• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya 4.1.1 Kondisi Geografis

Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif Kecamatan Bogor Barat. Secara geografis terletak pada 106,48o BT, 60,36o LS dengan ketinggian 200 mdpl dan tinggi curah hujan 2.5 mm3. Kelurahan ini memiliki luas total 123,373 Ha yang meliputi 12 RW dan 38 RT.

Batas wilayah Kelurahan Balumbang Jaya adalah sebagai berikut: 1. sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Situ Gede

2. sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Margajaya 3. sebelah barat berbatasan dengan Desa Babakan

4. sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bubulak

Jarak kantor Kelurahan Balumbang Jaya ke Ibu Kota Kecamatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dan ibu Kota Negara adalah sebagai berikut:

1. Ibu Kota Kecamatan Bogor Barat 6 km

2. Ibu Kota Bogor 12 km

3. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat 120 km 4. Ibu Kota Negara 60 km 4.1.2 Sumberdaya Alam

Kelurahan Balumbang Jaya memiliki areal yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan permukiman (Tabel 1). Hal ini menandakan kepadatan penduduk di Balumbang Jaya relatif tinggi. Pemanfaatan untuk pertanian hanya

(2)

seluas 18,5 Ha. Jumlah ini dapat terus berkurang seiring dengan pembangunan perumahan yang ada di sekitar wilayah Kelurahan tersebut.

Tabel 1 Sebaran Penggunaan Lahan Kelurahan Balumbang Jaya

Lahan/penggunaan Luas Lahan (ha) Persentase (%)

Perumahan/pemukiman dan pekarangan 82,277 66,68

Sawah 18,596 15,07

Jalan 19,5 15,80

Perkebunan 3 2,43

Total 123, 373 100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008

4.1.3 Kondisi Demografi

Total penduduk Kelurahan Balumbang Jaya sampai akhir bulan Desember tahun 2008 tercatat sebanyak 9.455 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.943 jiwa, perempuan sebanyak 4.512 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.518 dengan kepadatan penduduk 756 jiwa/km.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kelurahan Balumbang Jaya memiliki tingkat usia produktif yang cukup tinggi yaitu pada usia 25-29 tahun dengan jumlah 1.177 jiwa atau sebesar 12,40 persen.

Tabel 2 Sebaran Jumlah Penduduk Kelurahan Balumbang Jaya menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

00-04 613 6,48 05-09 902 9,53 10-14 899 9,50 15-19 823 8,70 20-24 930 9,83 25-29 1177 12,40 30-34 965 10,20

(3)

Lanjutan Tabel 2

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

35-39 819 8,66 40-44 616 6,51 45-49 512 5,41 50-54 358 3,78 55-59 271 2,86 60-64 222 2.34 65-69 139 1,47 Total 9.455 100,00

Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008

Kelurahan Balumbang Jaya memiliki penduduk yang beragam bila dilihat dari sisi kepercayaan. Sebagai besar penganut kepercayaan penduduk yaitu beragama Islam sebanyak 9.368 orang (99,07%). Selain itu juga terdapat penduduk yang beragam Kristen 62 orang (0,65 %), Katolik sebanyak 23 orang (0,24%) dan Hindu sebanyak dua orang (0,021%).

Keadaan mata pencaharian penduduk Kelurahan Balumbang Jaya sebagian besar adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 25,06 persen (Tabel 3). Hal ini dikarenakan terjadinya penyempitan lahan pertanian yang dimanfaatkan menjadi lahan permukiman sehingga petani tidak bekerja.

Tabel 3 Sebaran Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Petani 432 7,18

Wiraswasta/pedagang 1.062 17,67

Buruh 1.241 20,65

Swasta/BUMN/BUMD 839 13,96

Pegawai Negeri Sipil 96 0,16

TNI/Polri 10 0,16

Pensiunan 523 8,70

Tidak bekerja 1.506 25,06

(4)

Penduduk di Kelurahan Balumbang Jaya sebagian besar memiliki pendidikan yang tidak terlalu tinggi dimana sebagai besar merupakan lulusan SD/Sederajat (Tabel 4). Hal ini didukung dengan adanya fasilitas gedung SD sebanyak tiga buah. Sementara untuk gedung sekolah tingkat pertama yaitu SLTP terdapat satu buah. Hal ini berimplikasi dengan mereka untuk memperoleh pendidikan SLTA harus bersekolah di luar wilayah kelurahan. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki satu Buah TK dan pos pendidikan anak usia dini (PAUD) sehingga pada usia dini masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya sudah dapat berpendidikan.

Tabel 4 Sebaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya

Strata Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tamatan SD/ Sederajat 1.683 49,70

Tamatan SLTP/ Sederajat 610 18,20

Tamatan SLTA/ Sederajat 986 29,12

Tamatan Akademi/ D1-D3 46 1,35

Tamatan Perguruan Tinggi/ S1-S2 60 1,77

Total 3.385 100,00

(5)

BAB V

GAMBARAN UMUM PROGRAM KELUARGA HARAPAN

5.1 Profil Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu program yang diluncurkan oleh Pemerintah. Program Keluarga Harapan adalah suatu program yang memberikan Bantuan Tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Program Keluarga Harapan merupakan program lintas Kementerian dengan aktor utama yang terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik serta dibantu oleh tim tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di daerah dilakukan dengan koordinasi dari beberapa unit pelaksana dengan lokasi dan tugas yang berbeda yaitu Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat (UPPKH Pusat), Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten/Kota dan Tim pendamping yang bekerja di lapangan.

Program Keluarga Harapan diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007 dengan sasaran awal sebanyak 500.000 RTSM. Saat ini PKH berada di 13 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu Gorontalo, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Sumatra Barat, Jawa Barat, NTT, Jawa Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Banten, D.I Yogyakarta, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan milenium

(6)

(Millenium Development Goals atau MDGs). Dengan PKH setidaknya ada lima komponen MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu yaitu pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan Balita, dan pengurangan kematian ibu melahirkan. Program ini memiliki periode yang panjang dari tahun 2007-2015 dengan rencana penerima sesuai dengan Tabel 5.

