• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Iklan Televisi

Harold D. Laswell (dalam Efendi,1997, dikutip oleh Soemanagara, 2006 : 80) mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan “ who says what, in which channel to whom, with what effect, and in which channel “, dalam penjelasan ini Laswell menunjukkan sebuah kegiatan komunikasi yang menggunakan saluran-saluran komunikasi. Saluran-saluran ini yang kemudian diwujudkan melalui penggunaan sebuah media.

Salah satu saluran komunikasi yang saat ini mempunyai keunggulan kompetitif dan bahkan mampu menggeser peran media massa lainnya dalam meraih di bidang iklan adalah televisi ( Sumartono, 2002 ). Hal ini karena kecepatan dan daya tarik televisilah yang menyebabkan media ini menjadi banyak pilihan perusahaan dalam mengkomunikasikan produknya. Ada tiga kekuatan yang menyebabkan televisi menjadi pilihan dalam beriklan (Kasali, 1992) yaitu :

1. Dampak yang kuat

Dengan tekanan pada sekaligus dua indera : penglihatan dan pendengaran, televisi mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor.

2. Pengaruh yang kuat

Televisi mempunyai pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi persepsi audiens. Kebanyakan calon pembeli lebih “ percaya “ pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak sama sekali. Ini adalah cerminan bonafiditas perusahaan.

(2)

Kemampuan untuk menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas merupakan salah satu keunggulan yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Jangkauan massal inilah yang menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.

Menurut Trimarsanto (2008:2), sebagai alat untuk menawarkan produk kepada masyarakat, iklan diproduksi dalam sebuah proses yang panjang. Upaya menampilkan produk, menawarkan produk, mengemas produk -- dengan gambar yang bagus, jingle yang ritmis, dan memakai bintang-model cantik menawan -- tidaklah cukup. Ada hal yang lebih penting, yaitu mengupayakan bagaimana sebuah produk bisa akrab, dekat, dan lantas dikonsumsi oleh masyarakat umum. Itu sebabnya disain komunikasi persuasif yang dirancang, sudah tentu harus matang. Kematangan merancang desaign besar konsep persuasi produk pada iklan di televisi, paling tidak akan mengkonfrontasikan ide-ide dalam proses pra produksinya. Proses riset dalam masyarakat dengan menghitung kompetitor produk yang sama, serta mencari tahu idiom-idiom bahasa dalam masyarakat yang dijadikan target konsumennya teramat penting.

Durasi iklan televisi tidak boleh terlalu lama. Ini karena iklan televisi adalah bahasa visual. Setiap gambar dan suara biasanya berisikan ajakan dan persuasi. Kompilasi gambar-gambar iklan begitu cepat bergerak, berganti terus menerus dalam komposisi, frame yang indah. Tingkat kepadatan yang tinggi inilah yang menjadikan iklan dengan hitungan detik, paling lama 60 detik sudah tergolong lama. Ada sebuah kontradiksi pemikiran. Dalam hitungan detik saja iklan sudah mampu menciptakan homogenitas perilaku, sementara program-program televisi standar lain dengan mengambil durasi lebih dari 30 menit sangat sulit membentuk kesetaraan pola (Sutherland & Sylvester, 2005 :236) . Resepnya memang terletak pada tingkat kontinuitas dan intensitas iklan televisi ditayangkan. Sebuah iklan akan mampu menciptakan satu trend bahasa, perilaku konsumtif yang setara, akibat ditayangkan berulang-ulang.

(3)

Arus besar bahwa iklan televisi begitu mencekoki pemirsanya dalam satu batas besar perilaku konsumtif yang sama, tak lain dikarenakan pesan yang disampaikan tersebut memang telah mengendap dalam alam bawah sadar. Setelah mengalami proses refleksi, maka akan menjadi satu patron, pedoman pola tindak dalam menyeleksi dan memilih produk. Sangat beralasan, jika pola-pola konsumtif terhadap satu produk lebih banyak memakai logika iklan televisi. Seorang ibu memilih satu sabun pencuci pakaian dengan alasan (seperti yang diiklankan di televisi) bahwa sabun tersebut mampu menjaga warna pakaian tetap utuh, atau tidak membuat luntur warnanya. Sementara para konsumen belum membuktikan benar-tidaknya asumsi tersebut, maka pesan iklanlah yang dijadikan patokan, pedoman, dan patron ( Trimarsanto, 2008 : 2).

