• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Pelayanan Publik Surat Ijin Usaha Perdagangan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akuntabilitas Pelayanan Publik Surat Ijin Usaha Perdagangan Chapter III VI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif bertujuan untukmengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan mendeskripsikan sesuatu masalah. Penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain, sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif.

Dalam hal ini untuk memberikan gambaran tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik surat izin usaha perdagangan di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan dengan melakukan survey terhadap pengguna surat izin usaha perdagangan dengan tujuan untuk mengumpulkan sejumlah data dan informasi dengan cara wawancara mendalam yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.2 Lokasi Peneltian

(2)

3.3 Informan Penelitian

Informan adalah seseorang yang benar - benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan.

Adapun informan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan.

2. Staff Bidang Pelayanan Perijinan yang berjumlah 3 orang.

3. Masyarakat pengguna Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang berjumlah 6 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data primer dan sekunder.

1. Teknik pengumpulan data primer merupakan cara mengumpulkan informasi – informasi penelitian dengan terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara:

Wawancara. Wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait penelitian secara langsung kepada informan (tatap muka).

(3)

2. Teknik pengumpulan data sekunder, cara mengumpulkan informasi dengan melakukan studi kepustakaan dan mencari informasi terkait penelitian dari bahan kepustakaan. Teknik ini dilakukan dengan cara:

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber - sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku - buku, literature, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bodgan dalam Sugiyono (2007:244) mendefinisikan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Teknik analisa data dalam penelitian ini dimulai dengan mengolah data yang diperoleh dari berbagai sumber, sampai dengan penarikan kesimpulan. Dalam melakukan analisis data penelitian, penulis mengacu kepada beberapa tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:334) yang terdiri dari:

a. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap informan yang sesuai terhadap penelitian. Proses ini dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan.

(4)

lapangan. Rangkaian proses pengolahan data inilah yang akhirnya menghasilkan pengelompokkan dan pengkategorian data sehingga data mudah disajikan dan diverifikasi.

c. Penyajian data, adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif pada umumnya disajikan dalam bentuk teks naratif, namun dapat juga menggunakan matriks, grafik, ataupun bagan.

d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, merupakan tahap akhir dari rangkaian proses analisis data. Pada tahap ini data yang telah diolah dan disajikan kemudian di uji dari segi makna, kesesuaian maupun kebenarannya. Pengujian data sehingga menjadi kesimpulan yang matang harus didasarkan pada perspektif emik (informan) bukan dari perspektif etik (peneliti).

3.6 Fokus Penelitian Fokus Penelitian ini adalah: 1) Pelayanan Publik.

Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan.

(5)
(6)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan

Kota Medan berlokasi di pulau Sumatera, yang merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan Kota terbesar di luar pulau jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Kabupaten Karo, objek wisata penangkaran Orang Utan di Bukit Lawang, serta Kawasan Danau Toba.

GAMBAR 4.1

Peta Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

Sumber : www.pemkomedan.com

(7)

geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1: Batas Wilayah Kota Medan Secara Administratif

Utara Selat Malaka

Selatan Kabupaten Deli Serdang

Barat Kabupaten Deli Serdang

Timur Kabupaten Deli Serdang

Sumber : www.pemkomedan.com

Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota Kota Meda dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota Kota Medan.Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.

Tabel 4.2: Kecamatan – Kecamatan di Kota Medan

Kecamatan di Kota Medan

Medan Amplas Medan Helvetia Medan Petisah

Medan Area Medan Johor Medan Polonia

(8)

Medan Baru Medan Labuhan Medan Sunggal

Medan Belawan Medan Maimun Medan Tembung

Medan Deli Medan Marelan Medan Timur

Medan Denai Medan Perjuangan Medan Tuntungan

Sumber : www.pemkomedan.com

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2015, Penduduk Medan berjumlah 2,210,624 jiwa. Kota Medan memiliki beranekaragam Suku yang menetap tinggal. Diantaranya Suku Mandailing, Suku Batak, Suku Karo, Suku Melayu, Suku Nias, Tionghoa, India dsb. Keanekaragaman yang terdapat dikota Medan dapat dilihat dari jumlah Mesjid, Gereja, dan Vihara Tionghoa yang banyak tersebar diseluruh penjuru Kota Medan.

4.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah.

(9)

dasarnya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri dengan tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. Bersamaan dengan hal tersebut, ada pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan oleh negara menjadi pembangunan oleh masyarakat.

Secara programs, melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan muncul pusat-pusat kekuatan baru secara regional dalam sektor ekonomi, kebijakan ini menggambarkan semangat mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru. Di lain pihak karena adanya keterbatasan investasi di daerah menyebabkan pemerintah membuka pintu bagi masuknya investasi swasta. Untuk itu harus dilakukan serangkaian upaya yang sistematis yang mampu menciptakan iklim investasi yang business friendly. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, Pemerintah Daerah harus mampu melakukan inovasi dalam peningkatan kualitas pelayanan publik sehingga kesan birokrasi pemerintah yang lamban, berbelit-belit, tidak ramah harus dapat dihapuskan oleh pemda terkait. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Jadi, kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah.

(10)

diwajibkan membentuk lembaga Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu atau dikenal PPTSP paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan ditetapkan. Tidak sebatas formalitas kelembagaan dalam artian institusi, tapi juga lembaga dalam artian mekanisme dan nilai.

(11)

GAMBAR 4.2

DPMPTSP KOTA MEDAN

Sumber : Rio Silaen, Mei 2017

(12)

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah; 3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan

Orgainisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.

Kesederhanaan, kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perijinan itulah harapan dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan sekarang ini yang merupakan unit kerja pelayanan perijinan dan non perijinan. Dalam rangka Good Governance maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman, transparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu mutlak harus dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.

4.2.1 Dasar Hukum Pembentukan DPMPTSP Kota Medan

1. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 2. PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah. 5. Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.

(13)

7. Perwal No.36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan Proses dan Penandatanganan Perijinan Kepada Kepala DPMPTSP Kota Medan.

8. PERMENPAN RB No. 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional

4.2.2 Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

a. Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk Mewujudkan Medan Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera.

b. Misi :

1. Mewujudkan pelayanan Perijinan yang Optimal dan Professional serta kepuasan masyarakat.

2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang Profesional 3. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang

berbasis Infomasi Teknologi.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan perizinan terpadu.

