• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Objeknya Hak Guna Bangunan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akibat Hukum Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Objeknya Hak Guna Bangunan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam membantu kelancaran

usaha debiturnya, adalah pemberian kredit dimana hal ini merupakan salah satu

fungsi bank yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit

yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya

harus dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima kredit

serta pihak yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga jaminan

hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. 1

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 jo

Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang

dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari Berkenaan dengan perbankan ada berbagai macam bentuk usaha bank dan

termasuk didalamnya usaha memberikan kredit. Perkreditan merupakan usaha

utama perbankan (financial depening), dimana rata-rata jumlah harta bank di

banyak negara ekonomi maju dan berkembang yang terikat dalam bentuk kredit.

Tingginya angka kredit yang disalurkan dari suatu bank dikarenakan dua alasan,

yaitu dilihat dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal, permodalan

bank masih cukup kuat dan portofolio kredit meningkat, sedangkan alasan

eksternal bank adalah membaiknya prospek usaha nasabah.

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 jo Nomor 10 Tahun 1998

(2)

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.”2

2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 ayat (1)

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas

perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai

bank tidak terlepas dari masalah.

Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari

masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan

funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau

mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara

memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam

bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah

seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka.

Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak

perbankan memberikan rangasangan berupa balas jasa yang akan diberikan

kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah,

pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan

menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak

perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga

(3)

Dengan semakin meningkatnya penyaluran kredit, biasanya disertai pula

dengan meningkatnya kredit yang bermasalah atau kredit macet atas kredit yang

diberikan. Bahaya yang timbul dari kredit macet adalah tidak terbayarnya kembali

kredit tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, salah satunya adalah Hak Guna

Bungunan.

Hak Guna Bangunan diatur secara khusus dalam Pasal 35 sampai Pasal 40

UUPA. Pasal 35 ayat (1) UUPA menyebutkan bahwa Hak Guna Bangunan adalah

hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan

miliknya sendiri dalam jangka waktu paling lama 30 tahun. Selanjutnya ayat (2)

menentukan bahwa atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat

keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut di atas

dapat diperpanjang dalam waktu paling lama 20 tahun.3

Hak Tanggungan merupakan amanat dari Pasal 51 Undang--Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang

menyebutkan “Hak Tanggungan yang dapat dibebankan pada Hak Milik, Hak Hak guna bangunan

merupakan hak atas tanah yang memilik jangka waktu tertentu, dan hak atas tanah

tersebut dapat menjadi hapus, apabila hak guna bangunan diperpanjang jangka

waktunya maka hak yang bersangkutan terus menyambung sampai jangka waktu

semula. Berdasarkan Pasal 25 ayat (1) jo Pasal 22 ayat (1) dan (2) Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Hak Guna Bangunan yang dapat diperpanjang

jangka waktunya adalah Hak Guna Bangunan yang terdiri di atas tanah negara dan

Hak Guna Bangunan atas Tanah Hak Pengelolahan.

(4)

Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan tersebut dalam Pasal 25, 33 dan 39 diatur

dengan undang-undang”. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan

dengan tanah, berdasarkan Pasal 29 undang-undang tersebut, maka lembaga

jaminan Hipotik dan Credietverband dinyatakan tidak berlaku lagi. Hak

Tanggungan merupakan pemenuhan atas tuntutan perkembangan hukum akan

lembaga jaminan yang kuat yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana

dimaksud Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria, keberadaan hukum jaminan yang kuat serta memberikan

kepastian hukum dan mudah dalam eksekusinya sangat didambakan.4

Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat baik dalam bentuk

kredit dan bentuk-bentuk lainnya serta selalu siap membantu segala pelaku

ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank baik skala

nasional maupun lokal, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta

hingga asing kini hadir dan membuka diri untuk membantu para pelaku usaha

untuk mengembangkan usahanya dengan menawarkan berbagai macam varian

kredit. Kredit hadir di tengah masyarakat untuk menjadi motivator dan

dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.