Tabel 5 Rencana tahapan cakupan penerima PKH 2007-2015

Tahap 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahap 1 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt Tahap 2 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt Tahap 3 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt Tahap 4 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt Total 0,5 Jt 1,05 Jt 4,0 Jt 6,5 Jt 6,5 Jt 6,5 Jt 6,0 Jt 4,75 Jt 2,5 Jt Biaya (Triliun) 1,0 3,0 6,7 11,0 11,0 11,0 10,1 8,0 4,2

Sumber : Pedoman Umum PKH 2008

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: (1) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM; (2) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM; (3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM; (4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM. Untuk jangka pendek, melalui pemberian bantuan uang tunai terhadap RTSM program ini dapat mengurangi beban

(7)

pengeluaran RTSM sedangkan untuk jangka panjang melalui kewajiban yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap perbaikan status kesehatan anak-anak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan anak-anak RTSM tersebut sehingga rantai kemiskinan keluarga tersebut dapat diputus.

5.2 Ketentuan Bantuan Program Keluarga Harapan

Penerima bantuan PKH adalah rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari Balita, memiliki anak usia sekolah dan ibu hamil/nifas. Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program. Agar penggunaan bantuan dapat lebih efektif diarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (dapat nenek, tante,/bibi, atau kakak perempuan). Untuk itu, pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumahtangga.

Sebuah rumahtangga dikategorikan sebagai RTSM jika rumahtangga tersebut memenuhi indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan dikembangkan dari hasil model estimasi yang menggunakan faktor-faktor yang secara statistik memiliki korelasi dengan kemiskinan multidimensi, seperti antara lain kondisi demografi dan sosial-ekonomi.

UPPKH pusat merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang

(8)

dibutuhkan. UPPKH kabupaten/kota melaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH kabupaten/kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan. pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas pendamping termasuk di dalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. Dalam pelaksanaan PKH terdapat Tim koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan dan seterusnya serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung.

Pengaplikasian PKH merupakan pemberian dana bantuan kepada RTSM yang telah memenuhi syarat-syarat dasarnya. Besarnya bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besar bantuan ini bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan besarnya bantuan akan dikurangi atau sebagai bentuk sanksi terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH. Rincian dana bantuan dalam Tabel 6.

(9)

Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per tahun

Bantuan tetap Rp. 200.000

Bantuan bagi RTSM yang memiliki: a. Anak usia di bawah 6 tahun

Rp. 800.000

b. Ibu hamil/menyusui c. Anak usia SD/MI d. Anak usia SMP/MTs Rata-rata bantuan per RTSM Bantuan minimum per RTSM Bantuan maksimum per RTSM

Rp. 800.000 Rp. 400.000 Rp. 800.000 Rp. 1.390.000 Rp. 600.000 Rp. 2.200.000

Sumber: Pedoman Umum PKH 2008

Pemilihan daerah merupakan salah satu mekanisme dan prosedur dalam PKH yang dilaksanakan sebelum PKH berjalan di tingkat pelaksanaan operasional. Untuk tahun anggaran 2007 keikutsertaan daerah dilakukan melalui dua tahap, yaitu Tahap pertama berupa pemilihan provinsi yang dilakukan atas dasar kesediaan pemerintah provinsi pada saat Musrenbang tahun 2006. Sebanyak tujuh provinsi pada tahun 2007 telah dipilih sebagai daerah uji coba pelaksanaan PKH, yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2008 terjadi perkembangan dengan penambahan enam provinsi yang meliputi Sumatra Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Banten, D.I Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Tahap kedua yaitu pemilihan kabupaten/kota dan Kecamatan dari 13 provinsi yang telah terpilih, selanjutnya dipilih sejumlah kabupaten/kota dan dengan kriteria:

(i) tingginya angka kemiskinan,

(10)

(iii) ketersediaan sarana dan prasarana (supply) baik pendidikan maupun kesehatan, serta

(iv) adanya komitmen daerah.

Salah satu provinsi yang dijadikan ujicoba adalah Jawa Barat pada tanggal 16 November 2007 dengan sosialisasi yang dilaksanakan di 11 kabupaten dengan 70 kecamatan di dalamnya dan pada tahun 2008 terjadi pertambahan kuota sehingga sasaran sosialisasi bertambah menjadi 14 kabupaten dan satu kota yaitu Kota Bogor dengan jumlah kecamatan yang menjadi daerah sosialisasi sebanyak 142 kecamatan. Kota Bogor menjadi salah satu sasaran Program Keluarga Harapan dengan enam Kecamatan yang menjadi lokasi sasaran yaitu Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Tanah Sareal. Dar i kecamatan tersebut dipilih para peserta yang berasal dari kelurahan-kelurahan dengan proses pemilihan peserta PKH melalui beberapa tahap, yaitu: Survai di lokasi program untuk mendapat data rumahtangga miskin, pemilihan rumah tangga sangat miskin (RTSM) dari semua rumahtangga yang disurvai sebagai calon peserta PKH, calon peserta tandatangani komitmen sebagai peserta PKH untuk menjadi peserta PKH.

Pemilihan peserta PKH dilakukan dengan melakukan survai di lokasi program untuk mendapat data rumahtangga miskin. Untuk tahun 2007 survai tersebut dilakukan oleh BPS dengan data dasar yang diambil dari data daftar penerima subsidi langsung tunai (SLT) kategori sangat miskin dan miskin, dan data pendukung lainnya. Dalam melakukan survai, petugas terdiri atas unsur BPS dan pengawas. Data yang telah disusun tersebut kemudian disaring kembali

(11)

berdasarkan syarat kepesertaan PKH, yaitu rumahtangga yang memiliki anak 0-15 tahun, Ibu hamil atau anak 15-18 tahun yang belum selesai sembilan tahun wajib belajar. Informasi yang diperoleh dari survai calon peserta tadi digunakan untuk mengurutkan RTSM berdasarkan tingkat kemiskinannya. Agar distribusi RTSM antar kecamatan tersebar secara proporsional, digunakan model statistik yang menetapkan kuota per kecamatan. Penetapan calon peserta PKH dilakukan oleh BPS dan selanjutnya diadakan pertemuan awal yang salah satu kegiatan utamanya adalah melakukan klarifikasi data dan penandatanganan komitmen keikutsertaan. Hasil pertemuan tersebut merupakan acuan untuk menetapkan calon peserta PKH menjadi Peserta PKH.

