• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2013"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN 2013

PERAN OBAT PREMEDIKASI TERHADAP RISIKO

TERJADINYA MUAL MUNTAH PADA KEMOTERAPI

BLEOMYCIN, ONCOVIN, MITOMYCIN DAN PLATINUM

(BOMP) KASUS KANKER SERVIKS SEL SKUAMOSA

TIM PENELITI:

RINI NOVIYANI, S.Si.,M.Si., Apt (Ketua)

DR. ANAK AGUNG SAGUNG SAWITRI, MPH (Anggota)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

DIBIAYAI DARI DANA PNBP UNIVERSITAS UDAYANA dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan PenelitianNo : 74.100/UN 14.2/PNL.01.03.00/2013 tanggal 16

(2)

ii

MITOMYCIN PLATINUM PADA PASIEN

KANKER SERVIKS SEL SKUAMOSA

STADIUM IIB-IIIB

--- 2. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap dengan gelar : Rini Noviyani, S.Si., M.Si.,Apt b. Pangkat/Gol/NIP : III/ B/ 197711042008122001 c. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli

d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi/Jurusan : Jurusan Farmasi

f. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan

g. Alamat Rumah/HP :jl. Batas Dukuh Sari gg. Punglor no 10,Denpasar

i. E-mail : rini.noviyani@yahoo.co.id

--- 3. Jumlah Tim Peneliti : 2 (dua ) orang

--- 4. Pembimbing

a. Nama lengkap dengan gelar : dr Tangking Widarsa, MPH

b. Pangkat/Gol/NIP : IV/B/

c. Jabatan Fungsional / Struktural : Penata

d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi / Jurusan :Ilmu kesehatan masyarakat

f. Fakultas :Kedokteran

---

5. Lokasi Penelitian : Denpasar

--- 6. Kerjasama (kalau ada)

a. Nama Instansi :

b. Alamat :

7. Jangka waktu penelitian : 6 bulan

--- 8. Biaya Penelitian : Rp.7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah). ---

Denpasar, 15 November 2013 Mengetahui:

Dekan Fak Mipa Universitas Udayana

Ir.A. AGde Raka Dalem, M.Sc (Hons) NIP: 196507081992031004

Kepala Proyek Penelitian

Rini Noviyani, S.Si.,M.Si., Apt NIP : 197711042008122001 Mengetahui,

Ketua LPPM Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan , M.T NIP: 196407171989031001

(3)

iii

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Definisi Kanker Serviks ... 5

2.2.1 Karsinoma Skuamosa ... 5

2.1.2 Sadium Kanker Serviks ... 5

2.1.3 Penatalaksanaan Kanker Serviks ... 6

2.2 Mual dan Muntah ... 8

2.2.1 Definisi Mual dan Muntah ... 8

2.2.2 Patofisiologi Mual dan Muntah ... 9

2.2.3 Derajat Mual dan Muntah ... 11

2.2.4 Penanganan Mual dan Muntah Akibat Kemoterapi ... 12

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 14

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.2.1 Waktu ... 14

3.2.2 Lokasi Penelitian ... 14

3.3 Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.4 Subjek Penelitian ... 15

3.4.1 Populasi ... 15

(4)

iv

3.8 Jadwal Penelitian ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Demografi Pasien ... 21

4.2 Perlakuan terhadap Pasien untuk Menangani Mual dan Muntah dalam Kemoterapi ... 22

4.2.1 Perlakuan Sebelum Kemoterapi ... 23

4.2.2 Perlakuan Pasien Setelah Kemoterapi ... 24

4.2 Prevalensi Efek Samping Mual dan Muntah Akut BOMP ... 25

4.3 Derajat Efek Samping Mual dan Muntah Kemoterapi BOMP ... 26

4.4 Perbedaan Derajat Efek Samping Mual dan Muntah Pasien pada Kemoterapi BOMP ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(5)

v

2.1 Pembagian Stadium Kanker Serviks Berdasarkan The International

Federation of Gynecologi and Obstetric (Williams and Wilkins,

2001) ... 6

2.2 Kategori Agen Sitostatika menurut Perugia International Antiemetic Consensus Conference 2004 (Dipiro et al., 2005) ... 9

2.3 Derajat Mual dan Muntah menurut Common Terminology Criteria for Adverse Events version 3.0 (NCI, 2006) ... 11

2.4 Obat Pramedikasi untuk Kemoterapi BOMP pada protap RSUP Sanglah (Komite Medik, 2006) ... 13

3.2 Jadwal Penelitian ... 19

4.1 Data Demografi Pasien ... 21

4.2 Prevalensi Efek Samping Mual dan Muntah Kemoterapi BOMP ... 25

4.3 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 1... 27

4.4 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 2... 27

4.5 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 3 . 28 4.6 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 4... 29

4.7 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 5... 29

4.8 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 6 .. 30

4.9 Derajat Efek Samping Mual dan Muntah kemoterapi BOMP ... 31

4.10 Hasil Uji Chi Square Perbedaan Derajat Mual Kemoterapi BOMP .. 31

4.11 Hasil Uji Chi Square Perbedaan Derajat Muntah Kemoterapi BOMP ... 32

(6)

vi

(7)

vii

2. Curriculum vitae ... 38

3. Curriculum vitae ... 40

4. Surat Pernyataan ... 44

(8)

1 1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang (Edianto, 2006). Berdasarkan hasil survei kesehatan oleh World Health Organization (2010), kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di dunia dan sebanyak 250.000 meninggal setiap tahunnya. Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara yang sering diderita pada wanita (MenKes, 2010).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2005 terdapat 29.696 kasus kanker dimana sebanyak 55% diantaranya adalah kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks di RSUP Sanglah meningkat setiap tahunnya, dimana terdapat 804 kasus kanker serviks pada tahun 2005, 1554 kasus pada tahun 2006, 2026 kasus pada tahun 2007 (Prapti et al., 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUP Sanglah, pasien kanker serviks pada tahun 2011 sekitar 23% dari 585 pasien kanker dan pada tahun 2012 sekitar 29% pasien kanker serviks dari 611 pasien kanker.

Kemoterapi merupakan terapi yang dilakukan pada kanker serviks stadium IIB hingga stadium IIIB dengan menggunakan obat-obatan baik dalam bentuk tunggal atau kombinasi. Pada protap RSUP Sanglah, bleomicyn, oncovin, mitomycin, dan cisplatin (BOMP) merupakan obat yang digunakan untuk kemoterapi kanker serviks (Komite Medik, 2011). BOMP menghasilkan respon

(9)

pada pengobatan kanker serviks stadium lanjut yaitu IIB ke atas yang ditentukan berdasarkan klasifikasi International Federation of Ginecology (FIGO)

Selain memberikan efek terapi, BOMP juga dapat menimbulkan berbagai efek samping. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah (Smith, 2012). Untuk mencegah mual dan muntah pasien diberikan obat pramedikasi sebelum terapi BOMP. Obat pramedikasi yang diberikan yaitu deksametason, metoklopramid, ondansetron, dan vitamin B6. Walaupun mual dan muntah dapat dikontrol dengan antiemetik, apabila tidak mendapatkan pengobatan yang optimal dan tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan kondisi tubuh melemah, berkurangnya nafsu makan dan minum, dehidrasi, gangguan elektrolit, status gizi berkurang sehingga pasien menolak untuk menjalani kemoterapi selanjutnya dan kesembuhan pasien tertunda (Hamadani et al., 2007). Menurut

Common Terminology Criteria for Adverse Events version 3.0 (NCI CTCAE),

derajat mual muntah bervariasi yang dapat dibedakan menjadi ringan, sedang, berat, mengancam jiwa, dan kematian (NCI, 2006).

Masalah mual dan muntah tersebut perlu ditangani dengan baik oleh praktisi kesehatan khususnya farmasis melalui pemantauan kepada pasien. Pemantauan sangat penting dilakukan untuk mengontrol kejadian mual dan muntah sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien (Yoshimi et al., 2013). Dalam hal ini prevalensi dan derajat mual muntah perlu dipantau dimana dengan data tersebut dapat digunakan untuk melengkapi protokol terapi sehingga meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian mual dan muntah selama terapi.