Dengan dapatnya Hak Guna Bangunan dibebani Hak Tanggungan, maka

dalam proses permohonan perpanjangan Hak Guna Bangunan yang sedang

dibebankan Hak Tanggungan, perlu mendapatkan kajian hukum lebih lanjut.

4

(5)

Ketentuan Pasal 1 angka 11, ditegaskan bahwa “Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana

pihak peminjam berkewajiban untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan”.

Perbankan dalam memberikan kredit wajib mempunyai keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan

yang diperjanjikan. Hal yang utama dalam memberikan kredit adalah keyakinan

bank sebagai kreditur terhadap debitur.

Di Indonesia pengaturan tentang Hak Tanggungan dituangkan dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah eserta

Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (selanjutnya disebut UUHT). Dalam

Pasal 1 ayat (1) UUHT menyebutkan bahwa Hak Tanggungan yaitu Hak Jaminan

yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(UUPA) berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu

kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

lainnya.5

Oleh karena Hak Guna Bangunan yang dijadikan obyek jaminan Hak

Tanggungan memiliki keterbatasan waktu, maka sudah barang tentu akan

menimbulkan permasalahan hukum tersendiri. Di dalam Pasal 8 ayat (1)

5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta

(6)

Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang menyebutkan, bahwa “pemberi Hak

Tanggungan adalah orang perorangan atau Badan Hukum yang mempunyai

kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek Hak Tanggungan

yang bersangkutan”. Hal ini berarti, bahwa dengan berakhirnya jangka waktu Hak

Guna Bangunan yang dijadikan obyek jaminan Hak Tanggungan, maka secara

otomatis hapus pula Hak Tanggungannya dan obyek Hak Tanggungan tersebut

jadi tanah Negara. Konsekuensinya dengan hapusnya Hak Tanggungan maka

kreditur hanya sebagai Kreditur yang konkuren tidak lagi Kreditur sebagai

Preferen sehingga piutangnya tidak lagi sebagai perlindungan hukum dari Hak

Tanggungan.

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan, hak-hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan adalah hak milik

menurut Pasal 20 UUPA adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh

yang dapat dipunyai orang atas tanah dan memberi kewenangan untuk

menggunakannya bagi segala macam keperluan selama waktu yang tidak terbatas,

sepanjang tidak ada larangan khusus untuk itu. Hak Guna Usaha menurut Pasal 28

UUPA adalah hak untuk mengusahakan tanah negara selama jangka waktu

terbatas, guna perusahaan pertanian, perikanan, dan peternakan. Hak Guna

Bangunan menurut Pasal 35 UUPA adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan di atas tanah negara atau milik orang lain, selama jangka waktu yang

terbatas. 6

(7)

Hak atas tanah yang diberikan untuk waktu yang terbatas seperti misalnya

hak guna bangunan yang diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, sebagai salah satu hak atas

tanah yang oleh undang-undang ditunjuk sebagai obyek hak tanggungan, suatu

saat pasti akan berakhir jangka waktunya. Waktu hak guna bangunan paling lama

30 tahun, atas permintaan pemegang hak dan mengingat keperluan serta keadaan

bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dengan waktu

paling lama 20 tahun dan apabila jangka waktu hak tersebut dan perpanjangannya

berakhir, kepada bekas pemegang hak dapat diberikan pembaharuan Hak Guna

Bangunan di atas tanah yang sama dan dicatat pada buku tanah di Kantor

Pertanahan.

Berakhirnya Hak Guna Bangunan tersebut, apalagi sedang dijadikan

jaminan kredit dengan dibebani hak tanggungan tentu saja akan mempunyai

akibat hukum terhadap eksistensi dari Hak Tanggungan itu sendiri, oleh karena

bersadarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 27 Oktober 1970 nomor

10/241/10 hapusnya hipotik (Hak Tanggungan) hapusnya hak atas tanah yang

dibebani itu dan tanahnya kembali kekuasaan negara.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai

permasalahan dan menyusunnya dalam skripsi yang berjudul “Akibat Hukum

(8)

B. Permasalahan

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas maka permasalahan dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak

Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan ?