5. Meningkatkan hubungan kerja antar SKPD di lingkungan Pemko Medan.

4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(14)

a. Tugas pokok DPMPTSP adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.

b. Adapun fungsi dari DPMPTSP adalah:

• Pelaksanaan penyusunan program

• Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan

• Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan

• Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan

• Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya

4.2.4 Susunan Organisasi

a.Susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan adalah :

1) Kepala Dinas

2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari : (a). Sub Bagian Umum

(b). Sub Bagian Keuangan (c). Sub Bagian Kepegawaian

(d). Bidang Pengolahan Data, Perencanaan dan Pengembangan

(e). Bidang Promosi Penanaman Modal

(15)

(g). Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar (h). Bidang Perizinan Tata Ruang, Perhubungan dan

Lingkungan Hidup

(i). Bidang Perizinan Kesehatan , Ketenagakerjaan dan Perizinan Lainnya.

3) Bidang Pelayanan Perijinan I, terdiri dari : (a). Sub Bidang Usaha

(b). Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian 4) Bidang Pelayanan Perijinan II, terdiri dari :

(a). Sub Bidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat 5) Bidang Pelayanan Perijinan III, terdiri dari :

(a). Sub Bidang Tata Ruang (b). Sub Bidang Perhubungan (c). Sub Bidang Lingkungan Hidup 6) Bidang Pelayanan Perijinan IV, terdiri dari :

(a). Sub Bidang Konstruksi

(b). Sub Bidang Kesehatan dan lain-lain 7) Tim Teknis

Sejumlah tenaga yang memiliki andil besar dalam proses perijinan,perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat Keputusan/Perijinan.

8) Kelompok Jabatan Fungsional

(16)

BAGAN 4.1

Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan

Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan

Plt. KEPALA DINAS

Drs. M. Syafruddin, M.Si

Sekretaris

(17)

4.2.5 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan

Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan, maka Tugas Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi adalah :

1) Sekretariat/Badan

a. Badan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

b. Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh Sekretariat yang

dipimpin oleh Kepala;

c. Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud karena jabatannya adalah

Kepala Badan;

(1) Badan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian. (2) Fungsi Badan :

(18)

• Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan;

• Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan;

• Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Bagian Tata Usaha

Bagian tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

(1) Tugas Pokok

Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

(2) Fungsi

• Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bagian Tata Usaha;

(19)

tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga;

• Pengkoordinasian penyusunan, perencanaan, dan program Badan;

• Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan Badan;

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

a) Tupoksi Sub Bagian Umum

(1) Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi umum;

(2) Fungsi

• Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Umum;

• Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;

(20)

perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Badan;

• Penyiapan pertemuan/rapat-rapat Badan;

• Pelaporan lingkup administrasi umum;

• Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya;

3) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan I

a. Bidang Pelayanan Perijinan I dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;

b. Bidang Pelayanan Perijinan I mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan dan Perindustrian;

c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan menyelenggarakan fungsi :

• Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan I;

• Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan I;

(21)

• Pelaksanaan pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin;

• Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;

• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;

• Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan;

• Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan I.

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan II

(22)

Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

b. Bidang Pelayanan Perijinan II mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan II menyelenggarakan fungsi :

• Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan II;

• Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan II;

• Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan II;

• Pelaksanaan pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin;

• Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;

• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;

(23)

SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan;

• Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan II.

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan III

a. Bidang Pelayanan Perijinan III dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;

b. Bidang Pelayanan Perijinan III mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan tata ruang, perhubungan, dan lingkungan hidup;

c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan III menyelenggarakan fungsi :

(24)

• Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan III;

• Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan III;

• Pelaksanaan pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin;

• Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;

• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;

• Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan;

• Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan;

(25)

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan IV

a. Bidang Pelayanan Perijinan IV dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;

b. Bidang Pelayanan Perijinan IV mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan konstruksi, kesehatan dan lain-lain;

c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan IV menyelenggarakan fungsi :

• Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan IV;

• Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan IV;

• Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang

Pelayanan Perijinan IV;

• Pelaksanaan pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin;

(26)

• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;

• Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan;

• Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan;

• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan IV;

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7) Tim Teknis

a. Meneliti permohonan ijin;

b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin;

c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin apabila diperlukan;

d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan persiapan

(27)

e. Memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada

Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8) Kelompok Jabatan Fungsional

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang dihunjuk;

c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja;

d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4.2.6 Keadaan Pegawai

(28)

4.2.7 Sarana dan Prasarana atau Fasilitas di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan

Sarana dan Prasaranana/ Fasilitas yang tersedia dapat menunjang tercapainya suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya serta akan dapat mendukung suatu lancarnya pelaksanaan tugas – tugas dan pekerjaan yang sedang ataupun yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mencapainya suatu tujuan dan sasaran tersebut.Berikut ini peneliti akan mengemukakan Hasil penelitian mengenai sarana dan Prasarana ( Fasilitas) di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, dapat dilihat pada gambar – gambar dibawah ini:

GAMBAR 4.3 PUSAT INFORMASI

Sumber : Rio Silaen, Mei 2017

GAMBAR 4.4 FASILITAS

Sumber : Rio Silaen, Mei 2017

GAMBAR 4.5 RUANG TUNGGU

Sumber : Rio Silaen, Mei2017

GAMBAR 4.6 RUANG TUNGGU

(29)

GAMBAR 4.7 FASILITAS TERHADAP

PEGAWAI

Sumber : Rio Silaen, Mei 2017

GAMBAR 4.8 FASILITAS TERHADAP

PEGAWAI

Sumber: Rio Silaen, Mei 2017

GAMBAR 4.9 CUSTOMER SERVICE

Sumber : Rio Silaen, Mei 2017

GAMBAR 4.10

LOKET PENGAMBILAN IJIN

(30)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Di dalam bab ini, penulis akan menyajikan sebuah data-data yang diperoleh dari hasil Penelitian di lapangan melalui sebuah metode-metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab terdahulu.

