• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL AKU LUPA BAHWA AKU PEREMPUAN KARYA IHSAN ABDUL QUDDUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL AKU LUPA BAHWA AKU PEREMPUAN KARYA IHSAN ABDUL QUDDUS"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Nurul Pratiwi NIM 105331106416

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Nurul Pratiwi 2020 Nim 105331106416, Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus: Kajian Psikologi Sastra. Skripsi.Makassar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hambali dan pembimbing II Nurdin.

Masalah dalam penelitian ini adalah konflik batin yang dialami Suad, hal ini dapat dilihat dari konflik batin yang terjadi pada tokoh utama Novel Aku Lupa

Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus: kajian Psikologi Sastra menurut

Teori Kurt Lwein. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu mendeskripsikan konflik batin yang terjadi pada tokoh utama. Pengumpulan data digunakan dengan membaca dan mencatat. Sumber penelitian ini adalah Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus dengan jumlah halaman 228 yang diterbitkan oleh Pustaka Alpabet, 2012 cetakan pertama.

Adapun data penelitian ini adalah adanya konflik batin yang terjadi pada tokoh utama Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus: kajian Psikologi Sastra menurut teori Kurt Lewin. Hasil Penelitian ini diuraikan sebagai berikut : 1). Adanya konflik batin yang terjadi pada tokoh utama yaitu, terbukti dengan kegagalannya membina rumah tangga hingga duakali dikarenakan menjadi pilihan antara kehidupan pribaadi atau kariernya.

Kata kunci : Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus, kajian Psikologi Sastra

(9)

Kata Pengantar

Allah Maha Penyayang dan Pengsih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah. Anugerah kesehatan sehingga penulis mampu melakanakan tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana. Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghlang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada : Kedua orang tua saya Nasruddin dan Mila Patrah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya. Kepada Drs. Hambali, S.Pd., M.Hum. dan Drs. H. Nurdin, M.Pd., pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbangan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal ini.

(10)

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Muda-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis, aamin.

Makassar, Januari 2020.

(11)

DAFTAR ISI SAMPUL

KARTU KONTROL 1 ... ii

KARTU KONTROL 2 ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv SURAT PENGESAHAN ... v SURAT PERNYATAAN ... vi MOTTO ... vii ABSTRAK ... vii KATA PENGANTAR ... xi DAFTAR ISI ... x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori ... 6 1. Penelitian Relevan ... 6 2. Pengertian Sastra ... 10 3. Jenis-jenis Sastra ... 12 4. Konflik Batin ... 22 5. Tokoh ... 26 6. Psikologi Sastra ... 28

(12)

B. Kerangka Pikir ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Data dan Sumber Data ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 33

D. Teknik Analisis Data ... 33

E. Definisi Istilah ... 34

BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1. Gambaran Umum Novel ... 35

2. Biodata Penulis ... 36 3. Tokoh Utama ... 38 4. Konflik Batin ... 38 B. Pembahasan ... 50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60 Daftar Pustaka ... 61

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra sebagai potret kehidupan bermasyarakat merupakan suatu karya sastra yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang berupa peristiwa atau problem dunia yang menarik sehingga muncul gagasan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan karya sastra akan menyumbangkan tata nilai figur dan tatanan tuntutan masyarakat, hal ini merupakan ikatan timbal balik antara karya sastra dengan masyarakat, walaupun karya sastra tersebut berupa fiksi, namun pada kenyataannya, sastra juga mampu memberikan manfaat yang berupa nilai-nilai moral bagi pembacanya. Sastra selalu menampilkan gambaran hidup dan kehidupan itu sendiri, yang merupakan kenyataan sosial. Dalam hal ini, kehidupan tersebut akan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang seorang, antar manusia, manusia dengan Tuhannya, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang.

Sebuah karya sastra tercipta karena peristiwa atau persoalan dunia yang terekam oleh jiwa pengarang. Peristiwa atau persoalan itu sangat mempengaruhi kejiwaan. Adanya hal demikian, seorang pengarang dalam karyanya menggambarkan fenomena kehidupan yang ada sehingga muncul konflik atau ketegangan batin. Sastrawan, sastra, dan kehidupan sosial merupakan fenomena yang saling melengkapi dalam kesendirian masing- masing sebagai sesuatu yang ektensial. Sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari pengarang dan kehidupan manusia sebagai produk kelahiran karya sastra, sastra bukan sekedar dari kekosongan sosial

(14)

melainkan hasil racikan perenungan dan pengalaman sastrawan dalam menghadapi problema dan nilai-nilai tentang hidup dan kehidupan (manusia dan kehidupan) pengalaman ini merupakan jawaban yang utuh dari jiwa manusia ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan.Penelitan sastra merupakan kegiatan yang sangat diperlukan untuk menghidupkan, mengembangkan dan mempertajam suatu ilmu (Jabrohim, 2003 : 19). Ada beberapa pendekatan untuk mengkaji sebuah karya sastra. Pendekatan tersebut harus sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Penelitan ini menganalisis karya sastra dengan pendekatan psikologi sastra.

Penelitian satra terus berkembang dari waktu ke waktu. Pendekatan yang digunakan untuk meneliti sastra juga semakin beragam. Salah satu cabang ilmu yang ikut memperkaya khazanah penelitian sastra adalah ilmu psikologi, khususnya psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Sampai saat ini teori yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologis adalah determinisme psikologi Sigmund Freud (1856-1939). Metode penelitian sastra sering dirancukan dengan pendekatan sastra dan teori sastra. Pada hal ketiganya berbeda. Teori sastra mempengaruhi perspektif dan cara pandang peneliti terhadap posisi, peran, isi atau substansi teks, pendekatan mengacu pada orientasi peneliti terhadap data penelitian, sedangkan metode penelitian menentukan cara peneliti dalam melakukan kajiannya. Kutha Ratna (2009) menyatakan bahwa secara hierarkis tingkat abstraksi tertinggi dimiliki oleh teori, secara berurutan diikuti oleh metode dan kemudian teknik. Namun diakuinya bahwa kategorisasi, metode dan teknik sering tidak konsisten.

(15)

Novel adalah salah satu bentuk karya fiksi yang menyampaikan permasalahan kehidupan yang kompleks. Seorang pengarang mampu mengarang sebuah karya sastra fiksi termasuk novel dengan baik dan biasanya tema yang di angkat diambil dari kehidupan yang pernah pengarang alami sendiri, pengalaman orang lain yang pengarang lihat dan dengar, ataupun hasil imajinasi pengarang. Melalui novel, penulis yang merupakan komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan lewat dialog antar tokoh dalam setiap paragraf. Persoalan gender yang terdapat dalam tema utama novel tidak hanya lahir dari pengarang Indonesia, namun juga lahir dari seorang Ihsan Abdul Quddus, Sastrawan sekaligus wartwan sebuah surat kabar di Mesir. Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan diterjemahkan dari judul aslinya Wanasitu Anni Inra’ah oleh Syahid Widi Nugroho. Novel ini menggambarkan perempuan Mesir melalui tokoh Suad, perempuan aktivis kesetraan gender. Peran tokoh wanita tersebut dalam novel ini tidak hanya menggambarkan perjuangan melawan dominasi oleh aktivis perempuan mesir tetapi bisa dijadikan sebagai representasi perempuan Indonesia.

