• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

11 1. Bolabasket

Permainan bolabasket menurut PB Perbasi (2004:1) adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari lima orang pemain. Tiap regu berusaha untuk memasukkan bola ke dalam keranjang regu lawan. Mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka/skor. Bola boleh dioper, digelindingkan, atau dipantulkan/di-dribel ke segala arah sesuai ketentuan.

Menurut Saichudin dan Januarto (1992: 8) teknik dasar dalam bermain bolabasket meliputi: 1) Teknik dasar tanpa bola, 2) Ball Handling, 3) Teknik operan/lemparan bola (passing), 4) Teknik menangkap bola (catching), 5) Teknik memantulkan bola (dribbling), 6) Teknik Menembak (shooting), dan 7) Pivot. Diantara keterampilan teknik dasar dalam bermain bolabasket, hal yang paling penting dalam mengembangkan seorang pemain bolabasket adalah kemampuan dribble (PB. Perbasi, 2004:44). Tanpa keterampilan teknik dasar dribel yang baik dan sempurna maka bisa dikatakan kualitas permainan tidak akan berkembang dengan baik pula.

Setelah mampu melaksanakan dribel, teknik dasar yang selanjutnya di ajarkan adalah shooting, sehingga dalam permainan nanti setelah pemain mampu berlari dengan membawa bola, pemain juga mampu mencetak angka melalui shooting. Dari beraneka macam teknik shoting, lay up shoot merupakan teknik dasar yang sebaiknya diajarkan karena merupakan teknik shooting yang jarak tembaknya sangat dekat dengan ring. Hal ini sesuai dengan pengertian Lay up shoot, yaitu: tembakan jarak dekat dari ring basket, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan ke ring basket yang didahului dengan gerakan dua langkah.

(2)

Saichudin dan Januarto (1992: 43) menjelaskan bahwa bolabasket dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dan lima pemain, tiap pemain berusaha untuk memasukkan bola kedalam keranjang (basket) lawan dan mencegah regu lawan untuk memasukkan bola atau mencetak angka atau skor.

Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan bolabasket adalah permainan antara 2 tim yang masing-masing terdiri dari 5 pemain yang saling menyerang dan bertahan, dengan teknik dasar diantaranya berupa dribel, passing dan shooting yang salah satunya lay up shoot dan kemenangan ditentukan oleh banyaknya poin yang bisa di hasilkan.

Dari kesimpulan di atas berarti bolabasket yang terdiri dari beberapa teknik dasar yang harus dikuasai dan untuk tahap dasar dasar yang harus dikuasai pemain diantaranya adalah dribel dan lay up shoot, karena dengan kemampuan berlari membawa bola dan menembak dekat dengan ring diawali dengan dua langkah, pemain sudah bisa bermain bola basket dengan baik. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang teknik dasar bolabasket yang meliputi dribel dan Shooting yaitu lay up shoot.

2. Teknik Dribel dan Lay Up Shoot bolabasket a. Teknik dribel bolabasket

1. Pengertian Dribel

Dribel adalah usaha untuk membawa bola menuju sasaran serang (Dedy Sumiyarsono, 2002: 40). Menurut Nuril Ahmadi (2007: 17), menggiring bola adalah membawa lari bola ke segala arah sesuai dengan peraturan yang ada. Pemain diperbolehkan membawa bola lebih dari satu langkah asal bola dipantulkan ke lantai. Menggiring bola harus dengan satu tangan. Dribbling atau menggiring bola dapat dilakukan dengan sikap berhenti, berjalan, atau berlari. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan tangan kanan atau tangan kiri. Menurut Dedy Sumiyarsono (2002: 44), pelaksanaan dribel sebagai berikut:

(3)

2) Badan condong ke depan, titik berat badan berada diantara kedua kaki. 3) Gerakan tangan ke atas dan ke bawah dengan sumbu gerak di siku, saat

gerak bola ke atas maka telapak tangan mengikuti bola ke atas seolah-olah bola melekat pada telapak tangan.

4) Pandangan tidak melihat bola, akan tetapi melihat situasi sekitar.

5) Apabila akan melakukan gerakan mundur atau membalik, usahakan posisi kaki benar-benar berhenti terlebih dahulu dengan cara seluruh telapak kaki menyentuh lantai posisi lutut ditekuk dalam-dalam.

6) Usahakan bola selalu dalam lindungan, dengan cara menutup badan atau menggiring dengan tangan yang jauh dengan lawan dengan posisi kaki kanan menutupi atau sebaliknya.

Dribel atau menggiring bola adalah membawa lari bola ke segala arah sesuai dengan peraturan yang ada. Seorang pemain diperbolehkan membawa bola lebih dari satu langkah asal bola dipantulkan ke lantai, baik dengan berjalan maupun berlari dan harus menggunakan satu tangan. Kegunaan menggiring bola adalah mencari peluang serangan, menerobos pertahanan lawan, ataupun memperlambat tempo permainan (Nuril Ahmadi, 2007 : 17).Menggiring bola adalah salah satu dasar bolabasket yang pertama diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam pertandingan bolabasket(Jon Oliver, 2007: 49).

2. Jenis Teknik Dasar Dribel

Dribbling dibagi dalam beberapa teknik, menurut Jon Oliver (2007: 52-55) ada 5 teknik menggiring bola, yaitu:

1) Dribble crossover

Dribble crossover adalah Menggiring bola dengan membutuhkan pemindahan bola dengan cepat diantara dua tangan agar pemain bertahan kehilangan keseimbangannya. Dribbling ini gunanya bisa untuk mengecoh lawan, karena dribbling crossover mengutamakan kecepatan dan kelincahan dari masing-masing individu. Untuk melakukan dribbling tersebut lakukanlah dribbling rendah, selanjutnya gerakkan bola dengan cepat ke sisi lain tubuh dengan memantulkan di depan lutut atau menyebrangkan ke sisi lain.

(4)

Gambar 2.1. Dribble Crossover (Sumber: Jon Oliver, 2007: 52).

2) Dribbling diantara dua kaki

Dribbling ini membutuhkan dribbling cepat jenis gunting untuk memindahkan bola dari satu tangan ke tangan lainnya. Dribbling ini sebenarnya tidak begitu dominan dan jarang digunakan dalam sebuah permainan bolabasket akan tetapi cocok dilakukan untuk freestyle. Cara melakukannya mulailah dribbling di lapangan dengan tangan kanan di sisi kanan tubuh. Melangkahlah dengan kaki kiri maka dari gerak tersebut menghasilkan celah di antara kakimu sehingga bisa dilewati bola.

Gambar 2.2. Dribble di antara Dua Kaki (Sumber: Jon Oliver, 2007: 53)

3) Dribble jab-step

Salah satu keunggulan Dribble jab-step untuk membuat pemain bertahan bergerak pada saat menghalangi pergerakan kita sehingga mudah untuk

(5)

melewatinya. Cara melakukannya adalah ketika sudah dribbling di daerah lawan fokuskan pada satu titik di lantai di daerah yang dijaga pemain bertahan. Tepat sebelum kamu mencapai titik yang dijaga pemain bertahan lawan, lakukanlah jab-step ke arah kiri dengan kaki kiri untuk membuat pemain bertahan bergerak ke sebelah kiri tubuhmu. Lanjutkan jab-step tersebut dengan menjejakkan kaki kiri untuk membuatmu bergerak kembali ke kanan. Dorongan dari kaki kiri ini seharusnya menggerakkanmu ke arah yang berlawanan dengan arah gerak pemain bertahan. Lanjutkan dribbling ke arah kanan dengan kecepatan penuh.

Gambar 2.3. Dribble Jab-Step (Sumber: Jon Oliver, 2007: 54)

4) Dribble behind-the-back (di belakang punggung)

Untuk melakukan teknik ini perlu menggunakan gerakan yang mirip dengan umpan behind-the-back. Ini merupakan gerak efektif yang digunakan untuk mengubah arah dribbling tanpa harus mengubah bola di depan tubuh, untuk meminimalkan resiko pemain bertahan mencuri bola. Awalnya mulailah dribbling ke arah pertahanan lawan dengan tangan kiri. Ketika bola memantul ketangan kirimu, gunakanlah tangan dan lengan kirimu untuk mengayunkan

bola dengan cepat kebelakang punggungmu sehingga berpindah ke sebelah kanan tubuhmu. Segera tangkaplah bola dengan tangan kanan dan lanjutkan dribbling kearah baru.