(10)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang efek samping mual dan muntah pada pasien kanker serviks stadium IIB – IIIB yang mendapatkan kemoterapi BOMP di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Berapakah prevalensi pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB yang mengalami efek samping mual dan muntah dengan kemoterapi BOMP yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar?

1.2.2 Apakah ada perbedaan derajat efek samping mual dan muntah pada pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB yang mendapatkan kemoterapi BOMP?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui berapa prevalensi pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB yang mengalami efek samping mual dan muntah pada kemoterapi BOMP yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan derajat efek samping mual dan muntah pada pasien kanker serviks stadium IIB-IIB yang mendapatkan kemoterapi BOMP.

(11)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Penulis

Menambah pengetahuan dan pemahaman dalam melaksanakan pelayanan di bidang farmasi klinis khususnya mengenai prevalensi dan perbedaan derajat efek samping mual muntah yang disebabkan oleh kemoterapi BOMP.

1.4.2 Dokter dan Farmasis

Memberi informasi tambahan untuk dokter dan farmasis tentang prevalensi dan perbedaan derajat mual dan muntah untuk bahan pertimbangan terapi sehingga mampu mempersiapkan penatalaksanaan kejadian mual dan muntah yang disebabkan oleh kemoterapi BOMP.

(12)

5 2.1 Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks atau biasa disebut kanker leher rahim (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada daerah serviks uterus. Serviks uterus adalah daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak di antara rahim (uterus) dan vagina (Smart, 2010; Adib, 2011).

2.1.1 Karsinoma Skuamosa

Karsinoma skuamosa merupakan 75 persen penyebab dari semua lesi invasif dan sekitar 20-25 persen dari kanker serviks invasif meliputi adenokarsinoma atau karsinoma adenoskuamosa campuran. Kanker ini terbentuk dari sel-sel yang melapisi bagian dalam leher rahim yang disebut dengan sel skuamosa. Peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa terkait dengan hubungan seksual pada pada usia terlalu muda (Altekruse et al., 2003). Karsinoma skuamosa dapat dibagi atas karsinoma sel kecil (diferensiasi lesi kurang baik) dan karsinoma sel besar yaitu lesi dapat berdiferensiasi lebih baik (Hacker and Moore, 2001).

2.1.2 Stadium Kanker Serviks

Penentuan stadium klinis sangat penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit dan merupakan faktor kunci dalam penentuan terapi yang tepat. Pembagian stadium klinis yang ditetapkan oleh The International Federation of

(13)

Tabel 2.1 Pembagian Stadium Kanker Serviks Berdasarkan The International

Federation of Gynecologi and Obstetric (Williams and Wilkins, 2001)

Stadium Kriteria

0 Karsinoma in-situ atau karsinoma intraepitel

I Kanker terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uterus diabaikan) IA Kanker invasif hanya didiagnosis secara mikroskopis

IA1 Ukuran invasi stroma kedalamannya < 3 mm dan lebarnya ≤ 7 mm

IA2 Ukuran invasi stroma kedalamannya 3-5 mm dan lebarnya ≤ 7 mm

IB Lesi klinis mengurung serviks atau lesi preklinis yang melebihi stadium IA IB1 Ukuran lesi klinis ≤ 4 cm

IB2 Ukuran lesi klinis > 4 cm

II Kanker menyebar di luar serviks tetapi tidak menyebar ke dinding pelvis dan 1/3 bagian bawah vagina

IIA Kanker mengenai 2/3 bagian vagina atas, tidak jelas keterlibatan parametrium IIB Kanker jelas menginvasi parametrium, tetapi belum mencapai dinding pelvis

III Kanker menginvasi 1/3 bagian bawah vagina atau menginvasi parametrium sampai dinding pelvis; atau kanker menimbulkan hidronefrosis atau insufisiensi ginjal

IIIA Kanker menginvasi 1/3 bagian bawah vagina, tidak terjadi perluasan ke dinding pelvis IIIB Perluasan ke dinding pelvis atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya

ginjal

IV Penyebaran kanker melewati pelvis minor atau kanker menginvasi mukosa buli-buli atau mukosa rektum

IVA Kanker bermetastasis ke organ yang berdekatan IVB Kanker bermetastasis ke organ jauh

2.1.3 Penatalaksanaan Kanker Serviks

Kemoterapi merupakan penggunaan obat–obat sitotoksik untuk membunuh sel kanker dengan aksi target tidak hanya pada sel ganas, namun juga mempengaruhi sel normal. Kemoterapi kanker serviks umumnya diberikan secara intravena dan bersiklus yang diselingi dengan waktu istirahat untuk membatasi kerusakan sel-sel sehat. BOMP merupakan pengobatan lini pertama untuk pasien dengan kanker serviks yang tidak bisa menjalankan radioterapi ataupun kemoradioterapi (Cornes et al., 2011).

(14)

1. Bleomycin

Bleomycin memiliki mekanisme kerja yaitu mengikat DNA dan paling efektif pada fase G2 dan M dari siklus sel (Sweetman, 2009). Dosis bleomycin adalah masing-masing 15 mg infus drip dalam 500 cc dekstrosa 5% dalam waktu 12 jam (15 tetes/menit) pada dua kali pemberian yaitu pada hari pertama dan kedua (dosis total = 30 mg). Efek samping bleomycin yang paling sering timbul terjadi pada kulit dan selaput lendir yaitu ruam, eritema, pruritis, hiperkeratosis, hiperpigmentasi, stomatitis, dan toksisitas pada paru-paru (Sweetman, 2009). 2. Oncovin

Oncovin memiliki mekanisme kerja dengan mengganggu metabolisme glutamat dan sintesis asam nukleat, dan memiliki beberapa aktivitas imunosupresan (Sweetman, 2009). Menurut prosedur kemoterapi kanker serviks di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, jumlah pemberian dan dosis Oncovin adalah 2 mg dalam 20 cc aquabidest secara intravena pelan pada hari pertama. Efek samping oncovin yaitu dapat menyebabkan neurotoksisitas pusat dan perifer (Sweetman, 2009).

3. Mitomycin

Mitomycin merupakan antibiotik toksisitas tinggi yang memiliki aktivitas antikanker dengan mekanisme kerja menekan sintesis asam nukleat. Merupakan agen nonspesifik pada siklus sel, tetapi paling aktif pada fase G1 dan awal fase S (Sweetman, 2009). dosis bleomycin adalah masing-masing 15 mg infus drip dalam 500 cc dekstrosa 5% dalam waktu 12 jam (15 tetes/menit) pada dua kali pemberian yaitu pada hari pertama dan kedua dengan dosis total 30 mg (Komite

(15)

Medik, 2006). Efek samping terjadi pada gastrointestinal, dermatitis, alopecia, dan kardiotoksisitas juga dapat terjadi (Sweetman, 2009).

4. Cisplatin

Cisplatin memiliki mekanisme kerja yaitu dapat membunuh sel pada semua tahap siklus sel dengan menghambat biosintesis DNA, mengikat DNA melalui pembuatan cross link pada ikatan utama N7 guamin dan juga terjadi interaksi kovalen dengan adenin dan sitosin sehingga menghambat perbaikan DNA (Sweetman, 2009). Menurut protap kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar jumlah pemberian dan dosis cispatin 50-60 mg dalam 500 cc dekstrosa 5% selama 2 jam dengan 80 tetes/menit (Komite Medik, 2006). Efek samping cisplatin yaitu mual muntah, ototoksik, nefrotoksik (Sweetman, 2009).

