• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI

EFEKTIVITAS VAKSINASI HEPATITIS B YANG

DIBERIKAN DALAM 24 JAM PERTAMA SETELAH

KELAHIRAN PADA BAYI DENGAN IBU HBSAG POSITIF

TERHADAP PREVALENSI TRANSMISI PERINATAL

Oleh: dr. Andalia Fitri PPDS Ilmu Penyakit Dalam

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

DIVISI HEPATOLOGI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

BAB II ILUSTRASI KASUS ………. 3

BAB III METODE PENELUSURAN ………. 4

BAB IV PEMBAHASAN ………. 6

BAB V KESIMPULAN ………. 13

(3)

iii 

BAB I PENDAHULUAN

Virus Hepatitis B (HBV) merupakan masalah kesehatan yang serius dan menjadi

penyebab utama sirosis hati serta karsinoma hepatoseluler (HCC) di seluruh dunia. HBV

dapat menular melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang

terinfeksi. Di daerah yang sangat endemik, infeksi HBV biasanya diperoleh sejak dalam

kandungan atau pada anak usia dini.1 Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit akut dengan

gejala seperti kehilangan nafsu makan, lemah badan, mual, muntah, nyeri perut, jaundice,

lesi kulit serta nyeri sendi. Sebagian besar infeksi pada masa kanak – kanak asimptomatik.2

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Health Organization diperkirakan

bahwa lebih dari dua miliar orang telah terinfeksi HBV, dimana 360 juta orang diantaranya

mengalami infeksi kronis serta 240 juta orang terdapat di Asia, termasuk Indonesia.3

Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia, prevalensi

hepatitis B berkisar antara 2,5% - 36,17%. Selain itu di Indonesia infeksi virus Hepatitis B

terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25% - 45% karena infeksi perinatal. Hal ini berarti

bahwa Indonesia merupakan daerah endemis.4

Penularan hepatitis B perinatal umumnya di negara endemik dan sangat terkait

dengan ibu yang memiliki Hepatitis B antigen "e" (HBeAg) yang positif. HBeAg

merupakan salah satu penanda untuk infeksi HBV dan berhubungan dengan tingkat

infektivitas yang tinggi. HBeAg adalah protein non-struktural yang diproduksi oleh virus

yang aktif bereplikasi dan terdeteksi pada masa awal setelah terpapar HBV, biasanya setelah

(4)

perinatal terjadi saat persalinan.5 Risiko infeksi kronik dari ibu HBeAg positif terhadap

bayinya sebesar 85% hingga 90%, sebaliknya pada ibu dengan HBeAg negatif hanya 5%

hingga 31%.6

Vaksinasi merupakan pencegahan yang efektif dan aman terhadap infeksi HBV ini.

Program imunisasi massal di seluruh dunia telah berhasil menekan transmisi dan penyakit

yang berhubungan dengan infeksi HBV baik akut dan kronis. Sejak tahun 1982 telah

diperkenalkan vaksin hepatitis B yang aman dan efektif.1 Saat ini beberapa strategi telah

dikembangkan untuk mengurangi transmisi infeksi dari ibu pada bayi, selain pemberian

vaksinasi juga dilakukan pemberian immunoglobulin (HBIG).

WHO merekomendasikan pelaksanaan vaksinasi disesuaikan dengan program vaksin

nasional. Namun, pada negara dengan proporsi infeksi HBV perinatal yang tinggi,

pemberian dosis pertama vaksin direkomendasikan kurang dari 24 jam setelah persalinan

dengan minimum interval antara dua dosis diberikan dalam 4 minggu.3 Sejak tahun 1992,

vaksin HBV dan HBIG telah digunakan di Cina untuk mecegah transmisi perinatal.7 Di

Indonesia, berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, dosis pertama vaksin

hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir bersamaan dengan pemberian

HBIG bila ibu HbsAg positif.8

(5)

ILUSTRASI KASUS

Pasien seorang wanita berusia 33 tahun datang ke Poliklinik Hepatologi untuk

mendapatkan pengobatan Hepatitis B. Pasien diketahui menderita Hepatitis B sejak 5 tahun

lalu, saat dilakukan pemeriksaan rutin pada kehamilan anak pertama. Keluhan lemas badan,

kuning, mual, muntah disangkal. Riwayat keluarga dengan Hepatitis B positif pada ibu.

Anak pertama lahir sehat diberikan vaksinasi Hepatitis B dan Imunoglobulin saat lahir.

Pasien merencanakan untuk memiliki anak kedua.

Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak ditemukan sklera ikterik,

pembesaran hepar maupun limpa, serta stigmata sirosis. Pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan SGOT 84 dan SGPT 76, bilirubin, albumin, hemostasis darah dalam batas

normal. HbsAg reaktif, HbeAg reaktif, HBV DNA 1.7 x 108 IU/ml. Pada pemeriksaan

ultrasonografi abdomen didapatkan gambaran awal penyakit hati kronis dengan fibrosis

sesuai F4 dari pemeriksaan Fibroscan.®

Berdasarkan data di atas pasien mulai mendapatkan pengobatan antiviral telbivudin

(Sebivo®) dengan dosis 1 x 600 mg.

(6)

METODE PENELUSURAN

3.1 PERTANYAAN KLINIS

Pertanyaan yang ingin dijawab dalam makalah ini adalah bagaimana efektifitas

pemberian vaksin hepatitis B dalam 24 jam pertama setelah kelahiran terhadap prevalensi

infeksi HBV perinatal dibandingkan dengan pemberian lebih dari 24 jam.

P : Bayi dengan ibu HbsAg positif

I : Pemberian dosis pertama vaksin hepatitis B setelah bayi lahir

C : Dosis pertama dalam 24 jam atau lebih dari 24 jam

O : Prevalensi perinatal infeksi HBV

3.2 METODE PENELUSURAN

Pencarian bukti ilmiah untuk menjawab pertanyaan klinis tersebut di atas dilakukan

secara online pada mesin pencari PubMed. Kata kunci yang digunakan adalah First Birth

Dose of Hepatitis B Vaccine in Infants. Dengan kata kunci tersebut didapatkan 125 artikel.

Kemudian dilakukan filter yaitu hanya artikel dengan full text, artikel yang diterbitkan

dalam 5 tahun terakhir serta sampel penelitian pada manusia. Setelah dilakukan filter

didapatkan 21 artikel. Dari 21 artikel tersebut dipilih 3 artikel yang sesuai dengan

pertanyaan klinis. Artikel tersebut adalah:

1. The risk factors of transmission after the implementation of the routine immunization

among children exposed to HBV infected mothers in a developing area in northwest

(7)

vii 

2. Factors associated with effectiveness of the first dose of hepatitis B vaccine in China:

1992 – 200510

3. Randomized clinical trial comparing hepatitis B vaccine administered by 0, 6, and 14

(8)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 The risk factors of transmission after the implementation of the routine immunization among children exposed to HBV infected mothers in a developing area in northwest China

Penelitian ini dilakukan oleh Fan Li dkk dan dipublikasikan dalam jurnal Vaccine

pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi transmisi perinatal

dari ibu ke bayi setelah implementasi imunisasi rutin pada anak – anak dengan ibu hepatitis

B positif. Penelitian dilakukan selama tahun 2008 – 2010 di kota Wuwei. Wuwei merupakan

salah satu kota yang berada di daerah dataran utara Cina dengan insidensi Hepatitis B

tertinggi di dunia. Sampel penelitian adalah 221 ibu dengan HBsAg positif dan 247 orang

anak –anak dari ibu tersebut disertakan dalam penelitian.

Tabel 1. Perbandingan demografi, status vaksinasi, status biomarker ibu antara subjek terinfeksi dan tidak terinfeksi

(9)

ix 

Berdasarkan tabel 1 di atas, di antara 221 ibu tersebut, 54 orang didapatkan HbeAg positif,

dan 44 orang dengan HBV DNA positif, dimana 12 orang diantaranya memiliki titer HBV

DNA yang tinggi. Di antara 247 anak – anak yang terpapar, 8 orang didapatkan HBsAg

positif, dimana 15 diantaranya memiliki HBV DNA positif.