2. Bagaimanakah hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian

kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna

Bangunan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu

Asia Unit Cemara Medan?

3. Bagaimanakah akibat hukum jika debitur dalam perjanjian kredit dengan

jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara

Medan ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian yang akan dicapai di dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak

Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan.

2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam

perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak

Guna Bangunan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang

(9)

3. Untuk mengetahui akibat hukum jika debitur dalam perjanjian kredit

dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit

Cemara Medan.

D. Manfaat Penulisan

Melalui penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan

manfaat, yaitu :

1. Secara teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat dan cukup jelas bagi pengembangan disiplin ilmu hukum pada

umumnya dan khususnya hukum jaminan.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan tentang pelaksanaan Hak Guna Bangunan sebagai jaminan

kredit.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat

Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang berkaitan dengan judul akibat hukum dalam perjanjian kredit dengan

jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan,

(10)

Nama : Helida Yasni Lubis

NIM : 92020077

Judul Skripsi : Segi-segi hukum perjanjian kredit dengan jaminan hak

tanggungan.

Permasalahan : 1. Bagaimana proses lahirnya Hak Tanggungan dari

perjanjian kredit?

2. Apa yang membuat Hak Tanggungan sebagai jaminan

pelunasan kredit?

3. Bagaimana hapusnya Hak Tanggungan dan

hambatan-hambatan pengikatan Hak Tanggungan dalam

perkreditan?

Nama : Rahmaluddin Saragih

NIM : 990222039

Judul Skripsi : Penjualan di bawah tangan terhadap jaminan Hak

Tanggungan pada panitia urusan piutang negara (studi

kasus pada kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara

Medan).

Permasalahan : 1. Bagaimana penjualan di bawah tangan menurut

undang-undang Hak Tanggungan?

2. Penjualan dibawah tangan dalam pengurusan

(11)

Nama : Saptika Handini

NIM : 020200176

Judul Skripsi : Perjanjian Kredit dengan jaminan hak tanggungan yang

bermasalah pada Bank Mestika Dharma Medan (Studi

kasus di Pengadilan Negeri Medan)

Permasalahan : 1. Bagaimana persyaratan untuk menjadi debitur

dalam perjanjian kredit pada Bank Mestika Dharma

Medan ?

2. Bagaimana bentuk isi perjanjian kredit pada Bank

Mestika Dharma Medan?

3. Kasus posisi putusan Pengadilan Negeri Medan No.

337/Pdt.G/2002/PN-Mdn.

4. Putusan Pengadilan Negeri Medan No.

337/Pdt.G/2002/PN-Mdn.

5. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Bank

Mestika Dharma Medan dalam perjanjian kredit

dengan jaminan Hak Tanggungan yang bermasalah

pada putusan Pengadilan Negeri No.

337/Pdt.G/2002/PN-Mdn?

Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun

tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian

penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah

(12)

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif, dengan cara

menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan penelitian.

Selain itu juga dilakukan secara deskriptif yaitu penulis berkeinginan untuk

memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian dikaitkan

dengan peraturan perundang-undangan dan teori-teori yang berkaitan akibat

hukum dalam perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya

Hak Guna Bangunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang

Pembantu Asia Unit Cemara Medan.7

7

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hal. 45 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan

yuridis empiris. Yuridis normatif adalah untuk mengkaji berbagai

peraturan-peraturan yang ada terkait dengan akibat hukum dalam perjanjian kredit dengan

jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan, sebagai dasar

untuk memecahkan masalah. Sedangkan empiris digunakan untuk memberikan

pemahaman bahwa hukum bukan semata-mata sebagai perangkat

perundang-undangan yang bersifat normatif belaka, melainkan hukum harus dilihat sebagai

perilaku masyarakat yang menggejala dalam kehidupan masyarakat. Berbagai

temuan di lapangan yang bersifat individual atau kelompok akan dijadikan bahan

utama dalam mengungkapkan permasalahan yang diteliti dengan berpegang pada

(13)

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini

melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami

dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud

untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan akibat hukum dalam perjanjian

kredit dengan jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara

Medan.8

3. Sumber data

Penelitian ini akan dibantu dengan kajian dari sisi normatif, yaitu nilai

ideal sesuai dengan apa yang seharusnya berlaku menurut aturan hukum positif.