Logika-logika iklan televisi memang telah menjadi satu referensi dalam keseharian hidup masyarakat. Logika ini senantiasa dipakai sebagai acuan. Karena tampilan persuasi visual iklan televisi seakan telah menjadi 'bukti'. Apalagi iklan sering mengutip hasil penelitian atau memakai sosok yang mirip dokter untuk iklan obat. Logika iklan televisi dalam ruang keseharian masyarakat muncul karena intensitas tinggi penayangannya. Intensitas tayang ini tak ubahnya peyakinan dengan proses persuasif yang matang. Ada bukti: bentuk visual filmis adegan iklannya. Ada statement: yang dibawakan model iklannya. Seperti seorang penjual obat, maka iklan televisi seakan tampil lebih 'mewah', menarik, dan menghibur untuk ditonton.

Iklan televisi mampu mendorong satu trend berbahasa. Pesannya menjadi mudah diingat, karena bentuk pesan yang disampaikan memang pendek. Slogan iklan jarang yang membentuk kalimat. Kata-kata iklan yang paling mengena tak bisa menjadi sebuah kalimat. Namun lebih banyak didasarkan pada pengemasan bahasa agar enak didengar, atau mengikuti arus trend berbahasa yang tengah muncul. Iklan televisi dengan daya pikatnya telah menciptakan satu efisiensi dalam menjual produk. Ini memang tak lepas dari karakter media televisi. Televisi agaknya telah menjadi agen pemasaran yang fungsi dan efektivitasnya dalam mempersuasi konsumen telah

(4)

terbukti ampuh. Hanya dalam hitungan detik, iklan televisi namun mampu menciptakan dampak yang kuat ( Trimarsanto, 2008 : 3).

Hal ini tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki oleh televisi, televisi bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan media yang lain. Kemampuan bertumbuh ini ternyata oleh Jefkins (1996:78), dianggap bahwa televisi mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :

1. Kesan realistik

Sifatnya yang visual, serta kombinasi warna, suara dan gerakan menyebabkan iklan televisi tampak lebih hidup dan nyata. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi inilah yang tidak dimiliki oleh media komunikasi yang lain, selain itu pengiklan dapat menunjukkan serta memamerkan kelebihan atau keunggulan produk yang ditawarkan secara detail.

2. Masyarakat lebih tangggap

Masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian karena kemampuan iklan televisi yang disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang santai (bandingkan dengan iklan reklame yang dipasang di tengah jalan )

3. Repetisi/Pengulangan

Kemampuan untuk ditayangkan berkali-kali dalam satu hari hingga dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah audiens untuk menyaksikannya. Untuk menghindari kebosanan penonton dalam melihat iklan, dewasa ini iklan dibuat sesingkat dan semenarik mungkin sehingga menimbulkan rasa penasaran.

4. Adanya pemilahan area siaran ( zoning ) dan jaringan kerja ( networking ) yang mengefektifkan penjangkauan masyarakat.

Keunggulan lain dari iklan televisi adalah kemampuan untuk menggunakan satu atau kombinasi banyak stasiun sekaligus, sehingga iklannya akan ditayangkan secara serentak oleh semua stasiun televisi.

(5)

Kemampuan untuk menjangkau konsumen secara luas ternyata membantu usaha pedagang eceran. Dengan adanya iklan, pedagang eceran jadi tahu tentang permintaan konsumen terhadap barang yang diiklankan, sehingga persediaan barang dagangan mereka akan jauh lebih mudah terjual.

6. Terkait erat dengan media lain

Walaupun dianggap bahwa tayangan iklan lebih mudah dilupakan, akan tetapi ternyata kelemahan ini bisa diatasi dengan memadukannya dengan media iklan yang lain. Apabila konsumen membutuhkan informasi yang lain, maka iklan televisi dapat dipadukan dengan iklan di majalah mingguan, atau bisa juga iklan yang dimuat di surat kabar.

2.2 Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

(6)

Gambar 1

Bagan semiotik Roland Barthes

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna denotasi kemudian berkembang menjadi makna konotasi, maka makna konotasi tersebut akan menjadi mitos.

Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos. (Sobur : 2001)

2.3 Semiotika Video Iklan 2.3.1 Sudut Kamera

Dalam memproduksi iklan televisi, Selby dan Cowdery (1995) dalam Farid Hamid (2007) menyatakan bahwa, kode semantik1 pembuatan film meliputi ukuran pengambilan gambar (shot size) sudut pengambilan gambar (camera angle),

(7)

jenis lensa, komposisi, fokus dan pencahayaan. Berikut ini daftar teknik - teknik kamera dalam film yang sering digunakan untuk penanda dan petanda (makna).