Dana bantuan yang diterima oleh RTSM merupakan dana yang telah disesuaikan sebelumnya dengan verifikasi yang dilakukan oleh tim pendamping yang biasanya berjumlah dua atau tiga orang dalam setiap kelurahan. Tim pendamping memiliki peran yang penting dalam proses penyaluran dana karena pendamping yang memantau secara langsung tentang bagaimana dana diterima oleh RTSM dan tersalurkan dengan baik. Perubahan yang terjadi pada RTSM merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan seorang pendamping dalam melaksanakan tugasnya. Perubahan ini dapat berbentuk perubahan dari pengetahuan, sikap maupun tindakan dari RTSM pasca menerima dana PKH. Keberhasilan dalam merubah RTSM menuju ke arah yang lebih baik salahsatunya dapat dinilai dari efektivitas komunikasi yang dilakukan antar sesama RTSM atau antar pendamping dan RTSM.

(12)

Gambar 3. Sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya

Variabel karakteristik RTSM yang diteliti variabelnya adalah umur, status pekerjaan, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan.

1) Umur RTSM

Berdasarkan hasil penelitian sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH bervariasi yang secara keseluruhan berkisar antara 25–50 tahun yang dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu umur muda, umur dewasa dan umur tua. Sebaran umur secara garis besar mayoritas RTSM penerima bantuan PKH masuk ke dalam kategori umur dewasa yaitu 33-41 tahun sebanyak 62,2 persen, kategori muda sebanyak 26,7 persen dan kategori umur tua sebanyak 11,1 persen. Sebaran umur tersebut dianalisis dalam rataannya yaitu sebesar 35,3 tahun. Sebaran umur RTSM dapat dilihat pada Gambar 3.

0% 20% 40% 60% 80% 100% umur muda (25-32 tahun) umur dewasa (33-41 tahun) umur tua (42-50 tahun) 26.70% 62.20% 11.10%

kategori umur

umur muda (25-32 tahun) umur dewasa (33-41 tahun) umur tua (42-50 tahun)

(13)

Gambar 4. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009

Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH tergolong ke dalam umur dewasa dan masih produktif. Kategori umur tersebut merupakan saat dimana RTSM dapat melakukan banyak aktivitas seperti bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Masih terdapat RTSM penerima bantuan PKH dengan kategori umur tua yaitu 42-50 tahun sebesar 11.1 persen. Hal tersebut terjadi karena RTSM tersebut masih memiliki anak usia sekolah serta Balita atau karena yang bersangkutan menjadi wakil keluarga penerima bantuan PKH. Jadi tidak harus ibu dari Balita atau anak usia sekolah yang dapat menjadi penerima bantuan PKH tetapi dapat juga diwakili oleh nenek atau bibi dari anak tersebut.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah bidang atau profesi yang dikerjakan oleh RTSM penerima bantuan PKH dalam kesehariannya. Sebaran pekerjaan RSTM penerima bantuan tunai pada Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya bervariasi. Pekerjaan responden tersebut terdiri dari buruh, pedagang dan ibu rumahtangga. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 4. 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

buruh pedagang ibu

rumahtangga 37.80% 17.80% 44.40%

pekerjaan

buruh pedagang ibu rumahtangga

(14)

Gambar 5. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009

Gambar 4 menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM secara keseluruhan mayoritas adalah sebagai ibu rumahtangga yaitu sebesar 44.4 persen, yang diikuti oleh buruh 37.8 persen dan pedagang 17.8 persen. Sebagian besar RTSM saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga karena terkait dengan kondisi dimana mereka mempunyai Balita yang belum dapat ditinggal bekerja. Sebagian besar ibu yang saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga sebelumnya bekerja dengan bermacam-macam pekerjaan seperti menjadi pembantu rumahtangga, buruh pabrik atau berdagang. Akan tetapi terdapat juga RTSM yang tetap bekerja walaupun memiliki Balita seperti bekerja sebagai buruh cuci pakaian mahasiswa IPB.

3) Pendapatan

Pendapatan RTSM penerima bantuan PKH merupakan jumlah uang yang diterima oleh RTSM berdasarkan pekerjaan yang dijalaninya setiap hari. Untuk pendapatan besarnya dikategorikan berdasarkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM yang digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu: pendapatan rendah Rp100.000-Rp400.000, pendapatan sedang Rp400.100- Rp800.000, pendapatan tinggi Rp800.100-Rp1.200.000 dan tidak ada pendapatan. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 5.

0.00% 100.00% 15.60% 20.00% 15.60% 48.90%

pendapatan

rendah sedang tinggi

(15)

Gambar 6. Sebaran pendidikan formal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009

Gambar 5 menunjukkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM penerima bantuan PKH diluar penerimaan dari dana PKH. Pendapatan terendah yang diterima oleh RTSM yang bekerja dalam sebulan sebesar Rp100.000 dan pendapatan tertinggi yang diterima oleh RTSM dalam sebulan sebesar Rp1.200.000. Untuk RTSM yang tidak bekerja (sebagai ibu rumahtangga) besar pendapatan yaitu 0 (nol) sehingga dikategorikan tidak ada pendapatan. Berdasarkan penelitian ditemukan RTSM yang memiliki pendapatan sedang yaitu antara Rp400.100 sampai dengan Rp800.000 dengan jumlah 20 persen. Jumlah RTSM yang memiliki pendapatan rendah (antara Rp100.000 sampai Rp400.000) yaitu berjumlah 15.6 persen. Sementara itu jumlah RTSM yang memiliki pendapatan tinggi (antara Rp800.100 sampai dengan Rp1.200.000) berjumlah 15.6 persen dan sebagian besar RTSM tidak ada pendapatan dengan jumlah sebanyak 48.9 persen.

4) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah didapatkan oleh RTSM. Pendidikan yang pernah dijalani responden bervariasi yang dibagi ke dalam tiga kategori yaitu pendidikan rendah (SD), pendidikan sedang (SMP/sederajat) dan pendidikan tinggi (SMA/SMK/SMEA). Sebaran tingkat pendidikan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 6.