Setelah mengumpulkan data terkait dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) pada pelayanan Perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintahan Kota Medan dari berbagai informan, baik informan kunci, informan utama, yakni para pelayan publik di DPMPTSP Pemko Medan selaku pihak yang menyelanggarakan dan membuat surat Ijin usaha perdagngan, serta informan tambahan dan masyarakat selaku pihak penerima pelayanan, maka dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

(31)

Medan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaaan tersebut berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini.

Data – data dalam penelitian ini akan diuraikan dengan dibagi menjadi dua bagian yaitu, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan utama dan informan kunci serta melakukan wawancara langsung dengan pengguna Surat Ijin Usaha Perdagangan dan dengan melakukan observasi lapngan. Pengumpulan data Sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai dokumentasi yang berkaitan dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan. Data-data diperoleh diperlukan untuk menjawab segala permasalahan secara mendalam. Dalam penyajian data metode yang digunakan dalam meneliti ini, penulis menggunakan teori Sheila Elwood. Dengan variabel yang digunakan Prosedur, Biaya, Jangka Waktu, dan Responsivitas.

(32)

5.1 Prosedur

Prosedur merupakan kegiatan utama yang menjadi prioritas dalam melaksanakan Akuntabilitas Pelayanan Publik. Prosedur terdiri sendiri atas penyampaian informasi yang jelas kepada masyarakat, mekanisme pendaftaran, alur pelayanan Perijinan, serta pemahaman petugas pelayanan tentang akuntabilitas.

5.1.1 Informasi dan Persyaratan

Terkait dengan penyampaian informasi kepada masyarakat sendiri sudah disampaikan melalui brosur yang disebar ke kecamatan-kecamatan yang ada di kota Medan, dan juga di website DPMPTSP yang tertera secara lengkap. Di DPMPTSP juga ada petugas yang khusus melayani masyarakat untuk informasi mengenai pendaftaran dan persyaratan yang dibutuhkan. Kendala dalam menyampaikan informasi ialah bagi masyarakat yang tidak bisa menggunakan internet, sehingga umumnya masyarakat datang terlebih dahulu untuk melihat persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan lalu keesokan harinya datang lagi untuk melaksanakan proses permohonan ijin. Informasi mengenai persyaratan bisa dilihat dari internet sudah disosialisasikan melalui spanduk yang ditempel disekitar gedung lengkap beserta situsnya. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan. 15 Mei 2017).

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengurus Ijin Usaha Perdagangan adalah sebagai berikut:

(33)

3. Pasfoto Penanggung Jawab perusahaan berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar.

4. Fotokopi NPWP pemilik atau NPWP perusahana yang bersangkutan 5. Fotokopi BPJS Ketenagakerjaan.

6. Fotokopi Ijin Gangguan yang dilegalisir.

7. Neraca Awal Perusahaan yang ditandatangani oleh Pemohon di atas materai secukupnya.

8. Bagi Perusahaan yang berbentuk PT. Melampirkan fotokopi akte pendirian dan perubahan beserta fotokopi akte pendirian dan perubahan beserta fotokopi pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang dilegalisir (khusus untuk akte notaris yang diterbitkan mulai tahun 2014 dilegalisir oleh notaris yang menerbitkan)

9. Bagi perusahaan berbentuk CV. dan Fa. melampirkan fotokopi akte pendirian dan perubahan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri yang dilegalisir.

10.Bagi Badan Usaha yang berbentuk Koperasi melampirkan fotokopi akte pendirian dan perubahan beserta fotokopi pengesahan dari Dinas Koperasi setempat atas nama Menteri yang dilegalisir.

11.Melampirkan rekomendasi atau teknis dari instansi terkait yang dilegalisir bagi perusahaan yang memohon sub bidang barang dagangan yang memerlukannya.

12.Khusus untuk Kantor Cabang ditambang dengan:

- Surat Permohonan Pembukaan Kantor Cabang diatas materai 6000 - Fotokopi KTP Pimpinan Cabang.

- Fotokopi akte pembukaan Kantor Cabang yang dilegalisir. - Fotokopi surat penunjukan Kepala Cabang yang dilegalisir.

- Fotokopi IUP (Ijin Usaha Perdagangan) Pusat yang dilegalisir untuk membuka Kantor Cabang di Medan.

Persyaratan Khusus memiliki syarat sebagai berikut: Khusus untuk permohonan daftar ulang dan atau peubahan:

- Melampirkan Asli Ijin Terakhir

Apabila SIUP rusak atau hilang, pemilik atau penanggung jawab perusahaan dapat mengajukan permohonan penggantian SIUP dengan melamirkan:

1. Surat keterangan hilang dari Kepolisian setempat 2. Fotokopi SIUP lama untuk SIUP hilang

3. SIUP asli untuk penggantian SIUP yang rusak; dan

4. Pas photo pemilik atau penanggung jawab ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(34)

persyaratan tersebut sudah yang paling tepat karena sudah mencakup semua informasi yang dibutuhkan yang terkait dengan dengan pengurusan Ijin Usaha Perdagangan. (Wawancara dengan Bpk Ramli Siregar dan ibu Verawati, 15 Mei 2017)

Persyaratan yang telah ditentukan oleh DPMPTSP diatas sudah sesuai dan tidak rumit untuk dijalankan oleh masyarakat yang ingin mengurus SIUP, namun kendala yang ditemui adalah saat masyarakat yang belum bisa menggunakan internet saat ingin mengetahui informasi persyaratan, maka masyarakat harus datang dahulu ke kantor untuk mencari tahu informasi persyaratan. (Wawancara dengan masyarakat, 16 Mei 2017)

Tabel 5.I

Rekapitulasi Jumlah Ijin Usaha Perdagangan

No. Jenis Perijinan Tahun Jumlah

1 Ijin Usaha

Perdagangan

2011-2016 36502 Sumber: DPMPTSP, 2016

(35)

5.1.2 Alur Prosedur Permohonan dan Pemrosesan Ijin

Alur permohonan Perijinan di DPMPTSP terdiri atas 2 tahap, yaitu kedatangan pertama dan kedatangan kedua. Kedatangan pertama terdiri atas, pemohon melakukan pelengkapan berkas yang kemudian diajukan kepada bagian informasi untuk mendapatkan nomor antrian, kemudian pemohon akan berlanjut ke bagian loket permohonan untuk mendapatkan resi tanda bukti pendaftaran, berkas pemohon akan masuk kedalam tahap proses ijin untuk mengetahui apakah ijin ditolak atau disetujui. Kedatangan kedua adalah untuk mengambil ijin yang telah di verifikasi dan di cetak oleh petugas. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017)

Informasi mengenai alur dalam proses pengurusan Perijinan sudah tertera di website, dan di papan informasi yang ada di ruang tunggu masyarakat yang ingin mengurus Perijinan. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017).