(6)

Gambar 2.4. Dribble Behind the Back (Sumber: Jon Oliver, 2007: 55)

5) Dribble stop-on-go

Dribbling ini menggunakan perubahan kecepatan dribbling untuk membuat pemain lain kehilangan keseimbangan sehingga akan mudah melewati pemain yang menghadang pergerakan kita. Untuk melakukan dribbling ini mulailah dribbling dengan tangan kanan atau kiri. Berhentilah mendadak, teruskan dribbling satu atau dua kali dalam keadaan berhenti selama sesaat, selanjutnya sebisa mungkin lanjutkan dribbling kembali. Menurut Nuril Ahmadi (2007: 17) bentuk-bentuk menggiring bola yang sering dilakukan antara lain:

1) Menggiring bola rendah

Menggiring bola dengan pantulan rendah dilakukan untuk mengontrol atau menguasai bola, terutama dalam melakukan terobosan ke dalam pertahanan lawan

2) Menggiring bola tinggi

Menggiring dengan pantulan tinggi dilakukan bila menginginkan gerakan atau langkah dengan cepat

3. Manfaat Menggiring Bola

Menurut Nuril Ahmadi (2007: 17), manfaat menggiring bola adalah untuk mencari peluang serangan, memperlambat tempo permainan, menerobos pertahanan lawan. Dedy Sumiyarsono (2002: 45), mengungkapkan kegunaan menggiring bola adalah usaha cepat menuju ke pertahanan lawan, usaha menyusup pertahanan lawan, usaha mengacaukan pertahanan lawan, usaha

(7)

membekukan permainan. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat menggiring bola adalah usaha yang dilakukan untuk membawa bola menuju ke daerah lawan atau menerobos daerah pertahanan lawan

Dribble dilakukan oleh seorang pemain setelah dapat mengontrol bola, mendorongnya untuk melempar, menepis, memantulkan atau menggelindingkan dan menyentuh pemain lain (Saichudin dan Januarto, 1990:75).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dribel adalah gerak teknik dasar dalam permainan bolabasket berupa membawa lari bola ke segala arah sesuai dengan peraturan yang ada. Teknik ini merupakan salah satu dasar permainan bolabasket yang pertama diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam pertandingan bolabasket. Ada banyak jenis dribel dalam permainan bola basket diantaranya : Dribble crossover, Dribbling diantara dua kaki, Dribble jab-step, dribble behind-the-back (di belakang punggung) dan dribble stop-on-go. Sesuai dengan macam-macam teknik diatas bisa digambarkan secara jelas gerak dasar dribel sebagai berikut :

Gambar 2.5. Dribel tampak dari depan

(8)

Gambar diatas merupakan gerakan teknik dribel sesuai teknik yang sesuai yaitu :

1) Sikap kaki kuda-kuda dengan posisi lutut sedikit ditekuk.

2) Badan condong ke depan, titik berat badan berada diantara kedua kaki. 3) Gerakan tangan ke atas dan ke bawah dengan sumbu gerak di siku, saat

gerak bola ke atas maka telapak tangan mengikuti bola ke atas seolah-olah bola melekat pada telapak tangan.

4) Pandangan tidak melihat bola, akan tetapi melihat situasi sekitar.

5) Usahakan bola selalu dalam lindungan, dengan cara menutup badan atau menggiring dengan tangan yang jauh dengan lawan dengan posisi kaki kanan menutupi atau sebaliknya.

b. Teknik Lay Up Shoot 1. Pengertian Lay Up Shoot

Lay up shoot adalah salah satu keterampilan dasar yang terdapat pada permainan basket (Nuril Ahmadi, 2007: 19). Lay up shoot adalah tembakan jarak dekat dari ring basket, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan ke ring basket yang didahului dengan gerakan dua langkah. Gerakan melangkah dapat dilakukan dari menerima operan atau gerakan menggiring. Menurut Surodjikun (1994: 162), tembakan sambil melayang (lay up) adalah cara menembakkan bola ke arah keranjang seolah-olah sambil melayang sampai lengan tembak berada sedekat mungkin dengan sasaran. Menurut Engkos Kosasih (2008: 50), lompatan yang tinggi dibuat dengan jejakan kaki terakhir sebelum melompat, jadi diusahakan lompatan pemain mendekati ring. Lay up shoot dapat dilakukan dengan 2 (dua) hitungan kaki ataupun dengan 1 (satu) hitungan kaki. Untuk melompat tinggi dalam lay up shoot pemain harus mempunyai kecepatan setelah tiga sampai empat langkah ketika memotong atau mendorong bola, selain itu pemain juga harus mengontrol kecepatan. Selanjutnya, langkahkan kaki dengan berlawanan (bergantian).

Dilanjutkan oleh Jon Oliver (2007: 14-15), untuk melakukan lay up dengan tangan kanan, tubuh harus diposisikan dengan jarak satu langkah dari ring basket di sisi kanan ring basket. Lengan sebaiknya diposisikan tinggi-tinggi

(9)

dan ditekuk untuk menembak sampai membentuk sudut 900 derajat sehingga lengan tersebut membentuk huruf L. Bola basket diposisikan pada telapak jari-jari lengan kanan. Tangan yang tidak melakukan tembakan digunakan untuk menopang bola, dan lengan serta siku yang tidak melakukan tembakan digunakan untuk melindungi dari permainan bertahan yang menghalangi tembakan.

Adapun cara melakukan tembakan lay-up shoot menurut Muhajir (2007: 16) sebagai berikut.

1) Sikap permulaan, pemain menghadap ke basket dengan jarak secukupnya. Kedua tangan memegang bola siap untuk melakukan dribble menuju basket. Bergeraklah sambil mendribbel dengan pantulan tinggi beberapa langkah kedepan, kemudian tangkap bola dengan dua tangan sambil melayang cukup jauh.

2) Pelaksanaannya, ketika mendarat dari layangan tersebut, lakukan satu langkah pendek, kemudian loncat setinggi mungkin. Angkat bola keatas agar menjangkau basket sedekat mugkin. Lengan tembak di luruskan sedikit. Kemudian pergelangan tangan menembakan bola ke basket. Adapun langkah dalam melakukan lay up shoot dengan tangan kanan maupun kiri menurut Prusak (2007: 72) adalah sebagai berikut.

1) Lay up tangan kanan: Lompat dengan tumpuan kaki kiri, angkat lutut kaki kanan dan tangan kanan, kemudian tembakan bola tinggi –tinggi dan pelan-pelan ke sudut kanan atas garis kotak papan pantul.

2) Lay up tangan kiri: Lompat dengan tumpuan kaki kanan, angkat lutut kaki kiri dan tangan kiri, kemudian tembakan bola tinggi-tinggi dan pelan-pelan ke sudut kanan atas garis kotak papan pantul.

Ditambah lagi menurut Kosasih (2008: 50), lompatan yang tinggi dibuat dengan jejakan kaki terakhir sebelum melompat, jadi usahakan lompatan kita mendekati ring. Lay up shoot dapat dilakukan dengan 2 (dua) hitungan kaki ataupun dengan 1 (satu) hitungan kaki. Untuk melompat tinggi dalam lay up shoot pemain harus mempunyai kecepatan setelah tiga sampai empat langkah ketika memotong atau mendorong bola, selain itu pemain juga harus mengontrol kecepatan. Selanjutnya, langkahkan kaki dengan berlawanan (bergantian). Langkah sebelum melakukan lay up shoot sebaiknya dilakukan dengan langkah yang pendek, jadi pemain dapat dengan cepat membuka dan menekuk lututnya

(10)

untuk dapat mengubah momentum pergerakan dari bergerak maju menjadi naik. Kemudian pemain mengangkat lutut pada saat menembak dan memposisikan bola agar lurus ke atas ketika pemain melompat, lalu membawa bola di antara telinga dan bahu. Setelah itu, arahkan lengan, pergelangan tangan, dan jari lurus ke basket pada sudut antara 45º hingga 60º lalu lepaskan bola menggunakan jari telunjuk dengan sentuhan yang halus.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa lay up shoot adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak yang sangat dekat dengan ring basket, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan ke ring basket, yang didahului dengan dua langkah.

2. Teknik Melakukan Lay Up Shoot

Langkah dalam melakukan lay up shoot dengan tangan kanan maupun kiri menurut Prusak (2007: 72) adalah sebagai berikut: lay up tangan kanan: lompat dengan tumpuan kaki kiri, angkat lutut kaki kanan dan tangan kanan, kemudian tembakan bola tinggi–tinggi dan pelan– pelan ke sudut kanan atas garis kotak papan pantul. Lay up tangan kiri lompat dengan tumpuan kaki kanan, angkat lutut kaki kiri dan tangan kiri, kemudian tembakan bola tinggi-tinggi dan pelan-pelan ke sudut kanan atas garis kotak papan pantul.

Gambar 2.7. Tembakan Lay-Up (Sumber: Danny Kosasih, 2008: 50)

(11)

Menurut Dedy Sumiyarsono (2002: 36) adapun pelaksanaan lay-up sebagai berikut:

1) Saat menerima bola, harus dalam keadaan melayang dengan lompatan pertama sejauh mungkin yang mempunyai manfaat untuk meninggalkan lawan yang menjaga.

2) Saat melangkah, dilakukan dengan langkah pendek yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan badan dan memperoleh awalan pada lompatan berikutnya setinggi mungkin agar dapat mendekat dengan basket.

