• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILLUSTRATION OF SELF CONCEPT FOR UNEMPLOYED BACHELOR GRADUATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ILLUSTRATION OF SELF CONCEPT FOR UNEMPLOYED BACHELOR GRADUATE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ILLUSTRATION OF SELF CONCEPT FOR UNEMPLOYED BACHELOR

GRADUATE

Sabtiyo Retnaning Tyas, Ni Made Taganing, SPsi, MPsi, Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2005

Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key Word : graduate, self concept, unemployment

ABSTRACT :

Since the economic crisis and monetary, there are many bankrupt companies and the workers lay off. Many well-educated labor and uneducated labor was jobless. According to the annual statistical Indonesia, the increment percentage in educated unemployment reaches its highest degree. Unemployment is a labor force that is not working but looking for full-timers work in search of work. According to Rice(1990) the situation of unemployment in the individual causing the loss of self-esteem. Work has a great influence on self-identity Fieldman 1989). Identity and self-worth individuals who have self-concept will affect the individual. The concept itself is a conception of self, whether physical, social and psychological acquired through individual experience in interaction with others. A subject in this study is the Bachelor of S1 that has passed at least 9 months with a minimum age of 23 years and includes the open unemployment. Data collection techniques using the type of interviews with general guidelines and observations based on non-participant observation and structured. Conclusions from the findings that the subject jobless graduates who have a tendency to have a positive self concept and there is a tendency to a negative self-concept. It was influenced by the role of family factors, the role of social factors and the role of learning factors.

(2)

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA Sabtiyo Retnaning Tyas

Universitas Gunadarma

Abstrak

Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja yang di PHK. Banyak tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik belum mendapat kerja. Menurut statistik tahunan Indonesia, prosentasi peningkatan pengangguran berpendidikan sarjana paling tinggi.

Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari kerja atau orang yang full timer dalam mencari kerja. Menurut Rice (1990) situasi menganggur pada individu menyebabkan hilangnya harga diri. Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas diri (Feldman 1989). Identitas diri dan harga diri yang dimiliki individu akan mempengaruhi konsep diri individu.

Konsep diri merupakan konsepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain.

Subyek dalam penelitian ini adalah Sarjana S1 yang telah lulus sekurangnya 9 bulan dengan usia minimal 23 tahun dan termasuk dalam pengangguran terbuka. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tipe wawancara dengan pedoman umum dan observasi yang berdasarkan observasi non partisipan dan tak berstruktur.

Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa subyek lulusan sarjana yang menganggur ada yang memiliki kecenderungan konsep diri positif dan ada yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif. Hal itu dipengaruhi oleh peran faktor keluarga, peran faktor sosial dan peran faktor belajar.

Kata Kunci : Konsep Diri, Pengangguran dan Lulusan Sarjana

Pendahuluan

Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas diri dan kemudian ke masa dewasa. Saat individu mencapai masa dewasa, ia diharapkan sudah mandiri, mendapat pekerjaan dan penghasilan sendiri.

Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja yang di PHK. Sementara masih banyak tenaga kerja yang terdidik maupun yang tidak terdidik belum mendapat pekerjaan. Menurut statistik

tahunan Indonesia

(http://www.altavista.com/pengangguran-terdidik), peningkatan prosentase tingkat pengangguran berpendidikan sarjana adalah paling tinggi. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa gelar sarjana tidak menjamin individu untuk cepat mendapat pekerjaan yang diinginkan dengan penghasilan yang didambakan.

Saat individu meraih gelar kesarjanaan, individu sedang berada pada tahap kehidupan dewasa awal. Tahap ini merupakan tahap dimana individu dapat memilih cara hidup sendiri dan mencari gaya hidup di luar keluarga. Saat usia dewasa awal, individu diharapkan sudah

(3)

memiliki pilihan pekerjaan tertentu. Namun adanya tekanan dari lingkungan dan kompleksitas lingkungan pekerjaan membuat pemilihan dan pemerolehan pekerjaan menjadi sulit. Sulitnya memperoleh pekerjaan membuat individu sarjana menjadi pengangguran, sehingga tidak dapat memenuhi tugas perkembangan dalam tahap kehidupannya yaitu memiliki pekerjaan dan menaiki jenjang karir dalam suatu pekerjaan.