Tabel 2. Analisis univariat terhadap faktor risiko yang mempengaruhi transmisi virus Hepatitis B

Setelah dilakukan analisis univariat terhadap faktor yang berperan terhadap transmisi

Hepatitis B dari ibu terhadap anak, selanjutnya dilakukan analisis multivariat yang dapat

(10)

Tabel 3. Analisis multivariat terhadap faktor risiko yang mempengaruhi transmisi virus Hepatitis B

Tabel 4. Perbandingan antara jenis kelamin, usia, dan besarnya infeksi HBV antara grup 1 dan 2

Kesimpulan dari jurnal ini adalah vaksin Hepatitis B harus diberikan pada bayi baru

lahir dalam 24 jam pertama, termasuk pada bayi prematur. Pada bayi dengan risiko tinggi

harus diberikan vaksin bersamaan dengan immunoglobulin pada 24 jam pertama.

4.2 Factors associated with effectiveness of the first dose of hepatitis B vaccine in China: 1992 – 2005

Penelitian ini dilakukan oleh Fuqiang Cui dkk. dan dipublikasikan dalam jurnal

(11)

xi 

antara pemberian dosis pertama vaksin hepatitis B dan prevalensi HbsAg postif pada anak

yang mendapat vaksinasi. Penelitian ini merupakan studi populasi terhadap anak – anak

sejak tahun 1992 – 2005 yang disertakan dalam survey serologi nasional di 31 propinsi di

Cina. Bayi yang mendapat immunoglobulin diekslusi dari penelitian. Prevalensi HBsAg

dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Prevalensi HBsAg berdasarkan karakteristik tertentu.

Di antara semua bayi yang mendapatkan vaksinasi hepatitis B dosis penuh tanpa pemberian

(12)

pertama (4.7%), 8 – 27 hari (4.3%), dan lebih dari 27 hari (18%). Besarnya prevalensi

HBsAg dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Prevalensi HBsAg positif di antara anak – anak yang mendapat vaksinasi penuh berdasarkan waktu pemberian vaksin pertama

Pada penelitian ini juga dilakukan analisis multivariat untuk menentukan efek

pemberian vaksinasi hepatitis B pertama kali. Secara umum faktor yang sangat menentukan

adalah lokasi kelahiran, dimana prevalensi terendah pada bayi yang lahir di rumah sakit dan

tertinggi pada bayi yang lahir di rumah. Perbedaan prevalensi antara pemberian vaksinasi

pada 24 jam pertama atau dalam 7 hari setelah kelahiran tidak menunjukkan hasil yang

(13)

xiii 

Tabel 7. Faktor yang berhubungan dengan status HBsAg positif pada analisis multivariat

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa waktu pemberian

dosis pertama vaksin hepatitis dan tempat kelahiran memberikan peranan yang besar pada

prevalensi bayi dengan HBsAg positif. Prevalensi HBsAG positif lebih rendah pada bayi

yang mendapat vaksinasi pertama dalam 24 jam pasca kelahiran dibandingkan yang

mendapat vaksin pada usia 7 hari. Pemberian vaksin yang tertunda dalam 7 hari tidak

berhubungan dengan perlindungan yang lebih rendah juga. Hal ini mungkin disebabkan

karena masa inkubasi virus 6 bulan atau lebih serta transmisi vertikal yang lebih rendah pada

(14)

4.3 Randomized clinical trial comparing hepatitis B vaccine administered by 0, 6, and 14 week versus 6, 10, and 14 week schedule in healthy infants

Penelitian ini dilakukan oleh Rashmi Ranjan Das dkk dan dipublikasikan dalam

Journal of Tropical Pediatrics pada tahun 2009. Penelitian randomized, single-blinded ini

bertujuan untuk membandingkan sero-efikasi pemberian vaksin hepatitis B pada bayi yang

sehat dengan jadwal pemberian minggu ke 0, 6, 14 atau minggu ke 6, 10, dan 14. Dari 74

bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif secara acak diberikan vaksin Hepatitis B

Rekombinan. Anti-HBs serum diperiksa sebelum pemberian dosis pertama dan setelah 6

bulan pemberian dosis ketiga. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada bayi yang

lahir dari ibu dengan HBsAg negatif sero-efikasi antara pemberian vaksin pada minggu ke 0,

minggu ke 6, dan minggu ke 14 dibandingkan dengan minggu ke 6, minggu ke 10, serta

minggu ke 14 memberikan hasil yang sama.