Langkah sebelum melakukan lay up shoot sebaiknya dilakukan dengan langkah yang pendek, jadi pemain dapat dengan cepat membuka dan menekuk lututnya untuk dapat mengubah momentum pergerakan dari bergerak maju menjadi naik. Kemudian pemain mengangkat lutut pada saat menembak dan memposisikan bola agar lurus ke atas ketika pemain melompat, lalu membawa bola di antara telinga dan bahu. Setelah itu, arahkan lengan, pergelangan tangan, dan jari lurus ke basket pada sudut antara 45º hingga 60º lalu lepaskan bola menggunakan jari telunjuk dengan sentuhan yang halus. Seperti pernyataan yang diungkapkan Hal Wissel (1994:47)Direct your“ arm, wrist, and fingers straight to the basket at an angle between 45 degrees and 60 degrees and release the ball off your index finger with a soft touch.”Kemudian pertahankan keseimbangan tangan pada bola hingga bola dilepaskan. Dilanjutkan dengan mempertahankan lengan atas dan meluruskan siku. Setelah itu, jari telunjuk pemain lurus pada sasaran dan lecutkan tangan pada saat menembak dengan menghadap ke bawah.

Menurut Hal Wissel (1996: 61) bahwa terdapat beberapa kunci sukses melakukan tembakan lay up shoot yaitu :

1. Fase persiapan: a) langkah pertama harus lebar atau jauh untuk memelihara keseimbangan, b) langkah kedua pendek untuk memperoleh awalan tolakan yang kuat agar dapat melompat yang tinggi, c) bahu rileks, d) tangan yang tidak menembak diletakkan di

(12)

bawah bola, e) tangan yang menembak diletakkan di belakang bola, f) siku masuk dan rapat.

2. Fase pelaksanaan: a)angkat lutut untuk melompat ke arah vertikal, b) tangan yang menembak diangkat lurus ke atas, c) bola dilepas dengan kekuatan ujung jari pada titik tertinggi dan memantul di sekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas keranjang, jika dilakukan dari sisi kanan.

3. Fase follow through: a) mendarat dengan seimbang dan lutut ditekuk, b) tangan ke atas. Gerakan lay up shoot atau memasukkan bola sambil berlari merupakan gerakan yang sulit, karena pada gerakan ini harus mengkoordinasikan beberapa gerakan menjadi suatu rangkaian gerak yang sempurna.

Lay up shoot dapat pula merupakan suatu tembakan yang efektif dalam menyelesaikan suatu serangan yang cepat atau dalam istilah bola basket disebut fast break. Sedangkan urutan rangkaian gerak lay up shoot menurut Jhoe Whelton, (1988:22), adalah :

1. Bergerak ke arah ring basket dengan konsentrasi yang penuh.

2. Melangkah ke depan dengan kaki kiri yang akan digunakan sebagai tolakan ke atas menuju ring basket (lay up shoot kanan)

3. Tolakan kaki kiri, naikkan lutut kanan untuk keseimbangan dan angkat bola ke arah ring dengan tangan kanan (lay up shoot kanan)

4. Letakkan bola pada papan pantul dengan control bola yang baik, meskipun gerakan ini merupakan gerakan akhir dari gerakan lari. 5. Gilirkan bola lewat jari pada papan pantul dengan lembut ke ring

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa lay up shoot adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak yang sangat dekat dengan ring basket, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan ke ring basket, yang didahului dengan dua langkah. Dengan memperinci menjadi 3 fase gerakan mulai dari persiapan yang meliputi ; a) langkah pertama harus lebar atau jauh untuk

(13)

memelihara keseimbangan, b) langkah kedua pendek untuk memperoleh awalan tolakan yang kuat agar dapat melompat yang tinggi, c) bahu rileks, d) tangan yang tidak menembak diletakkan di bawah bola, e) tangan yang menembak diletakkan di belakang bola, f) siku masuk dan rapat, dilanjutkan fase kedua yaitu : Fase pelaksanaan: a) angkat lutut untuk melompat ke arah vertikal, b) tangan yang menembak diangkat lurus ke atas, c) bola dilepas dengan kekuatan ujung jari pada titik tertinggi dan memantul di sekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas keranjang, jika dilakukan dari sisi kanan. Dan di akhiri fase terakhir berupa fase follow through yaitu: a) mendarat dengan seimbang dan lutut ditekuk, b) tangan ke atas. Gerak tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8. Tembakan Lay-Up

3. Tinjauan Analisis Biomekanika

1. Pengertian Biomekanika dan Olahraga

Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Mekanika terapan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari penerapan dari prinsip-prinsip mekanika. Sedangkan mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang disebut gaya. Menurut Hickman

(14)

dalam Ronald (2003: 34) mekanika adalah studi tentang bagaimana sesuatu bergerak dan apa yang menyebabkannya bergerak.

Biomekanika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari bentuk dan macam-macam gerakan atas dasar prinsip-prinsip mekanika dan menganalisis suatu gerakan. Disiplin ilmu biomekanika tidak berdiri dengan sendirinya, melainkan ditunjang oleh disiplin ilmu yang lainnya, seperti anatomi, fisologi, dan fisika, kemudian dasar-dasar atau prinsip dari ketiga bidang ilmu itu menjadi dasar suatu disiplin ilmu yang disebut biomekanika. Selain itu, pada dasarnya penekanan utama dalam biomekanika adalah seluruh konsep mekanik, tetapi tubuh manusia adalah sistem yang jauh lebih kompleks daripada kebanyakan objek yang ditemui dalam konsep mekanika. Oleh karena itu, biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Menurut Hidayat (1999: 5) biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan hukum-hukum mekanika terhadap struktur makhluk hidup, terutama system lokomotor dari tubuh, yang dimaksud dengan lokomotor itu sendiri adalah kegiatan dimana seluruh tubuh bergerak karena tenaganya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya. Sedangkan Hay dalam Claude Bouchard (1985: 65) memberi pengertian tentang biomekanika yang sejalan, yaitu biomechanics is the science concerned with the internal and external forces acting on a human body and the efffects produced by the forces. Artinya, biomekanika adalah suatu pengetahuan yang berhubungan dengan kekuatan internal maupun eksternal yang bekerja pada tubuh manusia dan merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu kekuatan yang berasal dari hasil kerja tubuh manusia tersebut.

Pada ilmu keolahragaan, biomekanika sudah sangat dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang secara khusus mempelajari gerakan dari aktivitas olahraga yang dilakukan. Dengan demikian, dalam ilmu keolahragaan ilmu yang mempelajari tentang mekanisme gerak tubuh manusia disebut biomekanika olahraga. Menurut Depdiknas (2000: 22) biomekanika olahraga adalah hal yang berurusan dengan pengaruh daya hukum alam terhadap tubuh manusia selama aktivitas fisik berlangsung. Objek formal dari ilmu

(15)

biomekanika olahraga adalah mempelajari atau menganalisis gerak manusia melalui aktivitas fisik dalam rangka pembentukan dan pendidikan dengan tujuan menghasilkan suatu perkembangan gerak yang diaplikasikan pada teori kepelatihan dalam professional keolahragaan yang terdiri dari Olahraga Kesehatan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Kepelatihan Olahraga Kompetitif, Olahraga Rekreasi, Manajemen Olahraga dan Olahraga Rehabilitasi (Taksonomi Ilmu Keolahragaan dalam Depdiknas, 2000:21).

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa biomekanika olahraga adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bentuk dan macam-macam gerakan manusia yang merupakan hasil dari aktivitas olahraga atas dasar prinsip gerak yang digunakan untuk menganalisis gerakan tersebut. 2. Fungsi Biomekanika dalam Olahraga

Seseorang yang sudah menyandang predikat atlet, guru dan pelatih olahraga dengan sendirinya harus melakukan pendekatan ilmiah terhadap gerakan tubuh manusia. Pendekatan ilmiah tersebut dapat dilakukan dengan cara memahami ilmu biomekanika olahraga, karena penggunaan ilmu ini menjadi penting saat gerakan atlet dianalisis. Aplikasi ilmu biomekanika dalam olahraga inilah yang menjabarkan bagaimana gerakan manusia bisa sangat efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan prestasi. Analisis gerak yang didapatkan kemudian dijadikan pegangan pelatih untuk memberikan instruksi yang benar kepada atletnya.

Menurut Benoit Roy dalam Claude Bouchard dkk (1985: 65) tujuan utama biomekanika adalah untuk memberikan pemahaman tentang hakikat dan fungsi gerakan manusia, baik dalam kegiatan olahraga, tari atau bentuk gerakan yang diadaptasi.

Berdasarkan tujuan tersebut dengan demikian seorang guru, atlet ataupun pelatih olahraga akan mempunyai suatu kompetensi untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan gerak atau teknik yang benar dalam suatu aktivitas olahraga, apa yang salah pada gerakan yang dilakukan, mengapa gerakan tersebut salah, serta yang terpenting adalah dapat menentukan apa

(16)

yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan gerak pada aktivitas olahraga tersebut.

Dari kemampuan menganalisis tujuan biomekanika olahraga, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi dari memahami ilmu biomekanika dalam olahraga, yaitu guna menghasilkan suatu bentuk gerakan dalam aktivitas olahraga yang memiliki nilai efisiensi dan efektifitas yang baik, sehingga setiap gerakan dari aktivitas olahraga yang dilakukan baik oleh peserta didik ataupun atlet bersifat anatomis dan terkoordinasi serta aman dari terjadinya peluang cidera yang pada akhirnya mampu menghasilkan suatu prestasi olahraga yang optimal, sehingga kepuasan gerak seseorang dalam melakukan suatu aktivitas olahraga akan tercapai.