Dalam studi ketenagakerjaan (BPS 1999), pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau orang yang full timer dalam mencari pekerjaan. Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas diri dan persepsi diri serta harga diri individu (Feldman 1989). Tidak adanya pekerjaan membuat individu kehilangan identitas diri. Pekerjaan memberikan kepada individu suatu seting sosial tertentu dan juga identitas didalam lingkungan sosial yang lebih luas. Karena merasa tidak yakin dengan identitasnya di masyarakat, individu yang menganggur cenderung untuk menghindari aktifitas sosial. Hal ini dilakukan bukan karena situasi finansial yang tidak mendukung tetapi juga karena adanya perasaan ketidakmampuan yang subyektif. Perasaan ketidakmampuan yang subyektif ini berupa perasaan bahwa ia bukan sepenuhnya anggota masyarakat dimana tempat terjadinya kehidupan sosial sehari-hari (Jahoda dalam Glyptis 1989). Individu yang menganggur tidak hanya merasa berbeda dan tidak berguna. Seringkali mereka merasa menyimpang dan malu karena menganggur. Banyak penelitian telah menemukan bahwa pengangguran berhubungan dengan perasaan tidak mampu dan hilangnya kepercayaan terhadap diri sendiri (Bahke dkk dalam Glyptis 1989). Menurut Rice (1990), adanya pengangguran memberi andil dalam meningkatnya kejahatan, penggunaan obat terlarang,

gangguan dalam masyarakat dan kurangnya pendapatan untuk keluarga miskin. Selain itu, konsekuensi dari situasi mengganggu tersebut adalah hilangnya harga diri.

Identitas diri dan harga diri yang dimiliki individu akan mempengaruhi konsep diri individu. Menurut Atkinson (dalam Muntholiah 2002), konsep diri adalah gabungan pikiran, perasaan dan sikap seseorang terhadap diri mereka sendiri. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat, maka memiliki harga diri yang tinggi dimana individu berada dalam standar dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan apa tujuannya (Coulhoun 1995). Menurut Mead (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri individu yaitu : peran keluarga, peranan faktor sosial dan faktor belajar. Menurut Rosenberg (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), perkembangan konsep diri tidak terlepas dari pengaruh status sosial, agama dan ras. Konsep diri juga produk dari belajar. Menurut Hilgar dan Bower (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), belajar disini diartikan sebagai perubahan psikologis yang bersifat relatif permanen yang terjadi sebagai konskuensi dari pengalaman.

Seorang penganggur akan memunculkan reaksi yang berbeda-beda terhadap kondisinya, seiring dengan lamanya masa menganggur yang telah dialami. Keadaan menganggur bagi lulusan sarjana bisa menyebabkan efek negatif. Menurut Powel (1984) hal ini disebabkan individu yang menganggur tidak dapat memenuhi : pertama self preservation yaitu bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, kedua social bonding yang berkaitan dengan hubungan individu dengan lingkungan dan masyarakat, ketiga appreciation yaitu kebutuhan akan

(4)

adanya penghargaan dan terakhir competence yaitu kemampuan individu untuk mewujudkan sesuatu. Selain itu individu yang menganggur lebih dari 6 bulan akan memiliki perasaan tidak berdaya dan putus asa. Tidak bekerja membuat individu kehilangan identitas diri dan harga diri sehingga membuat konsep diri yang negatif

Tinjauan Pustaka

Konsep diri merupakan gabungan beberapa pikiran, perasaan, dan sikap terhadap pengetahuan, keyakinan dan gambaran yang dimiliki individu tentang karakteristik dirinya sendiri baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain.

Menurut Coulhoun (1995), konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri (mengacu pada apa yang kita ketahui tentang diri kita berhubungan dengan hal-hal yang bersifat dasar), harapan terhadap diri sendiri (diri ideal), dan evaluasi diri (harga diri / self esteem).

Konsep diri ada dua macam yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Menurut Brook (dalam Muntholiah 2002), ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah peka terhadap kritik, sangat responsif terhadap pujian walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sementara ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha

mengubahnya.

Menurut Hurlock (dalam Tasli 1997), komponen konsep diri terdiri dari: komponen perceptual, yaitu gambaran yang dimiliki individu mengenai penampilan fisiknya serta kesan yang dibentuknya terhadap orang lain. Komponen konseptual, yaitu konsep yang dimiliki individu mengenai karakteristik dirinya, kemampuan yang dimiliki dan pengalaman serta gambaran masa depannya yang didalamnya termasuk kualitas penyesuaian diri dan kemandirian. Komponen sikap, yaitu perasaan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, sikap terhadap statusnya, masa depannya, harga dirinya, kepuasannya, keyakinan dirinya, nilai-nilai, aspirasi dan keterikatan dirinya.