(36)

Dalam tahap proses ijin, pemohon bisa mendapatkan informasi mengenai status Perijinannya dengan cara menggunakan SMS Gateway, pemohon hanya perlu mengirimkan sms dengan format :

KODE_IJIN#NO_AGENDA(RESI)#TAHUN kemudian dikirim ke 082277733130 , atau masyarakat juga dapat melihat tentang informasi Perijinan mereka melalui alat touch screen yang ada di ruang tunggu, seperti yang ada pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.1 Alat Touch Screen

Sumber: Rio Silaen, Mei 2017

(37)

memudahkan masyarakat dalam mengurus Perijinannya. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017)

Dalam tahap proses permohonan SIUP, DPMPTSP sendiri masih memperbolehkan pengurusan surat ijin melalui pihak ketiga, dengan syarat utama yaitu adanya surat ijin pengurusan dari perusahaan yang ingin membuat permohonan terhadap orang ketiga yang akan mengurus SIUP. Di DPMPTSP sendiri membuat loket tersendiri khusus untuk pelayanan terhadap perantara. DPMPTSP membuat aturan yaitu untuk masyarakat yang mengurus langsung akan tetap dilayani selama jam istirahat, sedangkan untuk perantara akan dilayani pada saat jam kerja saja. (Wawancara dengan Bpk Ramli Siregar dan ibu Verawati, 15 Mei 2017)

Pelayanan proses permohonan SIUP di DPMPTSP sudah sesuai dengan alur yang telah ditetapkan oleh DPMPTSP, tidak ada penambahan kegiatan diluar dari yang telah ditetapkan di dalam alur proses permohonan Perijinan. DPMPTSP juga mengistimewakan masyarakat yang mengurus langsung Perijinannya yaitu dengan tetap melaksanakan pelayanan pada saat jam istirahat petugas, masyarakat juga dimudahkan dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap seperti SMS Gatewaydan alat Touch Screen yang ada di kantor DPMPTSP. (Wawancara dengan masyarakat, 17 Mei 2017)

5.1.3 Pemahaman Konsep Akuntabilitas Publik

(38)

akuntabilitas publik, karena DPMPTSP memiliki SOP yang sesuai dengan PERMENPAN RB No 35 Tahun 2012 dan melaksanakan standar pelayanan sesuai dengan KEPMENPAN No 63 Tahun 2003. (Wawancara dengan Bapak Drs. M. Syafruddin, 16 Mei 2017)

Standar Pelayanan yang digunakan sesuai dengan Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, yaitu:

a. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan

b. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c. Biaya pelayanan

Biaya/ tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan

d. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

e. Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

SOP di DPMPTSP disusun sesuai dengan PERMENPAN RB No 35 Tahun 2012 dengan mengikuti berbagai prinsip berikut:

(39)

c. Keselerasan d. Keterukuran e. Dinamis

f. Beroirentasi pada pengguna atau pihak yang dilayani g. Kepatuhan hukum

h. Kepastian hukum

Prinsip pelaksanaan SOP adalah sebagai berikut: a. Konsisten

b. Komitmen

c. Perbaikan berkelanjutan

d. Mengikat dengan prosedur standar yang telah diterapkan e. Seluruh unsur memiliki peran penting

f. Terdokumentasi dengan baik

Berikut adalah SOP yang ada pada DPMPTSP dalam melaksanakan pelayanan Perijinan:

Bagan 5.2

(40)

Dalam SOP telah tertera tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatan pelayanan Perijinan, serta tanggung jawab yang wajib dilaksanakan oleh tiap bagian yang ada di DMPTSP, dengan adanya SOP makan konsep akuntabilitas dapat diwujudkan dengan baik. (Wawancara dengan Bpk Drs. M. Syafruddin, 16 Mei 2017)

Sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, ada 5 bidang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan Perijinan, Layanan Informasi, Loket Pelayanan, Bidang Pelayanan Perijinan, Sekretaris, dan Kepala Badan, dan ada Pemohon dengan hak dan tanggung jawabnya yang sudah tertera dengan jelas.

Layanan Informasi: Memberikan Informasi kepada Pemohon

Loket Pelayanan: - Menerima Berkas

- Memeriksa kelengkapan berkas

- Memberikan tanda terima (resi) kepada pemohon

- Pembayaran (Jika ada)

- Penyelesaian Ijin

Bidang Pelayanan Perijinan:

Pengolahan Data: -Input/Entri Data

Pengecekan Lokasi: Cek lokasi oleh tim teknis (apabila dibutuhkan)

Proses Ijin: Analisa→Diterima→Perhitungan SKPD/SKRD→Penyiapan SK

(41)

Analisa→Ditolak→Konsep Penolakan

Sekretaris: Cek Ijin, Pemberian Nomor Ijin, Arsip→Laporan dan Evaluasi

Kepala Badan: Pertimbangan, Persetujuan proses SK (Ditolak atau Diterima), Acc Ijin, Tanda Tangan Ijin

Petugas yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam SOP akan dikenakan sanksi, yaitu berupa teguran, peringatan, dan mutasi. Sanksi diterapkan guna meningkatkan pelayanan di DMPTSP sendiri agar masyarakat tidak mengalami kesulitan saat mengurus Perijinan. (Wawancara dengan Bpk Drs. M. Syafruddin, 16 Mei 2017)

Pemahaman petugas pelayanan mengenai tugas mereka yang telah tertera di SOP sudah sepenuhnya paham dan sudah sesuai porsi tugasnya masing-masing, petugas juga sudah melaksanakan SOP dengan baik. Petugas pelayanan juga merasakan dampak yang positif dengan pelaksanaan SOP yang baik yaitu seperti pelaksanaan tugas yang lebih tertata dengan rapi dan respon masyarakat yang positif akan pelayanan. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri, Ramli Siregar, dan ibu Verawati, 15 Mei 2017)

(42)

informasi sebagaian masyarakat sudah merasa jelas dan askes informasi mudah untuk didapat, namun ada juga masyarakat yang harus langsung datang ke kantor DPMPTSP hanya untuk menanyakan persyaratan yang dibutuhkan, dikarenakan beberapa masyarakat ada yang belum bisa menggunakan internet untuk melihat informasi persyaratan di situs DPMPTSP.