3. Sub Disiplin Ilmu Dalam Konsep Utama Biomekanika a. Titik Berat

Setiap anggota tubuh memiliki massa atau berat dan memiliki titik tangkap dari massa yang bekerja. Massa dari anggota tubuh tersebut akan menimbulkan gaya-berat atau gaya-tahanan yang mempunyai titik pusat massa. Titik pusat massa tersebutlah yang disebut dengan titik berat.

Menurut Hidayat (1999: 9) titik berat adalah titik dimana gaya berat benda atau anggota tubuh itu bekerja atau dapat diartikan juga sebagai titik yang mewakili dari benda/ tubuh. Letak titik berat badan manusia letaknya selalu berubah-ubah, karena anggota tubuh manusia dapat bergerak ke berbagai arah sehingga sikap yang dihasilkan mempengaruhi letak titik berat badannya. Pada posisi sikap anatomis (sikap normal), letak titik berat badan manusia terletak di posisi 2,5 cm di bawah promontarium atau tulang kemudi (antara ruas pinggang dan tulang kemudi).

Tujuan mempelajari letak titik berat pada biomekanika olahraga adalah untuk menciptakan sikap dan gerakan tubuh yang benar, memperbaiki sikap dan gerakan yang salah sehingga meningkatkan efisiensi dan keterampilan dalam melakukan aktivitas olahraga.

(17)

Contoh penerapan dalam perubahan titik berat badan manusia pada cabang olahraga dapat dicontohkan pada olahraga atletik nomor lompat jauh, yaitu pada saat sikap awal titik berat badan seorang pelompat masih berada di tulang kemudian, saat memasuki tahap melayang di udara hingga sikap akhir seorang pelompat harus mengubah letak titik berat badannya menjadi di depan bagian luar tubuh supaya dapat mengambil posisi yang baik dan benar saat mendarat.

Di bawah ini contoh gerakan berkaitan dengan titik berat badan dalam teknik dasar dribel. Dimana posisi pemaian rendah dengan mengecilkan sudut antara tungkai atas dan bawah. Secara otomatis ketika terjadi perubahan gerak berarti berganti pula titik berat badanya. Untuk menjaga keseimbangan pemain harus mengenal titik berat badannya berada dimana.

Gambar 2.9. Analisis Biomekanika titik berat badan saat dribel

b. Kesetimbangan dan Stabilitas

Keseimbangan dan stabilitas merupakan dua istilah kata yang hampir sama, namun memiliki makna yang berbeda. Menurut Ronald (2003: 18) Keseimbangan berkaitan dengan koordinasi dan kontrol, sedangkan stabilitas berkaitan dengan besar tahanan yang diciptakan oleh seseorang untuk melawan gaya yang mempengaruhi keseimbangnnya. Semakin stabil sikap seseorang, maka semakin besar tahanan yang harus diciptakan untuk mengatasi gaya yang mempengaruhi keseimbangannya. Hal tersebut dapat dicontohkan pada cabang olahraga judo dan gulat. Dalam cabang olahraga

(18)

tersebut, semakin stabil sikap siap seorang atlet dalam bertanding maka akan semakin besar juga gaya dari seorang lawan, sehingga atlet tersebut harus menciptakan suatu tahan yang lebih besar lagi supaya posisi tubuh tetap stabil atau setimbang.

Kesetimbangan dan stabilitas digunakan dalam pelaksanaan asas mekanika. Menurut Hidayat (1999: 16) kesetimbangan tubuh dapat dibagi menjadi 3 jenis, yakni : kesetimbangan stabil, kesetimbangan labil, kesetimbangan netral/ normal. Kesetimbangan stabil terjadi bilamana suatu benda atau seseorang mengalami kontak dengan dasar/permukaan pijakan luas, pusat gravitasi terletak redah dan garis pusat gravitasi terletak di dalam benda, munculnya gaya pemulih yang menyebabkan kembali ke posisi semula, tenaga potensial bertambah. Kesetimbangan labil terjadi bilamana pusat gravitasinya suatu benda atau seseorang akan turun apabila diberi gaya sehingga posisi benda akan mengalami perubahan dan tenaga potensial berkurang, garis pusat gravitasinya jatuh diluar garis penyokong, dan dasar penyokong terlalu kecil. Kesetimbangan normal terjadi bilamana pusat gravitasi suatu benda atau seseorang tidak berubah apabila diberi gaya dan tenaga potensial bertambah.

c. Gerak (Movement)

Gerak adalah suatu proses terjadinya perubahan baik dalam hal bentuk, sikap ataupun tempat. Gerak merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia, akan tetapi dalam bergerak seseorang perlu mendasarkan kinerja mekanis agar gerak yang dilakukan hemat energi sehingga tidak cepat lelah namun hasil yang dicapai lebih optimal. Oleh karena itu, menurut Komari (2010: 17) untuk melakukan suatu gerakan, seseorang perlu mengetahui prinsip dasar yang dijadikan suatu pedoman dalam melakukan gerakan, yaitu 1) prestasi tinggi dengan usaha yang sedikit atau kecil atau pekerjaan itu efisien apabila menggunakan otot yang besar dan kuat apabila mengangkat beban yang berat, koordinasi melibatkan otot sedikit saja, merentangkan otot semaksimal mungkin agar mendapatkan kekuatan yang maksimal, melakukan warming-up agar kekuatan otot meningkat; 2) kekuatan

(19)

ditujukan ke titik berat searah gerak yang dikehendaki; 3) bila mengangkat, manahan atau membawa benda sebaiknya benda tersebut didekatkan dengan titik berat badan agar usaha yang dikerahkan lebih kecil; 4) jika membidik sasaran arahnya tidak horizontal, karena gaya gravitasi selalu menarik benda tegak lurus ke bawah.

Berdasarkan penjabaran prinsip dasar yang dijadikan pedoman dalam bergerak tersebut dapat diketahui bahwa semua bentuk gerakan terjadi karena dipengaruhi oleh sejumlah gaya, gaya yang dimaksud adalah kontraksi otot. Menurut Hidayat (1999: 43) unsur yang menyebabkan terjadinya gerakan ada tiga, yaitu tulang sebagai alat penggerak, otot sebagai sumber penggerak dan persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Contoh bentuk gerak (movement) yang terjadi pada manusia, yaitu berlari (perubahan tempat), membusungkan dada (perubahan volume), menekuk siku dan jongkok (perubahan sikap). Dalam permainan bolabasket gerak biomekanika dicontohkan pada gerakan lay up shoot pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.10. Analisis Biomekanika gerak lay up shoot

Pada gambar di atas terjadi perubahan gerak di fase persiapan, pelaksanan dan follow through yang mekanisme gerakan sesuai pada pembahasan teknik dasar lay up shoot.

Dalam ilmu biomekanika olahraga, jika dilihat dari segi ruang dan waktu, maka gerak akan membentuk lintasan yang beraneka macam, yaitu

(20)

gerak lurus (linier), gerak putar (rotasi), gerak translasi dan gerak lengkung (curvilinier) (Hidayat. 1999: 57).

Komari (2010: 18) memberikan definisi gerak linier adalah gerak dalam garis lurus dari titik pertama hingga ke titik akhir, misalnya gerak kaki dari start sampai finish. Gerak rotasi adalah gerak berputar melalui sumbu geraknya, misalnya gerakan ayunan pitcher pada olahraga softball. Gerak translasi adalah gerak suatu benda atau seseorang menurut kedudukannya dari setiap titik benda satu terhadap yang lain selama bergerak secara sejajar, misalnya gerakan glide pada awalan tolak peluru. Gerak lengkung adalah bentuk gerakan menyudut yang menempuh lintasan yang melengkung, gerak ini disebut juga gerak peluru atau gerak proyektil, misalnya, gerakan melempar bola dengan cara melambung.

Dalam bolabasket saat melakukan dribel terjadi gerak bola yang berbeda. Yaitu saat gerakan statis hanya di tempat dan gerakan dinamis saat ada kejadian perubahan posisi bola. Hal ini di jabarkan pada gerak pantul bola seperti yang ada pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.11. Analisis Biomekanika gerak pantul bola saat dribel

Gerakan di atas menunjukan gerak pantul. Dimana pantulan bola sudutnya sama lebar dengan sudut pantulan. Dengan memahami biomekanika pemain diharapkan mampu menguasai pantulan bola dari berbagai arah, sehingga saat melakukan teknik dasar dribel saat sambil berlari atau bergerak

(21)

kearah manapun pemain sudah terbiasa dan tetap bisa melakukan gerakan dengan baik.

d. Gaya (Force)

Menurut Ronald (2003: 24) gaya adalah suatu dorongan atau tarikan yang dapat mengubah keadaan gerak suatu benda atau seseorang. Sedangkan menurut Hidayat (1999: 60) gaya adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan keadaan (dari diam ke gerak, dari gerak ke diam, atau perubahan panas, atau perubahan kecepatan). Jadi, dapat disimpulkan bahwa gaya adalah sesuatu yang memberikan suatu pengaruh atau sebab sehingga mengubah keadaan suatu benda.

