• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Februari 2017 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,44 persen, dari 106,25 pada bulan Januari 2017, menjadi 105,79. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen, dari 131,16 di bulan sebelumnya menjadi 131,41. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat meningkat sebesar 0,63 persen, dari 123,45 menjadi 124,22.

 Pada bulan Februari 2017, NTP dari lima subsektor, tiga diantaranya tercatat mengalami penurunan, yaitu Hortikultura (1,10 persen), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,59 persen) dan Tanaman Pangan (0,39 persen). Sementara itu, subsektor Peternakan dan Perikanan tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,11 persen dan 0,45 persen.

 NTP Nasional bulan Februari 2017 mencapai 100,33, mengalami penurunan sebesar 0,58 persen terhadap bulan sebelumnya yaitu 100,91. Penurunan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,24 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami naik sebesar 0,34 persen.

 Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Februari 2017, daerah pedesaan di Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,74 persen terhadap bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kondisi harga perdesaan secara nasional yang juga tercatat mengalami inflasi, sebesar 0,38 persen.  Bulan Februari 2017, dari 33 provinsi yang melakukan penghitungan inflasi perdesaan, 13 provinsi

tercatat mengalami inflasi dan 10 provinsi tercatat mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu 1,09 persen dan terendah di Provinsi Jambi sebesar 0,02 persen. Deflasi paling dalam tercatat di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 0,63 persen.

No. 19/03/51/Th. XI, 1 Maret 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

FEBRUARI 2017, NTP BALI TURUN 0,44 PERSEN

(2)

1.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan Februari 2017 tercatat kembali mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 95,77 menjadi 95,40 atau turun sebesar 0,39 persen. NTP Subsektor Tanaman Pangan masih berada dibawah nilai 100, yang berarti nilai yang diterima dari hasil pertanian tanaman pangan belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksinya.

Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,77 persen. Kenaikan ini terjadi pada kelompok Palawija sebesar 1,48 persen, meskipun pada kelompok padi tercatat mengalami penurunan sebesar 0,04 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,83 persen dan 0,49 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) mengalami penurunan paling tajam dibandingkan dengan subsektor lainnya pada bulan Februari 2017, yaitu sebesar 1,10 persen dari 105,81 pada bulan sebelumnya menjadi 104,64. Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,41 persen, sedangkan indeks harga yang harus dibayar oleh petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,70 persen. Penurunan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh turunnya harga kelompok komoditas buah-buahan sebesar 1,83 persen meskipun tercatat kenaikan pada kelompok sayur-sayuran dan tanaman obat masing-masing sebesar 2,09 persen dan 1,92 persen. Beberapa komoditas yang memberikan andil turunnya It, antara lain salak, pisang, tomat, dan semangka. Sementara itu, peningkatan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,77 persen dan 0,51 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan Februari 2017 kembali tercatat mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,59 persen dari 105,36 menjadi 104,74. Secara umum, menurunnya NTP-Pr dipicu oleh indeks yang diterima petani (It) yang naik sebesar 0,05 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan lebih besar, yaitu sebesar 0,65 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya It di subsektor ini yaitu kopi, dan cengkeh. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,61 persen serta indeks BPPBM yang juga naik sebesar 0,77 persen.

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Januari 2017 - Februari 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Januari 2017 Februari 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan (NTP-P) 95,77 95,40 -0,39