0.00% 100.00% rendah (SD)sedang (SMP) tinggi (SMA/SMK) 84.40% 11.10% 4.40%

Pendidikan formal

rendah (SD) sedang (SMP) tinggi (SMA/SMK)

(16)

Gambar 7. Sebaran pendidikan nonformal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH memiliki beragam tingkat pendidikan. Sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 84.4 persen, tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 11.1 persen dan sekolah menengah atas (SMA) sebesar 4.4 persen. Rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar RTSM tersebut memungkinkan menjadi salah satu indikator kemiskinan.

5) Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang didapat RTSM dalam bentuk kursus atau pelatihan. Pendidikan nonformal diterima oleh responden di tempat responden tersebut tinggal. Pendidikan nonformal menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dari seseorang yang mengikutinya dan bahkan dapat mengubah tindakan. Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi menjadi tiga, yaitu tidak pernah mendapat kursus, rendah dan tinggi. Berdasarkan penelitian terhadap RTSM penerima bantuan PKH didapat hasil bahwa RTSM terbagi menjadi RTSM yang tidak pernah mendapat pendidikan nonformal dan RTSM yang pendidikan nonformalnya rendah. Sebaran pendidikan nonformal RTSM dapat dilihat pada Gambar 7.

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

tidak pernah rendah

71.10%

28.90%

Pendidikan nonformal

tidak pernah rendah

(17)

Gambar 8. Sebaran Penggunaan Bahasa RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009

Hasil penelitian yang disajikan pada Gambar 7 menunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH sebesar 71.1 persen tidak pernah mendapat pendidikan nonformal. Jumlah RTSM penerima bantuan PKH yang pernah mendapatkan pendidikan nonformal kurang dari tiga kali sebesar 28.9 persen dengan pendidikan yang didapat saat mereka aktif sebagai kader di Puskesmas/Posyandu.

6) Penggunaan bahasa

Bahasa merupakan alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari satu individu ke individu yang lain. Penggunaan bahasa oleh RTSM penerima bantuan PKH terdapat keragaman dimana mereka ada yang menggunakan bahasa Sunda, bahasa Indonesia dan campuran keduanya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan bahasa yang beragam oleh RTSM dapat dikategorikan menjadi penggunaan bahasa yang cukup baik (bahasa sunda), baik (bahasa Indonesia), dan sangat baik (campuran bahasa sunda dan Indonesia). Sebaran penggunaan bahasa dapat dilihat pada Gambar 8.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH menggunakan bahasa sunda untuk berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat pertemuan kelompok

0% 100% bahasa Sunda bahasa Indonesia campuran (Sunda dan Indonesia) 68.90% 22.20% 8.90%

penggunaan bahasa

bahasa Sunda bahasa Indonesia campuran (Sunda dan Indonesia)

(18)

Gambar 9. Sebaran jumlah tanggungan RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009

dengan persentase sebesar 68.9 persen. Sebagian RTSM juga menggunakan bahasa Indonesia (22.2%) dan campuran dari keduanya (8.9%). Sebagian besar menggunakan bahasa Sunda karena sesuai dengan daerah asal mereka dan mereka merasa lebih nyaman saat menggunakan bahasa sunda saat berinteraksi dengan orang lain karena sudah merupakan kebiasaan sehari-hari.

7) Jumlah tanggungan

Responden dalam penelitian ini telah ditentukan dimana sudah dapat dipastikan memiliki tanggungan anak/cucu/keponakan. Besarnya tanggungan yang dimiliki RTSM penerima bantuan PKH beragam yang nilainya dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu kategori rendah (memiliki anak kurang dari 3 orang), sedang (memiliki anak 3 sampai 5 orang) dan kategori tinggi (lebih dari 5 orang). Jumlah tanggungan dari responden dalam penelitian ini dipastikan terdapat kombinasi antara Balita dengan anak usia sekolah yang jumlahnya minimal satu orang balita dan satu orang anak usia sekolah. Sebaran jumlah tanggungan yang dimiliki oleh RTSM dapat dilihat pada Gambar 9.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

rendah sedang tinggi

46.70% 51.10% 2.20%

Jumlah tanggungan

rendah sedang tinggi

(19)

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki jumlah anak tiga sampai lima orang sehingga termasuk kategori sedang (51.1%). RTSM yang memiliki tanggungan kurang dari tiga orang juga cukup banyak yaitu sebesar 46.7 persen serta RTSM yang memiliki tanggungan lebih dari lima orang sebanyak 2.2 persen. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tanggungan yang dimiliki oleh RTSM tidak hanya anak kandung melainkan dapat juga cucu atau keponakan yang telah ditinggal oleh orang tuanya karena meninggal atau bekerja di luar daerah atau luar negeri.

6.2 Hubungan antara Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH dan Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok

Aktivitas komunikasi antara RTSM penerima bantuan PKH dengan pendamping PKH dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan kelompok. Pada pertemuan tersebut seluruh anggota kelompok di setiap RW wajib hadir untuk mendapatkan informasi dari pendamping. Pertemuan kelompok yang dijadwalkan oleh pendamping PKH merupakan sarana yang dapat digunakan oleh RTSM untuk menyampaikan saran, kritik serta mungkin juga pertanyaan. Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh RTSM dengan pendamping PKH tersebut diduga berhubungan nyata dengan faktor karakteristik dari RTSM penerima bantuan PKH. Melalui pengujian hipotesis dengan mengkorelasikan aktivitas komunikasi dengan karakteristik RTSM dapat dilihat keeratan hubungan antara variabel-variabel yang diuji tersebut.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dijabarkan pada karakteristik RTSM sebagian besar RTSM adalah ibu rumahtangga yang tidak

(20)

memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak yang temasuk kategori sedang (berkisar antara 3 sampai 5 orang). Sebagian besar RTSM berada pada usia dewasa dengan memiliki pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik yaitu bahasa Sunda karena kebanyakan berasal dari daerah Bogor.

Hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dengan aktivitas komunikasi diuji dengan menggunakan Spearman dan Chi Square. Variabel karakteristik RTSM yang diuji menggunakan uji Spearman adalah usia, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi. Sedangkan variabel yang diuji dengan menggunakan uji Chi Square adalah variabel pekerjaan dengan aktivitas komunikasi . Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Analisis korelasi karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dan aktivitas komunikasi

Karakteristik RTSM Penerima bantuan PKH Aktivitas Komunikasi (pertemuan Kelompok) Usia -0.081 Pendapatan 0.258 Pendidikan formal 0.144 Pendidikan nonformal 0.082 Penggunaan bahasa 0.422** Jumlah tanggungan -0.408** Jenis pekerjaan 0.710

Keterangan: ** Hubungan sangat nyata pada α = 0.01 (uji 2 sisi) * Hubungan nyata pada α = 0.05 (uji 2 sisi)

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata atau sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi adalah penggunaan bahasa dan jumlah

(21)

tanggungan. Adapun variabel yang tidak berhubungan nyata adalah usia, jenis pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

6.2.1 Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang tidak Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi

1) Hubungan usia dan aktivitas komunikasi

Usia terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan teori Harlock, yakni usia muda (kurang dari 30 tahun), usia dewasa (antara 30 sampai dengan 50 tahun) dan usia tua (lebih dari 50 tahun). Hasil pengolahan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi yang paling tinggi adalah 75 persen pada RTSM usia muda dan aktivitas komunikasi rendah pada RTSM usia tua yaitu 40 persen. Tabel 8 Persentase RTSM menurut kategori usia dan aktivitas komunikasi di

Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009

Variabel Kategori Aktivitas komunikasi (%) Usia Rendah Tinggi Muda 25 75 Dewasa 28.6 71.4 Tua 40 60

Hasil uji korelasi Spearman yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara usia dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi -0.081. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya tinggi rendahnya usia tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua RTSM penerima bantuan PKH dari berbagai kategori usia memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 8. Setiap RTSM penerima bantuan PKH memiliki tingkat keinginan

(22)

untuk memperoleh informasi yang tinggi dari Pendamping sehingga pada saat pertemuan kelompok setiap kategori usia turut bertanya, menyampaikan saran atau keluhan kepada pendamping PKH. Setiap RTSM dengan berbagai kategori umur turut aktif berkomunikasi dengan pendamping PKH saat pertemuan kelompok. Saat dilakukan wawancara mendalam ditemukan bahwa sering kali RTSM menanyakan mengenai kapan akan diadakan pendataan untuk penambahan penerima bantuan PKH. Hal tersebut selalu ditanyakan kepada pendamping karena mereka merasa kasihan dengan tetangga yang tidak mendapat dana bantuan padahal kondisinya dilihat sama dengan RTSM tersebut. Setiap kategori umur juga aktif bertanya kepada pendamping mengenai kapan pencairan dilaksanakan karena mereka tidak diberitahu mengenai kepastian waktu pencairan.

2) Hubungan jenis pekerjaan dan aktivitas komunikasi

Tabel 9 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 75 persen yang dilakukan oleh RTSM yang bekerja sebagai pedagang. Hal tersebut terjadi karena RTSM yang bekerja sebagai pedagang memiliki kemampuan yang lebih dalam berbicara disebabkan kesehariannya berinteraksi dengan banyak orang untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah terjadi pada RTSM yang memiliki pekerjaan sebagai buruh sebesar 33.3 persen karena tingkat interaksi yang lebih sedikit dengan banyak orang. RTSM yang bekerja sebagai buruh sebagian besar adalah pembantu rumahtangga atau buruh pencuci pakaian. Mereka yang bekerja sebagai buruh tersebut cenderung memiliki waktu yang terbatas.

(23)

Tabel 9 Persentase RTSM menurut kategori pekerjaan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009

Variabel Kategori Aktivitas komunikasi (%) Pekerjaan Rendah Tinggi Buruh 33.3 66.7 Pedagang 25 75

Ibu rumah tangga 27.3 72.7

Hasil Uji Chi Square pada tabel 7 halaman 45 sebesar 0.710 dan hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH tidak berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi. Artinya apapun jenis pekerjaan RTSM pada saat pertemuan kelompok aktivitas komunikasi yang dilakukan dengan pendamping tetap sama. Hal tersebut terjadi karena setiap RTSM memiliki kewajiban yang sama yaitu menghadiri pertemuan kelompok walaupun ada sebagian besar yang bekerja.

Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat dilakukan pertemuan kelompok ditemukan bahwa status pekerjaan yang berbeda tidak menjadi penghalang mereka untuk berdiskusi antara sesama penerima bantuan PKH dan terhadap pendamping PKH. Pendamping PKH tidak membedakan-beda RTSM yang bekerja dan tidak bekerja dalam hal menyampaikan pertanyaan, saran ataupun keluhan karena setiap informasi yang disampaikan oleh pendamping bersifat umum mengenai kesehatan dan pendidikan. RTSM penerima bantuan PKH baik yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan ibu rumahtangga sebagian besar aktif pada saat pertemuan kelompok. Keaktifan mereka pada saat pertemuan kelompok terkait dengan keingintahuan terhadap pendidikan dan kesehatan untuk anak mereka masing-masing.

(24)

3) Hubungan pendapatan dan aktivitas komunikasi

Tingkat pendapatan yang diterima oleh RTSM setiap bulan merupakan hasil dari pekerjaan yang mungkin dilakukan oleh RTSM dalam satu bulan. Sebaran tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah (pendapatan Rp100.000-Rp400.000), sedang (pendapatan Rp400.100-Rp800.000), tinggi (pendapatan Rp800.100-Rp1.200.000) dan tidak memiliki pendapatan. Tabel 10 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 85.7 persen yang memiliki pendapatan tinggi yang dalam hal ini adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang dan aktivitas komunikasi rendah adalah dengan pendapatan rendah yaitu mereka yang bekerja sebagai buruh atau pembantu.

Tabel 10 Persentase RTSM menurut Kategori Pendapatan dan Aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Kategori Aktivitas komunikasi (%) Pendapatan Rendah Tinggi Tidak ada 27.3 72.7 Rendah 57.1 42.9 sedang 22.2 77.8 tinggi 14.3 85.7

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman seperti yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendapatan dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi 0.159. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini tinggi rendahnya pendapatan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan oleh RTSM dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.