Dalam aktivitas olahraga gaya berasal dari dua sumber, yaitu gaya internal (internal force) dan gaya eksternal (external force). Internal force diciptakan dari dalam tubuh seseorang akibat hasil kontraksi antara otot-otot yang melakukan aktivitas tarik menarik melalui tendon kemudian tendon memberi isyarat kontraksi kepada tulang yang menghasilkan suatu gerakan atau tahanan, sedangkan external force adalah suatu gaya yang tercipta karena adanya pengaruh dari faktor gravitasi, gaya reaksi dari tanah, gesekan, tahanan udara dalam berbagai aktivitas pada cabang olahraga yang menghasilkan suatu gaya dorongan atau tarikan.

Sedangkan bentuk gaya yang dikenal dalam olahraga adalah gaya postulat (propulsive force) dan gaya tahanan (resistance force). Gaya postulat yang disebut juga gaya dinamis adalah gaya yang menyebabkan gerakan positif atau gerak laju, misalnya gaya dorong dari tangan saat melakukan dribel bola basket seperti di bawah ini.

(22)

e. Tahanan (Resistance)

Adanya tahanan (resistance) merupakan akibat dari adanya gerak yang diperlambat yang disebabkan oleh percepatan negatif, misalnya pada bola yang menggelinding di atas rumput, makin lama bola tersebut akan bergerak semakin lambat dan akhirnya berhenti, hal tersebut diakibatkan karena adanya tahanan berupa gesekan antara dua permukaan yang menghambat laju geraknya bola tersebut sehingga kecepatan bola tersebut diperlambat.

Menurut Hidayat (1999:135) tahanan (resistance) adalah semua sebab yang dapat mengubah atau mempengaruhi suatu keadaa/ posisi/ gerak suatu benda. Dalam ilmu biomekanika ada beberapa klasifikasi jenis tahanan, yaitu tahanan udara (air resistance), tahanan air, turbulensi dan gesekan.

a. Tahanan udara

Besarnya tahanan udara tergantung dari besarnya penampang atau permukaan, besarnya kecepatan dari benda atau besarnya arus udara, besarnya tekanan udara dan bentuk benda dan sifat permukaan dari benda (licin atau kasar) Contohnya pada sebuah cakram yang dilempar akan mendapatkan tahanan udara, jika tahanan udara yang bekerja makin besar, maka makin lambat gerak lajunya cakram tersebut.

b. Tahanan air

Contohnya perenang yang berenang di dalam air, antara badan dengan air terjadi tahanan karena adanya gesekan yang terjadi antara tubuh perenang dengan air tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh posisi badan di dalam air akan menentukan besarnya penampang badan, gerakan tungkai yang melebar-masuk keluarnya telapak tangan dan gerakan recovery akan menimbulkan tahanan air serta gelombang air yang besar akan memperlambat gerakan perenang, eddies yaitu riak air yang disebabkan oleh terpencarnya arus air, gesekan kulit dan baju renang serta kecepatan gerak perenang.

(23)

c. Turbulensi

Turbulensi adalah arus udara yang terpencar yang menjadi golakan arus.

d. Gesekan

Gesekan merupakan satu gaya yang merupakan tahanan, yaitu terjadi apabila dua benda saling kontak pada permukaan yang sama oleh adanya gaya yang bekerja dari benda yang satu terhadap benda yang lain atau sebaliknya. Contohnya, pada cabang olahraga gulat terjadi body contact berupa dorongan antar pegulat yang merupakan pola serangan atau pola pertahanan.

f. Momentum dan Impuls

Momentum adalah besarnya gaya dorong dari suatu benda dengan suatu kecepatan yang disebut kekuatan gerak. Penyebab timbulnya momentum adalah kekuatan dan lamanya kekuatan itu sendiri terjadi sehingga menghasilkan momentum, kekuatan dan jumlah gerak.

Sedangkan impuls adalah pengerahan gaya/ kekuatan. Impuls merupakan suatu hubungan sebab akibat dari momentum, semakin besar impuls mengakibatkan momentum yang dihasilkan juga besar. Implementasi hubungan sebab akibat antara impuls dengan momentum, yaitu pada cabang olahraga panahan, semakin besar tarikan busur panah yang dilakukan maka akan semakin besar momentum yang dihasilkan untuk anak panah sehingga anak panah tersebut dapat telepas dari busur dengan cepat dan menghasilkan jarak yang jauh.

g. Impact

Impact adalah benturan yang terjadi akibat momentum benda yang satu membentur benda yang lain, tidak lain merupakan adanya gaya atau gaya dorong yang harus kita lawan. Impact dapat terjadi pada benda yang bergerak pada satu garis lurus maupun dua garis lurus, macam-macamnya antara lain : a.) antara dua benda yang bergerak searah, yaitu benda yang bergerak lebih cepat menabrak yang lebih lambat; b.) benda yang bergerak menabrak benda lain yang diam, setelah berbenturan, yang diam bergerak; c.) antara dua benda

(24)

yang bergerak berlawanan arah, yaitu yang satu bergerak dengan kecepatan positif sedangkan yang satunya bergerak dengan kecepatan negatif; d.) benda yang bergerak menabrak dinding/ tembok/ stick secara tegak lurus dan setelah membentur benda tersebut terpental kembali; e.) impact terjadi pada dua garis yang saling membuat sudut (tidak pada satu garis lurus).

Contoh terjadinya impact dalam aktivitas olahraga, yaitu pada saat lari jarak jauh, kaki yang menapak tanah merupakan impact, selain itu pada cabang olahraga bolabasket dapat dilihat pada gerakan dribel bola basket seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.13. Analisis gerak fleksi-ekstensi lengan dan tangan pada dribel

(25)

Gambar 2.15. Analisis gerak fleksi-ekstensi pergelangan tangan saat dribel

Gambar di atas menunjukkan impact yang terjadi pada gerakan dribel bola basket, yaitu dimulai dari gerakekstendi tangan diikuti fleksi tangan dan fleksi lengan bawah. Sehingga pada pelaksanaan gerakannya bola di dorong bukan di pukul.

4. Komponen Fisik Penunjang Bolabasket

Kondisi fisik yang prima dibutuhkan untuk persiapan teknik yang baik dan melancarkan strategi. Persiapan fisik dan teknik memberikan dasar pembentukan faktor berikutnya. Dengan teknik yang baik akan memudahkan seseorang mencetak poin. Selanjutnya kemampuan teknik yang baik akan memperoleh kemampuan taktik yang lebih baik, dengan kemampuan taktik yang baik maka seseorang akan mampu menjalankan pola dengan sesuai, setelah faktor taktik dilaksanakan dengan baik maka akan membawa kemampuan mental yang baik untuk siap menghadapi pertandingan.

Seorang pemain bolabasket tidak hanya harus mempunyai skill, teknik bolabasket, dan psikologis yang baik, akan tetapi seorang pemain juga harus memiliki kondisi fisik yang baik. Seorang pemain bolabasket harus mampu berlari secara efisien di dalam lapangan, mempunyai langkah awal yang cepat, mampu membaca permainan dan bereaksi terhadap situasi pertandingan, bergerak ke setiap arah pada saat melompat tinggi dengan cepat pada suatu rangkaian yang berurutan (Foran, 2001:222).

Menurut Arifin (2004: 14-15) komponen atau faktor fisik yang menunjang atau menentukan dalam permainan bola basket yaitu:

(26)

1) Daya tahan; kemampuan fisik maksimal sangat dituntut dalam permainan bolabasket selain kondisi fisik, konsentrasi dalam membaca situasi dalam permainan sangat berpengaruh.

2) Kekuatan; kontak fisik dalam permainan bolabasket sangat dominan pada saat melewati, menjaga atau menghadang maupun saat saling merebut bola di udara.

3) Kelentukan; maneuver atau gerakan akrobatik dalam permainan bolabasket sangat kental (sering terjadi) pada saat melewati lawan maupun saat menghindari lawan yang hendak melakukan blok di udara.

4) Daya ledak; gerakan tiba-tiba sangat dibutuhkan pada saat melewati pemain ataupun pada saat melakukan loncatan dan lompatan saat melakukan tembak dengan kecepatan tinggi.

5) Stamina; daya tahan dan kecepatan atlet diperlukan dijaga dalam menjalani tiap quarter atau babak dalam permainan bolabasket.

6) Kelincahan; menekankan pada penguasaan gerakan teknik-teknik yang dimiliki tiap individu.

7) Kecepatan reaksi; kecepatan dalam membaca gerakan dengan gerakan bertahan dalam menanggulangi serangan lawan maupun memanfaatkan bola pertama saat menyerang menjadi peluang.

8) Kordinasi; perlindungan bola saat melakukan dribel maupun menghindari rebutan (steal).