Karya sastra memberika pemahaman terhadap masyarakat. Karena dengan melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam mayarakat, khususnya yang terkait dengan psike dan tujuan analisis adalah unsur-unsur kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra. Inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus yang mengisahkan seorang perempuan bernama Suad yang telah menggapai ambisinya. Sebagai politisi sukses, kiprahnya diparlemen dan berbagai organisasi

(16)

pergerakan perempuan yang menempatkan dirinya dalam lingkar elit kekuasaan. Latar belakang politik yang masih konservatif kala itu menjadikan fenomena baru dalam isu kesadaran gender. Tetapi, kehampaan menyelimuti kehidupan pribadinya dan hampir membuat jiwanya tercerabut. Masalah demi masalah mendera, bahkan anak semata wayangnya yang dia anggap sebagai harta paling berharga justru lebih akrab dengan sang ibu tiri. Hingga suatu kala, ia memutuskan lari dari kehidupan pribadiya, bahkan berusaha lari dari tabiat perempuannya. Pada usia lima puluh tahun, ia membunuh kebahagiaannya sebagai perempuan. Ia melakukan apa saja untuk melupakan bahwa ia adalah perempuan.

Inilah novel luar biasa tentang pergulatan karier, ambisi, dan cinta. Kaya akan muatan filsafat tetapi dikemas dalam bahasa sederhana dan mengesankan. Tuntutan kesetaraan gender yang dirajut dalam kisah pertetangan batin seorang perempuan melawan dominasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu

Bagaimanakah konflik batin kebimbangan yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus.

C. Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan berdasarkan rumusan masalah diatas, yaitu Mendeskripsikan bentuk konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan.

(17)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Menambah literatur penelitian kualitatif dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada jurusan bahasa dan sastra Indonesia.

b. Pemahaman ilmiah mengenai kesetaraan gender dapat dipahami sesuai konteks budaya masing-masing individu. c. Memperkaya wawasan mengenai peran wanita karir dan

kesetaraan gender.

d. Menambah pembendaharaan kajian tentang sastra secara khusus.

e. Memberikan acuan bagi penelitian yang akan datang terkait dengan konflik batin.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya yang membahas mengenai kasus gender dalam institusi keluarga dan masyarakat.

b. Memberikan gambaran perjuangan kesetaraan gender yang dilakukan oleh seorang perempuan.

c. Salah satu syarat meraih gelar kesarjanaan pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

(18)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Kajian Penelitian yang Relevan Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk orisinalitas penelitian yang dilakukan ini. Ika Rukamana Purnamasari (UMS, 2011) dengan judul skripsinya “Konflik Batin

Tokoh Utama dalam Novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica: Tinjauan Psikologi

Sastra”.

Hasil analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Sang Maharani yaitu: konflik mendekat-menjauh yang dialami Maharani karena hal-hal seperti berikut, a) Konflik batin Rani trauma pada laki-laki dan ia jatuh cinta pada adiknya sendiri; b) Konflik batin Rani memutuskan menikah dengan Arik namun masih jijik berhubungan seksual. Konflik menjauh-menjauh yang dialami Maharani karena hal-hal seperti berikut, 1) Konflik batin saat Rani tertunduk lemas mendengar ayahnya meninggal karena dibunuh; 2) Konflik batin Rani saat dijadikan pelacur oleh 10 tentara Jepang; 3) Konflik batin Rani yang tidak suka tidur karena penderitaan menjadi JugunLanfu menjadi mimpi buruk tiap malam; 4) Konflik batin Rani trauma pada sentuhan laki-laki; 5) Konflik batin ketika Rani mengetahui bahwa ia diperkosa. Konflik mendekat-mendekat yang dialami Maharani karena hal-hal seperti berikut 1) Tuhan sedang menganugerahkan kebahagiaan berlipat-lipat pada Rani; 2) Kedekatan

(19)

Rani dengan Arik membuat Rani tidak menggigil seperti bila ia berdekatan dengan pria lain.

Penelitian lain dilakukan oleh Apriliani Mustika Sari (UMS, 2008) dengan judul skripsinya “Konflik Batin Tokoh Laras dalam Novel Sang Dewi karya Moammar Emka: Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Sang Dewi adalah sebagai berikut. Laras mengalami konflik batin jenis mendekat-menghindar saat harus bersikap dalam menghadapi permintaan Om Boy untuk berhubungan seks dengan Laras. Laras juga mengalami konflik batin saat ia dikenalkan Beno dengan Aliang, orang yang pernah menjadi pelanggannya semasa ia menjadi pelacur. Laras mengalami konflik batin jenis menghindar-menghindar saat bertemu dengan Om Boy setelah kematian Bim. Laras juga menghadapi konflik menghindar-menghindar ketika Om Boy memberinya kalung sebagai tanda lamarannya dan diketahui oleh Beno. Konflik ini dialami Laras saat harus memilih menerima permintaan Om Boy untuk menikah, sementara ia sangat mencintai Beno. 11 Skripsi Dian Ayu Kartika (UMS, 2008) dengan judul skripsinya “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Nayla Karya Jenar Maesa Ayu: Tinjauan Psikologi Sastra”.

Hasil analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Nayla sebagai berikut. Konflik mendekat-menjauh dialami Nayla karena hal-hal seperti berikut, 1) Usia Sembilan tahun Nayla masih mengompol di malam hari, sehingga Ibu menghukumnya dengan cara menusukkan peniti ke selangkangan bahkan vaginanya. Fisiknya merasakan sakit akibat penusukan itu, tetapi Nayla hanya bisa diam dan tak mampu melawan; 2) Ketika berusia Sembilan tahun juga Nayla diperkosa oleh Om

(20)

Indra, kekasih Ibunya. Nayla ingin mengatakan hal buruk tersebut, tetapi ia tidak dapat menceritakannya pada Ibu; 3) Nayla memutuskan mencari Ayah karena sudah tidak tahan tinggal dirumah Ibu yang penuh siksaan. Akan tetapi untuk menjalankan misinya mencari ayahnya itu pun harus membolos sekolah.

Adapun konflik menjauh-menjauh dilami oleh Nayla karena hal-hal seperti berikut, 1) Fisik Nayla merasakan sakit akibat pemukulan yang dilakukan oleh Ibu dan ia pun merasa takut pada ibunya yang begitu kejam, sehingga membuat batin Nayla merasa tidak nyaman; 2) Nayla merasa takut saat ayahnya meninggal dunia dan ia takut kembali kerumah ibu kandungnya, sehingga mengakibatkan batin Nayla merasa tidak senang; 3) Nayla merasa sedih kehilangan ayahnya dan ia juga tidak menyangka ibu tiri bersama ibu kandungnya tega menjebloskannya ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan 12 Narkotika, sehingga membuat Nayla tidak mampu berbuat banyak untuk melepaskan diri dari rumah perawatan. Tri Wijayanti (UMS, 2005) melakukan penelitian untuk skripsinya yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur Karya Muhidin M. Dahlan: Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil penelitiannya menyimpulkan; 1) Nidah Kirani mengalami konflik batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar fisiologis yakni kebutuhan akan pakaian, seks, dan makanan; 2) Nidah Kirana mengalami konflik batin karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman yakni selalu merasakan ketakutan dan seolah-olah berada dalam keadaan terancam; 3) Konflik batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki yakni Nidah Kirani tidak memperoleh rasa cinta dan memiliki pos Jamaah dan Da‟arulRakhiem; 4) Konflik batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan harga diri yakni tidak adanya

(21)

penghargaan atas perjuangannya dan dedikasinya terhadap pos jamaah dan juga kehilangan keperawanannya oleh Da‟arulRakhiem; 5) Konflik batin karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri yakni Nidah Kirana tidak mendapat kepuasan intelektual dan mengalami penurunan pengembangan motivasi diri. Pipit Handayani (UMS, 2009) dengan judul skripsinya “Konflik Batin Tokoh Srintil dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari: Tinjauan Pikologi Sastra”.