2.2 Mual dan Muntah

2.2.1 Definisi Mual dan Muntah

Mual merupakan sensasi subjektif, sedangkan muntah adalah reflek fisik akibat dari gerakan pengeluaran komponen lambung. Muntah tidak selalu didahului dengan mual dan melibatkan proses psikologi yang kompleks. Mual dan muntah berhubungan dengan berbagai presentasi klinis, seperti gangguan gastrointestinal dengan atau tanpa disertai dengan penyakit kardiovaskular, infeksi neurologi atau gangguan proses metabolisme.

Mual dan muntah menjadi perhatian khusus terutama dengan meningkatnya pasien yang menjalani pengobatan sitotoksik. Kejadian mual dan muntah disebabkan oleh tingkat emetogenik dari masing-masing sitostatika. Kategori agen

(16)

sitostatika menurut Perugia International Antiemetic Consensus Conference 2004 dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kategori Agen Sitostatika menurut Perugia International Antiemetic

Consensus Conference 2004 (Dipiro et al., 2005)

Level Obat

Tinggi (>90%) Mekloretamin, siklofosfamid, dakarbasin, cisplatin, karmustin

Sedang (30%-90%) Karboplatin, daunorubisin, doksorubisin, epirubisin, sitarabin (> 1g/m2), idarubisin, ifosfamid, irinotesan, oksialiplatin

Ringan ( 10%-30%) Bortezomib, cetuximab, sitarabin ≤1 g/m² dosetaksel, etoposid, metroteksat fluorourasil, mitoxantrone, gemsitabin, mitomisin, paklitaksel, topotecan, trastuzumab

Minimal (<10%) Bevacizumab, bleomisin, busulfan, rituximab, vinblastin, vinkristin, vinorelbin, 2-chlorodeoxyadenosine

2.2.2 Patofisiologi Mual dan Muntah

Emesis terdiri dari tiga tahap yaitu mual, retching, dan muntah. Mual merupakan keinginan segera untuk muntah, yang terkait dengan stasis pada lambung. Retching adalah gerakan yang sulit dari perut dan otot dada sebelum muntah (Dipiro et al., 2005). Muntah terjadi akibat dari stimulasi oleh reseptor pada gastrointestinal yang mengirim pesan ke medula dan berkoordinasi dengan reseptor CTZ (Chemoreceptors Trigger Zone) sehingga merangsang salivasi, kontraksi diafragma, otot pernapasan, otot perut (Hawkins, 2009). Beberapa

(17)

reseptor neurotransmiter terletak di pusat muntah, CTZ dan gastrointestinal. Contoh dari reseptor-reseptor tersebut antara lain reseptor kolinergik dan histamin, dopaminergik, opiat, serotonin, neurokinin dan benzodiazepin. Obat kemoterapi, metabolitnya atau komponen emetik lain secara teoritis menyebabkan proses muntah melalui salah satu atau lebih dari reseptor tersebut. Antiemetika bekerja efektif sebagai antagonis dari reseptor emetogenik (Dipiro et al., 2005).

Mual dan muntah dapat diklasifikasikan sebagai akut, tertunda, antisipasi, dan lanjutan.

a. Mual dan muntah akut merupakan mual dan muntah yang terjadi kurang dari 24 jam setelah pemberian kemoterapi. Mual muntah akut lebih cepat terjadi pada umur dibawah 50 tahun.

b. Mual dan muntah yang dapat diantisipasi merupakan mual dan muntah yang sulit dikontrol daripada akut maupun tertunda dan terjadi sebelum pemberian kemoterapi yang dapat disebabkan pemandangan, ketakutan atau kecemasan pasien terkait dengan kemoterapi.

c. Mual dan muntah tertunda merupakan mual dan muntah yang terjadi 24 jam setelah kemoterapi.

d. Mual dan muntah lanjutan merupakan mual muntah yang terjadi meskipun diberikan obat antiemetik dalam mencegah terjadinya mual muntah dan memerlukan obat lain untuk mengontrol kondisi pasien.

(18)

2.2.3 Derajat Mual dan Muntah

Berdasarkan Common Terminology Criteria for Adverse Events version 3.0 (CTCAE), Derajat derajat mual dan muntah dapat dideskripsikan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Derajat Mual dan Muntah menurut Common Terminology Criteria for

Adverse Events version 3.0 (NCI, 2006)

Kategori Derajat Deskripsi

Mual 1- ringan Kehilangan nafsu makan tanpa mengubah kebiasaan makan

2- sedang Jumlah makanan yang masuk berkurang tanpa penurunan berat badan, dehidrasi dan malnutrisi yang signifikan

3- berat Tidak bisa makan selama 1 hari, Total

Parenteral Nutrition (TPN)

4- Mengancam jiwa Mengancam jiwa 5- Kematian Mengalami kematian

Muntah 1-ringan Terjadi 1-2 kali interval waktu 5 menit dalam 24 jam

2- sedang Terjadinya muntah 3-5 kali interval waktu 5 menit dalam 24 jam

3- berat Muntah lebih dari 6 kali interval waktu 5 menit dalam 24 jam, Total Parenteral

Nutrition (TPN)

(19)

Kategori Derajat Deskripsi 5- Kematian Mengalami kematian 2.2.4 Penanganan Mual dan Muntah Akibat Kemoterapi

Adapun penanganan mual dan muntah akibat kemoterapi yaitu: a. Mual dan Muntah Akut

Dalam penanganan mual dan muntah akut diberikan golongan obat antagonis reseptor 5HT3 serotonin, deksametason, aprepitan, dan proton pump inhibitor (PPI) yang diberikan 30 menit sebelum kemoterapi.

b. Mual dan Muntah Tertunda

Dalam penanganan tertunda, pemberian obat secara preventif merupakan pilihan yang terbaik. Antiemetik diberikan setelah pemberian obat kemoterapi selama dua sampai dengan empat hari.

c. Mual dan Muntah Antisipasi

Dalam penanganan mual dan muntah antisipasi diberikan lorazepam dan alprazolam dikombinasi dengan antiemetik yang lain pada malam hari sebelum kemoterapi.

d. Mual dan Muntah Lanjutan

Dalam penanganan mual dan muntah lanjutan diberikan lorazepam, metoklopramid, golongan obat antagonis reseptor serotonin, deksametason.

(20)

Dalam pencegahan mual dan muntah untuk kemoterapi BOMP diberikan obat pramedikasi (Komite Medik, 2006). Adapun obat pramedikasi yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Obat Pramedikasi untuk Kemoterapi BOMP pada protap RSUP Sanglah (Komite Medik, 2006)

Obat Pramedikasi Dosis Waktu Pemberian

Injeksi deksametason 20 mg Sebelum bleomycin,oncovin Injeksi metoklopramid 20 mg Sebelum bleomycin, oncovin Injeksi vitamin B6 200 mg Sebelum bleomycin,

mitomycin

(21)

14 3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cohort prospektif pada pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB yang menjalani kemoterapi BOMP.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-November 2013 setelah mendapatkan ethical clearance dan izin penelitian di RSUP Sanglah Bali.

3.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Cempaka Timur RSUP Sanglah Bali.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar persetujuan (informed consent) pasien untuk ikut dalam penelitian sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini lembar pengumpul data pasien, dan data rekam medis pasien.

(22)

3.4. Subjek Penelitian 3.4.1. Populasi

Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh pasien yang menderita kanker serviks stadium IIB-IIIB tipe sel skuamosa dikemoterapi BOMP di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

3.4.2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi. Cara pemilihan sampel yang dilakukan dengan consecutive sampling dimana pasien yang datang ke RSUP Sanglah pada periode Januari 2013 - Agustus 2013 yang memenuhi kriteria inklusi langsung dipilih sebagai sampel.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut : Kriteria inklusi :

1. Pasien yang menderita kanker serviks stadium IIB-IIIB tipe sel skuamosa dan tidak menderita penyakit kanker lain di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. 2. Pasien yang mendapatkan kemoterapi BOMP pertama kali.