Dalam alur pelayanan Perijinan telah dijelaskan bahwa masyarakat hanya perlu datang dua kali dalam mengurus ijin usaha perdagangan, kedatangan pertama yaitu untuk mengisi formulir persyaratan dan untuk menunggu nomor resi dari loket pelayanan, nomor resi ini bisa digunakan untuk melihat sudah sampai dimana ijin usaha masyarakat, dan bisa digunakan untuk melihat apakah permohonan ijin masyarakat ditolak atau di terima oleh DPMPTSP. Kedatangan kedua ialah untk mengambil surat ijin usaha perdagangan yang telah dicetak oleh DPMPTSP. Informasi mengenai alur pelayanan Perijinan ini telah disampaikan DPMPTSP dengan cara menempelkan papan informasi di ruang tunggu, dan di dalam situs DPMPTSP.

(43)

mengikuti standar pelayanan yang ada dan dapat dipastikan tidak akan ada lagi penyimpangan dalam melakukan pelayanan.

Pemahaman petugas mengenai akuntabilitas merupakan hal yang paling pokok karena hasil dari pelayanan yang baik dan sesuai dengan standar yang ditentukan akan menghasilkan akuntabilitas yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, petugas di DPMPTSP sudah memahami mengenai akuntabilitas, karena DPMPTSP melaksanakan segala kegiatan berdasarkan SOP yang ada dan standar pelayanan yang telah ditentukan negara.

Namun DPMPTSP sendiri belum mampu untuk melaksanakan akuntabilitas secara total di bagian prosedur, karena dengan adanya perantara maka kegiatan Perijinan tidak melibatkan masyarakat dengan petugas secara langsung, melainkan adanya agen yang terlibat di antaranya. Berdasarkan hasil wawancara DPMPTSP sudah melakukan aturan yang bagus dengan menetapkan syarat yaitu surat ijin pengurusan permohonan dari perusahaan kepada perantara, namun syarat ini dirasa belum bersifat kuat, dikarenakan surat dapat dikeluarkan dengan mudah oleh pemilik perusahaan dan diberikan kepada perantara yang bukan karyawan perusahaan tersebut. Memberikan batasan waktu bagi perantara dalam melakukan pengurusan dianggap merupakan langkah yang baik guna mengurangi antusiasme masyarakat menggunakan perantara.

(44)

petugas, yang menjadi kekurangan adalah masyarakat yang belum paham mengenai penggunaan internet sehingga harus melakukan kedatangan untuk mengetahui informasi persyaratan dan belum adanya aturan yang mengikat tentang pengurusan menggunakan perantara. Hilangnya prinsip akuntabilitas dalam pelayanan dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 5.3 Aktor Dalam Pelayanan Publik

Pelayanan: Pelayanan

Pelayanan

Sumber: Wikipedia

Keterangan: Negara memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat pengguna jasa atau produk dari pelayanan publik. Negara bisa juga memberikan wewenangnya kepada sektor swasta untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna pelayanan.

Bagan 5.4 Aktor Dalam Pelayanan Publik

(45)

Keterangan: Dalam bagan diatas ditunjukkan bahwa adanya perantara yang berada di antara Pemerintah dan masyarakat pengguna pelayanan, hal ini akan menyebabkan masyarakat pengguna pelayanan tidak akan menjalankan kewajibannya dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik, sehingga masyarakat akan bersifat pasif di sini, hal inilah yang menyebabkan terhalangnya pelaksanaan akuntabilitas di bidang pelayanan publik.

5.2 Biaya

Biaya pengurusan pelayanan Perijinan usaha perdagangan yang dimaksud di sini adalah besaran biaya administrasi yang ditetapkan untuk setiap pelayanan Perijinan, sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya kepastian akan biaya pelayanan sangat penting untuk memberikan jaminan kepada masyarakat untuk mengurus Perijinan yang dibutuhkan.

DPMPTSP telah menetapkan standar biaya dalam pengurusan Perijinan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Informasi Retribusi Perijinan

JENIS PERIJINAN MASA BERLAKU

IJIN RETRIBUSI

Ijin Usaha Perdagangan Selama Usaha Masih Berjalan

Gratis Ijin Ushaa Industri Kecil

dan Menengah

Selama Usaha Masih Berjalan

(46)

Tanda Daftar Perusahaan 5 Tahun Gratis Ijin Gangguan

Perusahaan Industri

1 Tahun Dipungut Retribusi Ijin Gangguan Bukan

Perusahaan Industri

3 Tahun Dipungut Retribusi Ijn Optik 5 Tahun Regristasi Ulang

Setiap Tahun

Gratis Ijin Kerja Petugas

Kesehatan

5 Tahun Gratis

Ijin Pelataran Parkir 1 Tahun Gratis Ijin Reklame Khusus

Reklame Kain, Berjalan dan Selebaran

30 Tahun Dipungut Pajak

Ijin Usaha Jasa Jenis Ijin Dalam 1 Set Berkas)

Tergantung Jenis Ijin

Berdasarkan tabel standar pelayanan di atas bahwa biaya yang ditetapkan untuk pengurusan pelayanan SIUP tidak dikenakan biaya sama sekali atau gratis. Masyarakat juga tidak perlu khawatir jika dalam pengurusan Perijinan ada pengutipan liar dalam mengurus Perijinan, karena di DPMPTSP memiliki fasilitas untuk mengawasi jika adanya petugas yang melakukan tindakan pengutipan liar, yaitu melalui CCTV yang dipasang di setiap sudut ruangan. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017)

(47)

digital, melalui internet, dan bisa ditanyakan langsung ke petugas yang melayani khusus bagian informasi. (Wawancara dengan Bpk Ramli Siregar, 15 Mei 2017)