Hasil analisisnya antara lain, 1) konflik mendekatmenjauh, ketika Srintil dihadapkan pada dua pilihan yang satu memiliki motif 13 positif (menyenangkan) yaitu menuruti keinginannya untuk tidak meronggeng lagi dan pilihan yang lain memiliki motif negatif (tidak menyenangkan) yaitu ia harus mengesampingkan keinginannya dan bersedia menanggung demi kebaikan warga masyarakat Dukuh Paruk; 2) konflik mendekat-mendekat, ketika Srintil harus memilih salah satu di antara dua laki-laki yaitu Rasus dan Bajus yang keduanya disukai oleh Srintil; 3) konflik menjauh-menjauh, ketika Srintil dihadapkan pada dua pilihan yang keduanya merugikan bagi Srintil, yaitu ia harus melakukan perzinahan atau kembali masuk ke dalam penjara. Berdasarkan uraian tentang penelitian terdahulu, maka dapat dilihat bahwa keaslian penelitian dengan judul “Konflik Batin Tokoh utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus : Tinjauan Psikologi Sastra” dapat dipertanggungjawabkan, karena sepengetahuan penulis belum pernah ada yang meneliti Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan dengan menganalisis aspek konflik batin dan menggunakan tinjauan psikologi sastra. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil-hasil penelitian yang terdahulu dengan sudut pandang psikologi sastra.

(22)

2. Pengertian Sastra

Menurut Saryono (2009: 16-17), Sastra bukan sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra merupakan sosok yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik, ekonomi, kesenian dan kebudayaan. Sastra dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan kebenaran karena sastra yang baik adalah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, kesungguhan, kearifan dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik tersebut mampu mengingatkan, mengedarkan, dan mengembalikan manusia ke jalan yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas kehidupannya (Saryono, 2009).

Menurut pandangan Sugihastuti (2007: 81-82), karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya sastra sebagai media untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra dapat menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk naratif. Sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya.

(23)

Fananie (2000: 2), mengatakan bahwa suatu teks dapat digolongkan menjadi teks sastra apabila di dalamnya mengandung nilai estetik. Lebih lanjut Fananie mengatakan bahwa secara mendasar suatu teks sastra setidaknya mengandung tiga aspek utama yaitu decore (memberikan sesuatu kepada pembaca), delectare (memberikan kenikmatan melalui unsur estetik), dan movere (mampu menggerakkan kreativitas pembaca).

Siswanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Sastra mencoba menelaah penyebab banyaknya perbedaan dalam mendefinisikan karya sastra. Siwanto mengatakan bahwa ada beberapa problematika dalam mendefinisikan karya sastra. Problematika itu bersumber pada beberapa hal. Pertama, kebanyakan orang mendefinisikan secara umum. Kedua, definisi karya sastra hanya didasarkan pada satu sudut pandang saja. Ketiga, dalam mendefinisikan hakikat karya sastra definisi hanya didasarkan pada definisi evaluatif. Keempat, banyak definisi karya sastra di Indonesia diambil dari contoh-contoh dan definisi karya sastra barat (Siswanto, 2008: 68). Beberapa definisi karya sastra memang muncul kepermukaan karena banyaknya para ahli di bidang sastra yang memberikan pandangan tentang definisi karya sastra. Namun dari beberapa definisi karya sastra tersebut semua ahli bersepakat bahwa karya sastra adalah hasil seorang penulis setelah mengamati lingkungan sekitar. Jadi keberadaan sebuah karya sastra tidak bisa dilepaskan dari latar belakang sosial budaya yang mengiringi kelahirannya.

Karya sastra lahir dari sebuah renungan seorang sastrawan yang ingin mengungkapkan apa yang dipikirnya tentang pandangan dunia ideal. Karya

(24)

sastra akan berisi pandangan seorang pengarang yang diilhami oleh imajinasi dan realitas budaya pengarang. Posisi karya sastra sebagai dokumen juga diungkapkan oleh Junus (dalam Siswanto, 2008: 192) yang menyatakan bahwa karya sastra dilihat sebagai dokumen sosial budaya hal ini didasarkan pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses 3 kreatifnya.

3. Jenis-jenis Sastra

Karya sastra dikenal dalam dua bentuk, yaitu fiksi dan nonfiksi. Jenis karya sastra fiksi adalah prosa, puisi, dan drama. Sedangkan contoh karya sastra nonfiksi adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra.

Jenis karya sastra fiksi seperti prosa, puisi, dan drama yaitu : a. Prosa

Prosa fiksi biasa juga disebut karangan narasi sugestif atau imajinatif. Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2011: 66). Sebagai salah satu genre sastra, prosa fiksi mengandung unsur-unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampai isi berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun prosa fiksi itu sendiri

(25)

sehingga menjadi wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi tersebut, pengarang akan memaparkan lewat (1) penjelasan atau komentar, (2) dialog maupun monolog, dan (3) lewat lakon atau action.

Prosa merupakan karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, yang tidak terikat oleh aturan-aturan tulisan seperti rima, diksi, irama, dan lain-lain. Asal mula kata prosa berasal dari bahasa latin yaitu “prosa” yang berarti “terus terang”. Biasanya tulisan prosa dipakai untuk mendeskripsikan sebuah ide atau fakta. Karena itulah prosa bisa digunakan untuk menulis majalah, novel, surat kabar, ensiklopedia dan berbagai macam media yang lainnya. Prosa merupakan jenis tulisan yang berbeda dengan puisi karena variasi ritme yang dimiliki lebih besar, dan bahasa yang dipakai lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Dalam prosa makna katanya bersifat denotative atau mengandung makna yang sebenarnya. Apabila dalam prosa terdapat kata-kata kiasan di beberapa bagian, itu hanya menjadi ornamen/ untuk memperindah/ menekankan tulisan dalam prosa.