9) Mobilitas; kemampuan gabungan antara kelentukan dan kelincahan saat menghindari blok dan melakukan maneuver langsung di udara.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam setiap latihan bolabasket diharapkan mampu meningkatkan faktor fisik sebagai penunjang diantaranya yaitu: daya tahan, kekuatan, kelentukan, daya ledak, stamina, kelincahan, kecepatan reaksi, koordinasi dan mobilitas. Dari berbagai faktor tersebut yang dominan dengan teknik dasar dribel dan lay up shoot bola basket adalah kekuatan, kelincahan dan daya ledak. Sehingga

(27)

diharapkan dalam model latihan memperhatikan faktor-faktor tersebut namun dalam prosesnya disesuaikan dengan kondisi peserta ekstrakurikuler.

5. Karakteristik Siswa Putra SMP

Tinjauan karakteristik Peserta ekstrakurikuler SMP berusia 13-15 tahun sehingga berdasarkan usia kronologis berada pada masa adolesensi, Menurut Sugiyanto (1998:9) “masa adolesensi untuk perempuan yaitu usia 10 sampai 18 tahun, laki-laki usia 12 sampai 20 tahun”.

Masa adolesensi atau remaja biasanya ditandai dengan pertumbuhan permulaan dari masa remaja ditandai oleh suatu masa peningkatan yang cepat dalam tinggi dan berat badan. Menurut Gallahue (1997: 198) usia permulaan, durasi, dan intensitas dari dorongan pertumbuhan (growth spurt) ini didasarkan pada genetik dan berbeda pada setiap individu. Genotip seseorang (potensi pertumbuhan) menentukan batas pertumbuhannya sendiri. Bagaimanapun, fenotip seseorang (kondisi lingkungan) akan juga berpengaruh besar terhadap potensi pertumbuhannya.

Dalam perkembangan fisik yang berhubungan dengan kematangan seksual mencapai puncaknya pada periode adolesensi. Kemudian Sugiyanto (1998:178), menyatakan “pada anak laki-laki antara usia 13 samapai 15,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 4 inchi (10,6 cm) setiap tahun. Urutan pencapaian puncak untuk anak laki-laki dimulai denagan panjang tungkai, kenudian panjang togok dan disusul dengan pelebaran panggul dan dada, pelebaran pundak (bahu) dan akhirnya pada penebalan dada. Pertumbuhan puncak panjang tungkai dengan panjang togok kira-kira berselang satu tahun.

Pada masa adolesensi atau remaja, anak laki-laki masih menunjukkan peningkatan sejalan dengan berlangsungnya umur kronologis. Secara umum peningkatan penampilan gerak pada masa sebelum adolesensi dan adolesensi telah dijelaskan Sugiyanto, (1997:188) masa adolesensi mengalami peningkatan penampilan gerak, seperti lari cepat, lari jarak jauh, lompat tinggi dan sebagainya. Peningkatan kuantitatif ini merupakan bagian yang dihasilkan oleh pertumbuhan yang berlangsung terus, terutama pertumbuhan yang cepat di masa adolesensi,

(28)

yang menghasilkan kekuatan dan daya tahan, demikian pula sumbangan dari unsur koordinasi tidak diragukan lagi dalam menunjang keterampilan.

Masa adolesensi merupakan waktu yang sangat baik dan tepat untuk meningkatkan kemampuan gerak, seperti yang dijelaskan Sugiyanto, (1997:199) adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan untuk menyempurnakan gerakan, dan memperhalus keterempilan keterampilan keterampilan kegiatan olaharaga secara luas. Setiap orang dapat belajar untuk menilai kemampuannya dan memilih latihan, olahraga, dan kegiatan fisik lainnya yang berguna sepanjang hidupnya.

Tinjauan karakteristik dilihat dari keterampilan, peserta ekstrakurikuler SMP masuk pada kategori Tahap latihan dasar atau pemula. Dalam tahap ini yang paling penting adalah dimana pengembangkan kapasitas fisik dari masing-masing individu. Seperti disimpulkan Nossek (dalam Furqon 1995:129) menyatakan bahwa, “tahap ini dapat mengembangkan kapasitas fisik yang lainnya seperti: keterampilan dasar, pola, pengalaman gerak yang berbeda-beda. Keterampilan gerak yang diberikan masih dalam bentuk kasar sehingga penting untuk melatih konsentrasi, kemauan serta identifikasi afektif.”

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa paserta ekstrakurikuler bolabasket SMP berusia antara 13-15 tahun masuk pada masa adolesensi, dimana usia ini sangat penting karena anak mengalami peningkatan penampilan gerak, seperti lari cepat, lari jarak jauh, lompat tinggi dan sebagainya. Peningkatan kuantitatif ini merupakan bagian yang dihasilkan oleh pertumbuhan yang berlangsung terus, terutama pertumbuhan yang cepat di masa adolesensi, yang menghasilkan kekuatan dan daya tahan, demikian pula sumbangan dari unsur koordinasi tidak diragukan lagi dalam menunjang keterampilan. Namun dalam prosesnya harus memperhatikan tingkat kemampuan yang dalam hal ini masuk dalam kategori pemula yang memiliki karakteristik dapat mengembangkan kapasitas fisik yang lainnya seperti: keterampilan dasar, pola, pengalaman gerak yang berbeda-beda. Keterampilan gerak yang diberikan masih dalam bentuk kasar sehingga penting untuk melatih konsentrasi, kemauan serta identifikasi afektif.

(29)

Jika dikaitkan dengan model latihan dribel dan lay up shoot bolabasket maka dalam prosesnya harus memperhatikan karakteristik sesuai tahap kemampuanya, yaitu memunculkan situasi yang mampu melatih konsentrasi, meningkatkan kemampuan dan memperhatikan afektif peserta. Sehingga model latihan yang baik akan sejalan dengan pertumbuhan tulang yang cepat sebagai karakteristik masa adolisensi dan situasi yang menyengangkan agar sejalan dengan karakteristik latihan untuk tahap pemula. Sehingga pencapaian kemampuan gerak dribel dan lay up shoot dapat berjalan dengan baik.

6. Latihan

1. Definisi Latihan

Hadisasmita & Syarifudin (1996:145), menyatakan bahwa latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah beban latihan serta intensitas latihannya.

Menurut Suharno (1993:5) latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental yang teratur, terarah, meningkatkan bertahap dan berulang-ulang waktunya.

Dalam latihan yang tidak pernah menambah beban latihan maka prestasi pun tidak akan bertambah meningkat. Tujuan utama dari latihan adalah membantu atlet meningkatkan penampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan oleh pelatih.(1) Latihan fisik, latihan ini khusus ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi atlet, yang mencakup komponen-komponen fisik antara lain: kekuatan otot, daya tahan, kelentukan, stamina, kecepatan, power, stamina otot, agilitas, koordinasi, keseimbangan dan lain-lain, (2) latihan teknik, latihan kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromoskular, (3) latihan taktik, latihan ini menumbuhkan perkembangan daya tafsir pada atlet, pola-pola permainan, strategi taktik pertahanan dan penyerangan, (4) latihan mental, latihan mental ini lebih menekankan pada perkembangan maturasi (kedewasaan) atlet serta perkembangan emosional-impulsif, misalnya: semangat bertanding, sikap pantang menyerah,

(30)

percaya diri, sportivitas, kematangan juara, keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stres dan ketakutan, dan sebagainya (Suharno, 1993:1).

Dari pernyataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah sebuah kegiatan yang tersusun secara sistematis yang didalamnya terdapat unsur-unsur kegiatan dengan tujuan mendapatkan suatu prestasi yang maksimal.

2. Prinsip-Prinsip Latihan

Dalam permainan bolabasket prinsip-prinsip latihan sangat diperlukan karena merupakan dasar yang perlu diketahui serta diterapkan dalam latihan cabang olahraga. Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan tersebut diharapkan prestasi seorang atlet akan cepat meningkat. Tanpa mengetahui hal ini seseorang atlet atau pelatih tidak mungkin dapat berhasil melatihnya.

Sebagai dasar atau landasan prinsip-prinsip latihan adalah proses adaptasi manusia terhadap lingkungan. Manusia memiliki daya adaptasi istimewa terhadap lingkungannya. Suharno (1993:5) menyatakan adaptasi adalah penyesuaian fungsi dan struktur organisme atlet akibat beban latihan yang diberikan. Adaptasi atlet akan timbul bila terkena rangsangan beban latihan berat.

Menurut Suharno (1993:7) menjelaskan bahwa prinsip latihan terdiri dari:(1) kenaikan beban latihan teratur dari sedikit demi sedikit; hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi overtraining dan proses adaptasi atlet terhadap beban latihan akan terjamin keteraturannya, (2) prinsip stres (tekanan); latihan harus mengakibatkan stress fisik dan mental atlet. (3) prinsip interval (selang); kegunaan prinsip interval diterapkan dalam latihan adalah untuk menghindari overtraining, (4) prinsip ulangan (repetisi); untuk mengoptimalkan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik, dan keterampiln yang benar, atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak- banyak secara kontinyu.