3. Pasien yang mendapatkan obat pramedikasi sesuai dengan protap BOMP di RSUP Sanglah.

4. Pasien yang menyelesaikan 3 siklus kemoterapi. 5. Pasien nonoperabel.

(23)

Kriteria eksklusi :

1. Pasien menderita penyakit lain.

2. Pasien yang tidak mengikuti kemoterapi pada siklus selanjutnya

3.5 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional pada penelitian ini adalah:

1. Kanker serviks sel skuamosa stadium IIB-IIIB adalah lesi serviks yang ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan hispatologi bahan biopsi di bagian Patologi Anatomi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar dan mengikuti stadium FIGO.

2. Prevalensi serta derajat mual dan muntah ditentukan pada mual dan muntah akut.

3. Derajat mual dan muntah mengikuti Common Terminology Criteria for

Adverse Events version 3.0 (NCI CTCAE).

4. Perubahan kebiasaan makan merupakan kondisi pasien tidak bisa makan sesuai jadwal di ruang rawat inap yang disebabkan oleh mual.

5. Jumlah makanan yang masuk berkurang ditandai dengan pasien tidak bisa menghabiskan 1 porsi makan akibat mual.

6. Dehidrasi ditandai dengan pemberian larutan oralit dehidrasi atau dinyatakan dehidrasi oleh dokter.

7. Mengancam jiwa merupakan suatu kondisi pasien dimana jiwanya dalam keadaan terancam dan sudah dinyatakan oleh dokter yang merawat.

(24)

8. Malnutrisi adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup setelah dinyatakan oleh dokter atau praktisi kesehatan yang ditunjuk.

9. Penelitian efek samping mual dan muntah dilakukan selama 3 siklus kemoterapi.

3.6 Prosedur Penelitian

Pasien kanker serviks yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi merupakan subjek penelitian. Pada penelitian ini dilakukan observasi frekuensi mual muntah kemudian ditentukan prevalensi dan derajat mual muntahnya setiap kemoterapi. Frekuensi mual dan muntah diamati setiap subjek dikemoterapi sampai siklus ketiga dengan jeda waktu 2-3 minggu. Alur kerja penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

(25)

tidak

Pasien kanker serviks yang dirawat inap di RSUP Sanglah Januari – Agustus 2013

Kriteria inklusi

Eliglibe Sampel

Pengamatan efek samping mual dan muntah

Data

Pengurusan ethical clearance dan izin penelitian

Pengolahan data

Hasil

Kesimpulan

Penentuan prevalensi mual dan muntah akut Penentuan derajat mual dan muntah ya Keluar Kriteria eksklusi tidak ya Keluar Pasien dikemoterapi

Siklus I 2-3 minggu Siklus II 2-3 minggu Siklus III

Gambar 3.1. Alur kerja penelitian

(26)

Data yang diperoleh pada lembar pengumpulan data (lampiran 2) dijelaskan secara deskriptif.

3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan/ Tahun Feb 13 Mar 13 Apr 13 Mei 13 Jun 13 Jul 13 Agt 13 Sept 13 Okt 13 Nov 13 Des 13 1. Penjajakan dan perijinan dengan Direktur RS Sanglah dan Kepala SMF Obgyn RSUP Sanglah-Denpasar 2. Pembuatan surat ijin penelitian dan pengurusan surat ethical clearance pendahuluan 3. Studi Literatur

(27)

4. Pembuatan Proposal 5. Pendefinisia

n jumlah sampel

(28)

21

Penelitian mengenai efek samping mual dan muntah kemoterapi BOMP pada pasien kanker serviks sel skuamosa stadium IIB-IIIB dilakukan secara prospektif dengan menggunakan metode consecutive sampling selama 8 bulan. Penelitian ini telah dinyatakan laik etik dengan dikeluarkannya Ethical Clearance dan izin penelitian oleh Komisi Etik Litbang FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.

4.1. Demografi Pasien

Pada penelitian ini terdapat sebanyak 9 pasien kanker serviks yang mendapatkan kemoterapiBOMP diRuang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar yang telah memenuhi kriteria inklusi penelitian.Terdapat pasien wanita dengan umur antara 34-64 tahun dan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga serta tingkat pendidikan tidak sekolah paling banyak. Terdapat 3 pasien yang tidak dapat melanjutkan kemoterapi karena alas an pribadi, sehingga hanya 6 psien yang dijadikan sampel.

Tabel 4.1 Data Demografi Pasien

Karakteristik Jumlah Umur 34-50 tahun 51-64 tahun 5 4 Daerah Asal Klungkung Tabanan NTT Badung Gianyar 1 1 2 1 1 Pekerjaan Petani

Ibu Rumah Tangga Pegawai 2 3 1 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA 3 2 1 -

(29)

4.2 Perlakuan terhadap Pasien untuk Menangani Mual dan Muntah dalam Kemoterapi

Dalam kemoterapi salah satu efek samping yang sering terjadi adalah mual dan muntah. Mual dan muntah dapat mengakibatkan kondisi tubuh melemah, berkurangnya nafsu makan dan minum, dehidrasi, gangguan elektrolit, status gizi berkurang sehingga pasien menolak untuk menjalani kemoterapi selanjutnya dan kesembuhan pasien tertunda (Hamadani et al., 2007).Pasien dapat mengalami beberapa jenis mual dan muntah, yaitu mual dan muntah akut, tertunda, antisipasi, dan lanjutan (NCCN Guideline, 2013).Mual dan muntah akut merupakan mual dan muntah yang terjadi kurang dari 24 jam setelah pemberian kemoterapi. Mual muntah akut lebih cepat terjadi pada umur dibawah 50 tahun.Mual dan muntah yang dapat diantisipasi merupakan mual dan muntah yang sulit dikontrol daripada akut maupun tertunda dan terjadi sebelum pemberian kemoterapi yang dapat disebabkan pemandangan, ketakutan atau kecemasan pasien terkait dengan kemoterapi. Mual dan muntah tertunda merupakan mual dan muntah yang terjadi 24 jam setelah kemoterapi. Mual dan muntah lanjutan merupakan mual muntah yang terjadi meskipun diberikan obat antiemetik dalam mencegah terjadinya mual muntah dan memerlukan obat lain untuk mengontrol kondisi pasien. Untuk menangani kejadian mual dan muntah akibat kemoterapi setiap pasien diberikan beberapa perlakuan yang sama pada sebelum dan sesudah kemoterapi. Berdasarkan protokol BOMP sebelum mendapatkan kemoterapi diberikan obat antiemetik yaitu injeksi vitamin B6 200 mg, metoklopramid 20 mg, deksametason 20 mg, ondansetron 8 mg. Setelah kemoterapi pasien diberikan obat diminum di

(30)

rumah selama 2-4 hari yaitu ondansetron 8 mg dan proton pump inhibitor (NCCN

Guideline, 2013). Adapun hasil dari observasi terhadap perlakuan pasien dalam

menangani mual dan muntah selama di rumah sakit yaitu : 4.2.1 Perlakuan Sebelum Kemoterapi

Dalam 1 siklus kemoterapi pemberian kombinasi obat bleomisin, oncovin, mitomisin dan cisplatin dilakukan selama 4 hari.Hari pertama pasien diberikan obat pramedikasi yaitu injeksi deksametason, vitamin B6, metoklopramid, oncovin. Setelah 3 jam pasien diberikan bleomisin selama 12 jam kemudian direhidrasi dengan NaCl 0,9% untuk menjaga keseimbangan cairan dan nutrisi selama kemoterapi. Pada hari kedua pasien diberikan obat pramedikasi yaitu injeksi vitamin B6, metoklopramid.setelah 30 menit diberikan bleomisin selama 12 jam kemudian direhidrasi dengan NaCl 0,9%. Pada hari ketiga pasien diberikan obat pramedikasi yaitu injeksi vitamin B6 kemudian diberikan injeksi mitomisin. Pada hari keempat pasien direhidrasi dengan NaCl 0,9%, setelah 5 jam diberikan NaCl pasien diberikan antiemetik ondansetron sebelum diberikan cisplatin kemudian direhidrasi dengan NaCl. Selama kemoterapi di rumah sakitdiamati kebiasaan makan, jumlah asupan makanan yang masuk serta asupan nutrisi pasien.