Tabel 2.1

Teknik pengambilan sudut kamera. (Selby & Cowdery:1995)

Penanda Petanda

Ukuran Pengambilan Gambar (shot size)

Big Close up Emosi, peristiwa penting, drama

Close up Keintiman

Medium shot Hubungan personal dengan subyek Long shot Konteks, jarak publik

Full shot Hubungan sosial Sudut Pengambilan Gambar (camera angle)

High Dominasi, kekuatan, kewenangan Eye Level Kesetaraan

Low Kelemahan, tidak punya kekuatan

2.3.2 Musik

Selain suara, musik juga menjadi bagian penting suatu iklan televisi karena musik dapat membantu menciptakan suasana yang menyenangkan. Musik dapat digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian, menyampaikan pesan penjualan dan membantu membangun citra suatu produk. Musik dapat mambantu menciptakan perasaan atau emosi yang dapat diasosiasikan oleh khalayak dengan produk yang diiklankan. Singkatnya, musik dapat menciptakn suasana hati yang positif yang dapat membuat konsumen lebih bisa menerima (receptive) terhadap produk bersangkutan. Mengingat pentingnya peran musik dalam iklan maka banyak perusahaan iklan yang berani membayar mahal kepada pencipta lagu untuk dapat menggunakan lagunya sebagai bagian dari iklan.

Elemen musik penting lainnya baik untuk iklan televisi atau radio adalah jinggel (jingle) yaitu lagu yang menarik perhatian yang biasanya membuat pesan

(8)

iklan sederhana mengenai suatu barang atau jasa atau dengan kata lain jinggel adalah lagu yang diciptakan khusus untuk iklan suatu produk. Jinggel ada kalanya muncul pada bagian akhir iklan. Jinggel seringkali diciptakan oleh perusahaan pembuat jinggel untuk kebutuhan industri

periklanan. Perusahaan pembuat jinggel (jingle) bekerjasama dengan tim kreatif perusahaan iklan dalam menentukan peran jinggel tersebut dalam iklan serta menentukan pesan apa yang harus ada pada iklan tersebut. (Morissan : 281).

 Makna Musik

1. Blues: Percaya diri tinggi , kreatif, outgoing, gentle dan tenang. 2. Jazz: Percaya diri tinggi, kreatif, outgoing dan tenang.

3. Classic: Percaya diri tinggi, kreatif, introvert dan tenang. 4. Rap: Percaya diri tinggi, outgoing.

5. Opera : Percaya diri tinggi, kreatif, gentle. 6. Country dan Western : Pekerja keras, outgoing.

7. Reggae: Percaya diri tinggi, kreatif, bukan pekerja keras, outgoing, gentle dan tenang.

8. Dance: Kreatif, outgoing, tidak gentle.

9. Indie: Percaya diri rendah, kreatif, bukan pekerja keras, tidak gentle 10. Bollywood: Kreatif, outgoing.

11. Rock/Heavy Metal: Percaya diri rendah, kreatif, bukan pekerja keras, tidak outgoing, gentle, tenang (depresi).

12. Pop: Percaya diri tinggi, tidak kreatif, pekerja keras, outgoing, gentle, tidak tenang.

13. Soul: Percaya diri tinggi, kreatif, outgoing, gentle, tenang. 2.3.3 Warna

Warna sering mendominasi dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari sosok individu sampai sebuah negara. Misalnya bendera negara kita merah dan putih. Ini adalah suatu symbol warna yang mempunyai makna. Hal ini juga dijumpai pada

(9)

simbol-simbol organisasi, perkumpulan dan bahkan individu.Makna warna-warna ini juga terdapat didalam dunia periklanan, warna digunakan untuk menekankan bentuk luapan emosi tertentu kepada khalayak. Warna mendasari konotasi sosiologis dan historis tertentu dan tentu saja menghasilkan reaksi spesifik dalam konteks tertentu (efek emosi, asosiasi, psycologis dan bahkan efek fisik) yang dapat membantu pengiklan dalam menarik target mereka. (Gorn, 1997 : 43)

 Makna Warna a. Merah

Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, agresi, nafsu, kehangatan, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan.Putih

b. Putih

Menunjukkan kedamaian, permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, tak bersalah, keamanan, persatuan. Warna putih sangat bagus untuk menampilkan atau menekankan warna lain serta memberi kesan kesederhanaan dan kebersihan.