Dalam prosa kata kias fungsinya sebagai ornamen, berbeda dengan puisi yang sebagian besar kata-katanya menggunakan kata konotasi atau kata kiasan sehingga perlu sebuah penafsiran yang cermat. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari, prosa terbagi atas dua yaitu prosa lama dan prosa baru yaitu :

1). Prosa lama

Prosa lama ialah karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra/kebudayaan dari barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya

(26)

bentuk tulisan. Setelah agama & kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal & sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra Indonesia mulai ada. Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah :

a) Hikayat

Sudjiman (2006, hlm. 34), menyatakan hikayat adalah jenis cerita rekaan dalam sastra Melayu Lama yang menggambarkan keagungan dan kepahlawanan. Adakalanya dengan makna cerita sejarahan atau riwayat hidup. Berdasarkan pendapat di atas, hikayat merupakan cerita rekaan atau cerita fiksi yang menggambarkan kepahlawanan atau riwayat hidup seseorang dalam sastra melayu lama. Seiring perjalanan waktu, kata “hikayat” memiliki makna yang lebih sempit, yaitu mengacu ke jenis ragam prosa tertentu, yaitu cerita rekaan dalam sastra Melayu lama yang mengisahkan tentang kehidupan raja dan kaum bangsawan di dalam istana beserta keluarganya. Hikayat biasanya dihiasi dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang menakjubkan yang dihubung-hubungkan dengan peristiwa sejarah (Sugiarto, 2015:198). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hikayat adalah cerita rekaan dalam bentuk prosa, berisi cerita berbahasa Melayu klasik yang menyuguhkan peristiwa atau kejadian yang kurang masuk akal direka-reka seolah-olah pernah terjadi, serta diceritakan dengan alur berbingkai.

(27)

b) Sejarah atau Tambo

Jenis prosa lama selanjutnya ialah tambo atau sejarah. Sejarah ialah sebuah karangan prosa lama yang berupa kejadian kejadian tertentu. Untuk sejarah yang bersifat lama memiliki perbedaan dengan tulisan sejarah yang dibuat dimasa sekarang. Biasanya sejarah karya lama memiliki tambahan tambahan cerita yang membuat karangan menjadi lebih menarik. Sedangkan sejarah karya sastra sekarang lebih berisi kejadian kejadian yang sebenarnya dan dapat dibuktikan dengan fakta. Contoh sejarah prosa lama yaitu Sejarah Melayu yang dibuat pada tahun 1612 oleh Tun Sri Lanang.

c) Kisah

Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Kisah merupakan salah satu karya sastra yang sangat populer pada zamannya, karena memang pada zaman dahulu, kisah-kisah yang disampaikan secara lisan memiliki pesan moral yang sangat baik. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.

d) Dongeng

Menurut Nurgiantoro (2005), menyatakan bahwa dongeng ialah suatu cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal. Menurut Agus Triyanto menyatakan bahwa dongeng ialah suatu cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ajaran moral

(28)

(mendidik) dan juga menghibur. Jadi, dongeng adalah salah satu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar terjadi/fiktif.

Menurut Djanadjaja (2007), Jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar yakni. (1) dongeng binatang (animaltales), (2) dongeng biasa (ordinaryfolktales), (3) lelucon dan anekdot (jokesandanecdotes), (4) dongeng berumus formula tales)”. Menurut Krisna (2009: 1), Dongeng merupakan cerita zaman dahulu. Dalam hal ini hampir semua orang sudah mengetahui tentang cerita dongeng populer seperti Pinokio, Cinderella dan lainnya.

e). Mitos

Dalam Kamus Ilmiah Populer, mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif, tentang kehidupan alam gaib, yan timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau alam disekitarnya. Mitos berasal dari bahasa Yunani muthos, yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang. Dalam arti yang lebih luas, mitos berarti pernyataan, sebuah cerita atau alur sebuah drama. Menurut Fransiskus Simun mitos mempunyai fungsi-fungsi tertentu di antaranya ialah: (a) Proses penyadaran akan kekuatan gaib. Mitos bukanlah informasi tentang kekuatan gaib, tetapi cara mengantisipasi, mempelajari, dan berelasi dengannya. (b) memberi garansi bagi kekinian. Mitos mempresentasikan berbagai peristiwa yag pernah ada, dan mengandung saran serta antisipasi bagi

(29)

kekinian. (c) mitos merentangkan cakrawala epistimologi dan ontologis tentang realitas. Mitos memberikan penggambaran tentang dunia, tentang asal-muasalnya , tetapi bukan seperti ilmu sejarah modern. Ruang dan waktu mitologis hanyalah konteks untuk berbicara tentang awal dan akhir, atau asal muasal dan tujuan keidupan, dan bukan ruang dan waktu faktual.

Budiono Herusatoto menggolongkan macam-macam mitos sebagai berikut :

(1) Mitos Tradisional yang sebenarnya.

Kelompok mitos tradisional yang sebenarnya dibagi menjadi tiga jenis. Jenis yang pertama, mitos tradisional yang berasal dari legenda jawa asli , dikisahkan dalam bentuk sebagai lakon carangan wayang purwa. Carang artinya ranting buluh bambu , carangan berarti ranting lakon wayang purwa. Lakon-lakon carangan wayang purwa adalah kisah murni hasil karya adicarita (pendongeng) zaman Jawa zaka, yang kini disebut dalang , dengan meminjam tokoh wayang purwa: Bathara Kala putra bungsu dari sang Hyang Jagatnata (Dewa raja dunia) atau sang Hyan Guru , Guru dari sebuah penghuni jagat (dunia semesta raya) .

jenis kedua, mitos tradisional yang berasal dari cerita fiksi, yang berasal dari karya sastra tentang kisah-kisah legenda (cerita dari zaman dulu yang bertalian atau dipercaya bertalian erat dengan peristiwa sejarah lokal setempat), seperti dongeng baru Klinthing yang merupakan legenda mengenai awal mula terjadinya Rawa Pening di Banyubiru, Ambarawa,

(30)

Jawa Tengah. Atau dongeng Lara Jonggrang yang berkisah tentang cikal bakal terjadinya candi Prambanan di Yogyakarta. atau dogeng asal mula terjaadinya Rawa Jembangan dan Kali Opak di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dan jenis ketiga, adalah karya sastra hasil cipta campuran antara keduanya, berupa gabungan antara cerita Wayang dan Legenda. Berupa karya sastra tentang kisah-kisah lakon carangan, yang dipercaya masyarakat yang seolah-olah dianggap benar-benar terjadi ditanah jawa karena dikaitkan dengan nama tempat-tempat tertentu.

Dari kisah-kisah tersebut, sampai saat ini masih banyak nama tempat-tempat yang dianggap sebagai peninggalan dai kisah tokoh perwayangan tersebut yang hidup dizaman dahulu kala, seperti Gunung Indrakila di desa Lumuk Utara, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, yang dipercayai sebagai peninggalan tepat Arjuna bertapa sebagai Bengawan Mintaraga, dan Candi Gedong Sanga di Bandungan, Ambarawa, Jawa Tengah , dipercayai sebagai tempat Resi Hanoman Bertapa dan dikisahkan baru meninggal setelah dikalahkan oleh Kaladewa atau Yaksadewa, jelmaan arwah Bathara Kala.

(b). Mitos Tradisional yang Mengandung Nasehat Tersamar

Nasehat tersamar yang dimitos-tradisionalkan itu adalah nasehat yang tidak dicetuskan kedalam bahasa lugas atau terus-terang, tetapi dengan menggunakan bahasa aradan atau petunjuk perbuatan, yaitu kalimat atau kata-kata yang biasanya didahului atau diakhiri.

(31)

f). Legenda

Menurut Danandja 2002 Legenda bersifat sekuler “keduniawian” terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda sering dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka namun juga dipandang sebagai “sejarah” kolektif namun hal itu juga sering menjadi perdebatan mengingat cerita tersebut karena kelisannya telah mengalami distorsi. Maka, apabila legenda akan dijadikan bahan sejarah harus dibersihkan dulu dari unsur-unsur folklornya. Menurut Yus Rusyana (2000). Mengemukakan beberapa ciri legenda yaitu:

(a) Legenda merupakan cerita tradisional karena cerita tersebut sudah

dimiliki masyarakat sejak dahulu.