Sedangkan menurut Raharjo dan Saichudin (2009:10) Secara ringkas, beberapa prinsip latihan yang penting dipahami pelatih yaitu :(1) Beban lebih (Overload) ; menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat diberikan pada atlet secara periodik dan progresif ditingkatkan. (2) Individualisasi ; tidak

(31)

ada dua seorang atlet yang rupa serta kerakteristik fisiologis dan fisiknya sama, artinya beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan adaptasi, potensi, serta karakteristik spesifik dari atlet. (3) Densitas latihan ; kepadatan atau frekuensi latihan yang dilakukan atlet (4) Kembali asal; menyatakan bahwa kalau kita berhenti berlatih, tubuh akan kembali kekeadaan semula dan kondisi fisik tidak akan meningkat. (5) Spesifik; latihan harus sesuai dengan cabang olahraga yang dilakukan. (6) Perkembangan multilateral; pada masa anak-anak\ tidak boleh terlalu cepat dispesifikkan pada satu cabang olahraga. (7) Pulih asal; perkembangan atlet bergantung pad pemberian istirahat yang cukup sesuai agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bias dimaksimalkan. (8) Variasi latihan; bentuk-bentuk latihan harus variatif untuk menjaga kejenuhan pemain.

Teori-teori dan prinsip-prinsip latihan tentang latihan fisik, yang telah dikemukakan tersebut merupakan landasan untuk memahami proses pembentukan fisik dalam permainan bolabasket. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip latihan perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penyusunan suatu program latihan yang melalui pentahapan, teratur, dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan prestasi atletnya seorang pelatih harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan.

7. Tinjauan Aspek Belajar Gerak (Motor Learning)

Untuk menjadi pemain yang hebat, seorang pemain Bolabasket memerlukan banyak latihan untuk menguasai keterampilan gerak (motor ability) dalam teknik Bolabasket. “Konsep belajar gerak adalah bagaimana individu belajar tentang ketrampilan gerak dan faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan fisik, yang dapat memberikan informasi penting terhadap guru pendidikan jasmani, pelatih, dan perancang kurikulum, (Drowatzky 1981:1).” Untuk memudahkan pemain Bolabasket dalam menguasai teknik-teknik dasar Bolabasket, maka pelatih dan pemain harus mempelajari motor learning (belajar gerak). Dengan mempelajari gerak dengan benar akan memudahkan pemain dalam melaksanakan tugas geraknya.

(32)

1. Konsep kemampuan gerak

Kajian tentang konsep kemampuan gerak yang relevan dengan aspek gerak permainan bolabasket yaitu: respon gerak (motor response), pola gerak (motor pattern), dan keterampilan gerak (motor skill). Implementasi dalam permainan bolabasket adalah sebagai berikut:

a) Respon gerak (motor response)

Drowatzky (1981:16) menyimpulkan: Tanggapan/respon gerak dapat ditempatkan ke dalam tiga kategori: ( a) pergerakan postural, untuk mengatur posisi badan berkenaan dengan gravitasi; (b) lokomotor atau gerak perpindahan memungkinkan seseorang untuk memindah/menggerakkan tubuh/badan atau bagian-bagiannya melalui ruang dan (c) manipulasi, memungkinkan seseorang untuk belajar dan mengendalikan object. Pola kontak (manipulasi dari objek yang diam) telah dibedakan dari penerimaan dan dorongan (manipulasi dari objek yang bergerak).

Dari kesimpulan respon gerak di atas terdiri-dari 3 respon gerakan yang disimpulkan peneliti, yaitu:

(1). Gerakan postural adalah gerakan yang merupakan penyesuaian dari tubuh menyeluruh untuk mengatur tubuh dalam merespon grafitasi dan akselerasi, misalnya: posisi siap pemain saat akan menerima passing dan posisi awal pemain saat akan melakukan shooting.

(2). Gerakan transport atau lokomotor gerakan yang dapat menjadikan seseorang untuk menjelajah ruang, misalnya: gerakan pemain melakukan dribel.

(3). Gerakan manipulatif adalah respon gerak yang melibatkan benda tertentu sebagai obyek yang dimanipulasi, misalnya: gerakan melakukan shooting, dribble, passing.

b) Pola gerak (motor pattern)

Pola gerak adalah tanggapan umum dengan jenis dan penerapan pada bidang aktivitas berbeda, yang digunakan untuk tujuan yang luas di dalam gerak tubuh. ”Ketrampilan gerak adalah tanggapan gerak spesifik, yang terbatas dalam

(33)

variabilitas dan applicabilitas, yang mana dikembangkan untuk menghasilkan pergerakan spesifik di dalam aktivitas tertentu, (Drowatzky 1981:16).” Jadi dapat disimpulkan Pola gerak adalah gabungan dari gerakan-gerakan yang ditampilkan dalam respon-respon gerak dan membentuk pola-pola gerak tertentu yang menjadi kebiasaan untuk dilakukan dalam berbagai aktifitas. Misalnya, saat melakukan dribel, terdiri dari pola gerak berjalan atau berlari dengan gerakan memantulkan bola. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola gerak dari masing-masing individu akan sangat mempengaruhi dalam penguasaan keterampilan bolabasket.

c) Keterampilan gerak (motor skill)

Keterampilan gerak dapat diklasifikasi dari berbagai sudut pandang yaitu berdasarkan kecermatan gerakan, berdasarkan titik dan awal gerakan, berdasarkan stabilitas lingkungan dan berdasarkan kompleksitas gerakan. 1. Klasifikasi gerak berdasarkan kecermatan gerakan

 Ketrampilan gerak kasar (Gross Motor Skills)

”Gerak yang memerlukan interaksi dari banyak otot dengan aktivitas badan/tubuh pada umumnya, seperti lari, menangkap, melemparkan dan ketrampilan menggunakan raket, (Drowatzky 1981:16).” Misalnya: passing (mengoper), dribbling (menggiring), shooting (menembak).

 Keterampilan gerak halus (Fine Motor Skills)

”Ketrampilan gerak yang baik melibatkan otot yang kecil baik lengan maupun kaki dan digunakan di dalam latihan terbatas, (Drowatzky 1981:16).” Keterampilan gerak halus ini lebih cenderung melibatkan anggota ekstremitas gerak pada tubuh. misalnya: dribel (pada gerakan tangan saat memantulkan bola)

Klasifikasi gerak berdasarkan titik dan awal gerakan Drowatzky (1981:16) menyimpulkan:

Gerak diskrit adalah peristiwa tunggal dengan suatu permulaan dan akhir yang digambarkan secara jelas. Gerak serial mempunyai suatu permulaan dan akhir yang terbatas tetapi berkombinasi dengan beberapa gerakan individu yang

(34)

mengikuti satu sama lain dalam urutan yg cepat. Gerak dengan peristiwa stimulus berlanjut (seperti menggiring bola) dan perulangan, mendekati respon serupa yang berlanjut.

Dari sudut pandang bisa ditandai pada bagian mana merupakan awal gerakan dan pada bagian mana merupakan akhir dari pada gerakan. Hal ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:

(1). Keterampilan diskrit adalah keterampilan gerak yang dengan mudah ditandai awal dan akhir dari gerakan, contohnya: gerakan passing bola dan shooting bola.

(2). Keterampilan gerak serial adalah keterampilan gerak diskret yang dilakukan berulang-ulang, contohnya: dribbling bola.

(3). Keterampilan kontinyu adalah keterampilan gerak yang merupakan rangkaian gerakan yang dilakukan secara berlanjut, contoh pada gerakan berenang. Pada cabang olahraga bolabasket, gerakannya termasuk klasifikasi gerak diskrit dan serial sedangkan kontinyu tidak ada.

a. Klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan

Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak bisa dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

(1). Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi, gerakannya dilakukan semata-mata karena stimulus dari dalam diri pelaku sendiri tanpa dipengaruhi stimulus dari luar. Contoh: dalam gerakan senam lantai, disini pelaku memulai gerakan berdasarkan kemauan sendiri, disaat dia merasa sudah siap untuk melakukannya.

(2). Keterampilan gerak terbuka adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan gerakannya dilakukan selain karena stimulus dari dalam diri, juga dipengaruhi oleh stimulus dari luar dirinya. Contoh: dalam bermain bolabasket , saat akan melakukan passing bola melihat posisi teman yang kosong . Jadi seluruh teknik dasar Bolabasket merupakan gerak keterampilan terbuka.

(35)

b. Klasifikasi berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan.

Berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

(1). Keterampilan sederhana adalah keterampilan gerak yang hanya terdiri atas 1 atau 2 elemen gerak saja, misalnya: passing (mengoper), dribbling (menggiring), shooting,

(2). Keterampilan komplek adalah keteramapilan gerak yang terdiri atas beberapa elemen gerak yang harus dikoordinasikan menjadi satu rangkaian gerak, misalnya : dribble, passing and shooting

c. Respon fisik

”Suatu respon fisik mempunyai dua tahap, yaitu tahap persiapan/awalan dan tahap penyelesaian, (Drowatzky 1981:16).” Tahap-tahap dalam respon fisik dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1). Tahap persiapan/awalan

Seorang atlet akan mempersiapkan dirinya (posisi tubuhnya) apabila akan melaksanakan suatu gerakan. Dalam hal ini adalah tahapan awalan dari suatu pelaksanaan keterampilan. Dapat dicontohkan ketika akan melakukan shooting . Pada saat sikap awal dan memegang bola

(2). Tahap penyelesaian

Dapat dikategorikan masuk ke dalam tahap ini apabila seluruh rangkaian gerakan dari suatu keterampilan olahraga telah dilakukan. Dalam olahraga Bolabasket dapat dicontohkan saat melakukan shooting, yaitu pada saat follow through.

1. Komponen Gerak Yang Efisien

Drowatzky (1981) mengemukakan suatu skema yang menggambarkan komponen-komponen penting yang membentuk gerakan yang efisien yaitu terdiri dari komponen fitness dan kemampuan gerak (fitness and motor abilities), kemampuan mengindera (sensori abilities), dan proses-proses perceptual (perceptual processes). Dalam permainan Bolabasket komponen-komponen tersebut digambarkan dalam 3 lingkaran seperti dibawah ini.

(36)

KEBUGARAN DAN KEMAMPUAN GERAK

Gambar 2.16. Komponen-komponen dari gerakan yang efisien

2. Proses Belajar Gerak

Fase Belajar Gerak Menurut Fits dan Posner a. Fase kognitif atau fase awal

Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Pada fase kognitif pelajar berusaha memahami ide atau konsep gerakan melalui mendengarkan penjelasan atau melihat contoh gerakan. Agar pelajar benar-benar memahami tentang konsep gerakan yang diberikan guru atau pelatih dalam memberikan contoh gerakan harus jelas dan intruksi verbal juga harus jelas pula.

b. Fase asosiatif atau fase menengah

Dalam fase ini konsep gerak keterampilan yang difahami pada fase kognitif kemudian dicoba untuk dilaksanakan dalam praktik. Konsep gerak yang kemudian menjadi rencana gerak, yang ada di dalam fikiran dicoba untuk dipraktikkan dalam wujud gerakan tubuh.

c. Fase otonom atau fase akhir

Penglihatan Kinestetis Pendengaran Sentuhan Propriosepsi Kesadaran tubuh Persepsi Kedalaman Konstansi Rencana Gerak Kesadaran spasial Pemorosesan informasi Kesadaran temporal Kekuatan Ketahanan Waktu Reaksi Koordinasi Keseimbangan Kecepatan Kelincahan Fleksibilitas Fleksibilitas KEMAPUAN SENSORI PROSES PERSEPTUAL GERAKAN EFISIEN

(37)

Fase ini merupakan puncak keterampilan gerak dimana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara otonom dan otomatis. Fase otonom ini dalam permainan bolabasket dicontohkan pada saat berakan dribel dan lay up shoot pada saat pertandingan berlangsung.

Berdasarkan beberapa teori dasar belajar gerak yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pembinaan serta pemberian latihan untuk pengusaan keterampilan bermain bolabasket harus berlandaskan pada teori tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa setiap individu akan melalui tahapan-tahapan belajar motorik dalam jenjang kehidupannya. Tahapan ini akan dilewati untuk menuju pada pembentukan gerakan yang akan semakin lebih baik pada masing-masing individu disetiap urutan jenjang hidup. Oleh karena itu penerapannya sangat dibutuhkan untuk pembelajaran maupun pembinaan khususnya pada usia dini.

Selanjutnya aplikasi dari teori untuk mengetahui penguasaan beberapa komponen belajar gerak tersebut dalam pembinaan, baik pembinaan prestasi maupun pengusaan keterampilan, pada tahap awal dapat dilakukan dengan identifikasi keberbakatan (talent scouting). Hal ini sangat penting dilakukan karena dapat digunakan untuk pengelompokan individu berdasarkan keberbakatan yang dimiliki dalam dunia olahraga. Demikian pula manfaatnya terhadap pembinaan prestasi olahraga bolabasket. Apabila seorang individu telah diketahui bahwa memiliki tingkat dominansi keberbakatan dalam bolabasket maka akan sangat memudahkan dalam upaya pembinaan prestasi.

B. Kerangka Berfikir 1. Pengembangan

Pengembangan adalah suatu kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Sedangkan penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru yang sebelumnya belum ada atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

(38)

Penelitian pengembangan (research and Development) dalam latihan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam proses latihan. Penelitian pengembangan akan mengacu pada pembuatan suatu produk baru yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Penelitian pengembangan bisa dilakukan diberbagai bidang yang tentunya tidak hanya pada bidang-bidang tertentu saja.

Dengan demikian penelitian pengembangan merupakan penelitian yang menelaah suatu teori, konsep atau pemahaman untuk membuat suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dimulai dari adanya suatu kebutuhan dari suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan produk tersebut.

2. Model

Model merupakan tiruan, simulasi dari suatu kenyataan disusun dari elemen yang khusus dari sejumlah fenomena yang dapat diawasi dan diselidiki oleh seseorang. Ini juga merupakan sebuah isomorphus (sama dengan pertandingan) dari suatu bayangan gambaran, yang diperoleh secara abstrak; suatu proses mental pembuatan generalisasi dari contoh yang nyata. Selama penciptaan model ini, yang paling penting adalah hipotesis dari perkembangan serta analisis akibat yang diperoleh.

Dalam penelitian ini akan membuat tentang model latihan teknik dasar dribel dan lay up shoot, dimana model latihan tersebut akan memuat tentang fenomena yang akan diselidiki. Diharapkan dari model latihan teknik dribel dan lay up shoot tersebut akan memperoleh bentuk latihan yang ideal untuk penguasaan keterampilan teknik dribel dan lay up shoot, yang nantinya dapat diterapkan ke dalam kondisi nyata yang dalam hal ini adalah situasi pertandingan.

C. Penelitian yang Relevan

Secara umum pengembangan model latihan teknik dasar dribel dan lay up shoot belum banyak dilakukan sehingga peneliti belum menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan sekarang.

(39)

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan dan Hipotesis Penelitian Peneliti akan mengembangkan model latihan dribel dan lay up shoot bolabasket dengan memperhatikan tahapan pelaksanaan latihan, yang dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari jarak dekat ke yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang rendah ke yang tinggi. Dalam model latihan ini akan memperinci mulai dari perbagian hingga keseluruhan gerakan-gerakan tehnik dasar dribel dan lay up shoot serta penjelasan gerakannya. Produk yang dihasilkan berisi tentang model-model latihan teknik dribel dan lay up shoot dalam bolabasket.

Penyusunan model latihan teknik dribel dan lay up shoot ini subyek penelitian adalah peserta ekstrakurikuler bolabasket SMP se kecamatan Jatiroto yang berusia 13-15 tahun yang berada pada tahapan pemula/beginer, dimana penekanan utamanya diarahkan pada mekanisme garakan teknik dasar yang benar, yang sesuai dengan teori-teori teknik dasar bolabasket. Kegiatan-kegiatan latihannya mengarah pada pengkondisian terhadap penguasaan keterampilan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta ekstrakurikuler. Gerakan-gerakan yang ditunjukan sesuai dengan teknik gerak dasar yang benar dan secara bertahap mampu melaksanakan lebih terampil. Berdasarkan kajian teori, kerangka pemikiran, pelaksanaan uji coba produk, dan eksperimen produk maka model-model latihan teknik dribel dan lay up shoot bolabasket yang dihasilkan dapat meningkatkan penguasaan keterampilan dribel dan lay up shoot bagi para pemain bolabasket peserta ekstrakulikuler SMP se-Kecamatan Jatiroto.

Gambar

Gambar 2.1. Dribble Crossover (Sumber: Jon Oliver, 2007: 52).
Gambar 2.3. Dribble Jab-Step (Sumber: Jon Oliver, 2007: 54)
Gambar 2.4. Dribble Behind the Back (Sumber: Jon Oliver, 2007: 55)
Gambar 2.5. Dribel tampak dari depan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi tentang peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak usia 4 – 5 tahun dengan menggunakan

Upaya-upaya untuk membuktikan peran farmasis klinik dalam meningkatkan outcome terapi bagi pasien harus terus dilakukan, sehingga akan semakin membuka peluang

SIMAK-BMN, yaitu PT Semarang, PN Tegal, PN Semarang, PN Pekalongan, PN Kudus, PN Pati, PN Brebes, PN Pemalang, PN Demak, PN Salatiga, PN Rembang, PN Batang, Pn

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

BERFUNGSI SEBAGAI PEMUTUS DAN PENGHUBUNG ARUS LISTRIK DENGAN CEPAT DALAM KEADAAN NORMAL MAUPUN GANGGUAN KUBIKEL INI DISEBUT JUGA ISTILAH KUBIKEL PMT (PEMUTUS

a za statistične namene • podatke iz letnega poročila na poenotenih obrazcih: - podatke iz bilance stanja, - podatke iz izkaza poslovnega izida, - podatke iz izkaza bilančnega

TABELA 2: Karakteristike podatkov v tabeli dejstev in dimenzijski tabeli Tabela dejstev Dimenzijska tabela Milijoni ali milijarde vrstic Deset do nekaj milijonov vrstic Več

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis korelasional, dengan mengumpulkan data mengenai pengetahuan tentang mikrobiologi