c. Hitam

Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar , harga diri, anti kemapanan, seksualitas, kecanggihan, kematian. Sangat tepat untuk menambahkan kesan misteri.

d. Biru

Memberikan kesan komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual/kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut,

(10)

kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang. Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan.

e. Hijau

Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, alami, sehat, keberuntungan, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan.

f. Kuning

Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidak pastian, resah dan curiga.

g. Merah Muda

Warna Merah Muda menunjukkan simbol kasih sayang dan cinta, persahabatan, feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah.

h. Ungu

Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, transformasi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan/keangkuhan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.

i. Orange

Menunjukkan kehangatan, energy, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, persahabatan, pencapaian bisnis, karier, kesuksesan, kesehatan pikiran, keadilan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh,

(11)

ketertarikan, independensi. Disamping itu warna Orange memberi kesan yang kuat pada elemen yang dianggap penting.

j. Coklat

Menunjukkan persahabatan, kejadian yang khusus, tanah/bumi, pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras, kepercayaan, daya tahan, kesenangan.

k. Abu-abu

Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang, masa depan (millennium).

l. Emas

Mencerminkan kedudukan, kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.

m. Pirus

Rohani, sembuh, perlindungan, sophisticated, cemburu, kewanitaan. n. Perak

Glamor, tinggi, anggun, sleek, pengkhayal, tidak tulus. o. Tan ( wol halus yang masih putih)

Ketergantungan, fleksibel, keriting, konservatif, tumpul, membosankan, konservatif.

p. Gading

Ketenangan, kenyamanan, kebersihan/kesucian, hangat, lemah, tidak stabil. 2.4 Teori Teori A-T-R ( Awareness, Trial, Reinforcement)

Teori ini mengajarkan bahwa khalayak itu dapat dipengaruhi oleh iklan, hasilnya kita akan menemukan sekelompok orang yang relatif tetap memakai atau membeli produk-produk hasil iklan tersebut. Untuk mendapatkan kelompok orang yang menggunakan produk atau jasa secara tetap harus dilakukan tehnik

(12)

penyampaian pesan yang disebut A-T-R ( awareness, trial, reinforcement) (Liliweri : 1997). Upaya pertama, menggugah kesadaran khalayak bahwa produk yang diinginkan itu ada di sekeliling mereka. Harapan kedua ialah setelah menggugah kesadaran, setiap iklan harus kuat mempengaruhi khalayaknya terutama segi konatifnya sehingga khalayaknya langsung mencoba (trial) proses yang ditunjukan menurut iklan tersebut ; Harapan ketiga adalah proses peneguhan/pengukuhan (reinforcement) iklan yang ditampilan harus mempunyai kekuatan peneguh sikap tertentu (sikap positip terhadap produk).

2.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini juga pernah sedikit diulas oleh Iis Isra Martiana2, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap penelitian sebelumnya.

Tabel 2.2 Originalitas penelitian

No Peneliti Judul Metode Hasil

1 Andri Wicaksono PPs-Universitas Sebelas Maret Surakarta

Analisis Wacana Kritis dan Semiotik Iklan Rokok Sampoerna Mild Edisi Tanya Kenapa? Analisis Kritis dan Semiotika Iklan

Iklan A Mild memperlihatkan suatu fenomena bahwa makna itu sudah mati karena iklan

AMild menawarkan

interpretasi yang sangat terbuka bagi siapa saja yang akan menikmatinya. Makna

2

Martiana, Iis Isra. 2011. A Semiotic Analysis of Class Mild and A Mild Advertisment. Universitas Indonesia : Jakarta.

(13)

pada sajian gambar dan teks iklan A-Mild tidak memiliki ikatan-ikatan yang ideologis, stabil dan mapan, bahkan ironis.

2 Iis Isra Martiana Department of English, Faculty of Language and Arts Education, Indonesia University of Education A Semiotic Analysis of Class Mild and A Mild Advertisment

Semiotika Roland Barthes

Sebuah iklan televisi Mild Go Ahead versi "Untuk Diri", penelitian menyimpulkan bahwa semangat pemuda

diwakili dengan cara

menyajikan orang-orang muda sebagai model. Ini berarti bahwa Sebuah iklan televisi Mild Go Ahead "Untuk Diri" versi tampaknya membuat gambar bahwa produk yang

diiklankan merangsang

semangat anak muda dalam

menghadapi tantangan apapun. 3 Dian Arifatul Faizah jurusan sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Representasi Tanda dalam iklan Cetak A Mild

Versi Bukan Basa Basi

Semiotika Roland Barthes

Masing -masing iklan A Mild bermuatan kritik sosial sesuai dengan konteks situasi dan budaya kontemporer yang

bertujuan memperbaiki

perilaku manusia terutama masyarakat Indonesia.