(b) Ceritanya biasa dihubungkan dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti peristiwa penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti mesjid, kuburan dan lain-lain.

(c) Para pelaku dalam legenda dibayangkan sebagai pelaku yang

betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu, mereka itu merupakan orang yang terkemuka, dianggap sebagai pelaku sejarah juga dianggap pernah melakukan perbuatan yang berguna bagi masyarakat.

(d) Hubungan tiap peristiwa dalam legenda menunjukan hubungan

yang logis.

(e) Latar cerita terdiri dari latar tempat dan latar waktu, latar tempat biasanya ada yang disebut secara jelas dan ada juga yang tidak,

(32)

sedangkan latar waktu biasanya merupakan waktu yang teralami dalam sejarah.

(f) Pelaku dan perbuatan yang dibayangkan benar-benar terjadi

menjadikan legenda seolah-olah terjadi dalam ruang dan waktu yang seungguhnya. Sejalan dengan hal itu anggapan masyarakat pun menjadi seperti itu dan melahirkan perilaku dan perbuatan yang benar-benar menghormati keberadaan pelaku dan perbuatan dalam legenda.

g). Fabel

Fabel adalah cerita kahyal (cerita rekaan) yang disebutkan pada bagian awal atau pada bagian akhirnya pemunculan unsur-unsur akhkak (etika, budi pekerti). Cerita ini khusus cerita yang di dalamnya terdapat hewan (binatang) yang berperan sebagai manusia, baik dalam dialognya ataupun dalam tindak tanduknya (perilaku). Berdasarkan definisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa fabel adalah cerita khayal (fiksi) penuh hikmah yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh hewan atau benda yang berkelakuan seperti perilaku manusia yang tujuannya adalah untuk memberikan pengajaran tentang kehidupan nyata yang di tampilkan dalam bentuk cerita hewan.

2). Prosa Baru

Bentuk prosa selanjutnya ialah prosa baru. Prosa baru ialah suatu karya sastra yang pembuatannya terdapat pengaruh dari budaya barat atau budaya asing. awal mula munculnya prosa baru ketika prosa lama telah dianggap kuno.

(33)

Karya prosa fiksi menurutnya dibagi menjadi tiga yakni roman, novel dan cerita pendek “cerpen”. Menurut Burhan Nurgiyanto (2005: 9), Ketiga genre sastra tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda ketiganya hanya terpaut pada perbedaan panjang pendeknya cerita dan ke dalam cerita. Namun ketiganya memiliki persamaan tentang unsur pembangunnya. Novel dan cerita pendek “juga dengan roman” sering dicoba bedakan orang, walaupun tentu saja hal itu bersifat teoritis.

Di bawah ini terdapat jenis-jenis prosa baru beserta penjelasannya : a). Roman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Roman adalah sebuah karangan yang melukiskan perbuatan pelaku menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

b). Cerpen

Menurut Priyatni (2010: 126), cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain, misalnya novel. Suyanto (2012: 46) menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya. Cerpen harus memiliki efek tunggal dan tidak kompleks.

c). Riwayat.

Jenis prosa baru selanjutnya ialah riwayat. Riwayat ialah karangan prosa baru yang menceritakan pengalaman hidup seseorang

(34)

dari lahir sampai meninggal yang berasal dari kisah nyata. Untuk riwayat ini biasanya berisi tentang kisah tokoh yang menginspirasi banyak orang maupun terkenal. Riwayat ini dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu otobiografi dan biografi. Otobiografi merupakan sebuah kisah yang dibuat oleh tokoh yang memiliki kaitannya, sedangkan biografi ialah sebuah kisah yang dibuat serta ditulis oleh orang lain.

d). Novel

Nurgiyantoro (2010: 10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya.

4. Konflik Batin

a. Definisi Konflik Batin

Konflik merupakan perbedaan atau pertentangan antar individu atau kelompok sosial yang terjadi karena perbedaan kepentingan, serta adanya usaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan (SoerjonoSoekanto, 2006: 91), Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra, diartikan bahwa

(35)

konflik merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya. Pengertian konflik batin menurut Alwi, dkk. (2005: 587) adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Selain itu, Irwanto (dalam Fitriannie, 1997: 207) menyebutkan pengertian konflik adalah keadaan munculnya dua atau lebih kebutuhan pada saat yang bersamaan. Pendapat lain mengenai jenis konflik disebutkan oleh Kurt Lewin (1997: 213-216), bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut :

1) Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya.

2) Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidanceconflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yng berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah mendekati atau menjauhi objek itu. 3) Konflik menjauh-menjauh (avoidanceconflict)

(36)

Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi. Motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. b. Ciri-ciri Konflik Batin

Umumnya, konflik dapat dikenali karena beberapa ciri, yaitu :

1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk ransangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang

atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.

3) Konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun (Sobur,2007: 293).

c. Faktor-faktor Konflik Batin

Freud (dalam Kusumawati, 2003: 33), menyatakan bahwa faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam beberapa gangguan batin antara lain :

1). Teori agresi,

Teori agresi menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri. Agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafsu bawaan yang berifat merusak. Untuk beberapa alasan tidak secara langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan dengan perasaan berdosa atau bersalah.

(37)

Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan terhadap objek yang sangat dicintai.

2). Teori kehilangan

Teori kehilangan merujuk pada perpisahan traumatik individu dengan benda atau seseorang yang sebelumnya dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Hal penting dalam teori ini adalah kehilangan dan perpisahan sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi dalam kehidupan yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.

3). Teori kepribadian

Teori kepribadian merupakan konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan ini memfokuskan pada variabel utama pada psikososial yaitu harga diri rendah.

4). Teori kognitif

Teori kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Individu dapat berfikir tentang dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya.

5). Teori ketidakberdayaan

Teori ketidakberdaayaan menunjukkan bahwa konflik batin menyebabkan depresi dan kenyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai

(38)

kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif.

6). Teori perilaku

Teori perilaku menunjukkan bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antar perilaku individe dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari faktor internal. Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan lingkungan, tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan apa saja yang mereka pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna antar satu dengan yang lainnya.

5. Tokoh

Tokoh merupakan pelaku-pelaku yang dihadirkan dalam suatu cerita, Munaris (2010:20), Kehadirannya dapat diindikasikan dengan nama tokoh atau kata ganti tertentu yang merujuk pada pelaku tertentu. Kehadiran tokoh cerita, baik tokoh utama maupun tokoh pendukung selalu ada di semua novel. Dalam semua novel dibedakan antara tokoh statis dan tokoh dinamis, Adi (2011:46).Aminuddin (2010: 79) menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku

(39)

disebut dengan penokohan. Wahyuningtyas (2011:3) mengemukakan bahwa tokoh menunjuk orang sebagai pelaku cerita.