Sementara banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu peran keluarga (peran orang tua, kondisi keluarga, perilaku anggota keluarga dan tuntutan keluarga), peranan faktor sosial (interaksi dengan orang disekitar, status sosial, agama dan ras) dan faktor belajar (terjadi setiap hari dan umumnya tidak disadari oleh individu).

Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau yang bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal atau yang bekerja memenuhi jam kerja normal, namun ia bekerja pada jabatan atau posisi yang sebetulnya membutuhkan kualifikasi atau kapasitas dibawah yang ia miliki atau yang bekerja yang memenuhi jam kerja normal dengan kapasitas kerja normal, namun menghasilkan output yang rendah yang disebabkan oleh faktor –faktor organisasi, teknis dan ketidakcukupan lain pada tempat atau perusahaan dimana ia bekerja.

Menurut hasil penelitian Powell (dalam Dianasari 1996), ada empat tahap yang dialami seseorang sebagai reaksi dari keadaan menganggur yaitu : Periode

(5)

relaksasi dan pelepasan emosi (3-4 minggu), periode konsentrasi pada usaha (sampai 3 bulan), periode bimbang dan ragu (3-6 bulan) dan periode tidak enak badan (malaise) dan sinisme (setelah 6 bulan menganggur)

Sedangkan menurut Powell (dalam Dianasari 1996), ada 4 kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi dengan bekerja. Kebutuhan dasar tersebut adalah : Self Preservation (setiap manusia harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri), Social Bonding (bekerja menghubungkan individu dengan lingkungan dan masyarakat), Appreciation (pekerjaan yang dimiliki membuat kebutuhan akan adanya penghargaan dapat terpenuhi), dan Competence (setiap individu memiliki keinginan untuk mampu melakukan sesuatu).

Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran konsep diri pada pengangguran lulusan sarjana dan

faktor-faktor apakah yang menyebabkan konsep diri tersebut terjadi?

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data yang muncul dalam penelitian kualitatif berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan Huberman, 1992).

Fokus penelitian ini adalah gambaran konsep diri pada pengangguran lulusan sarjana dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan konsep diri terjadi pada individu.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Sarjana S1 yang berusia minimal 23 tahun, yang telah lulus sekurangnya 9 bulan dan termasuk dalam para pengangguran terbuka

Penelitian ini menggunakan metode-metode pengumpulan data yaitu wawancara dengan pedoman umum dan observasi yang

berdasarkan observasi non partisipan dan tak berstruktur. Yaitu dimana pengamat berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dan dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas.

Kredibilitas seringdigunakan dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengganti konsep validitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilan mencapai maksud untuk mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial ataupola interaksi yang kompleks (poerwandari 1998).

Keabsahan penelitian menggunakan keabsahan internal yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dan keabsahan konstruk berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang terukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur dengan menggunakan trianggulasi data.

Menurut Poerwandari (1998), analisis data dimulai dengan mengorganisasikan data. Selanjutnya coding yaitu Pertama, peneliti menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan dan kiri transkrip. Hal ini akan memudahkan membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu diatas transkrip tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip atau catatan lapangan tersebut. Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode-kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Setiap berkas dibubuhkan tanggal. Setelah langkah-langkah tersebut, peneliti membaca transkrip berulang-ulang untuk mendapat pemahaman tentang kasus atau masalah. Kemudian

(6)

peneliti dapat menyusun master berisikan daftar tema-tema dan kategori-kategori yang telah disusun sehingga menampilkan pola hubungan antar kategori.

Hasil penelitian

1. Dimensi Konsep Diri

a. Pengetahuan tentang Diri Sendiri Adanya perasaan bangga pada subjek karena telah lulus dari perguruan tinggi dengan jurusan yang telah diambilnya, memiliki banyak keahlian yang sering dibutuhkan dalam suatu perusahaan. subjek merasa menjadi tumpuan dan harapan bagi keluarganya dan merasa dipercaya sebagai pengganti peran ayahnya. b. Harapan terhadap Diri Sendiri

Subjekmengharapkan untuk mendapatkan pekerjaan, dapat membantu keuangan keluarganya dan dapat menjadi orang yang sukses dan berguna.

c. Evaluasi Diri

Ada subjek yang merasa gambaran tentang dirinya dengan seharusnya menjadi sangat berbeda. Hal ini dikarenakan kebanggaan yang mereka miliki seharusnya bisa mencapai harapan yang mereka inginkan, yaitu memiliki keahlian yang biasanya sangat diperlukan dalam suatu perusahaan. Akan tetapi hal itu tidak sesuai dengan kenyataan, mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Tetapi ada juga subjek yang merasa walaupun belum memperoleh pekerjaan, tetapi baginya ia mampu menjadi orang yang berguna. Sehingga subjek berada dalam standar dan harapan yang telah ditentukannya.