(15)

xv 

BAB V KESIMPULAN

1. Transmisi perinatal merupakan penyebab penting tingginya prevalensi Hepatitis B

Kronik

2. Vaksinasi aman dan efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B kronik

3. Pemberian vaksin Hepatitis B pada 24 jam pertama setelah kelahiran merupakan

standar baku WHO dan efektif dalam menurunkan prevalensi infeksi Hepatitis B

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wen, Wan-Hsin, Chang, Mei-Hwei, Zhao, Lu-Lu, et al. Mother-to-infant

transmission of hepatitis B virus infection: Significance of maternal viral load and

strategies for intervention. Journal of Hepatology 2013 vol. 59. Hal 24–30.

2. Rots, NY, Wimenga-Monsuur, AJ, Luytjes W, et al.  Hepatitis B vaccination

strategies tailored to different endemicity levels: Some considerations. Vaccine 28

(2010) 893–900.

3. World Health Organization: Hepatitis B vaccines. Weekly epidemiological record

2009; 2009:20-405.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2007.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia: 2008.

5. Ott, JJ, Stevens, GA, Wiersma ST.  The risk of perinatal hepatitis B virus

transmission: hepatitis B e antigen (HBeAg) prevalence estimates for all world

regions. BMC Infectious Diseases 2012, 12:131.

6. Chang MH: Hepatitis B virus infection. Semin Fetal Neonatal Med 2007, 12:160–

167.

7. Xiao XM, Li AZ, Chen X, Zhu YK, Miao J. Prevention of vertical hepatitis B

transmission by hepatitis B immunoglobulin in the third trimester of pregnancy. Int J

Gynecol Obstet 2007;96:167–70.

8. Jadwal Imunisasi 2011-2012. Diunduh dari www.kesehatananakku.com, 24 Agustus

(17)

xvii 

9. Li, F., Wang, Q., Zhang, L., et al. The risk factors of transmission after the

implementation of the routine immunization among children exposed to HBV

infected mothers in a developing area in northwest China. Vaccine 30 (2012) 7118–

7122

10. Cui, F., Li, L., Hadler, SC., et al. Factors associated with effectiveness of the first

dose of hepatitis B vaccine in China: 1992–2005.Vaccine 28 (2010) 5973–5978

11. Das, RR., Mathew, JL., ratho, RK., Dutta, S. Randomized Clinical Trial Comparing

Hepatitis B Vaccine Administered by 0, 6 and 14 Week versus 6, 10 and 14 Week

Gambar

Tabel 1. Perbandingan demografi, status vaksinasi, status biomarker ibu antara subjek  terinfeksi dan tidak terinfeksi
Tabel 2. Analisis univariat terhadap faktor risiko yang mempengaruhi transmisi virus  Hepatitis B
Tabel 3. Analisis multivariat terhadap faktor risiko yang mempengaruhi transmisi  virus Hepatitis B
Tabel 5. Prevalensi HBsAg berdasarkan karakteristik tertentu.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengambilan dan pemanfaatan air tanah selain untuk target pendapatan daerah juga untuk pengendaliannya dengan memperhatikan kondisi air tanah dalam rangka

Sehubungan dengan diadakannya kegiatan Malam Keakraban (MAKRAB)  Law Sport Organization (LSO) OLYMPUS Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, yang Insya Allah akan

4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di ruang perawatan... TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN

Gambar yang lebih terang pada permukaan drum akan mengakibatkan elektron- elektron muncul dan menetralkan ion-ion positif yang dihasilkan oleh kawat pijar (corona

Kemampuan isolat-isolat bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan mikrob target merupakan bentuk aktivitas antagonis yang dilakukan isolat tersebut dengan menghasilkan kandungan

Salah satu tujuan pembuatan alat ini adalah sebagai alat alternatif lain yang selama ini hanya digunakan untuk membuka as, bearing dan yang lainnya tetapi bisa

roaming wireless kemudian akan melakukan observasi untuk mengetahui Coverage Access Point pada wifi gedung A sampai gedung CXY, lalu setelah itu akan

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa penataan koleksi untuk temu kembali informasi di perpustakaan SMK Negeri 1 Manado, berperan penting dalam proses penelusuran.. Sebab,