Sedangkan menurut Hastuti (2010:89) tokoh dalam sebuah novel adalah alat bagi seorang pengarang untuk menyampaikan ide cerita yang diinginkan. Penokohan melukisan tentang tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita, tokoh atau pelaku berperan penting dalam menunjang sebuah cerita. Setiap tokoh dalam cerita memiliki peran yang berbeda-beda. Utomo (2012: 118) menyatakan bahwa penokohan atau perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik dalam keadaan lahir maupun batin yang dapat berupa pandangan hidup, sikap, keyakinan, dan adat istiadat. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa tokoh adalah pemegang peran atau tokoh utama (roman atau drama). Tokoh dalam karya sastra yang diberikan dari segi-segi wataknya sehingga dapat dibedakan dari tokoh yang lain. Seorang pengarang dalam menciptakan tokoh-tokoh dengan berbagai watak penciptaan yang disebut dengan penokohan.

1) Jenis Tokoh

Tokoh merupakan elemen struktur fiksi yang melahirkan peristiwa. Ditinjau dari segi keterlibatan dalam keseluruhan cerita, tokoh dalam fiksi dibedakan menjadi dua. Pertama, tokoh sentral atau tokoh utama. Tokoh sentral merupakan tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam cerita, yang keberadaannya dapat ditentukan melalui tiga cara, yaitu, (1) tokoh itu yang paling banyak terlibat dengan makna atau tema cerita; (2) tokoh itu yang paling banyak

(40)

berhubungan dengan tokoh lain, dan (3) tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Siswasih (2007) menyatakan bahwa tokoh dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) tokoh utama (protagonis), (2) tokoh yang berlawanan dengan pemeran utama (antagonis); (3) tokoh pelerai (tritagonis); dan tokoh bawahan. Tokoh utama (protagonis) adalah tokoh yang memegang peran utama dalam cerita. Tokoh utama terlibat dalam semua bagian cerita. Ia bersifat sentral. Tokoh yang karakteristiknya berbeda atau berlawanan dengan tokoh utama disebut tokoh antagonis. Tokoh ini berperan untuk mempertajam masalah dan membuat cerita menjadi hidup dan menarik. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang tidak memegang peran utama dalam cerita. Tokoh tritagonis biasanya tidak terlibat dalam semua bagian cerita. Keberadaannya berperan sebagai penghubung antara tokoh protagonis dan antagonis. Kedua, tokoh bawahan disebut juga tokoh figuran yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. 6. Psikologi Sastra

Menurut Endraswara (2008:96), psikologi sastra adalah kajian sastra yang mengandung karya sebagai kreativitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing.

Menurut Endraswara (Menderop, 2011; 59), Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Daya tarik psikologi sastra

(41)

adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakilkan jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain.

Sedangkan menurut Rene Wellek dan Austin Warren (dalam Kutha, 2013; 61) menunjukkan empat model psikologis, yang dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca. Dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Jika perhatian ditujukan pada pengarang maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan ekspresif, sebaliknya jika perhatian ditujukan pada karya, maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan objektif. Secara definitif, psikologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kejiwaannya. Sebagai hasil rekonstruksi proses mental karya sastra diduga mengandung berbagai masalah berkaitan dengan gejala-gejala kejiwaannya. Gejala-gejala yang dimaksudkan, baik secara langung maupun tidak langung, kualitatif maupun kuantitatif melalui unsur-unsur termanifestasikan dalam karya. Pemahaman mengenai psikologi sastra sangat diperlukan pada manusia saat berhadapan dengan berbagai permasalahan kejiwaan. Permasalahan yang dimaksudkan terjadi justru sebagai akibat dan pada saat manusia mencapai titik puncak peradaban, yaitu dengan dicapainya dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, di dalamnya berbagai kebutuhan terpenuhi.

(42)

Menurut Ratna 2009: 342-344, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam karya satra. Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya satra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis. Jadi, psikolgi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan pengarang yang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Hubungan antara karya sastra dan psikolgi, yaitu karya sastra dipandang sebagai gejala psikologi yang akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa prosa atau drama. B. Kerangka Pikir

Novel merupakan gambaran kehidupan manusia yang dituagkan pengarang dalam karyanya. Jadi, antara sastra dan pengarang saling berkaitan. Novel mempengaruhi cara pandang manusia mengenai kehidupan. Dalam setiap karya sastra seperti novel pasti ada nilai pendidikan yang dituangkan pengarang dalam karyanya. Pengarang dengan sengaja menyisipkan nilai pendidikan yang bisa diambil oleh para penikmat karya sastra setelah membaca sebuah karya sastra. Dengan membaca karya sastra berarti secara tidak langsung telah belajar nilai-nilai pendidikan yang ada dalam karya sastra.

(43)

Penelitian yang dilakukan dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus menekankan pada aspek psikologi tokoh utama yang terdiri dari watak dan konflik batin tokoh utama. Tokoh dianggap sebagai tempat yang cocok bila dalam penelitian karya sastra menggunakan kajian psikologi sastra, karena tokoh merupakan tempat terjadinya aspek-aspek kejiwaan. Watak tokoh utama Suad yaitu Ambisius. Kemudian konflik yang dialami tokoh utama, konflik yang menonjol dalam novel ini adalah konflik psikis atau konflik batin yang dialami oleh Suad dengan menggunakan teori konflik batin Kurt Lewin.

(44)

Untuk lebih jelasnya akan digambarkan kerangka pikir sebagai berikut : Bagan Kerangka Pikir

Sastra

Drama Prosa Puisi

Baru Lama

Novel

Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan

Abdul Quddus Psikologi Sastra KurtLewin 1997: 213-26 Analisis Konflik Batin kebimbanganTokoh Utama

Dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya

(45)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan insrumen kunci. (Sugiono, 2005).Ditinjau dari jenisnya penelitian ini merupakan penelitian analisis isi kritis dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Quddus metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data berupa kata-kata tertulis yang kemudian akan disusul dengan analisis.

B. Data dan Sumber Data 1. Data

Data penelitian sastra adalah bahan penelitian atau lebih tepatnya bahan yang menjadi penelitian yang terdapat dalam karya sastra yang akan diteliti. Wujud data dalam penelitian berupa kata, frase dan kalimat yang mengenai konflik batin kebimbangan yang dialami oleh tokoh utama Suad dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus.

(46)

2. Sumber data

Dalam penelitian kualitatif adalah data deskriptif berupa uraian cerita, ungkapan, pernyataan, kata-kata tertulis, dan perilaku yang diamati.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik membaca. Novel yang dikaji dibaca berulang-ulang kemudian diberi tanda pada kalimat atau paragraf yang berisi data mengenai konflik yang dialami oleh tokoh utama Suad dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus.

D. Teknik Analisis Data

Data yang ditemukan pada proses pencarian data selanjutnya dianalisis pada teori yang digunakan yaitu teori konflik batin KurtLewin (1997: 213-216).

E. Definisi Istilah Judul Penelitian

“ Konflik Batin kebimbangan Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Quddus “

Fokus dan Rumusan Masalah :

Bagaimanakah konflik batin kebimbangan yang dialami oleh tokoh utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus.

(47)

Definisi Istilah

Berdasarkan fokus dan rumusan maslah penelitian, maka uraian definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Konflik

Secara sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

2. Konflik Batin

Konflik Batin artinya konflik pribadi yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih keinginan atau gagasan yang saling bertentangan dan menguasai individu, sehingga mempengaruhi sikap, perilaku, tindakan dan keputusannya.