Deksametason merupakan kortikosteroid yang digunakan secara luas dan dikombinasikan dengan obat antiemetik lainnya.Deksametason diberikan 30 menit sebelum kemoterapi dengan dosis 20 mg intravena.Selain untuk mencegah terjadinya hipersensitivitas deksametason juga berperan dalam mencegah mual dan muntah.Deksametason mempunyai mekanisme kerja dengan menurunkan

(31)

pelepasan serotonin dan meningkatkan kerja obat antiemetik lainnya (Allen et al, 2007).

Vitamin B6 dalam kemoterapi digunakan untuk mengurangi mual pasien tetapi tidak memiliki efek mengurangi frekuensi muntah (Offermanns, 2008).Vitamin B6 diberikan 30 menit sebelum kemoterapi dengan dosis 200 mg intravena (KomiteMedik, 2006).

Difenhidramin merupakan obat golongan antihistamin dan antikolinergik yang dapat mengurangi mual dan muntah (Dipiro, 2008).Difenhidramin memiliki mekanismedengan berkompetisi dengan histamin bebas untuk mengikat reseptor H1 dan memblok CTZ dan menurunkan stimulasi vestibular(Copur et al, 2006).Difenhidramin diberikan 30 menit sebelum kemoterapi dengan dosis 50 mg intravena (KomiteMedik, 2006).

Metoklopramiod memiliki mekanisme kerja mempengaruhi secara langsung CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medulla yaitu dengan menghambat reseptor dopamin pada CTZ.Metoklopramid meningkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan sensitivitas saraf visceral yang membawa impuls saraf aferen dari gastrointestinal ke pusat muntah (Dipiro, 2008).

4.2.2 Perlakuan Pasien Setelah Kemoterapi

Setelah selesai kemoterapi diberikan ondansetron oral dan ranitidin untuk diminum di rumah dan pasien dipantau lewat telepon selama 1 minggu.

Ondansetron termasuk kelompok obat antagonis serotonin 5-HT3, yang bekerja dengan menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3) berikatan pada reseptornya yang ada di CTZ (Chemoreceptor Trigger

(32)

Zone) dan di saluran cerna(Copur et al, 2006). Ondansetron diberikan 30 menit

sebelum kemoterapi dengan dosis 8 mg intravena dan setelah kemoterapi dengan dosis 8 mg peroral setiap 8 jam (Smith, 2013).

4.2 Prevalensi Efek Samping Mual dan MuntahAkut BOMP

Mual dan muntah dalam kemoterapi dapat disebabkan stimulasi oleh reseptor pada gastrointestinal dan reseptor di CTZ (Chemoreceptors Trigger Zone) yang mengirim pesan ke nukleus traktus solitaries pada otak sehingga merangsang salivasi, kontraksi diafragma, otot pernapasan, otot perut (Hawkins, 2009).Beberapa reseptor neurotransmiter terletak di pusat muntah, CTZ dan gastrointestinal. Contoh dari reseptor-reseptor tersebut antara lain reseptor kolinergik dan histamin, dopaminergik, opiat, serotonin, neurokinin dan benzodiazepin.

Prevalensi mual dan muntah dapat digunakan sebagai data evaluasi dalam mencegah terjadinya mual dan muntah selama kemoterapi. Adapun hasil pengamatan prevalensi efek samping mual dan muntah akut terhadap pasien kemoterapi BOMP selama dirumah sakit dapatdilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Prevalensi Efek Samping Mual dan Muntah Kemoterapi BOMP Siklus Kemoterapi Prevalensi mual muntah I 2/6 2/6 II 3/6 2/6 III 3/6 3/6

(33)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat prevalensi efek samping mual dan muntah kemoterapi BOMP pada siklus 1sebanyak 2 pasien mual dan 1 pasien muntah dari 6 pasien sedangkan pada siklus kedua prevalensi kejadian mual yaitu sebanyak 3 pasien yang mengalami mual dari 6 pasien, sedangkan pervalensi kejadian muntah sebanyak 2 pasien yang mengalami muntah dari 6 pasien. Pada siklus kemoterapi ketiga terjadi peningkatan prevalensi muntah yaitu sebanyak 3 pasien.Dari hasil yang didapat terjadi peningkatan prevalensi mual dan muntah setiap siklusnya.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Molasiotis et al (2008) kejadian mual dan muntah dapat meningkat setiap siklusnya.Dalam penelitian laintelah menunjukkan bahwa kecemasan dapat meningkatkan risiko mual dan muntah selama pengobatan (Koga, 2008).

4.3 Derajat Efek Samping Mual dan Muntah Kemoterapi BOMP

Berdasarkan Common Terminology Criteria for Adverse Events version 3.0 (CTCAE), derajat derajat mual dan muntah dapat diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, berat, mengancam jiwa dan kematian.Mual ringan ditandai dengan kehilangan nafsu makan tanpa mengubah kebiasaan makan.Mual sedang ditandai dengan perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan yang masuk berkurang tanpa penurunan berat badan, dehidrasi dan malnutrisi yang signifikan.Mual berat ditandai dengan tidak bisa makan selama 1 hari, Total Parenteral Nutrition (TPN). Muntah ringan merupakan muntah yang terjadi 1-2 kali interval waktu 5 menit dalam 24 jam. Muntah sedang ditandai dengan terjadinya muntah 3-5 kali interval waktu 5 menit dalam 24 jam. Muntah berat ditandai dengan muntah lebih

(34)

dari 6 kali interval waktu 5 menit dalam 24 jam, Total Parenteral Nutrition (TPN). Dari hasil pengamatan selama di rumah sakit didapatkan data-data dari pasien yang mengalami mual dan muntah setiap siklus kemoterapi. Adapun hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 1

Kemo terapi ke Hasil Pengamatan Kehilan gan nafsu makan Perubah an Kebiasaa n makan Jumlah makanan masuk berkuran g Dehi drasi Mal nutrisi Penuru nan berat badan TPN Dera jat Mual Fre kuensi muntah Derajat muntah 1 - - - - sedang 3x sedang 2 - - - - sedang 4x sedang 3 - - - - sedang 4x sedang

Dari data pada tabel 4.3 pasien 1 mengalami penurunan nafsu makan, dimana mengalami penurunan nafsu makan yang menyebabkan pasien tidak dapat makan, terjadi perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk berkurang baik pada siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga. Pasien tersebut juga mengalami muntah sebanyak 3 kali dengan total volume muntah 52 cc pada kemoterapi pertama, muntah sebanyak 4 kali dengan total volume muntah 120 cc pada kemoterapi ketiga, muntah sebanyak 4 kali dengan total volume muntah 108 cc. Menurut CTCAE pasien 1 mengalami derajat mual sedang dan muntah sedang pada setiap siklusnya, yaitu siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga.

