• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Garam Beryodium

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral

(tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Ada banyak macam garam antara lain: garam netral, garam basa, garam asam (Kurlansky, 2002)

Menurut Burhanuddin (2001), secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat/karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801oC.

Pengelompokan garam di Indonesia berdasarkan SNI adalah garam konsumsi dan garam industri. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan pengawetan ikan, sedangkan kelompok kebutuhan garam industri antara lain untuk industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit, CAP (Chlor Alkali Plant) garam industri yang digunakan untuk proses kimia dasar pembuatan soda, chlor, dan pharmaceutical salt (BRKP, 2001).

2.1.1 Pengertian yodium

Yodium adalah mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air yang merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk

(2)

membentuk hormon Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan (Depkes RI, 2004).

Menurut Pudjiati (2003) yodium adalah merupakan salah satu mineral yang esensial sehingga keadaan kekurangan akan mengganggu kesehatan dan pertumbuhan. Keadaan kekurangan pada ibu yang sedang mengandung dapat berakibat abortus, lahir mati, kelainanan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian perinatal, melahirkan bayi kretin, dan sebagainya. Kekurangan yodium yang diderita oleh anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental dan perkembangan fisik, sedangkan pada orang dewasa berakibat pembesaran kelenjar gondok, hipotiroidi dan gangguan mental. Kekurangan yodium tidak saja menyebabkan pembesaran kelenjar gondok melainkan berbagai macam gangguan lain, maka penyakit tersebut dinamakan GAKY.

Yodium sangat berpengaruh bagi kesehatan manusia, karena yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tirokin. Yodium dikonsentrasikan didalam kelenjar gondok (glandula thyroide) untuk dipergunakan dalam sintesa hormon tiroksin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), dan disebut trioglobulin, bila diperlukan triglobulin dipecah dan terlepas, hormon tiroksin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar masuk ke dalam aliran darah (Sediaoetama, 2006). Apabila jumlah yodium yang tersedia tidak mencukupi, produksi tiroksin menurun, akibatnya sekresi triglobulin oleh sel tiroid meningkat yang menyebabkan kelenjar membesar dan terjadi hiperplasia yang mengakibatkan gondok (Cahyadi, 2004).

(3)

Menurut WHO (2001) kekurangan yodium terjadi pada saat konsumsi yodium kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan nama Iodium Deficiency Disorder (IDD), atau Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan GAKY cukup luas, mulai janin sampai dewasa. Penyakit yang ditimbulkan akibat GAKY menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

No Tahap Kehidupan Kelainan

1 Janin Keguguran

Lahir mati

Meningkatkan kematian bayi Defisiensi mental, bisu, tuli Kelainan Psikomotor

2 Neonatus Gondok neonatus

Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir Penurunan IQ

3 Anak dan remaja Gondok

Hambatan perkembangan fisik Gangguan fungsi mental

Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir 4 Dewasa Gondok dengan komplikasi

Hipotiroid

Impaired mental function

Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir Libido

5 Semua usia Gondok

Fungsi mental yang terganggu

Peningkatkan kerentanan terhadap radiasi nuklir Sumber: World Health Organization (WHO.2001)

(4)

Sedangkan kelebihan yodium dapat digolongkan menjadi empat yaitu:

1. kelebihan dalam jumlah sedang, akan mempercepat penyerapan yodium oleh kelenjar tiroid.

2. kelebihan dalam jumlah cukup besar, akan menghambat pelepasan yodium dari tiroksin pada kelenjar tiroid atau dari kelenjar tiroid dimana pelepasan yodium dipercepat oleh TSH.

3. kelebihan dalam jumlah besar, akan menghambat pembentukan yodium organik dan menyebabkan goiter.

4. kelebihan yang sangat besar akan menjenuhkan mekanisme transportasi aktif ion yodium (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

2.1.2 Garam beryodium

Menurut Dachroni (2007) garam beryodium adalah garam yang mengandung atau yang dicampuri yodium. Garam beryodium berasal dari garam biasa yang dicampur dengan zat yodium. Istilahnya difortifikasi atau diyodisasi. Garam beryodium yang dianjurkan untuk digunakan manusia adalah yang memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu kandungan yodiumnya lebih dari 30 ppm.

Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam yang telah difortifikasi (ditambah) dengan yodium. Di Indonesia, yodium ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium yodat (KIO3). Penggunaan garam beryodium dianjurkan oleh WHO untuk digunakan di seluruh dunia dalam menanggulangi GAKY. Cara ini dinilai lebih alami, lebih murah, lebih praktis dan diharapkan dapat lestari di kalangan masyarakat (Palupi, 2008).

(5)

2.2 Bentuk-Bentuk Garam

Bentuk garam yang beredar di pasaran ada tiga jenis yaitu garam halus, bata/briket dan curai/krosok. Garam halus adalah garam yang kristalnya sangat halus menyerupai gula pasir, dan biasa disebut dengan garam meja. Garam halus mempunyai kualitas terbaik dari pada garam briket/bata maupun garam curai/krosok. Garam briket adalah garam yang berbentuk bata. Garam ini lebih baik kualitasnya dari pada garam curai/krosok, sedangkan garam curai/krosok adalah garam yang kristalnya kasar-kasar. Di Pulau Jawa disebut dengan garam krosok. Garam ini mempunyai kualitas paling rendah (Depkes RI, 2001).

Ada anggapan bahwa garam curai biasanya tidak mengandung yodium cukup atau bahkan tidak mengandung yodium sama sekali, sedangkan garam halus/meja mengandung yodium cukup. Anggapan ini berdasarkan anggapan lainnya bahwa garam curai adalah garam yang dibuat petani garam atau lebih dikenal dengan garam rakyat, sedangkan garam halus/meja adalah garam buatan pabrik, yang pasti menggunakan yodium dalam proses pembuatannya (BPS, 2003).

2.3 Pengertian Pengawasan Persediaan Bahan Baku

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengawasan berasal dari kata “awas” yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawas.

Ada beberapa pengertian pengawasan menurut para ahli diantaranya sebagai berikut.

(6)

1. Menurut Anwar (2004), pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.

2. Menurut Manullang (1995) mengatakan bahwa “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”

2.3.1 Pengertian persediaan

Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi (Sumayang, 2003). Sedangkan menurut Assauri (2004) Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu. Menurut Hani Handoko (2000) persediaan atau inventori adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Menurut Hakim (2003) mengatakan bahwa persediaan аdalah suatu sumber daya menganggur (idle assets) уаng menunggu рrοѕеѕ lеbіh lanjut. Prοѕеѕ lеbіh lanjut yang dimaksud adalah dараt bеruра kegiatan produksi yang ada didalam sistem industri, kegiatan pemasaran dalam sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi ѕереrtі dijumpai pada rumah tangga.

Menurut Assauri (2004) persediaan bila dilihat dari jenis atau posisinya dapat dibedakan sebagai berikut.

(7)

1. Persediaan bahan baku (Raw Material stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang-barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2. Persediaan bagian produk (Purchased part) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung digabungkan dengan bagian lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progressstock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (Finished goods stock) yaitu barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

Menurut Rangkuti (1995) jenis-jenis persediaan berdasarkan fungsinya antara lain:

(8)

1. Batch Stock/ Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan–bahan atau barang–barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannya adalah potongan harga pada harga pembelian, efisiensi produksi dan penghematan biaya angkutan.

2. Fluctuation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.

Dari pengertian diatas Supriyono (2000) mengemukakan pengawasan persediaan adalah sebagai suatu fungsi terkoordinasi dalam organisasi yang terus menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan baku dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan baku.

2.3.2 Pengertian bahan baku

Bahan baku menurut Richardus (2005) adalah bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang jadi, sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Assauri (2004) bahan baku merupakan semua bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terhadap bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut.

(9)

Menurut Syamsudin (2001) bahan baku adalah bahan baku adalah persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari perusahaan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakan barang yang akan diproses kembali untuk menambah nilai guna menjadi barang setengah jadi atau produk akhir perusahaan.