Pungutan liar di DPMPTSP sudah tidak ada lagi dikarenakan pegawai yang menjalankan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan. DPMPTSP sendiri berada dalam penanganan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam hal pelayanan publik, fokus utamanya ialah menjalankan pelayanan sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. KPK mengadakan sidak dadakan yang tidak diketahui oleh petugas, sehingga petugas harus tetap mengutamakan pelayanan baik yang telah ditetapkan standar pelayanan, KPK akan memberitahu bahwa mereka telah datang dan menyampaikan hasil observasi mereka kepada kepala DPMPTSP. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017)

Dengan standar pelayanan yang menetapkan bahwa biaya pelayanan di DPMPTSP adalah gratis dan didukung dengan peraturan-peraturan lain, maka masyarakat tidak ada mengeluarkan biaya apapun dalam proses pengurusan Perijinan, masyarakat hanya perlu melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan dalam mengurus Perijinan. Dengan kejelasan ini respon masyarakat adalah positif terhadap DPMPTSP karena sudah melaksanakan prinsip transparansi dan sesuai dengan ketetapan yang jelas. (Wawancara dengan Masyarakat, 16 Mei 2017)

(48)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, bahwa biaya yang ditetapkan DPMPTSP dalam pengurusan ijin usaha perdagangan adalah gratis dan ini ditetapkan sesuai dengan SOP yang ada. Petugas-petugas yang ada di DPMPTSP telah diingatkan untuk tidak melakukan pungutan diluar ketetapan yang ada, dan masyarakat juga telah dihimbau untuk tidak mendukung kegiatan pungutan liar, artinya DPMPTSP telah menyampaikan juga kepada masyarakat dengan jelas bahwa biaya yang ditentukan dalam mengurus Ijin Usaha Perdagangan adalah gratis. Informan juga mengatakan bahwa DPMPTSP berada di bawah naungan KPK, dan KPK juga rutin untuk mengadakan sidak yang waktunya tidak diketahui oleh petugas yang ada di DPMPTSP. Artinya bahwa petugas yang ada di DPMPTSP telah dibimbing dan di pertegas untuk tidak mengutip biaya diluar ketetapan karena adanya peraturan yang mengikat mereka, dan lembaga yang langsung mengawasi mereka, hal ini dapat meningkatkan fokus petugas dalam melakukan pelayanan dan membuat masyarakat nyaman dalam mengajukan permohonan.

5.3 Jangka Waktu

(49)

Tabel 5.3

Informasi Jangka Waktu Penyelesaian Perijinan

JENIS PERIJINAN MASA BERLAKU IJIN

LAMA PROSES SESUAI SOP Ijin Usaha Perdagangan Selama Usaha Masih

Berjalan

5 Hari Kerja Ijin Ushaa Industri Kecil

dan Menengah

Selama Usaha Masih Berjalan

5 Hari Kerja Tanda Daftar Perusahaan 5 Tahun 3 Hari Kerja Ijin Gangguan Ijn Optik 5 Tahun Regristasi Ulang

Setiap Tahun

7 Hari Kerja Ijin Kerja Petugas

Kesehatan

5 Tahun 5 Hari Kerja Ijin Pelataran Parkir 1 Tahun 7 Hari Kerja Ijin Reklame Khusus Jenis Ijin Dalam 1 Set Berkas)

10 Hari Kerja

(50)

Durasi penyelesaian Perijinan sudah sesuai dengan ketentuan yang ditentukan yaitu 5 hari kerja, 5 hari kerja sebagaimana dimaksud adalah hari Senin-Jumat, sehingga umumnya masyarakat akan melakukan pengurusan pada hari Senin agar lebih cepat selesai dan diterbitkan. Jika saat jangka waktu pengurusan Perijinan ada hari libur maka masyarakat tetap harus menunggu saat hari kerja, sehingga hari libur tidak akan terhitung dalam penyelesaian Perijinannya. Penetapan jangka waktu 5 hari kerja adalah untuk memaksimalkan hasil dari SIUP itu sendiri, sehingga tidak ada lagi kesalahan yang bisa membuat masyarakat harus kembali lagi ke sini untuk memperbaikinya. Jika durasi penyelesaian SIUP dipersingkat, maka dikhawatirkan tidak akan bisa dikeluarkan dengan tepat waktu, dikarenakan masih banyaknya lagi Perijinan-Perijinan yang harus diurus di DPMPTSP. (Wawancara dengan Bpk Ramli Siregar dan ibu Verawati, 15 Mei 2017)

Jangka waktu yang dibutuhkan masyarakat untuk menyelesaikan prosedur Perijinan dimulai dari pendaftaran, pelengkapan persyaratan administratif membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Masyarakat menunggu 1 jam untuk mendapatkan nomor resi untuk SIUP mereka, waktu yang dibutuhkan 1 jam dikarenakan jumlah masyarakat yang mengantri saat melakukan pendaftaran, dan ditambah dengan pengisian formulir yang dibutuhkan untuk pengajuan SIUP. Waktu 1 jam dalam mengurus SIUP dianggap wajar karena banyaknya masyarakat lain yang juga mengantri untuk mengurus Perijinan. (Wawancara dengan Masyarakat, 16 Mei 2017)

(51)

SIUP mereka. Waktu 5 hari kerja untuk mengambil SIUP telah sesuai dengan Standar Pelayanan yang ditetapkan dan tidak mengecewakan masyarakat. (Wawancara dengan Masyarakat, 16 Mei 2017)

Dalam melaksanakan pelayanan, jangka waktu merupakan hal yang sering diperhatikan oleh masyarakat, apakah pengurusan memakan waktu yang lama atau tidak, dan apakah penerbitan produk pelayanan masyarakat memakan waktu yang lama atau tidak. Mengecilkan jangka waktu yang dibutuhkan baik dalam proses pelayanan atau penerbitan hasil produk pelayanan merupakan bagian dari efisiensi yang mempengaruhi akuntabilitas dari suatu pelayanan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan studi dokumentasi, bahwa jangka waktu yang ditetapkan sesuai dengan SOP adalah 5 hari kerja untuk menerbitkan ijin usaha perdagangan, durasi 5 hari kerja adalah durasi yang terbaik untuk meninjau ulang permohonan, pengecekan lokasi (jika diperlukan) sampai penandatanganan berkas SIUP untuk diterbitkan. Informasi mengenai jangka waktu ini disampaikan kepada masyarakat saat setelah selesai menerima resi. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, jangka waktu 5 hari kerja sudah dianggap bagus dan tidak terlalu lama.