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 2

Kemo terapi ke Hasil Pengamatan Kehila ngan nafsu makan Peruba han Kebiasa an makan Jumlah makanan masuk berkuran g Dehi drasi Mal nutrisi Penuru nan berat badan TPN Dera jat Mual Fre kuensi muntah Derajat muntah 1 - - - - - - - - - - 2 - - - - - - ringan - - 3 - - - - - sedang 1x ringan Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada

(35)

Dari data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pasien 2 tidak mengalami efek samping mual dan muntah kemoterapi pada siklus kemoterapi pertama sehingga tidak terdapat derajat mual dan muntah baik ringan, sedang dan berat. Pada siklus kemoterapi kedua pasien 2 mengalami penurunan nafsu makan, akan tetapi tidak mempengaruhi kebiasaan makan dan jumlah makanan yang masuk sehingga digolongkan menjadi derajat mual ringan. Sedangkan pada siklus kemoterapi ketiga derajat mual sedang terjadi pada pasien 2 dimana ditandai dengan penurunan jumlah makanan yang masuk yang disebabkan oleh berkurangnya nafsu makan serta pasien mengalami muntah sebanyak 1 kali dengan total volume muntah 48 cc sehingga digolongkan pada derajat muntah ringan.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 3

Kemo terapi ke Hasil Pengamatan Kehilan gan nafsu makan Perubah an Kebiasa an makan Jumlah makanan masuk berkurang Dehi drasi Mal nutrisi Penurun an berat badan TPN Dera jat Mual Fre kuensi munta h Derajat muntah 1 - - - - sedang 2x ringan 2 - - - - sedang 3x sedang 3 - - - - sedang 3x sedang Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada

Menurut CTCEAE versi 3 dari hasil data pada tabel 4.5 pasien 3 termasuk dalam derajat mual sedang pada siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga dimana mengalami penurunan nafsu makan yang menyebabkan pasien tidak dapat makan, terjadi perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk berkurang. Derajat muntah ringan terjadi pada siklus kemoterapi pertama dengan frekuensi muntah 2 kali volume total 72 cc sedangkan derajat muntah sedang terjadi pada

(36)

siklus kemoterapi kedua dengan frekuensi muntah 3 kali total volume 63 cc. Pada siklus kemoterapi ketiga pasien 3 muntah sebanyak 3 kali dengan volume total 85cc sehingga termasuk derajat muntah sedang.

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 4

Kemo terapi ke Hasil Pengamatan Kehila ngan nafsu makan Perubaha n Kebiasaa n makan Jumlah makanan masuk berkurang Dehi drasi Mal nutrisi Penurunan berat badan TPN Dera jat Mual Fre kuensi muntah Derajat muntah 1 - - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - 3 - - - - - - - - - - Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada

Berdasarkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa pasien 4 tidak mengalami efek samping mual dan muntah kemoterapi BOMP selama 3 siklus kemoterapi sehingga tidak mengalami efek dari mual dan muntah berdasarkan karakteristik yang ditentukan oleh CTCEAE versi 3 yaitu tidak mengalami kehilangan nafsu makan, perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk berkurang, dehidrasi, malnutrisi, penurunan berat badan, TPN, dan frekuensi muntah.

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 5

Kemo terapi ke Hasil Pengamatan Kehilang an nafsu makan Perubaha n Kebiasaa n makan Jumlah makanan masuk berkurang Dehi drasi Mal nutrisi Penuruna n berat badan TPN Dera jat Mual Fre kuensi muntah Derajat muntah 1 - - - - - - ringan - - 2 - - - - - - ringan - - 3 - - - - - - - - - - Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada

(37)

Dari data pada tabel 4.7 pasien 5 pada siklus kemoterapi pertama dan kedua mengalami penurunan nafsu makan, akan tetapi tidak terjadi perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan yang masuk berkurang, muntah sehingga digolongkan menjadi derajat mual ringan. Sedangkan pada siklus kemoterapi ketiga pasien 5 tidak mengalami mual dan muntah.

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 6

Kemo terapi ke Hasil Pengamatan Kehilang an nafsu makan Perubaha n Kebiasaa n makan Jumlah makanan masuk berkurang Dehi drasi Mal nutrisi Penuruna n berat badan TPN Dera jat Mual Fre kuensi muntah Derajat muntah 1 - - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - 3 - - - - - - - - - - Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada

Berdasarkan pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa pasien 6 tidak mengalami efek samping mual dan muntah kemoterapi paklitaksel karboplatin selama 3 siklus kemoterapi sehingga tidak mengalami efek dari mual dan muntah berdasarkan karakteristik yang ditentukan oleh CTCEAE versi 3 yaitu tidak mengalami kehilangan nafsu makan, perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk berkurang, dehidrasi, malnutrisi, penurunan berat badan, TPN, dan frekuensi muntah.

4.4 Perbedaan Derajat Efek Samping Mual dan Muntah Pasien pada Kemoterapi BOMP

Dari hasil data pengamatan efek samping mual dan muntah akut kemoterapi BOMP selama di rumah sakit ditentukan derajat mual dan muntah pasien. Adapun

(38)

derajat efek samping mual dan muntah kemoterapi BOMP pada pasien dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Derajat Efek Samping Mual dan Muntah kemoterapi BOMP

Pasien

Derajat Mual dan Muntah pada Siklus Kemoterapi

1 2 3

Mual Muntah Mual Muntah Mual Muntah

1 sedang sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

2 - - Ringan - Sedang Ringan

3 sedang ringan Sedang Sedang sedang sedang

4 - - - - - -

5 ringan - Ringan - - -

6 - - - - - -

Dari data pada tabel 4.9 untuk melihat perbedaan derajat efek samping mual dan muntah pasien pada kemoterapi BOMPdilakukan dengan analisa SPSS 16.0 melalui uji Chi-Square yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 dan tabel 4.11

Tabel 4.10 Hasil Uji Chi Square Perbedaan Derajat Mual Kemoterapi BOMP

Derajat Mual Siklus Kemoterapi

Kemoterapi 1 Kemoterapi 2 Kemoterapi 3

Tidak mual 3 2 3

Mual ringan 1 2 0

Mual sedang 2 2 3

Total 6 6 6

p = 0,638

Berdasarkan dari uji Chi Square (α = 0,05) pada tabel 4.7 nilai p adalah 0,632 (lebih besar dari α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan derajat efek samping mual pasien pada siklus kemoterapi pertama kedua dan ketiga.

(39)

Tabel 4.11 Hasil Uji Chi Square Perbedaan Derajat Muntah Kemoterapi BOMP

Derajat Muntah Siklus Kemoterapi

Kemoterapi 1 Kemoterapi 2 Kemoterapi 3

Tidak ada muntah 4 4 3

Muntah ringan 1 0 1

Muntah sedang 1 2 2

Total 6 6 6

p = 0,812

Dari hasil uji Chi Square (α = 0,05) pada tabel 4.11 nilai p adalah 0,493 (lebih besar dari α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan derajat efek samping muntah pasien pada siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga.

Tidak teradpatnya perbedaan derajat efek samping mual, muntah pada pemberian kemoterapi bomp karena adanya pemberian obat premedikasi sebelum pasien di kemoterapi yang cukup efektif pada pasien dalam menekan rasa mual dan muntahnya.

(40)

33 5.1 Kesimpulan

1. Terdapat 3 pasien dari 6 pasien yang mengalami mual muntah pada kemoterapi I, 4 pasien yang mengalami mual muntah pada kemoterapi kedua dan terdapat 3 pasien yang mengalami mual muntah pada kemoterapi ketiga.

2. Tidak terdapat perbedaan derajat mual muntah pada pasien yang mendapatkan kemoterapi BOMP baik pada kemoterapi pertama, kedua maupun ketiga.

5.2 Saran

1. .Perlu dilakukan pemberian obat premedikasi yang lebih kuat efektivitasnyabaik pada kemoterapi seri I, II maupun III sehingga mual dan muntah pada pasien tidak terjadi

2. Perlunya diterapkan pengobatan dan penanganan secara individual untuk masing-masing psaien yang mendapatkan kemoterapi BOMP pada kasus kanker serviks.

3. Perlu diberikan terapi untuk mengatasi rasa cemas yang diderita pasien selama menjalani kemoterapi.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, MF. 2002. Skrening dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Jakarta : FK – UI Anthony C Moffat, M David Osselton, Brian Widdop. 2005. Clarke's Analysis of

Drugs and Poisons. © Pharmaceutical Press 2005

Altekruse SF, Lacey JVJ, Brinton LA, Gravitt PE,Silverberg S, Barnes, WAJ, Greenberg MD, Hadjimichael OC, McGowan L, Mortel R, Schwartz PE, Hildesheim A. Comparison of human papillomavirus genotypes, sexual,

and reproductive risk factors ofcervical adenocarcinoma and squamous cell carcinoma.Northeastern United States.Am J Obstet Gynecol, 2003;

188: 657–663.

