PMTS (Program Pencegahan HIV- AIDS melalui Transmisi Seksual) merupakan program pencegahan HIV-AIDS yang dicetuskan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN),

Pegolahan data angin bulanan yang bersumber dari “The European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF)”.. Created by :

Itik Cihateup yang diberikan perlakuan kitosan iradiasi ditambahkan kitosan iradiasi sebanyak 150 ppm yaitu mencampurkan 11,25 mg kitosan iradiasi dan 750 mL

pemberian bahan tailUlnin pakan teprtpg kunyit dan tepung ikan swangi, sedangkan terhadap kadar lemak kasar Oaging puyrn, tiun,, pembJrian Uafran tambahan pakan tepung

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “Peramalan

Masalah utama pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Tomoli Selatan pada materi menulis surat pribadi. Ada beberapa hal yang

Hasil tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair limbah Ikan Lemuru (Sardinella sp.) sebagai nutrien dengan dosis berbeda yang

Sehingga dapat disimpulkan ada beda selisih pengaruh antara kelompok perlakuan yang diberi stimulasi bermain bola dan stretching plantar dengan kelompok kontrol