a. Indeks Diterima Petani 122,37 122,84 0,38

- Padi 118,81 118,76 -0,04

- Palawija 132,77 134,73 1,48

b. Indeks Dibayar Petani 127,78 128,76 0,77

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 129,13 130,21 0,83

- Indeks BPPBM 121,49 122,09 0,49

2. Hortikultura (NTP-H) 105,81 104,64 -1,10

a. Indeks Diterima Petani 131,76 131,23 -0,41

- Sayur-sayuran 154,30 157,52 2,09

- Buah-buahan 121,86 119,63 -1,83

- Tanaman Obat 115,75 117,97 1,92

b. Indeks Dibayar Petani 124,53 125,41 0,70

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 127,66 128,64 0,77

- Indeks BPPBM 116,04 116,63 0,51

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) 105,36 104,74 -0,59

a. Indeks Diterima Petani 130,41 130,48 0,05

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 130,41 130,48 0,05

b. Indeks Dibayar Petani 123,78 124,58 0,65

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,34 129,12 0,61

- Indeks BPPBM 110,09 110,94 0,77

4. Peternakan (NTP-Pt) 115,12 115,25 0,11

a. Indeks Diterima Petani 137,32 138,07 0,54

- Ternak Besar 142,18 143,09 0,65

- Ternak Kecil 131,83 134,34 1,91

- Unggas 134,95 133,80 -0,85

- Hasil Ternak 123,54 121,56 -1,60

b. Indeks Dibayar Petani 119,29 119,80 0,43

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,33 129,28 0,74

- Indeks BPPBM 111,36 111,49 0,12

5. Perikanan (NTP-Pi) 104,32 104,78 0,45

a. Indeks Diterima Petani 131,06 132,59 1,17

(4)

d. Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) pada bulan Februari 2017 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen, dari 115,12 menjadi 115,25. Secara umum kenaikan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 0,54 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,43 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga pada kelompok ternak besar dan ternak kecil masing-masing sebesar 0,65 persen dan 1,91 persen. Sebaliknya kelompok unggas dan hasil ternak tercatat mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,85 persen dan 1,60 persen. Secara umum, beberapa komoditas peternakan yang mendorong naiknya It, antara lain sapi potong, babi, dan kambing. Di sisi lain, peningkatan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,74 persen dan 0,12 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan Februari 2017, NTP Subsektor Perikanan tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen, dari 104,32 menjadi 104,78. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan cukup tinggi mencapai 1,17 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen. Kenaikan It dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap sebesar 1,82 persen meskipun kelompok perikanan budidaya masih tercatat menurun sebesar 0,11 persen. Secara umum, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain lemuru, cumi-cumi, tongkol, udang, dan cakalang. Sementara itu, kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,00 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,06 persen.

2.

Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Pada bulan Februari 2017, NTP gabungan secara nasional sebesar 100,33 yang mengalami penurunan sebesar 0,58 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara umum, penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) nasional mengalami penurunan sebesar 0,24 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,34 persen. Jika dibandingkan dengan NTP Gabungan secara nasional, NTP Bali masih berada di atas NTP Gabungan secara nasional.

(5)

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Januari 2017 - Februari 2017 (2012=100)

Indeks Provinsi Bali Nasional

Januari 2017 Februari 2017 % Januari 2017 Februari 2017 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Indeks yang Diterima Petani 131,16 131,41 0,19 128,00 127,69 -0,24 Indeks yang Dibayar Petani 123,45 124,22 0,63 126,84 127,27 0,34

NTP 106,25 105,79 -0,44 100,91 100,33 -0,58

3.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Kondisi NTUP Februari 2017 masih tercatat mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,25 persen, dari 114,69 pada bulan sebelumnya menjadi 114,40. Penurunan NTUP terjadi pada subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat yang turun masing-masing sebesar 0,12 persen, 0,91 persen dan 0,71 persen. Subsektor yang mengalami kenaikan NTUP, yaitu subsektor Peternakan sebesar 0,42 persen dan Perikanan 1,11 persen. Informasi NUTP secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Januari 2017 - Februari 2017 (2012 = 100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan Januari 2017 Februari 2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 100,73 100,61 -0,12

2. Hortikultura 113,55 112,52 -0,91

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 118,46 117,62 -0,71

4. Peternakan 123,31 123,84 0,42

5. Perikanan 118,65 119,97 1,11

(6)

Jambi (0,02 persen). Sementara itu, deflasi terdalam dialami oleh Provinsi Kalimantan Tengah mencapai 0,63 persen.

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, Februari 2017

Pada Februari 2017, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,74 persen yang disebabkan oleh naiknya rata-rata harga di semua kelompok komoditas, yaitu bahan makanan 1,34 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,74 persen, kesehatan 0,52 persen, transportasi dan komunikasi 0,25 persen, pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,10 persen, perumahan 0,09 persen, dan sandang 0,08 persen. Secara umum, komoditas penyumbang inflasi pada bulan Februari 2017, antara lain cabai rawit, ikan pindang tongkol, cabai merah, gado-gado dan makanan ringan/snack. Selanjutnya persentase perubahan indeks harga konsumen perdesaan menurut kelompok komoditas dapat dilihat pada tabel 4.