(14)

4 A Widhi Mukti Anugro Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana Analisis Semiotik Iklan Rokok Sampoerna A Mild ( Studi Semiotik Iklan Televisi Rokok Sampoerna A Mild Tematik Go Ahead Versi Untuk Diri )

Semiotika Roland Barthes

Sebagai pengiklan, A Mild ingin menunjukan pencitraan produknya dalam setiap iklan yang dikeluarkannya. Sebuah gambaran perjalanan tentang kesuksesan dan keberanian

untuk menatap setiap

tantangan yang ada untuk mempertahankan kesuksesan yang telah diraih.yang dialami

oleh A Mild coba

digambarkan dalam iklan A Mild versi Untuk Diri ini.

(15)

2.6 Kerangka Pikir Gambar 2 Kerangka pikir Konotatif Denotatif PT. HM. Sampoerna, Tbk

Rokok Sampoerna A Mild

Iklan televisi rokok Sampoerna A Mild Tematik Go Ahead Versi

Untuk Diri Analisis Semiotika Roland Barthes Mitos Makna Kesimpulan Teori A-T-R

(16)

PT. HM. Sampoerna, Tbk adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang bisnis olahan tembakau, yang salah satu produk hasil olahannya adalah rokok Sampoerna A Mild. Rokok Sampoerna A Mild merupakan salah satu varian rokok yang berjenis Mild atau ringan. Dalam usahanya memperkenalkan produk ini ketengah masyarakat maka PT. HM. Sampoerna melakukan strategi periklanan, strategi periklanan yang mereka luncurkan salah satunya adalah melalui iklan televisi. Iklan yang bertemakan “Go Ahead” menjadi andalan brand tersebut saat ini. Tema ini memiliki beberapa varian atau versi diantaranya versi : Bayangan, Tali, Bubble head, Untuk diri, Broadcast yourself, Sunset, Lagu hari ini, Tidur berjalan, Semua mencari, Dorong, Mimpi, Foto.

Dari keseluruhan iklan yang bertemakan “Go Ahead” penulis akan mencoba menganalisis lebih dalam pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh PT. HM. Sampoerna melalui iklan tersebut. Analisis yang dilakukan akan dibantu oleh metode analisis Semiotik dari Roland Barthes, yang kemudian akan dicari tanda-tanda yang bersifat denotatif, konotatif, atau tanda yang bersifat mitos untuk diketahui makna-makna yang terkandung didalamnya. Setelah diketahui makna-makna dari tanda-tanda tersebut, penulis akan mulai menghubungkan tanda-tanda tersebut dengan teori periklanan A-T-R dan mencari hubungan dengan PT. HM. Sampoerna sebagai pembuat iklan sehingga dapat dilakukan sebuah pembahasan yang lebih mendalam dan dapat ditarik sebuah kasimpulan dari analisis iklan tersebut.

Gambar

Tabel 2.2  Originalitas penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(2) Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada variasi tipe hidrogeokimia di wilayah kepesisiran Kecamatan Srandakan yaitu proses pelarutan material marin dan alluvium

Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang-perorangan maka bimbingan kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu

Dalam simulasi Wind Tunnel ini dilakukan studi tentang pengaruh parameter kecepatan aliran freestream, tinggi elemen kekasaran, dan kerapatan elemen kekasaran terhadap

Dalam persamaan tentang habitus, modal, ranah, dan praktik yang di sampaikan Bourdieu dapat digambarkan bahwa habitus yang dimiliki oleh masyarakat Kuwu yang didukung

Kemampuan Guru dalam menyusun naskah tes dengan menggunakan kalimat efektif masih sangat memprihatinkan hal ini diketahui dari naskah yang disusun oleh Guru SMK Negeri

Oleh karena itu penelitian yang berjudul Prinsip Kesantunan Berbahasa Pembawa Acara Bukan Empat Mata di stasiun televisi Trans7 Bulan Juni penting untuk dilakukan..

stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu tekanan darah sistolik >220

Setelah suhu medium teradaptasi pada suhu 50°C, kemudian sebanyak satu ose isolat bakteri berumur 24 jam di inokulasikan ke dalam medium tersebut secara