2. Konsep Diri Positif

a. Yakin akan Kemampuannya Mengatasi Masalah

Subjek memiliki keyakinan bahwa setiap masalah dapat diatasi dan pasti ada jalan pemecahannya, walaupun pernyataan setiap subjek mengenai keyakinannya mengatasi masalah berbeda.

b. Merasa Setara Dengan Orang Lain Ada subjek yang merasa tidak setara dengan orang lain. Subjek menganggap orang lain lebih pandai, lebih beruntung, merasa minder dan tertinggal dari orang lain. Ada juga subjek yang merasa setara dengan orang lain. Baginya orang lain adalah relasi untuk teman baru, lingkungan baru dan kekuatan bagi dirinya yang bisa saling memanfaatkan.

c. Menerima Tanpa Rasa Malu

Subjek mengakui merasa malu jika mengalami kegagalan dan malu jika melakukan kesalahan. Tetapi ada perbedaan pernyataan dari setiap subjek. Ada subjek yang merasa malu ketika telah melakukan kesalah tetapi ia mau mengakui kesalahannya tersebut. Tetapi ada juga subjek yang selain merasa malu telah melakukan kesalahan, mereka juga merasa malu untuk mengakui kesalahannya. Biasanya mereka hanya berusaha untuk tidak mengulangi kesalahannya tersebut.

d. Menyadari Bahwa Setiap Orang Mempunyai Berbagai Perasaan, Keinginan dan Perilaku yang Tidak Dapat Seluruhnya Disetujui Masyarakat

Subjek menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui oleh masyarakat. subjek sadar masyarakat berhak menentukan yang terbaik dan mereka mau menerima semua keputusan yang telah ditetapkan oleh orang lain tanpa memaksakan kehendak.

(7)

Ia Sanggup Mengungkapkan Kepribadian yang Tidak Disenanginya dan Berusaha Mengubahnya.

Subjek mampu mengungkapkan kepribadian yang tidak mereka senangi, tetapi tidak semua subjek mampu untuk merubah dan memperbaiki dirinya. Konsep Diri Negatif

a. Peka Terhadap Kritik

Ada subjek yang cenderung mau menerima kritik yang ditujukan kepadanya. Dimana subjek berusaha mendengarkan, menampung dan menganalisa kritik yang diterimanya. Baginya kritik dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan diri, kritik adalah pendapat dari orang lain yang tidak sependapat dengan dirinya. Sementara ada subjek yang cenderung menyeleksi kritik yang diberikan kepadanya. Jika yang memberikan kritik dari orang yang dikenalnya, ia mau menerima. Akan tetapi jika kritik dari orang yang tidak dikenalnya, ia menganggap kritik tersebut adalah kritikan yang sembarangan.

b. Sangat Responsif Terhadap Pujian Ada subjek yang merasa senang ketika mendapatkan pujian, bagi mereka mendapat pujian berarti mereka telah memperoleh penghargaan dan perhatian dari orang lain. Tetapi ada juga subjek yang merasa biasa saja ketika mendapatkan pujian. Baginya pujian merupakan senjata makan tuan, dimana orang yang diberikan pujian akan merasa besar kepala dan akhirnya apa yang dikerjakan tidak maksimal karena merasa sudah membuat orang lain bangga.

c. Sikap Hiperkritis Terhadap Orang Lain

Ada subjek yang cenderung bersikap hiperkritis, dimana ia tidak sanggup

mengungkapkan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Baginya sesuatu bisa dikatakan kelebihan tergantung orang lain yang menanggapinya. Selain itu ia cenderung suka mengeluh, akan tetapi bukan seorang yang suka mencela atau meremehkan orang lain. Tetapi ada juga subjek yang memandang kelebihan orang lain sesuatu yang patut dipuji dan dihargai. Mereka menganggap kelebihan orang lain dapat di contoh dan mereka bisa belajar tentang kelebihan tersebut. d. Cenderung Merasa Tidak Disenangi dan Tidak Diperhatikan Orang Lain