(48)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan harus sederhana dan jelas agar mudah dibaca. Sebelum peneliti membahas dan penelitian tentang konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus. Data-data dalam deskripsi ini merupakan gambaran masalah yang akan peneliti bahas dalam analisis data.

1. Gambaran Umum Novel

Kisah tentang perempuan yang telah menggapai ambisinya. Sebagai politisi sukses, kiprahnya diparlemen dan berbagai organisasi pergerakan perempuan menempatkan dirinya dalam lingkar elit kekuasaan. Latar belakang politik yang masih konservatif kala itu menjadikannya fenomena baru dalam isu kesadaran gender. Tetapi, kehampaan menyelimuti kehidupan pribadinya dan hamper membuat jiwanya tercerabut. Masalah demi masalah mendera, bahkan anak sematawayangnya yang dia anggap sebagai harta paling berharga justru lebih akrab dengan sang ibu tiri. Hingga suatu kala, ia memutuskan lari dari kehidupan pribadinya, bahkan berusaha lari dari tabiat perempuannya. Pada usia 55 tahun, ia membunuh kebahagiaannya sebagai perempuan. Ia melakukan apa saja untuk melupakan bahwa ia perempuan.

(49)

Inilah novel luar biasa tentang petgulatan karier, ambisi dan cinta. Kaya muatan filsafat tetapi dikemas dalam Bahasa sederhana dan mengesankan. Tuntutan kesetaraan gender yang dirajut dalam kisah pertentangan batin seorang perempuan menjadikan novel ini bukan sekedar bacaan yang menginspirasi tetapi sekaligus contoh bagi perjuangan perempuan melawan dominasi.

2. Biodata Penulis

Ihsan Abdul Quddus (1 Januari 1919 – 11 Januari 1990) adalah seorang penulis Mesir, Novelis, serta wartawan dan editor surat kabar Akhbar dan al-Ahram. Dia kenal berkat novel-novelnya yang banyak diadaptasi kedalam film. Sejak kecil hobi favoritnya adalah membaca. Pada usia 11 tahun, ia mulai menulis cerita pendek dan puisi. Ayahnya, Muhammad Abdul Quddus, seorang actor film dan teater, memotivasi dia untuk mengejar karier dibidang hukum. Ihsan lulus dari sekolah hukum pada 1942 dan bekerja sebagai pengacara. Pada awal kariernya, dia magang di Firma Hukum Edward Qussairi, seorang pengacara mesir yang terkenal.

Pada 1944 Ihsan mulai menulis skenario film, cerpen dan novel. Ia kemudian meninggalkan karier hukum untuk fokus pada karier sastra. Beberapa tahun kemudian, ia menjadi wartawan terkemuka disurat kabar al-Akhbar, tempat ia bekerja selama delapan tahun. Dia kemudian bekerja dan menjadi editor in cheaf disurat kabar al-Ahram. Lantaran sering mengkritik tokoh penting, dia dipenjarakan tiga kali sepanjang karier jurnalistiknya.

(50)

Ihsan menganggap perempuan sebagai simbol pengorbanan dalam masyarakat Mesir, da Karena itu ia menjadikan perempuan sebagai tema central dalam karya sastranya. Karya-karyanya memberikan kontribusi besar untuk membawa perubahan dalam pandangan konvensional Mesir. Dia menulis lebih dari 60 novel dan kumpulan cerita pendek dari novel-novelnya, 5 diangkat sebagai drama, 9 sebagai skrip serial radio, 10 diadaptasi sebagai mini seri televisi dan 49 diadaptasi ke dalam film. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa, termasuk Bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Ukrania, dan China. Ihsan turut pula mendirikan Egyptian Story Club.

Berkat novel My Blood, My Tears, dan My Smile Ihsan menerima penghargaan pertamanya pada 1973. Dua tahun kemudian, pada 1975, ia menerima penghargaan skenario terbaik untuk Novel the Bullet Is Still In My

Pocket. Ia mendapatkan tanda kehormatan dari mantan presiden Mesir Gamal

Abdel Nasser dengan Order Of Merit Of The First Class. Tak lama setelah kematiannya pada 1990, presiden mesir Hosni Mubarak menghormatinya dengan memberi tanda Order Of the Republic Of The First Class. Berbeda dari karya Sastranya, Ihsan adalah orang yang sangat konservatif. Ia dikenal dengan berkepribadian keras serta menjadi suami dan ayah yang ketat di rumah. Setelah menderita struk, sastrawan mashyur berdarah Mesir Turki ini meninggal pada 1990, tetap pada bula yang sama dengan bulan kelahirannya, Januari.

(51)

3. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamkan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Quddus ialah Suad mengisahkan tentang wanita yang begitu ambisius. Mengejar puncak ketenaran dengan mengorbankan diirnya sendiri. Sejak kecil dia senang menjadi pusat perhatian, senang jika banyak orang yang terkagum-kagum dengan kemampuannya. Wajar, dia memiliki wajah yang cantik dengan otak jenius. Setiap harinya dia habiskan untuk meraih nilai tertinggi di sekolah. Tapi dia sadar, jika manusia juga perlu bersosialisasi dan dia tidak mau dicap sebagai orang aneh hingga wanita jenius yang kuper. Jadilah, diapun disibukkan dengan kegiatan bersosialisasi membuka seluas-luasnya jaringan pertemanan. Hampir semua murid apalagi guru mengenalnya. Hingga pada akhir masa kuliahnya seorang lelaki yang masih saudara jauhnya datang. Abdul Hamid namanya, Suad berfikir, mungkin Abdul Hamid adalah orang yang cocok untuknya. Abdul Hamid selalu nyambung jika diajak ngobrol, lelaki itupun banyak menurut pada Suad. Dan tak menunggu lama pernikahan pun berlangsung dengan begitu megah, sebagian besara dalah tamu undangan Suad.

4. Konflik Batin

Konflik internal atau konflik kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau tokoh-tokoh) cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan perasaan

(52)

intern seorang manusia. Konflik batin merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah cerita. Konflik yang notabene adalah kejadian yang tergolong penting, akan berupa peristiwa fungsional, utama. Dalam pengkategorian diatas, konflik merupakan unsur yang esensial dalam pengembangan plot sebuah teks fiksi.

Dengan demikian, pentingnya menghadiran konflik dalam sebuah cerita tidak dapat disangkal. Dalam karya sastra, konflik menjadi dasar narasi yang kuat dan menjadi bagian penting dalam pengembangan alur dan plot pada sebuah cerita yang bersumber dari kehidupan. Oleh karena itu, konflik mempunyai peranan penting untuk menarik perhatian pembaca dan tidak jarang pembaca akan terlibat secara emosial atas apa yang terjadi dalam cerita.