(25)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki pendapatan tinggi tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan RTSM yang tidak memiliki pendapatan. Artinya berapapun pendapatan yang diterima oleh RTSM tidak membuat mereka merasa segan dalam bertanya pada pendamping PKH mengenai pendidikan dan kesehatan. Walaupun pada saat pertemuan kelompok RTSM yang memiliki pendapatan tinggi terkadang membawa handphone atau mengenakan perhiasan hasil dari penghasilan mereka akan tetapi hal tersebut tidak membuat RTSM yang tidak memakai barang tersebut merasa terkucilkan dan segan untuk berdiskusi.

4) Pendidikan formal

Tingkat pendidikan formal yang pernah didapat oleh responden beragam dari yang hanya tamat sekolah dasar hingga tamat SMA. Pengkategorian pendidikan dari responden yaitu dari yang rendah (lulusan SD), sedang (lulusan SMP), dan tinggi (lulusan SMA). Tabel 11 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok tertinggi yaitu persen pada RTSM berpendidikan SMA. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok rendah yaitu 31.6 persen pada RTSM berpendidikan SD.

Tabel 11 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan formal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Kategori Aktivitas komunikasi (%) Pendidikan Formal Rendah Tinggi Rendah (SD) 31.6 68.4 Sedang (SMP) 20 80 Tinggi (SMA) 0 100

(26)

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 antara pendidikan formal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi 0.114. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini tinggi rendahnya pendidikan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM memiliki pendidikan formal dengan kategori rendah. Perbedaan tingkat pendidikan formal pada RTSM tidak membuat mereka pasif pada saat pertemuan kelompok. Mereka yang memiliki pendidikan formal rendah justru semakin sering bertanya kepada pendamping disebabkan rendahnya pengetahuan mereka. Rendahnya pendidikan formal RTSM membuat pendamping harus menyampaikan informasi secara detail dan pelahan agar setiap RTSM memahami informasi yang disampaikan pendamping PKH.

5) Hubungan pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi

Pendidikan nonformal merupakan bentuk pendidikan seperti pelatihan atau kursus yang pernah didapatkan oleh RTSM penerima bantuan PKH. Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi tinggi (pernah mengikuti pelatihan atau kursus lebih dari dua kali) dan rendah (pernah mengikuti pelatihan atau kursus satu sampai dua kali) dan tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus. Tabel 12 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok tertinggi yaitu 76.9 persen pada RTSM yang pernah mendapat pelatihan atau kursus pada kategori rendah. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan

(27)

kelompok rendah yaitu 31.3 persen pada RTSM yang tidak pernah mendapat pelatihan atau kursus.

Tabel 12 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Kategori Aktivitas komunikasi (%) Pendidikan Nonformal Rendah Tinggi Tidak pernah 31.3 68.7 rendah 23.1 76.9

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi 0.082. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan nonformal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini pernah atau tidaknya RTSM mendapatkan pendidikan nonformal dalam bentuk pelatihan atau kursus tidak memiliki hubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan RTSM yang tidak pernah mendapatkan pendidikan nonformal dan RTSM yang mendapatkan pendidikan nonformal rendah tidak memiliki perbedaan dalam aktivitas komunikasi. Pada saat pertemuan kelompok dilaksanakan RTSM kedua RTSM yang berbeda kategori tersebut turut aktif bertanya seputar PKH kepada pendamping PKH. RTSM yang pernah mendapat pendidikan nonformal dengan yang tidak pernah mendapat pendidikan nonformal memiliki keaktifan yang tidak jauh berbeda karena PKH merupakan program pemerintah yang relatif baru mereka dengar dan

(28)

merupakan program yang bersifat pemberian dana dengan fokus untuk pendidikan dan kesehatan.

6.2.2 Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi

1) Hubungan penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi

Bahasa yang digunakan oleh RTSM merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok. Bahasa yang digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH saat pertemuan kelompok dapat dikategorikan menjadi cukup baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi), baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi) dan sangat baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa sunda saat berkomunikasi). Sesuai dengan Tabel 13 bila dikaitkan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok maka nilai aktivitas tertinggi yaitu 100 persen pada RTSM yang penggunaan bahasa baik (bahasa Indonesia) dan sangat baik (bahasa Indonesia dan bahasa Sunda). Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah yaitu 41.9 persen terjadi pada RTSM yang penggunaan bahasanya cukup baik (bahasa Sunda).

Tabel 13 Persentase RTSM menurut kategori penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Kategori Aktivitas komunikasi (%) Penggunaan Bahasa Rendah Tinggi Cukup baik 41.9 58.1 Baik 0 100 Sangat baik 0 100

(29)

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi 0.422**. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahasa berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini bahasa yang biasa digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan aktivitas komunikasi.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang semakin baik pada RTSM penerima bantuan PKH membuat aktivitas komunikasi juga semakin tinggi, hal tersebut juga terjadi sebaliknya bila semakin kurang baik penggunaan bahasanya maka aktivitasnya rendah. RTSM yang dapat menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda memiliki kecenderungan lebih aktif dalam berdiskusi dengan pendamping saat pertemuan kelompok. Mereka yang dapat menggunakan bahasa dengan sangat baik akan tidak canggung dalam bertanya, menyampaikan saran dan keluhan. RTSM yang hanya menggunakan bahasa Sunda dalam kesehariannya cenderung lebih pasif saat pertemuan kelompok karena mereka merasa malu bila pendamping tidak mengerti tentang apa yang ingin mereka sampaikan.

Aktivitas komunikasi berjalan dengan efektif saat RTSM penerima bantuan PKH dan pendamping PKH menggunakan bahasa yang dapat saling dimengerti sehingga didapat kesamaan makna antara keduanya. Pendamping yang juga berperan sebagai pengawas penggunaan dana PKH sangat terbantu dengan penggunaan bahasa yang baik oleh RTSM.

(30)

Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH beragam dan dikategorikan menjadi RTSM dengan kategori jumlah tanggungan rendah (kurang dari 3 orang), sedang (antara 3 sampai 5 orang) dan tinggi (lebih dari 5 orang). Berdasarkan Tabel 14 didapatkan bahwa aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok tertinggi yaitu 85.7 persen pada RTSM yang memiliki jumlah tanggungan kurang dari tiga orang. Sedang aktivitas komunikasi rendah yaitu 100 persen pada jumlah tanggungan yang tinggi.