Ada subjek yang cenderung merasa tidak diperhatikan oleh teman-temannya, tetapi mereka tidak menganggap musuh teman-temannya tersebut. Tetapi ada juga subjek yang merasa dapat bergaul dalam segala umur dan menganggap setiap orang dapat dijadikan teman. Kalaupun ada percekcokan itu karena mereka sedang tidak sejalan dengan dirinya.

e. Bersikap Pesimis Terhadap Kompetisi Ada subjek yang kurang antusias terhadap kompetisi, baginya kemampuan yang dimilikinya belum pantas untuk dikompetisikan dan kompetisi diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki kemampuan yang bagus. Jika tidak memiliki kemampuan yang bagus, tidak patut untuk dikompetisikan dan ia merasa kemampuan yang dimilikinya tidak perlu dikompetisikan karena malu jika harus dinilai oleh orang lain. Tetapi ada juga subjek yang menganggap kompetisi dalam berprestasi sangatlah penting, karena dengan kompetisi dapat mengembangkan diri dan dapat mengetahui kemampuan dalam diri.

(8)

3. Reaksi Terhadap Keadaan Menganggur Reaksi subjek ketika mereka lulus adalah merasa senang. Setelah menganggur selama tiga bulan, reaksi subjek yaitu ada yang merasa jenuh tetapi tetap aktif dan giat mencari kerja. Sementara ada juga yang merasa biasa saja, karena hal itu masih dianggap normal.

Ketika menganggur selama enam bulan, reaksi subjek adalah merasa kecewa, cemas dan putus asa. Keadaan seperti itu dikarenakan usahanya untuk mendapatkan pekerjaan tidak berhasil.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

a. Peran Keluarga

Subjek diharapkan dapat menjadi tumpuan bagi keluarganya dan mereka merasa belum mampu memenuhi tuntutan tersebut karena belum mendapatkan pekerjaan. Ada subjek yang merasa kurang diperhatikan oleh keluarga, mendapat teguran dari keluarga karena sebagai pengangguran. Tetapi ada juga subjek

yang merasakan adanya toleransi dalam keluarga dan mempunyai seorang ibu yang penuh perhatian. b. Peranan Faktor Sosial

Ada subjek yang merasa kurang diperhatikan oleh teman-temannya, tetapi ada subjek yang merasa dapat bergaul dalam segala umur dan menganggap setiap orang dapat dijadikan teman. Selain itu, ada subjek yang termasuk dalam status sosial rendah dimana ia berperan sebagai pengangguran dalam lingkungannya. Tetapi ada subjek yang termasuk dalam status sosial tinggi dan memiliki pendidikan agama yang cukup karena ia lulusan dari pondok pesantren. c. Peranan Faktor Belajar

Setiap subjek belajar dari

pengalaman dalam hal melamar pekerjaan. Subjek berulangkali melamar pekerjaan dan selalu mengalami kegagalan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik simpulan bahwa subjek lulusan sarjana yang menganggur, ada yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif dan ada juga yang memiliki kecenderungan konsep diri positif. Konsep diri yang negatif dan konsep diri yang positif pada subjek tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : peran faktor keluarga, peran faktor sosial dan peran faktor belajar. Pada subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif, faktor keluarga meliputi : adanya tuntutan orangtua terhadap subjek, dimana subjek merasa belum bisa memenuhi tuntutan orangtua dan adanya persaingan antara saudara untuk merebut perhatian orangtua. Sedangkan yang berhubungan dengan peran faktor sosial yaitu : kurangnya penerimaan diri individu dalam kelompok. Untuk peran faktor belajar, subjek merasa selalu gagal setiap melamar pekerjaan. Selain itu subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif merasa tidak setara dengan orang lain, menerima dengan rasa malu, kurang mampu memperbaiki dirinya, sangat responsif terhadap pujian, cenderung merasa tidak disenangi dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.

Sementara subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri positif, pada faktor keluarga dipengaruhi oleh adanya perasaan dihormati, diterima dan disenangi keluarga, sikap ibu yang penuh pengertian dan adanya toleransi dalam keluarga. Sedangkan dari faktor sosial, subjek berasal dari faktor sosial menengah keatas dan barasal dari lingkungan yang religius. Selain itu subjek yang memiliki kecenderungan

(9)

konsep diri positif merasa yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menyadari setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki diri, tidak terlalu responsif terhadap pujian, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain dan bersikap optimis terhadap kompetisi.