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai

data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian.9

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait.

Misalnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No. 10

Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta

Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Undang-Undang Republik Indonesia Data sekunder terdiri dari :

8 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada,

2007), hal. 42

9

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

(14)

No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa

buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan

pembahasan skripsi ini.

c. Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang

relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan

dalam penulisan skripsi ini.

4. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi

pustaka (library research) dan studi lapangan (field research). Dalam hal ini

mencari dan mengumpulkan data yang bersumber dari bahan kepustakaan dan

melakukan penelitian lapangan untuk mencari dan mengumpulkan data dengan

menggunakan wawancara dengan Johannes P. Hutabarat, AMd, selaku Account

Officer Mikro PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Pembantu Asia Unit Cemara

Medan.

5. Analisis data

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan

dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan

(15)

melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar

sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan

bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna

mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan

saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang

dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.10

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat

dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan

yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub

bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam

skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan ini merupakan pengantar. Didalamnya termuat

mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri

dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

10Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai

(16)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

Bab ini berisikan tentang pengertian kredit dan perjanjian kredit,

jenis-jenis kredit dan bentuk perjanjian kredit bank dan

prinsip-prinsip dalam pemberian kredit serta berakhirnya perjanjian kredit

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN HAK

TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA HAK GUNA

BANGUNAN

Bab ini berisikan mengenai tinjauan umum tentang hak guna

bangunan yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum hak guna

bangunan, obyek hak guna bangunan dan terjadinya hak guna

bangunan, pembebanan hak guna bangunan, hapusnya hak guna

bangunan dan tinjauan umum tentang hak tanggungan, yang terdiri

dari pengertian hak tanggungan, dasar hukum hak tanggungan,

objek dan subjek hak tanggungan dan berakhirnya hak tanggungan

BAB IV AKIBAT HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN

JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA HAK GUNA BANGUNAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG PEMBANTU ASIA UNIT CEMARA MEDAN

Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang berisikan

pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan

yang objeknya hak guna bangunan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit Cemara

Medan dan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam

(17)

hak guna bangunan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor

Cabang Pembantu Asia Unit Cemara Medan serta akibat hukum

jika debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan

hak tanggungan yang objeknya hak guna bangunan PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Pembantu Asia Unit

Cemara Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab

ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.

Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran

merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan

dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya

guna.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

[r]

A Landsat image captured 2 weeks prior to field work was used to determine Band 5 thresholds to identify areas of inundation and assess classification accuracy.. Field

Rangkaian Lampu Penujuk Arah ini Adalah Sebuah Rangkaian Lampu Kedap-kedip Sederhana yang Menggunakan 2 (dua) buah IC, Dimana Outputnya diperlihathan Pada Lampu Pijar yang

Nilai ini sangat dipengaruhi oleh pertanyaan pertanyaan yang diajukan dalam angket penelitian, seperti pada nilai rendah, bahkan dengan nilai prosentase yang lebih besar

Habitual buyer , yaitu konsumen yang berada pada tingkat kedua dari suatu piramida brand loyalty pada umumnya, dan dapat dikategorikan sebagai konsumen yang puas dengan merek

Data Pengukuran Imago Jantan E... Data Pengukuran Imago Betina

Pemakaian adjektiva tersebut mempunyai arti yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan atau hubungan makna yang satu dengan makna yang lain.. Hubungan makna kata tersebut berupa

Sikap konsumen secara parsial terhadap pangan berbasis bahan lokal di Surabaya melalui analisis sikap dengan model Fishbein adalah sebagai berikut: (1) terhadap faktor produk