Dipiro, J. T., R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke. B. G. Wells. L. M. Posey. 2005. Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach 6th Edition. United

States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc

Donowati, M. W. 2005. Evaluasi Kerasionalan dan Analisis Farmakoekonomi

Peresepan Antibiotika Pada Pasien Bedah Sesar di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta (Tesis). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Edianto D. 2006. Kanker Serviks dalam Onkologi Ginekologi. Ed I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. pp : 442-54.

Hacker,Moore. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Jakarta: Hipokrates

Hawkins Rebecca, MSN, ANP,AONCN, Steven Grunberg, MD. 2009.

Chemoteraphy-Induced Nausea and Vomitting: Challenges and

Opportunities for Improved Patents Outcomes. Clinical Journal of

Oncology Nursing Volume 13, Number 1.

Jordan Karin, dkk. 2007. Guidelines for Antiemetic Treatment of

Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Past, Present, and Future

Recommendations. TheOncologist2007;12:1143–1150

Keiichi Fujiwara, MD, PhD, Noriyuki Katsumata, MD, PhD, and Takashi Onda, MD, PhD. 2012. Dose-Dense Chemotherapy and Neoadjuvant Chemotherapy for Ovarian Cancer. American Society of Clinical Oncology.1092-9118/10/1-10

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (MenKes RI). 2010. Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/Menkes/SK.VII/2010 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.

(42)

National Cancer Institute (NCI). 2008. What You Need to Know About Cervical

Cancer. U.S Department of Health and Human Services: National

Institutes of Health Publication. 13.

Perwitasari Aryani Dyah,Msi, Arir Atthobari, PhD,et al. 2011. Impact of

Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting on Quality of Life in Indonesian Patients With Gynecologic Cancer. International Journal of

Gynecological Cancer & Volume 22, Number 1, January 2012.

Price, S.A. dan L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit

Volume 2 Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1295–1297.

Suartini Ayu. 2012. Kajian Interaksi Obat Yang Potensial Pada Pasien Kanker

Serviks Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode 2011 (Skripsi).Denpasar : Universitas Udayana.

Vasilev., S.A., S.E. Lentz., dan A.E.Axtell. 2011. Gynecologic Oncology

Evidence-Based Perioperative and Supportive Care. New Jersey : John

Wiley and Sons. Inc. 299–303.

WHO, 2010.Cervical Cancer and The Human Papilloma Virus (HPV) diakses

pada tanggal 9 september 2012 dari

http://www.who.int/reproductivehealth/topics/cancers/en/index.html

Williams, L. dan Wilkins. 2001. Cancer Principles and Practice of Oncology 6th

Edition. Philadelphia: A Wolters Kluwer Company. 1529–1549.

World Health Organization (WHO), PATH, and the United nations population fund (2009). Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and HPV vaccines: Key points for policymakers and health professionals. Geneva,

CH: WHO; 2007. Available at:

www.who.int/reproductivehealth/publications/cervical_cancer_keypoints/c erv_cancer_hpv_keypts.pdf

(43)

CURRICULUM VITAE

A. Kepala Proyek

A.1 Nama lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir NIP Jabatan / Pangkat/Golongan Institusi Bidang Keahlian : : : : : :

Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt Semarang / 4 November 1977 197711042008122001

Asisten Ahli/Penata Muda Tk. I / IIIb Jurusan Farmasi, F. MIPA UNUD Farmasi Klinik

A.2. Pendidikan

Universitas / Institusi, Lokasi Gelar Tahun

Selesai Bidang Studi Universitas Surabaya/Surabaya Sarjana Sains (S.Si) 2000 Ilmu Farmasi Universitas Surabaya/Surabaya Apoteker(Apt) 2001 Apoteker Universitas Gadjah Mada/Farmasi,

Yogyakarta

Magister Sains (M.Si) 2002 Manajemen Farmasi Rumah Sakit

A.3. Publikasi

1 Pola Persepan Antibiotika Diare di Apotek Kabupaten Blora

Peneliti Utama

2 Evaluasi Kualitas Pelayanan Apotek Kapal di Kecamatan Badung Kabupaten Mengwi Bali

Keynote Speaker

Presentasi makalah bebas

3 Pola Penulisan Resep Pediatri di Apotek- Apotek Kota Denpasar

Peneliti Utama DIPA 2010 /Konggres Nasional Ikatan Farmakologi Indonesia(IKAFI), 29-31 Oktober 2010/ dan Presentasi makalah Bebas

(44)

4 Studi Penggunaan

Antibiotika pada Ibu Hamil

Peneliti Utama DIPA 2011/ICPAPS-Yogyakarta

5 Pemantauan Penggunaan Azitromisin pada pasien Faringitis Pediatri Rawat jalan

Peneliti Utama DIPA 2012

Bukit Jimbaran, 13 Nopember 2013 Kepala Proyek

Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt 197711042008122001

(45)

CURRICULUM VITAE

ANGGOTA PENELITI

A.1 Nama lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir NIP Jabatan / Pangkat/Golongan Institusi Bidang Keahlian : : : : : :

Dr.Anak Agung Sagung Sawitri, MPH Malang, 14 September 1968

132233226

Lektor Kepala/ III c

Fakultas Kedokteran UNUD Epidemiologi

A.2. Pendidikan

Universitas / Institusi, Lokasi Gelar Tahun

Selesai Bidang Studi

Universitas Udayana/Denpasar dr 1994 Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada/

Yogyakarta

MPH 2009 Field

Epidemiology A.3. Publikasi

No. Judul Publikasi Peran Sumber dana/ Publikasi

1 Some Aspects of Service Delivery on Emergency Contraceptive (Postinor-2) by Midwives in Bali,

Author Indonesian Journal of Epidemiology, Vol 5,

Number 1, 2001. 2 Author: The role of HIV testing in HIV

risk reduction among IDUs in Bali.

Author The 14th International Conference on The Reduction of Drug Related Harm, Abstract code: 660-1266, 2003. 3. The Effectiveness of Education

Intervention by Students and Peers to increase knowledge and attitude of ISR/HIV/AIDS among housewives.

Author Udayana Medical Journal, vol. 36 no 129,

July 2005 4

HIV testing experience of drug users in Bali, Indonesia.

Author

AIDS Care, volume 18,

Number 6, August 2006, pp. 577 – 588 (12)

(46)

5 Voluntary HIV Testing, Disclosure, And Stigma among Injection Drug Users In Bali, Indonesia.

Co Author AIDS Education and Prevention, 16(6),

487-498, 2004. Guilford Press.

6. Re reading of gram stain examination to diagnose gonorrhea among female sex worker in Denpasar, Bali: Valid and reliable?

Author Buletin Epidemiologi Lingkungan Vol IV Nomor 2 Desember 2010. ISSN: 1978-5380

Bukit Jimbaran, 13 Nopember 2013 Anggota Peneliti

dr.A.A.Sagung Sawitri, MPH 132233226

(47)

CURRICULUM VITAE

Name dr. Tangking Widarsa, MPH

Occupation Lecturer atSchool of Public Health, Udayana University

Address PS IKM, Kampus Universitas Udayana, Jl Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia

Tel/Fax. : (361) 701805

E-mail twidarsa@hotmail.com

Educations 1. Medical Doctor at Udayana University, 1977. 2. Master of Public Health at Hawaii University,

1983.

Research experiences 1. PI: Survei Kesehatan Penduduk Migran yang tinggal di kawasan kumuh Kota Denpasar, Bali, 2010.

2. PI: Determinant Factors of Maternal Mortality: Case Study at Muntigunung Village,

Karangasem, Bali, 2010..

3. Co Investigator: Pemberian ekstrak seredelai meningkatkan kadar serum feritin tikus, 2010. 4. PI: Identifikasi makanan permentasi yang

berpotensi sebagai pengikat besi, 2009/2010. 5. PI: Study Benefit Monitoring and Evaluation

Project DHS-1 Province of Bali, 2008. 6. Co Investigator: Sero Survei Ko-Infeksi HIV

Pasien TB di Bali, tahun 2008.