(7)

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Februari 2017

Kelompok Perubahan IHK Perdesaan (%) Bali Nasional

(1) (2) (3)

Bahan Makanan 1,34 0,37

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,74 0,45

Perumahan 0,09 0,44

Sandang 0,08 0,22

Kesehatan 0,52 0,36

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 0,10 0,18

Transportasi dan Komunikasi 0,25 0,47

Gabungan 0,74 0,38

5.

Harga Gabah Bulan Februari 2017 Turun

Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan Februari 2017, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 1,77 persen, dari Rp 4.334,38 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.258,69 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan turun sebesar 1,75 persen dari Rp 4.399,38 per kg menjadi Rp 4.321,56 per kg.

Grafik 2

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Februari 2016 Februari 2017

3,200.00 3,400.00 3,600.00 3,800.00 4,000.00 4,200.00 4,400.00 4,600.00 4,800.00 5,000.00

(8)

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Februari 2016 Februari 2017

No Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Penggilingan (Rp/Kg) Harga di Tingkat Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Februari 2016 4.768,84 -0,99 4.837,17 -1,10 2 Maret 2016 4.401,26 -7,71 4.467,46 -7,64 3 April 2016 4.063,96 -7,66 4.132,72 -7,49 4 Mei 2016 4.213,26 3,67 4.292,60 3,87 5 Juni 2016 4.211,78 -0,03 4.319,61 0,63 6 Juli 2016 4.317,71 2,51 4.389,07 1,61 7 Agustus 2016 4.352,91 0,82 4.418,13 0,66 8 September 2016 4.294,60 -1,34 4.366,42 -1,17 9 Oktober 2016 4.293,98 -0,01 4.375,19 0,20 10 Nopember 2016 4.361,86 1,58 4.436,83 1,41 11 Desember 2016 4.310,82 -1,17 4.380,55 -1,27 12 Januari 2017 4.334,38 0,55 4.399,38 0,43 13 Februari 2017 4.258,69 -1,75 4.321,56 -1,77 *) HPP GKP (Mulai Maret 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan

(9)

Tabel 6

Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2015 2017

Tahun Bali Nasional

Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif

(1) (2) (3) (4) (5) 2015 Januari -0.90 -0.90 -0.03 -0.03 Februari -0.53 -1.42 -0.73 -0.76 Maret 0.88 -0.55 0.48 -0.29 April 0.25 -0.30 0.21 -0.08 Mei -0.20 -0.49 0.60 0.52 Juni 0.17 -0.32 0.82 1.35 Juli 0.64 0.31 0.89 2.24 Agustus 0.64 0.96 0.47 2.72 September 0.52 1.48 -0.02 2.70 Oktober -0.02 1.46 -0.04 2.66 November 0.41 1.88 0.43 3.10 Desember 1.08 2.98 1.14 4.28 2016 Januari 1.01 1.01 0.83 0.83 Februari 0.38 1.40 0.09 0.92 Maret 0.33 1.73 0.95 1.88 April -0.45 1.27 -0.50 1.37 Mei -0.13 1.14 0.13 1.50 Juni 0.43 1.58 0.59 2.10 Juli 0.50 2.08 0.76 2.87 Agustus 0,27 2,36 0,06 2,93 September 0.44 2.81 0.32 3.26 Oktober -0.29 2.51 0.04 3.30 November 0,50 3,02 0,87 4,20 Desember 0.10 3.12 0.42 4.63 2017 Januari 1,00 1,00 0,79 0,79 Februari 0,74 1,75 0,38 1,17

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

I Gede Nyoman Subadri, S.E.

Kepala Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran Kinerja pengelolaan keuangan Masyarakat (KKM) adalah untuk mengukur tingkat penguasaan Satlak atas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang telah

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial variabel tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksadana saham

Pada fase akut, obat segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan- lahan secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu,

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

bahwa dengan adanya kendaraan bermotor yang belum tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Kandungan logam Pb, Cd dan Hg dalam sampel krim pemutih wajah (krim siang dan malam) sebagian besar di atas ambang batas yang telah ditetapkan oleh peraturan Badan Pengawas

Studi yang telah memasuki tahun ke-14 ini mengukur kepuasan pemilik kendaraan baru terhadap proses layanan purna jual dengan menganalisa kinerja dealer dalam lima faktor: