BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam membantu kelancaran
usaha debiturnya, adalah pemberian kredit dimana hal ini merupakan salah satu
fungsi bank yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit
yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya
harus dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima kredit
serta pihak yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga jaminan
hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. 1
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 jo
Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari Berkenaan dengan perbankan ada berbagai macam bentuk usaha bank dan
termasuk didalamnya usaha memberikan kredit. Perkreditan merupakan usaha
utama perbankan (financial depening), dimana rata-rata jumlah harta bank di
banyak negara ekonomi maju dan berkembang yang terikat dalam bentuk kredit.
Tingginya angka kredit yang disalurkan dari suatu bank dikarenakan dua alasan,
yaitu dilihat dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal, permodalan
bank masih cukup kuat dan portofolio kredit meningkat, sedangkan alasan
eksternal bank adalah membaiknya prospek usaha nasabah.
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 jo Nomor 10 Tahun 1998
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.”2
2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 ayat (1)
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai
bank tidak terlepas dari masalah.
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan
funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam
bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah
seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka.
Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak
perbankan memberikan rangasangan berupa balas jasa yang akan diberikan
kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah,
pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan
menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak
perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga
Dengan semakin meningkatnya penyaluran kredit, biasanya disertai pula
dengan meningkatnya kredit yang bermasalah atau kredit macet atas kredit yang
diberikan. Bahaya yang timbul dari kredit macet adalah tidak terbayarnya kembali
kredit tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, salah satunya adalah Hak Guna
Bungunan.
Hak Guna Bangunan diatur secara khusus dalam Pasal 35 sampai Pasal 40
UUPA. Pasal 35 ayat (1) UUPA menyebutkan bahwa Hak Guna Bangunan adalah
hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan
miliknya sendiri dalam jangka waktu paling lama 30 tahun. Selanjutnya ayat (2)
menentukan bahwa atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat
keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut di atas
dapat diperpanjang dalam waktu paling lama 20 tahun.3
Hak Tanggungan merupakan amanat dari Pasal 51 Undang--Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang
menyebutkan “Hak Tanggungan yang dapat dibebankan pada Hak Milik, Hak Hak guna bangunan
merupakan hak atas tanah yang memilik jangka waktu tertentu, dan hak atas tanah
tersebut dapat menjadi hapus, apabila hak guna bangunan diperpanjang jangka
waktunya maka hak yang bersangkutan terus menyambung sampai jangka waktu
semula. Berdasarkan Pasal 25 ayat (1) jo Pasal 22 ayat (1) dan (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Hak Guna Bangunan yang dapat diperpanjang
jangka waktunya adalah Hak Guna Bangunan yang terdiri di atas tanah negara dan
Hak Guna Bangunan atas Tanah Hak Pengelolahan.
Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan tersebut dalam Pasal 25, 33 dan 39 diatur
dengan undang-undang”. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah, berdasarkan Pasal 29 undang-undang tersebut, maka lembaga
jaminan Hipotik dan Credietverband dinyatakan tidak berlaku lagi. Hak
Tanggungan merupakan pemenuhan atas tuntutan perkembangan hukum akan
lembaga jaminan yang kuat yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, keberadaan hukum jaminan yang kuat serta memberikan
kepastian hukum dan mudah dalam eksekusinya sangat didambakan.4
Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat baik dalam bentuk
kredit dan bentuk-bentuk lainnya serta selalu siap membantu segala pelaku
ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank baik skala
nasional maupun lokal, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta
hingga asing kini hadir dan membuka diri untuk membantu para pelaku usaha
untuk mengembangkan usahanya dengan menawarkan berbagai macam varian
kredit. Kredit hadir di tengah masyarakat untuk menjadi motivator dan
dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.
Dengan dapatnya Hak Guna Bangunan dibebani Hak Tanggungan, maka
dalam proses permohonan perpanjangan Hak Guna Bangunan yang sedang
dibebankan Hak Tanggungan, perlu mendapatkan kajian hukum lebih lanjut.
4
Ketentuan Pasal 1 angka 11, ditegaskan bahwa “Kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana
pihak peminjam berkewajiban untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan”.
Perbankan dalam memberikan kredit wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan. Hal yang utama dalam memberikan kredit adalah keyakinan
bank sebagai kreditur terhadap debitur.
Di Indonesia pengaturan tentang Hak Tanggungan dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah eserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (selanjutnya disebut UUHT). Dalam
Pasal 1 ayat (1) UUHT menyebutkan bahwa Hak Tanggungan yaitu Hak Jaminan
yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA) berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur
lainnya.5
Oleh karena Hak Guna Bangunan yang dijadikan obyek jaminan Hak
Tanggungan memiliki keterbatasan waktu, maka sudah barang tentu akan
menimbulkan permasalahan hukum tersendiri. Di dalam Pasal 8 ayat (1)
5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta
Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang menyebutkan, bahwa “pemberi Hak
Tanggungan adalah orang perorangan atau Badan Hukum yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek Hak Tanggungan
yang bersangkutan”. Hal ini berarti, bahwa dengan berakhirnya jangka waktu Hak
Guna Bangunan yang dijadikan obyek jaminan Hak Tanggungan, maka secara
otomatis hapus pula Hak Tanggungannya dan obyek Hak Tanggungan tersebut
jadi tanah Negara. Konsekuensinya dengan hapusnya Hak Tanggungan maka
kreditur hanya sebagai Kreditur yang konkuren tidak lagi Kreditur sebagai
Preferen sehingga piutangnya tidak lagi sebagai perlindungan hukum dari Hak
Tanggungan.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan, hak-hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan adalah hak milik
menurut Pasal 20 UUPA adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh
yang dapat dipunyai orang atas tanah dan memberi kewenangan untuk
menggunakannya bagi segala macam keperluan selama waktu yang tidak terbatas,
sepanjang tidak ada larangan khusus untuk itu. Hak Guna Usaha menurut Pasal 28
UUPA adalah hak untuk mengusahakan tanah negara selama jangka waktu
terbatas, guna perusahaan pertanian, perikanan, dan peternakan. Hak Guna
Bangunan menurut Pasal 35 UUPA adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan di atas tanah negara atau milik orang lain, selama jangka waktu yang
terbatas. 6
Hak atas tanah yang diberikan untuk waktu yang terbatas seperti misalnya
hak guna bangunan yang diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, sebagai salah satu hak atas
tanah yang oleh undang-undang ditunjuk sebagai obyek hak tanggungan, suatu
saat pasti akan berakhir jangka waktunya. Waktu hak guna bangunan paling lama
30 tahun, atas permintaan pemegang hak dan mengingat keperluan serta keadaan
bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dengan waktu
paling lama 20 tahun dan apabila jangka waktu hak tersebut dan perpanjangannya
berakhir, kepada bekas pemegang hak dapat diberikan pembaharuan Hak Guna
Bangunan di atas tanah yang sama dan dicatat pada buku tanah di Kantor
Pertanahan.
Berakhirnya Hak Guna Bangunan tersebut, apalagi sedang dijadikan
jaminan kredit dengan dibebani hak tanggungan tentu saja akan mempunyai
akibat hukum terhadap eksistensi dari Hak Tanggungan itu sendiri, oleh karena
bersadarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 27 Oktober 1970 nomor
10/241/10 hapusnya hipotik (Hak Tanggungan) hapusnya hak atas tanah yang
dibebani itu dan tanahnya kembali kekuasaan negara.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai
permasalahan dan menyusunnya dalam skripsi yang berjudul “Akibat Hukum
B. Permasalahan
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas maka permasalahan dalam
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak
Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan ?
2. Bagaimanakah hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian
kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna
Bangunan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu
Asia Unit Cemara Medan?
3. Bagaimanakah akibat hukum jika debitur dalam perjanjian kredit dengan
jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara
Medan ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian yang akan dicapai di dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak
Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan.
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam
perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak
Guna Bangunan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang
3. Untuk mengetahui akibat hukum jika debitur dalam perjanjian kredit
dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit
Cemara Medan.
D. Manfaat Penulisan
Melalui penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, yaitu :
1. Secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat dan cukup jelas bagi pengembangan disiplin ilmu hukum pada
umumnya dan khususnya hukum jaminan.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang pelaksanaan Hak Guna Bangunan sebagai jaminan
kredit.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat
Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang berkaitan dengan judul akibat hukum dalam perjanjian kredit dengan
jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan,
Nama : Helida Yasni Lubis
NIM : 92020077
Judul Skripsi : Segi-segi hukum perjanjian kredit dengan jaminan hak
tanggungan.
Permasalahan : 1. Bagaimana proses lahirnya Hak Tanggungan dari
perjanjian kredit?
2. Apa yang membuat Hak Tanggungan sebagai jaminan
pelunasan kredit?
3. Bagaimana hapusnya Hak Tanggungan dan
hambatan-hambatan pengikatan Hak Tanggungan dalam
perkreditan?
Nama : Rahmaluddin Saragih
NIM : 990222039
Judul Skripsi : Penjualan di bawah tangan terhadap jaminan Hak
Tanggungan pada panitia urusan piutang negara (studi
kasus pada kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara
Medan).