7. PI: Feasibility study of Klungkung Hospital, 2007.

8. PI: Assessment for Upgrade the Hospital Status from Class C to Class B Klungkung Hospital, 2007.

9. PI: Survey on Achievement of “Bali Sehat 2005 Indicators”, 2005

(48)

11. PI : Situation Analysis of Dengue at Badung District, Bali, 2003.

12. Co Investigator: Study of Effect 90 Iron Tablets to Hemoglobin and Erythrocyte Indexes Among Pregnant Women in Bali, 2003.

13. PI : Survey of Bali Base Line Data, 2002. 14. PI: Study of Maternal Mortality in Bali: Cohort

Study, 1998 – 2000

15. PI : Survey Infertility of Eligible Couple in Bali, 1995.

16. Co Investigator: Study Qualitative of Sexual Risk Behaviors among Shipmen at Benoa Bali, 1993 17. PI: Study qualitative of Knowledge, Attitude and

Risk Behaviors of Sexual Transmitted Diseases among Jawa-Bali Truck Drivers, 1992

18. Co Investigator: Study Qualitative of Sexual Risk Behaviors among Migrant Labor in Bali, 1992 19. Co Investigator: Survey of Acute Diarrhea in

Lombok, 1992.

20. Co Investigator: Survey of Acute Diarrhea in Bali, 1990.

21. PI: Qualitative research on determinant factors related to community health cadre’s drop-out in Bali, 1986.

22. Co Investigator: Survey of Nutrition Profile of Children Under Five Year of Old in Bali, 1986. Publications 1. Home Treatment of Acute Diarrhea in Bali,

Indonesia. Published at Journal Diarrhea Diseases Research, Bangladesh, 1991.

2. Utilization Rate of Health Care Services among Kerambitan Health Insurance members 1992. Published at Udayana Medical Journal, July-October 1993.

3. Knowledge, Attitude, and Risk Behavior of Sexual Transmitted Diseases among Jawa-Bali Truck Drivers. Published at Journal Medica Indonesia, 1993.

(49)

4. Factors Associated with the Use of Oral Rehydration Solution Among Mothers in West Lombok, Indonesia. Published at Journal Diarrhea Disease Research, Bangladesh, 1994. 5. Development of Culturally Appropriate

Educational Material to Improve Home Case Management of Diarrhea in Rural Lombok, Indonesia. Published at Journal Community Health Education, 1994.

6. Estimate number of infertile couple in Bali, 1996. Published at Indonesian Journal of

Epidemiology, Volume 1, 1997.

7. Determinant factors of maternal death in Bali: Case-Control Study. Published at Udayana Medical Journal, 2000

Seminar and Workshop 1. Participant in The National Seminar on

Urbanization and Health, Bali, 4 October 2010 2. Participant in The International Conference on

Biotechnology for a Sustainable Future, Bali, 15-16 September 2009

3. Participant of Seminar on Health and Tourism. Bali, 2008

4. Participant at the workshop on Public Health Professional Education. Surabaya: January 22-23, 2008.

5. Poster presentation on Effect 90 iron tablets to index erythrocyte I Bali at the Indonesian Public Health Association Congress. Palembang, 2007 6. Participant of Seminar on the development of

Health Financial Model for Bali. Denpasar, September 30, 2005.

Training and Short Course 1. Training “Skiled Consultant”, IAKMI: Bandung, August 1st and 2nd, 2010

2. Short Course on Hum Reduction to prevent HIV/AIDS among Drug User, Burnet Institute Melbourne: November 24th to December 6th, 2008 3. Training on Structural Equation Modeling at

UNAIR, Surabaya, November 18th – 19th, 2007 4. Continuing Medical Education VIII: Pediatrics

(50)

5. Training on writing course material. Unverity of Udayana, Denpasar, July 24th - 25th, 2007. 6. Continuing Medical Education XV: Internal

Medicine, Sanur, September 15th -16th, 2007. 7. Training on Establishing an Effective

Surveillance System for HIV/AIDS, University of Indonesia, Jakarta, March 23th - 27th, 1992 8. Summer Training/Research Seminar Program.

Ann Arbor, Michigan, May 30th, 1986 – August 30th, 1986.

(51)

LAMPIRAN 4.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

1. Nama Lengkap : Rini Noviyani, S. Si, M.Si., Apt.

NIP : 197711042008122001

P.S./Fakultas. : MIPA/Farmasi

Status dalam penelitian/Pengabdian : Ketua/ Anggota

2. Nama Lengkap : dr. A.A.Sagung Sawitri, MPH

NIP : 132233226

P.S./Fakultas. : Kedokteran/IKK-IKP

Status dalam penelitian/Pengabdian : Ketua/ Anggota

Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian/pengabdian kepada masyarakat, yang berjudul “Peran Ondansetron Terhadap Risiko Terjadinya Mual Muntah Pada Terapi Kombinasi Radiasi Cisplatin 40 Kasus Kanker Serviks Sel Skuamosa”, dengan jumlah usulan dana sebesar Rp. 7.500.000,-.

Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaaksanaan penelitian ini sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam surat kontrak Perjanjian. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bukit Jimbaran, 13 Nopember 2013

1. (Rini Noviyani,S.Si., M.Si., Apt) ……… 2. (dr.A.A.Sagung Sawitri, MPH) ………

(52)

Muntah * Kelompok

Crosstab Count

Kelompok

Total

Kemo 1 Kemo 2 Kemo 3

Muntah 1 4 4 3 11

2 1 0 1 2

3 1 2 2 5

Total 6 6 6 18

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.582a

4 .812

Likelihood Ratio 2.247 4 .690

Linear-by-Linear Association .405 1 .525

N of Valid Cases 18

(53)

Mual * Kelompok

Crosstab Count

Kelompok

Total

Kemo 1 Kemo 2 Kemo 3

Mual - 3 2 3 8

Ringan 1 2 0 3

Sedang 2 2 3 7

Total 6 6 6 18

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.536a

4 .638

Likelihood Ratio 3.310 4 .507

Linear-by-Linear Association .095 1 .758

N of Valid Cases 18

Gambar

Tabel  2.1  Pembagian  Stadium  Kanker  Serviks  Berdasarkan  The  International  Federation of Gynecologi and Obstetric (Williams and Wilkins, 2001)
Tabel  2.2    Kategori  Agen  Sitostatika  menurut  Perugia  International  Antiemetic  Consensus Conference 2004 (Dipiro et al., 2005)
Tabel  2.3  Derajat  Mual  dan Muntah  menurut  Common  Terminology  Criteria  for  Adverse Events version 3.0 (NCI, 2006)
Tabel 2.4 Obat Pramedikasi untuk Kemoterapi BOMP pada protap RSUP Sanglah  (Komite Medik, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

100% Uang Pertanggungan ditambah PRU Warisan Booster (jika ada) serta dikurangi dengan kewajiban lain yang mungkin ada, termasuk namun tidak terbatas pada Pinjaman Premi Otomatis

Dengan demikian didapat kesimpulan dari penelitian ini bahwa tindakan pembelajaran dengan media bola angka dapat dibuktikan kebenarannya untuk meningkatkan kemampuan

• Proses produksi yoghurt di CV. Cita Nasional terdiri dari penerimaan bahan baku, pendinginan awal, pencampuran bahan tambahan, agitasi, pemanasan, homogenisasi,

Tujuan : Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada lansia di Desa Windujaya, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas.. Metode

kinerja pegawai berada pada rentang kriteria cenderung belum baik. Namun demikian masih terdapat aspek dengan nilai rata-rata terendah yaitu pada pernyataan : Dalam

Dalam kehidupan sosial budaya Pengrajin Noken Suku Amungme di Desa Limau Asri memiliki banyak potensi alam yang dapat memper- kaya kehidupan para Pengrajin Noken,

Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit

Sehingga bersamaan dengan pencarian dan penemuan masalah itulah para peneliti mencari dan menemukan referensi yang relevan dengan topik kajiannya, disamping itu