Tetapi pada subjek baik yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif maupun yang memiliki kecenderungan konsep diri positif terdapat kesamaan yaitu menerima dengan rasa malu terhadap sesuatu yang dialaminya.

Saran

Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diterapkan bagi para pengangguran lulusan sarjana, bagi para orangtua dan bagi para peneliti selanjutnya, antara lain:

1. Kepada para subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif, diharapkan dapat memperbaiki beberapa hal mengenai konsep diri negatif yang mereka miliki menjadi konsep diri yang positif, seperti mencoba mengubah perasaan tidak setara dengan orang lain, berusaha menghilangkan perasaan malu, mencoba memperbaiki diri, tidak terlalu responsif terhadap pujian, mencoba menghilangkan perasaan tidak disenangi orang lain dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sementara untuk subjek yang memilki kecenderungan konsep diri positif, disarankan dapat menyusun strategi apa yang dapat dilakukannya untuk mendapat pekerjaan.

2. Kepada para orangtua, disarankan untuk tidak terlalu banyak menuntut atau berharap banyak terhadap anaknya, agar anak tidak terlalu terbebani oleh tuntutan orangtua. Dengan cara menanamkan sikap toleransi, menghormati, menerima dan menyenangi, juga sikap penuh

perhatian terhadap anak, sehingga anak merasa percaya diri.

3.Untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian terhadap pengangguran lulusan sarjana yang mampu memiliki konsep diri positif, untuk melihat tindakan dan langkah apa saja yang dilakukannya sehingga mampu memiliki konsep diri positif, agar memperoleh gambaran bagi lulusan sarjana lain yang memiliki permasalahan yang sama.

Daftar Pustaka

BAPPENAS dengan Lembaga Penelitian. 1999. Penyusunan peta Pengangguran Menurut Kabupaten/Kotamadya di Indonesia. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Coulhoun, J. F. & Acocella, J. R. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Alih Bahasa : Satmoko, R. S. Semarang : IKIP Semarang.

Felman, R. 1989. Adjustment : Applying Psychology in The Complex Word. New York : Mac Graw-Hill.

Glyptis, S. 1989. Leisure and Umemployment. Philadhelpia : Open University Press.

Miles, M.M. & Huberman A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah : Rohidi Tj. R. Jakarta : Universitas Indonesia.

Muntholiah. 2002. Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI (Pendidikan Agama Islam). Semarang : Gunung Jati. Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan

Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ritandiyono & Retnaningsih. 1996. Aktualisasi Diri. Depok : Universitas Gunadarma.

Rice, P. F. 1990. The Adolescent : Development, Relationships and

(10)

Culture. 6 th Edition. Boston : Allyn And Bacon.

Tasli. 1997. Konsep Diri Mahasiswa, Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah dan Hubungan Dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Tersebut. Tesis. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

http://www.Altavista.com/Pengangguran -Terdidik.

Gambar

ILLUSTRATION OF SELF CONCEPT FOR UNEMPLOYED BACHELOR  GRADUATE

Referensi

Dokumen terkait

Gempa bumi tahun 2000 diestimasikan hampir keseluruhan daerah Gading Cempaka dan Ratu Agung berpotensi mengalami goncangan akibat gelombang dan getaran akibat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum yang dilakukan oleh UPTD Pengelolaan Parkir Dinas

Pada kuesioner bagian II, dapat disimpulkan bahwa pada kategori pengertian pemanis buatan mengalami peningkatan jumlah responden paling tinggi yang menjawab kuesioner dengan

(i) Semua produk-produk yang dicakup dibawah Early Harvest Program harus dibagi ke dalam 3 kategori produk untuk pengurangan dan penghapusan tarif seperti yang telah

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tiada hentinya mencurahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga dengan segala

Tingkat signifikansi (α) menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan yang ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung

Contoh hasil segmentasi deteksi tepi Metode deteksi tepi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode atau operator Robert, Prewitt, Sobel, Laplacian, Kirsch,

sehingga untuk memaksimalkan potensi limbah baglog yang lebih ekonomis, maka perlu dilakukan penelitian efektivitas pemanfaatan limbah baglog sebagai bahan