Permasalahan : 1. Bagaimana penjualan di bawah tangan menurut
undang-undang Hak Tanggungan?
2. Penjualan dibawah tangan dalam pengurusan
Nama : Saptika Handini
NIM : 020200176
Judul Skripsi : Perjanjian Kredit dengan jaminan hak tanggungan yang
bermasalah pada Bank Mestika Dharma Medan (Studi
kasus di Pengadilan Negeri Medan)
Permasalahan : 1. Bagaimana persyaratan untuk menjadi debitur
dalam perjanjian kredit pada Bank Mestika Dharma
Medan ?
2. Bagaimana bentuk isi perjanjian kredit pada Bank
Mestika Dharma Medan?
3. Kasus posisi putusan Pengadilan Negeri Medan No.
337/Pdt.G/2002/PN-Mdn.
4. Putusan Pengadilan Negeri Medan No.
337/Pdt.G/2002/PN-Mdn.
5. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Bank
Mestika Dharma Medan dalam perjanjian kredit
dengan jaminan Hak Tanggungan yang bermasalah
pada putusan Pengadilan Negeri No.
337/Pdt.G/2002/PN-Mdn?
Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun
tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian
penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif, dengan cara
menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer
maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan penelitian.
Selain itu juga dilakukan secara deskriptif yaitu penulis berkeinginan untuk
memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan dan teori-teori yang berkaitan akibat
hukum dalam perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya
Hak Guna Bangunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang
Pembantu Asia Unit Cemara Medan.7
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hal. 45 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan
yuridis empiris. Yuridis normatif adalah untuk mengkaji berbagai
peraturan-peraturan yang ada terkait dengan akibat hukum dalam perjanjian kredit dengan
jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan, sebagai dasar
untuk memecahkan masalah. Sedangkan empiris digunakan untuk memberikan
pemahaman bahwa hukum bukan semata-mata sebagai perangkat
perundang-undangan yang bersifat normatif belaka, melainkan hukum harus dilihat sebagai
perilaku masyarakat yang menggejala dalam kehidupan masyarakat. Berbagai
temuan di lapangan yang bersifat individual atau kelompok akan dijadikan bahan
utama dalam mengungkapkan permasalahan yang diteliti dengan berpegang pada
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini
melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami
dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud
untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan akibat hukum dalam perjanjian
kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara
Medan.8
3. Sumber data
Penelitian ini akan dibantu dengan kajian dari sisi normatif, yaitu nilai
ideal sesuai dengan apa yang seharusnya berlaku menurut aturan hukum positif.
Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai
data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian.9
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait.
Misalnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Undang-Undang Republik Indonesia Data sekunder terdiri dari :
8 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada,
2007), hal. 42
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa
buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi ini.
c. Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang
relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan
dalam penulisan skripsi ini.
4. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi
pustaka (library research) dan studi lapangan (field research). Dalam hal ini
mencari dan mengumpulkan data yang bersumber dari bahan kepustakaan dan
melakukan penelitian lapangan untuk mencari dan mengumpulkan data dengan
menggunakan wawancara dengan Johannes P. Hutabarat, AMd, selaku Account
Officer Mikro PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Pembantu Asia Unit Cemara
Medan.
5. Analisis data
Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan
dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan
melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar
sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan
bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna
mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan
saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.10
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat
dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan
yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub
bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam
skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan ini merupakan pengantar. Didalamnya termuat
mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri
dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
10Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
Bab ini berisikan tentang pengertian kredit dan perjanjian kredit,
jenis-jenis kredit dan bentuk perjanjian kredit bank dan
prinsip-prinsip dalam pemberian kredit serta berakhirnya perjanjian kredit
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN HAK
TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA HAK GUNA
BANGUNAN
Bab ini berisikan mengenai tinjauan umum tentang hak guna
bangunan yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum hak guna
bangunan, obyek hak guna bangunan dan terjadinya hak guna
bangunan, pembebanan hak guna bangunan, hapusnya hak guna
bangunan dan tinjauan umum tentang hak tanggungan, yang terdiri
dari pengertian hak tanggungan, dasar hukum hak tanggungan,
objek dan subjek hak tanggungan dan berakhirnya hak tanggungan
BAB IV AKIBAT HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN
JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA HAK GUNA BANGUNAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG PEMBANTU ASIA UNIT CEMARA MEDAN
Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang berisikan
pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan
yang objeknya hak guna bangunan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara
Medan dan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam
hak guna bangunan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor
Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan serta akibat hukum
jika debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan
hak tanggungan yang objeknya hak guna bangunan PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit
Cemara Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.
Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran
merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan
dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya
guna.