Tabel 14 Persentase RTSM menurut kategori jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Kategori Aktivitas komunikasi (%) Jumlah Tanggungan Rendah Tinggi Rendah 12.5 87.5 Sedang 43.5 56.5 Tinggi 100 0

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi -0.408**. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini jumlah anak/keponakan/cucu yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan aktivitas komunikasi.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH yang memiliki jumlah tanggungan keluarga rendah memiliki tingkat aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok yang lebih tinggi dibandingkan RTSM yang tanggungan keluarganya tinggi. RTSM yang memiliki jumlah

(31)

tanggungan keluarga rendah memiliki cenderung lebih aktif hadir pada pertemuan kelompok dibanding RTSM yang memiliki banyak tanggungan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam ditemukan bahwa kecenderungan untuk menghadiri pertemuan kelompok bagi RTSM yang memiliki banyak anak lebih kecil karena anaknya tidak dapat ditinggal atau sedang sakit. Sementara itu RTSM yang memiliki jumlah anak yang lebih sedikit akan lebih leluasa saat menghadiri pertemuan kelompok karena anaknya dapat dititipkan kepada tetangga yang tidak mendapat dana PKH yang sebagian besar masih ada hubungan keluarga.

Hubungan yang sangat nyata antara jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi juga dapat dilihat dari keaktifan RTSM dalam berdiskusi. RTSM yang anaknya banyak akan cenderung lebih pasif dibandingkan dengan RTSM yang anaknya sedikit karena sering kali saat diskusi berlangsung Balita yang dibawa oleh RTSM menangis atau anaknya meminta jajanan sehingga RTSM tersebut tidak fokus saat mengikuti pertemuan kelompok.

6.3 Hubungan antara Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok dan Efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan

Aktivitas komunikasi yang dilakukan antara RTSM penerima bantuan PKH dan pendamping PKH dapat dinilai tingkat efektivitasnya. Efektivitas komunikasi antara keduanya membentuk perubahan pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok dapat dilihat hubungannya dengan efektivitas komunikasi. RTSM yang memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang tinggi cenderung memiliki perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan yang tinggi.

(32)

Berdasarkan hasil analisis untuk melihat hubungan antara aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi didapat hasil bahwa hanya efektivitas komunikasi pada aspek tindakan yang dapat dilihat hubungannya dengan bantuan alat analisis statistik. Aspek pengetahuan dan sikap tidak dapat dilihat hasil olahannya karena data hasil penelitian yang didapat seragam yaitu berpengetahuan tinggi dan sikap RTSM positif.

1) Hubungan pengetahuan dan aktivitas komunikasi

Pengetahuan RTSM terhadap Program Keluarga Harapan merupakan hasil dari pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH. Pengukuran aspek pengetahuan RTSM dilakukan dengan mengajukan pertanyaan positif yang berkaitan dengan PKH dimana RTSM diberi kesempatan untuk menjawab benar atau salah. Tabel 15 menunjukkan tingkat pengetahuan responden 100 persen tinggi. Tingkat pengetahuan sebesar 71.1 persen pada RTSM yang memiliki aktivitas komunikasi tinggi pada saat pertemuan kelompok. Sementara itu tingkat pengetahuan sebesar 28.9 persen pada RTSM yang aktivitas komunikasinya rendah saat pertemuan kelompok.

Tabel 15 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan pengetahuan di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Kategori Pengetahuan (%) Aktivitas komunikasi Tinggi Rendah 28.9 Tinggi 71.1

Keseragaman input data dimana tingkat pengetahuan 100 persen responden sama tinggi menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan dengan tingkat pengetahuan RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan

(33)

bantuan alat analisis statistik antara tingkat pengetahuan dan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga data primer pada Tabel 15 dijabarkan secara deskriptif tanpa diuji korelasi.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam kepada RTSM didapat 100 persen RTSM mengalami perubahan tingkat pengetahuan yang awalnya tidak mengetahui Program Keluarga Harapan setelah adanya pertemuan kelompok menjadi tahu akan PKH. Pertemuan yang diadakan oleh pendamping PKH diadakan secara rutin tiap satu bulan sekali kepada para ketua kelompok disetiap Kelurahan dan tiap tiga bulan sekali pada seluruh RTSM disetiap kelompok. Pertemuan kelompok yang dilakukan secara intensif dan bersifat wajib tersebut membuat RTSM mendapat informasi yang lengkap dari pendamping dan menambah pengetahuan mereka menyangkut pendidikan, kesehatan dan tentang PKH.

Pengetahuan yang tinggi dari RTSM menunjukkan bahwa RTSM memperhatikan pendamping saat pertemuan kelompok. Nilai 100 persen pengetahuan RTSM tinggi walaupun aktivitas RTSM tersebut rendah menunjukkan bahwa proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh pendamping PKH sangat baik sehingga RTSM pengetahuannya tinggi walaupun aktivitas komunikasinya rendah. Tingginya pengetahuan yang dimiliki oleh RTSM menunjukkan komitmen dari RTSM terhadap PKH. Dari 100 persen pengetahuan yang tinggi diantaranya pengetahuan mengenai jumlah dana yang diterima oleh RTSM dimana mereka mengetahui tentang frekuensi pencairan dana dan jumlah dana yang diterima setiap keluarga dengan kategorinya

(34)

masing-masing. Dengan kata lain aspek pengetahuan memiliki hubungan nyata terhadap aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok.

2) Hubungan sikap dan aktivitas komunikasi

Pengukuran aspek sikap dari RTSM pada penelitian ini adalah dengan memberikan pertanyaan yang terkait sikap dimana RTSM diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan empat pilihan jawaban yang di antaranya adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Total jawaban RTSM tersebut diukur dengan menggunakan skala likert. Tabel 16 menunjukkan bahwa 100 persen RTSM bersikap positif terhadap Program Keluarga Harapan. Kategori sikap positif pada aktivitas komunikasi tinggi sebesar 62.2 persen. Sedangkan RTSM yang aktivitas komunikasinya rendah nilai sikap positifnya sebesar 37.8 persen.