(52)

formulir yang harus sesuai dengan surat-surat seperti NPWP ataupun surat lainnya.

Berdasarkan hasil analisa peneliti bahwa jangka waktu dalam pengurusan dan penyelesaian proses pelayanan mulai dari pendaftaran merupakan waktu yang sudah tepat dan normal, hal ini berdasarkan pengakuan dari masyarakat pengguna SIUP sendiri, ketepatan waktu DPMPTSP dalam melaksanakan kewajibannya sesuai dengan janji yang disampaikan kepada masyarakat yaitu 5 hari kerja, hal ini juga bisa dilihat di SOP DPMPTSP yang sudah menetapkan durasi 5 hari kerja untuk penerbitan produk SIUP. Dengan ketetapan waktu yang ada dan pelayanan yang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang dilaksanakan DPMPTSP baik sudah baik dan sesuai dengan harapan masyarakat.

5.4 Responsivitas

Responsivitas ada agar aparat pemberi layanan memberikan pelayanan dengan daya tanggap yang baik, sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat untuk mempermudah proses pelayanan. Responsivitas sendiri ada agar tidak adanya keluhan dari masyarakat yang mengurus Perijinan, namun meskipun responsivitas adalah untuk mencegah keluhan dari masyarakat, petugas khusu penanganan keluhan harus tetap ada untuk melayani masyarakat.

(53)

tunggu agar memudahkan masyarakat yang ingin langsung menyampaikan keluhan. (Wawancara dengan Bpk Drs. M. Syafruddin, 16 Mei 2017)

Bagian penanganan keluhan sudah hampir tidak pernah lagi melayani keluhan dari masyarakat, ini terjadi karena petugas DPMPTSP melayani pengurusan Perijinan sesuai dengan SOP dan sesuai dengan keinginan masyarakat. Petugas penanganan keluhan sekarang berfungsi juga sebagai informasi untuk masyarakat jika masih ada yang kurang dipahami oleh masyarakat. (Wawancara dengan Bpk Ramli Siregar dan ibu Verawati, 15 Mei 2017)

Sikap yang ditunjukkan oleh petugas pelayanan Perijinan sudah menunjukkan sika profesional dan bagus untuk melakukan pelayanan publik. Jika masyarakat belum memenuhi persyaratan maka petugas akan menyampaikannya dengan jelas dan tidak membingungkan, petugas di DPMPTSP juga akan menuntun masyarakat ke loket-loket mana mereka harus menunggu, petugas juga mau untuk membantu masyarakat dalam pengisian formulir pendaftaran. (Wawancara dengan Masyarakat, 16 Mei 2017)

(54)

diperbolehkan pihak ketiga, dikarenakan sektor Menengah dan Besar dianggap memiliki banyak kegiatan yang menyebabkan pemilik usaha atau komisaris perusahaan tidak bisa mengurus Perijinannya secara langsung, tentu dengan surat persetujuan yang telah ditandatangani oleh pemilik langsung perusahaan. Jumlah masyarakat yang mengurus Perijinan secara langsung dan melalui pihak ketiga, lebih banyak masyarkat yang mengurus Perijinan secara langsung, karena di DPMPTSP memberikan keunggulan khusus untuk yang mengurus secara langsung, seperti pelayanan yang akan tetap dilakukan saat jam waktu makan siang dari hari Senin-Kamis, sedangkan pihak ketiga tidak mendapatkan keistimewaan tersebut. (Wawancara dengan Bapak Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017)

Adanya pelayanan publik yang responsif dapat dilihat dari respon pemberi layanan kepada masyarakat, salah satunya yakni keramahan serta daya tanggap ketika masyarakat pengguna pelayanan mengalami kesulitan dalam pelayanan. Selain itu petugas pelayanan yang hakekatnya harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, harus mampu memberikan penjelasan atau gambaran mengenai pelayanan secara jelas kepada masyarakat. Hal ini guna memudahkan masyarakat mengetahui syarat maupun prosedur pelayanan yang harus dilalui dalam proses pelayanan.

(55)

masyarakat juga membantu masyarakat yang kesulitan saat proses pengurusan Perijinan, misalnya jika bagian informasi sudah terlalu padat masyarakat bisa bertanya juga ke bagian pengaduan masyarakat, bagian pengaduan masyarakat juga untuk bagian pendaftaran setelah formulir selesai diisi. Pengaduan masyarakat bisa dikatakan sudah tidak pernah lagi ada oleh karena itu petugas di pengaduan ikut serta membantu masyarakat jika mengalami kesulitan.

Berdasarkan hasil analisa peneliti, responsivitas pegawai yang ada di DPMPTSP sudah baik dan sudah tanggap terhadap masyarakat, ini dibuktikan dengan sikap kesigapan petugas jika ada masyarakat yang mengalami kesulitan. Sama halnya dengan yang disampaikan masyarakat, bahwa petugas di DPMPTSP merespon masyarakat dengan baik dan pelayanan yang mereka terima sudah bagus dan ramah. Petugas pelayanan juga telah menunjukkan cara kerja yang terintegratif dan utuh, petugas penyelenggara pelayanan publik juga menunjukkan sikap keseriusan dalam melaksanakan pelayanannya, hal ini dapat dilihat dengan adanya standar minimum kepuasan masyarakat pengguna pelayanan publik yang tertera di website mereka. Norma-norma etika para petugas pelayanan juga sudah menunjukkan kualitas mereka dalam melaksanakan tugasnya.

Tabel 5.4

Akuntabilitas Pelayanan Publik Surat Ijin Usaha Perdagangan No Unsur Akuntabilitas Keterangan

(56)

yang membuat terhambatnya prinsip akuntabilitas untuk dijalankan.

2 Biaya - Agar masyarakat tidak

merasa terbebani oleh biaya dalam mengurus SIUP.

- Untuk mengurangi tingkat pungutan liar dan lebih mengutamakan pelayanan dibanding uang.

3 Jangka Waktu Waktu pelaksanaan

proses pembuatan Perijinan telah sesuai dengan ketentuan yang

ada dan sesuai dengan harapan masyarakat.