2.4 Tujuan Persediaan

Suatu perusahaan pasti mempunyai tujuan tertentu dalam mengadakan persediaan pada bahan bakunya. Adapun tujuan persediaan menurut Assauri (2004) adalah:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kahabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya yang ditimbulkan juga tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

Menurut Rangkuti (1995) menyatakan tujuan persediaan adalah sebagai berikut: 1. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan.

2. Supaya pembentukan persediaan stabil.

3. Menghindari pembelian barang secara kecil-kecilan. 4. Pemesanan yang ekonomis.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun perusahaaan tetap berhati-hati dalam menentukan kebijakan persediaan.

(10)

Persediaan membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas bagi manajemen untuk menentukan investasi yang optimal dalam persediaan. Masalah persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif, dimana perusahaan menemukan dana yang dimiliki dalam persediaaan dengan cara yang seefektif mungkin.

Menurut Riyanto (2001) ditentukan oleh berbagai faktor sebagai berikut. 1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap

gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat jalannya proses produksi

2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung pada volume sales yang direncanakan.

3. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.

4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu yang akan datang.

5. Peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material. 6. Harga pembelian bahan mentah.

7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang.

8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya

Sedangkan menurut Prawirosentono (2001) faktor yang mempengaruhi jumlah persediaan adalah sebagai berikut.

(11)

1. Perkiraaan pemakaian bahan baku

Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan tersebut dalam satu periode produksi tertentu. 2. Harga bahan baku

Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya persediaan yang harus di adakan.

3. Biaya persediaan

Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku, adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan (order) dan biaya penyimpanan bahan gudang.

4. Waktu menunggu pesanan (LeadTime)

Adalah waktu antara tenggang waktu sejak peasanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk kegudang.

2.6 Komponen Biaya yang Terlibat dalam Persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya yang terlibat dalam sistem persediaan adalah biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kehabisan stok. Berikut ini akan diuraikan masing-masing komponen biaya tersebut.

1. Biaya Pembeliaan (Purchasing Cost) adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila di produksi dalam perusahaan (Yamit, 2003). Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang akan dibeli dan harga satuan barang (Hakim, 2003)

(12)

2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim kepenjual, sampai barang-barang/bahan-bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi digudang atau daerah pengolahan (process area). Yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya administrasi pembelian dan penempatan order, biaya pengengkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan (Assauri, 2004). Sedangkan menurut Hakim, (2003) biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan lain–lain.

3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost) adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan (Yamit, 2003).

4. Biaya Kekurangan Persediaan (Out of Stock Cost) adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang langganan meminta atau memesan suatau barang sedangkan barang atau bahan yang tersedia tidak tersedia. Disamping juga dapat merupakan biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman kembali pesanan (order) tersebut (Assauri, 2004)

(13)

2.7 Langkah-langkah Melaksanakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku yang Efisien

Langkah-langkah untuk melaksanakan pengawasan persediaan bahan baku yang efisien dilakukan dari menentukan kuantitas pemesanan bahan baku yang ekonomis (EOQ), menentukan persediaan pengaman (safety stock), menentukan titik pemesanan kembali (reorder point), dan menentukan persediaan maksimal (maximum inventory).

2.7.1 EOQ (Economic Order Quantity)

Sehubungan dengan pengawasan persediaan bahan baku, maka perusahaan sangat perlu menentukan kuantitas pembelian yang optimal atau sering disebut Economic Order Quantity. Dalam EOQ perusahaan ingin menentukan berapa jumlah pemesanan yang paling ekonomis dengan ditentukannya kebutuhan atau penggunaan dalam suatu periode tertentu, biaya pesan dan biaya simpan. Menurut pendapat (Zulfikarizah, 2005), pada tahun 1915, F.W.Harris mengembangkan rumus yang cukup terkenal yaitu Economic Order Quantity (EOQ). Rumus ini banyak digunakan di perusahaan atas suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konsultan yang bernama Willson. Oleh karena itu rumus ini sering disebut dengan EOQ Willson, walaupun yang mengembangkan F.W.Harris. Walaupun Economic Order Quantity (EOQ) merupakan teknik penentu persediaan tertua, namun Economic Order Quantity (EOQ) dengan variasinya banyak digunakan di perusahaan untuk permintaan tersendiri dalam manajemen persediaan karena relatif mudah digunakan. Adapun pengertian EOQ dari beberapa ahli antara lain: 1. Berdasarkan pendapat Pardede (2005) “Menyatakan bahwa EOQ (Economic

Order Quantity) menunjukan jumlah barang yang harus di pesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya sediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin”.

(14)

2. Menurut Pendapat Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000) “EOQ (Economic Order Quantity) adalah volume atau pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakn pada setiap kali pembelian.

3. Menurut Pendapat Keown, et al (2000) “Menyebutkan bahwa EOQ (Economic Order Quantitiy) adalah mementukan jumlah pemesanan yang ekonomis untuk jenis persediaan dengan penggunaan yang diperkirakan, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan”.

4. Menurut Gitosudarmo (2002) Economical Order Quantity (EOQ) merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian.

Menurut Keown (2000) menyebutkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) adalah menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis untuk jenis persediaan dengan penggunaan yang diperkirakan, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Dalam perhitungan EOQ perusahaan biasanya membuat asumsi penyederhanaan sebagai berikut.

a. Jumlah pesanan setahun dalam unit yang diketahui. b. Penjualan dilakukan secara merata sepanjang tahun.

c. Biaya yang terjadi karena kebiasaan persediaan tidak diperhatikan. d. Safety stock juga tidak diperhatikan.

Dalam menentukan besarnya EOQ, perusahaan harus menyadari bahwa pembelian berdasarkan EOQ hanya dibenarkan apabila persyaratan terpenuhi, adapun syarat utamanya sebagai berikut.

(15)

b. Setiap saat perusahaan membutuhkan bahan baku tersebut relatif stabil sepanjang tahun.

c. Jumlah produksi yang menggunakan bahan baku tersebut relatif stabil sepanjang tahun.

Untuk menentukan besarnya jumlah pesanan ekonomis dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

EOQ = Jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis (ton) R = Jumlah kebutuhan bahan baku satu periode (ton) S = Biaya satu kali pemesanan (Rp)

c = Biaya penyimpanan perunit (Rp)

I = Biaya penyimpanan dalam bentuk prosentase (%) P = Harga bahan baku perunit (Rp)

2.7.2 Safety stock

Untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan yang mungkin disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan maka diperlukan adanya persediaan penyelamat untuk menjamin jalannya produksi. Beberapa ahli mengemukakan Safety Stock sebagai berikut:

Menurut Assauri (2004) “Persediaan penyelamat (Safety Stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan adanya kekurangan bahan (stock out)”, dan menurut Fien Zulfikarijah (2005) Safety stock merupakan persediaan yang digunakan dengan tujuan supaya tidak terjadi stock out (kehabisan stock).

(16)

2.7.3 Reorder point

Menurut Riyanto (2001) “Reorder Point adalah saat titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol”. Sedangkan Assauri (2004) mengatakan bahwa “Dalam menentukan reorder point ini kita harus memperhatikan besarnya penggunaan bahan selama baha-bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum”.

Pengertian Reorder Point (ROP) menurut Freddy Rangkuty (1995) adalah strategi operasi persediaan merupakan titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan adanya Lead time dan safety stock.

Menurut Assauri (2004) Lead Time atau masa tenggang adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan sampai kedatangan bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan.

Menurut Riyanto, 2001, Reorder point juga dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan presentase tertentu.

b. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock.

2.7.4 Maximum inventory

Menurut Assuari (2004) persediaan maksimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling besar yang sebaiknya dapa diandalkan oleh perusahaan. Persediaan maksimum ini bertujuan agar perusahaan dapat menghindari kerugian karena adanya bahan baku yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan biaya

(17)

yang cukup besar. Persediaan maksimal yang sebaiknya dimiliki perusahaan adalah jumlah dari pesanan standar ditambah besarnya persediaan minimal (safety stock).

2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis

Bagi industri skala kecil, mengolah bahan baku menjadi produk jadi dengan kualitas yang baik merupakan hal yang penting dalam menghadapi persaingan global. Dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi diperlukan proses produksi yang lancar. Proses produksi yang berjalan dengan lancar akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Dalam proses produksinya, perusahaan membutuhkan ketepatan perhitungan dalam pengadaan bahan bakunya, oleh karena itu perusahaan membutuhkan pengendalian persediaan bahan baku, sehingga bahan baku yang nantinya akan diproses tidak mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas dan proses produksi yang dijalankan perusahaan efektif dan menghasilkan produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan.

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan. Apabila jumlah bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka akan menyebabkan ke tidak lancaran proses produksi, sehingga output yang diperoleh tidak maksimal. Jumlah bahan baku yang terlalu banyak akan menyebabkan biaya persediaan yang terlalu besar, begitu pula dengan jumlah bahan baku yang terlalu sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk proses produksi.

Setiap perusahaan selalu dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mengefisiensikan biaya produksinya agar dapat tercapai jumlah produksi yang

(18)

maksimal. Biaya-biaya produksi tersebut meliputi biaya pengelolaan bahan baku, biaya proses produksi hingga biaya pemasaran produk yang telah jadi. Biaya pengelolaan bahan baku atau biaya persediaan merupakan salah satu dari jenis biaya produksi yang jumlahnya cukup besar, sehingga diperlukan adanya pengendalian persediaan bahan baku.

Analisis persediaan bahan baku dilakukan dengan dua hal yaitu dengan menghitung total biaya aktual dan total biaya normatif. Total biaya aktual adalah biaya yang terjadi (biaya historis atau masa lalu), yang dibedakan dari biaya yang dianggarkan (budgeted cost), yang merupakan biaya yang diprediksi atau diramalkan (biaya masa depan) (Charles T. Horngren, et al dalam P. A. Lestari, 2006), sedangkan total biaya normatif adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan setelah dilakukan sebuah analisis persediaan bahan baku. Penghitungan total biaya normatif meliputi: penghitungan jumlah pemesanan ekonomis, menentukan persediaan penyelamat, menentukan titik pemesanan kembali, menentukan jumlah persediaan maksimal dan menentukan besarnya biaya dalam persediaan. Berdasarkan total biaya aktual dan biaya normatif tersebut akan diperoleh efisiensi biaya yang merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya (Mulyamah (1987). Efisiensi biaya yang diperoleh akan dijadikan pertimbangan oleh pihak industri dalam mengefisienkan biaya pengadaan bahan baku. Pada Gambar 2.1 merupakan gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan.

(19)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Pengawasan Persediaan Bahan Baku Garam Kasar Pada UD. Petasikan Pesanggaran, Denpasar Selatan

UD. Petasikan Bagian Produksi Bagian Pemasaran Bagian Administrasi Faktor-faktor produksi perusahaan: a. Bahan Baku b. Tenaga Kerja c. Modal d. Keahlian e. Peralatan Mesin

Analisis Persediaan Bahan Baku Garam Kasar

Perhitungan terhadap persediaan bahan baku:

1. Economic Order quantity (EOQ) 2. Safety Stock (SS)

3. Reorder Point (ROP) 4. Maximum Inventory (MI) 5. Total Inventory Cost (TIC) Total Biaya Aktual

Biaya Normatif

Efisiensi Biaya

Rekomendasi Kesimpulan Persediaan

Referensi

Dokumen terkait

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa perlakuan tetes pada jerami padi memperlihatkan hasil yang lebih baik daripada perlakuan urea, terutama dilihat dari segi kadar

31 tahun 1997 merumuskan bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan tanpa hadirnya terdakwa dalam pengertian In absentia adalah pemeriksaan yang dilaksanakan supaya perkara

Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Krisis Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat ( 1) huruf a mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

• Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material, manusia dan atau lingkungannya

konsumen tentang terjadinya pelanggaran. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa konsumen. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap

Kejujuran merupakan salah satu bagian yang teramat penting bagi kelangsungan hidup manusia di dalam keluarga. Kejujuran di dalam Kehidupan keluarga sangatlah penting

Anggapan bahwa syafaat berlaku bagi keduanya tidak berhenti disini saja, namun juga dikuatkan oleh pendapat ulama, bahwa syafaat berlaku bagi mukmin yang taat dan pelaku