Tabel 16 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan sikap di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009

Variabel Kategori Sikap (%) Aktivitas komunikasi Positif Rendah 37.8 Tinggi 62.2

Keseragaman input data dimana sikap 100 persen RTSM sama yaitu positif menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan dengan sikap RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan bantuan alat analisis statistik antara sikap dengan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga data primer pada Tabel 16 dijabarkan secara deskriptif tanpa diuji korelasi.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam didapat 100 persen RTSM memang dari awal sosialisasi Program Keluarga Harapan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bantuan PKH karena dengan

(35)

bantuan tersebut mereka jadi lebih ringan menanggung biaya kesehatan dan pendidikan. Sikap positif RTSM tersebut diiringi dengan pengharapan mereka agar mereka untuk seterusnya mendapatkan dana bantuan dari pemerintah sehingga terkesan ketergantungan. Sikap positif yang dimiliki oleh RTSM seiring dengan perubahan pengetahuan dari RTSM setelah mengikuti pertemuan kelompok. Dengan kata lain aspek sikap memiliki hubungan nyata terhadap aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok.

3) Hubungan tindakan dan aktivitas komunikasi

Aspek tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH terkait dengan tanggungjawab yang telah disepakati pada awal berjalannya program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak. Pengukuran aspek tindakan RTSM dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait tindakan RTSM dalam memanfaatkan dana serta dalam aktivitas komunikasi. Jawaban dari pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi tiga yaitu selalu, tidak selalu dan tidak pernah dimana total dari jawaban tersebut dikategorikan dengan menggunakan skala likert. Pengkategorian tindakan dibagi menjadi dua yaitu rendah dan tinggi.

Berdasarkan analisis didapat bahwa RTSM yang aspek tindakannya rendah yaitu sebesar 20.4 persen dan RTSM yang aspek tindakannya tinggi sebesar 79.6 persen. Bila dihubungkan dengan aktivitas komunikasi pada Tabel 17 didapat aktivitas komunikasi rendah aspek tindakan rendahnya sebesar 46.2 persen dan tindakan tingginya 53.8 persen. Sementara itu RTSM yang memiliki aktivitas komunikasinya tinggi aspek tindakan rendahnya sebesar 12.5 persen dan tindakan tingginya sebesar 87.5 persen.

(36)

Tabel 17 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan tindakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009

Variabel Kategori Tindakan (%) Aktivitas komunikasi Rendah Tinggi Rendah 46.2 53.8 Tinggi 12.5 87.5

Hasil uji korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa antara tindakan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi 0.367*. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada aspek tindakan. Artinya pada penelitian ini semakin sering pertemuan kelompok dilakukan maka perubahan tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH akan semakin tinggi.

Semakin sering RTSM mengikuti pertemuan kelompok membuat tindakan RTSM semakin mengarah kepada aturan yang seharusnya dilaksanakan terkait pendidikan dan kesehatan. Pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping membuat RTSM penerima bantuan PKH terkontrol karena selalu diingatkan mengenai kewajiban dalam penggunaan dana PKH. Saat pertemuan kelompok setiap RTSM akan ditanyakan oleh pendamping mengenai untuk apa dana PKH digunakan dan apabila RTSM melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH maka pendamping saat pertemuan kelompok tersebut akan memberikan pengarahan agar tidak diulangi lagi tindakan yang menyimpang dari prosedur PKH.

Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tidak semua RTSM memiliki kategori tindakan tinggi atau tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH. Masih terdapat RTSM yang menggunakan dana PKH tidak untuk

(37)

kebutuhan untuk pendidikan dan kesehatan. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH di antaranya, masih terdapat RTSM yang tidak selalu melakukan penimbangan secara rutin tiap bulan dengan alasan bekerja atau tidak mengetahui jadwal penimbangan sebanyak 28.9 persen, terdapat RTSM yang tidak selalu menggunakan dana PKH untuk keperluan sekolah (22%) dengan alasan keperluan sekolah yang sebelumnya masih ada seperti baju, sepatu, tas sehingga dananya selalu digunakan untuk kepeluan konsumsi sebesar 17.8 persen, masih terdapat juga RTSM yang menggunakan dana PKH untuk membeli barang-barang elektronik walaupun hanya 2.2 persen. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur tersebut merupakan aspek kategori tindakan rendah dan bila dihubungkan aktivitas komunikasi, besarnya persentase aktivitas komunikasi yang rendah (46.2%) merupakan aspek yang berhubungan dengan rendahnya tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH.

Gambar

Tabel  2  Sebaran  Jumlah  Penduduk  Kelurahan  Balumbang  Jaya  menurut    Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 5  Rencana tahapan cakupan penerima PKH 2007-2015
Gambar 5. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009
Tabel 9  Persentase RTSM menurut kategori pekerjaan dan aktivitas komunikasi  di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009  Variabel  Kategori  Aktivitas komunikasi (%)  Pekerjaan  Rendah  Tinggi Buruh 33.3 66.7  Pedagang  25  75
+2

Referensi

Dokumen terkait

Saya mengatakan ini karena sudah cukup banyak terlihat orang Bengkulu maupun yang lainnya pokoknya berbeda etnik lah berpacaran maupun menikah dengan orang Batak dan sangat

Kota Semarang yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Jawa Tengah memiliki daya tarik yang cukup besar, baik yang bersifat budaya, alam, maupun buatan.. Salah

Data yang didapat saat berada di lapangan menunjukkan sebanyak 61,25 persen responden bertempat tinggal pada wilayah ring satu yaitu lingkar kampus IPB.. Jumlah

Habitat daerah peralihan antara hutan pantai dan hutan dataran rendah yang dijadikan lokasi pengamatan terdiri dari dua lokasi yaitu Sekawat yang terdiri dari dua jalur pengamatan

Koefisien Korelasi Antara Hubungan Strategi Pembelajaran Inquiry dengan Motivasi Belajar Siswa. Berdasarkan perhitungan korelasi strategi pembelajaran

Dari data Disperindagkop Kota Bogor pada kedua tabel tersebut terlihat bahwa industri kecil yang terlibat dalam pembuatan industri makanan cukup banyak dimana terdapat

Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media kartu dapat dilihat pada tabel berikut:.. Dari persentase terrebut di atas dapat disimpulkan

Pemandangan alam di sekitar kawah yang cukup indah dengan air danau berwarna putih kehijauan dan batu kapur putih yang mengitari danau tersebut.. Di sebelah