Konflik terjadi manakala hubungan dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan lain. Sehingga salah satu keduanya saling terganggu. Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Kurt Lewin 1997 mengemukakan bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, yaitu

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-aproach conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di antaranya.

b. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan menguasai satu objek. Motif yang satu positif

(53)

(menyenangkan), yang lain negative (merugikan) karena itu ada kebimbangan apakah mendekati atau menjauhi objek tersebut.

c. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif dan muncul kebimbangan karena menjauhi. Motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

5. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Quddus. Adanya konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yaitu Suad. Dengan permasalahan yang dialami Suad dalam lika-liku kehidupannya terlihat datanya sebagai berikut

(54)

Tabel 4.1

Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya

Ihsan Abdul Quddus

Teori Kurt Lewin

Data Konflik Batin dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan

Abdul Quddus

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) Jenis

Konflik

Orientasi Data halaman

Mendekat-mendekat

Kesenangan 1. “Suad, bagaimana kalau kita menikah?”Tanya Abdul Hamid

2. Aku telah berjanji pada diriku dan keluarga bahwa aku akan menikah segera setelah menyelesaikan studi

24

20

Mendekat-mendekat

Kebimbangan 1. “ Aku seperti sedang dihadapkan pada dua pilihan. Selalu menjadi pertama, unggul dan istimewa disetiap ujian dan kepemimpinan atau

(55)

menjadi wanita biasa yang meletakkan tugas-tugas kerumahtanggaan di atas segalanya. Mendekat-mendekat

kesenangan 1. “keinginan untuk berkonsentrasi pada keinginan dan ambisiku untuk membangun karier”.

2. “kehendaknya untuk memiliki faiza secara lebih utuh”.

183

Mendekat-mendekat

Kebimbangan 1. “apakah aku harus segera melahirkan anak dan menjadi ibu ?”

2. atau aku harus melengkapi deret prestasiku sebagai cocok wanita yang suskes sebagai pemimpin “

(56)

b. Mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) Jenis

Konflik

Orientasi Data Halaman

mendekat-menjauh

ketegangan 1. Itulah ciuman pertama yang kurasakan. Sungguh merupakan pengalaman pertama dalam hidupku. Diusiaku kedua puluh satu ini, akhirnya aku merasakan sebuah ciuman. Yang sering menghiasi alam khayalku saat aku membaca buku-buku romantis percintaan. Saat itu aku seperti merasakan tanganku ingin bergerak mendekat dan menyentuh tubuh laki-laki didepanku.

2. “Tidak, ini semua hanya pantas dilakukan pada waktu-waktu luang. Dan aku

(57)

sekarang sedang sibuk. Aku sedang mempersiapkan diri untuk ujian skripsi. Aku bertahan dan ingin berlari. Berlari dari diriku sendiri dan perasaanku. Dalam nafas yang tidak beraturan, aku berkata, “tinggalkan aku ! aku harus belajar. Ujian sudah dekat.” Mendekat-menjauh Moral keperibadian 1. “aku benar-benar mengkhawatirkan anakku tanpa disisinya. Aku meminta abdul hamid untuk tetap tinggal dirumah menemani Faiza. Tetapi setiba dirumah, aku tidak menjumpai Faiza bersama ayahnya melainkan bersama ibu mertuaku. Aku tersinggung aku merasa dia telah meremehkan Aku dan memojokkanku didepan

(58)

ibunya sehingga menganggapku istri yang tidak bias menjadi ibu yang baik.”

2. “satu-satunya jalan keluar dari simalakama ini adalah dengan menitipkan Faiza dirumah ibuku dalam perawatan ibuku selama aku tidak bias melepaskan pekerjaanku dan Abdul Hamid belum bias mengambil sikap baru yang lebih bijaksana.”

Mendekat-menjauh

Ketegangan 1. “Biarkan aku berterus terang bahwa aku telah sampai pada keputusan untuk tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Kita anggap selesai sampai disini dan kita tidak lagi membutuhkan ikatan perkawinan kita.”

2. “Gambaran masa depanku

(59)

mendadak buram. Mataku menangkap lukisan kepribadian yang compang camping kehilangan identitas dan seperti terampas sendirian. Bahkan program doctoral yang menjadi idamanku hingga kini belum lagi ada tanda-tanda bias kuselesaikan proposal disertasi pun belum menjadi agenda dalam hari-hariku aku seperti perempuan diatas

fatamorgana yang

mengklaim diri pemimpin tetapi kenyataannya bukan pemimpin. Tidak ! ini tidak bias diteruskan. Aku harus menemukan hidup dan harapan baru”.

(60)

Mendekat-menjauh

Kebimbangan 1. “kita menikah” kata Adil. Selama ini aku tidak pernah berpikir tentang perkawinan. Perkawinan adalah sebuah institusi yang melembagakan dominasi pasangan atau pasangannya yang lain. Demi kamu, aku membatalkan semua yang selama ini

kuyakini, dan

mengungkapkan kehendakku untuk menikahimu.

2. Sebenarnya permintaan Adil untuk menikahiku bukanlah hal yang mengejutkan perasaan dan keterikatan antara kami selama ini telah memunculkan mimpi dan khayalan pernikahan itu aku sendiri telah berulang kali bertanya Tanya apakah aku harus menikah dengannya. Setiap kali pertanyaan itu

(61)

datang, setiap kali itu logikaku menyatakan tidak ! tidak mungkin kami menikah. Bila kami menikah tentu kehidupan politik dan akademis akan dinisbatkan satu dengan yang lainnya.”

Mendekat-menjauh

kebimbangan 1. “suatu hari kami diundang dalam jamuan makan malam bersama para tokoh dan para pimpinan berbagai institusi. Tiba-tiba suamiku menolak.” 2. “lama aku memandangnya

sambal berusaha menentukan keputusan. Apakah tetap

pergi atau

meninggalkannya”.

(62)

c. Menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Jenis Konflik Orientasi Data Halaman

Menjauh-menjauh

Moral Kepribadian

1. “dentum musik ditempat itu menggoda Abdul hamid untuk mengajakku berdansa”. “Suad, bangun dan berdansa dengan Abdul Hamid”.

2. “pikiranku terbang kealam cita-cita yang kucanangkan sejak kecil. Menjadi seorang pemimpin wanita. Pantaskah seorang pemimpin berdansa ? berlenggak-lenggok didepan rakyat seiring irama lagu ? tidak ! aku seperti menyaksikan teman-teman kampusku berkerumun disekelilingku menonton pertunjukkan dansaku. Tidak, aku tidak akan berdansa karena aku seorang pemimpin wanita”.

Referensi

Dokumen terkait

Permata Inti Konstruksi dapat menyelesaikan masalah terkait dengan mengintegrasikan antara proses bisnis persediaan barang dengan penjualan barang pada perusahaan

Pada dasarnya sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku kayu pembentuknya, jenis perekat, dan formulasi yang digunakan serta proses pembuatan papan partikel

Selain itu anak usia sekolah juga menganggap jika terjadi perbedaan pendapat antara anak dan orang dewasa maka orang dewasa yang benar, pada anak yang mengalami

Penelitian lebih lanjut digunakan untuk pengembangan sistem autocorrect dan spelling suggestion , yaitu manambahkan pembobotan kata pada daftar kata di database

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, yang membahas tentang pemahaman siswa terhadap bahan ajar Muatan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel pasar kompetitif terhadap Kinerja Usaha kelompok wanita tani berpengaruh positif tidak signifikan dengan nilai

Jika salah satu himpunan bukan merupakan sub himpunan yang lain dimana tidak ada anggota himpunan B yang menjadi anggota himpunan A atau sebaliknya, sehingga irisannya

Namun, pada tahun 1843 Robert Fortune menemukan bahwa teh hitam dan teh hijau dihasilkan dari daun tanaman yang sama dengan proses produksi yang berbeda.. Ada banyak nama yang mirip