4 Responsivitas - Agar masyarakat

merasa nyaman saat menerima pelayanan.

- Untuk meningkatkan antusias masyarakat agar mengurus langsung Perijinannya.

(57)

5.5 Akuntabilitas Pelayanan Publik Surat Ijin Usaha Perdagangan

Akuntabilitas merupakan syarat utama terhadap terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, demokratis, dan amanah (good governance). Lembaga pemerintah yang berakuntabilitas publik berarti lembaga tersebut senantiasa mau mempertanggung jawabkan segala kegiatan yangdilakukannya. Demikian pula masyarakat dalam melakukan kontrol mempunyai rasa bertanggung jawab yang besar untuk kepentingan bersama. Bukan hanya untuk kepentingan kelompok atau golongan saja.

Sheila Elwood dalam (Manggaukang, 2006:37) mengemukakan ada empat jenis akuntabilitas, yaitu :

1) Akuntabilitas hukum dan peraturan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin dijalankannya jenis auntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan.

2) Akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan murah biaya.

3) Akuntabilitas program, yaitu : akuntabilitas yang terkait dengan perimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah pemerintah daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang dapat memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal.

4) Akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya transparansi kebijakan sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan serta terlibat dalam pengambilan keputusan.

(58)

dilakukan oleh instansi pemerintah berfungsi secara aktual dan gagasan tentang bagaimana layanan itu harus berfungsi. Selain itu akuntabilitas publik menuntut pengungkapan fakta secara terbuka dan debat yang terbuka antara masyarakat dan penyedia layanan. Konsep akuntabilitas publik, yang didasarkan pada gagasan tanggung jawab yang demokratis sangat penting untuk menjalankan pemerintahan melalui pelayanan publik yang akuntabel dan representatif dari keinginan masyarakat.

Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa akuntabiltas pelayanan publik pembuatan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) akan dianalisis menggunakan Teori Akuntabilitas dari Sheila Elwood, terkait dengan prosedur yang digunakan dalam menjalankan tugas apakah sudah cukup baik. Hal ini dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya. Dapat di gambar melalui persyaratan, mekanisme, jangka waktu dan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai berikut :

• Cepat : ketetapan waktu yang diinginkan tentunya secepat mungkin diproses oleh aparat pemberi layanan sesuai harapan.

• Responsif : Daya tanggap yang baik sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat untuk mempermudah proses pelayanan.

• Murah biaya : kepastian akan biaya, pembiayaan yang wajar dan terbuka serta dijangkau oleh masyarakat penerima layanan.

(59)

akuntabel dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat pengguna jasa dan dalam menjalankan tugas pelayanan dan seberapa jauh kepentingan pengguna jasa memperoleh prioritas dari aparat birokrasi.

Pelayanan publik akan mempunyai tingkat akuntabilitas yang tinggi apabila acuan utama penyelenggaraannya selalu berorientasi kepada pengguna jasa. Kepuasan pengguna jasa harus selalu mendapat perhatian dalam setiap penyelenggaraan pelayanan publik, karena merekalah penguasa sesungguhnya yang membiayai birokrasi melalui pajaknya. Mereka berhak atas pelayanan yang terbaik diberikan pelayannya yaitu birokrasi. Untuk itu acuan penyelenggaraan pelayanan publik harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan masyarakat.

Masyarakat juga harus bertanggung jawab untuk melakukan kontrol terhadap lembaga penyedia pelayanan publik yang merupakan wujud dari bentuk partisipasi masyarakat. Hal ini sangat penting untuk memeperoleh perhatian kita bersama, karena akuntabilitas itu sendiri tidak hanya diperlukan bagi lembaga penyedia pelayanan publik itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat. Akuntabilitas bagi masyarakat seharusnya dibarengi dengan adanya sarana akses yang sama bagi seluruh masyarakat.

(60)

wewenangnya berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan bersih. Para petugas pelayanan menyelenggarakan pelayanan publik berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna memenuhi kualifikasi-kualifikasi tertentu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(61)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) di Kota Medan yang diselenggarakan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) belum sepenuhnya akuntabel. Hal ini bisa dilihat dengan adanya pihak ketiga / perantara yang diperbolehkan untuk mengurus Perijinan suatu perusahaan. Hal ini dikatakan tidak akuntabel karena dalam pelaksanaan pelayanan akuntablitas harus melibatkan antara masyarakat dengan petugas pelayanan secara langsung tidak boleh ada pihak lain diantara masyarakat dan petugas. Dengan memperbolehkan perantara untuk mengurus Perijinan, hal-hal yang diluar dari ketetapan yang dapat menimbulkan penyimpangan dapat terjadi tanpa sepengetahuan petugas DPMPTSP.

(62)

distandarisir dari segi kinerja maupun kualitasnya, menyangkut pengurusan dan kepentingan masyarakat umum dalam bidang SIUP.

6.2 Saran

Akuntabilitas Publik merupakan bagian dari Good Governance yang sangat bagus untuk dilaksanakan dan dijadikan prinsip dalam melaksanakan pelayanan publik, karena sifatnya yang bertanggung jawab atas segala kegiatan yang ada didalamnya. Secara keseluruhan DPMPTSP sudah melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik yang menunjukkan sikap akuntabel, yang belum sesuai dengan prinsip akuntabel ialah masih dijinkannya orang ketiga/perantara untuk melakukan pengurusan ijin. Dengan diperbolehkannya pengurusan ijin melalui perantara, dapat menimbulkan kegiatan-kegiatan yang diluar dari ketentuan yang ada yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

(63)

Gambar

GAMBAR 4.1 Peta Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
Tabel 4.1: Batas Wilayah Kota Medan Secara Administratif
GAMBAR 4.2 DPMPTSP KOTA MEDAN
GAMBAR 4.3 GAMBAR 4.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Standar Metode Pengujian Batas Susut Tanah ini dimaksudkan untuk memberi tuntunan dan arahan bagi para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian batas susut tanah.

Mentoring Agama Islam di SMA Negeri 5 Yogyakarta adalah salah satu strategi pembinaan karakter bagi siswa yang dilakukan melalui lingkup yang lebih kecil (kelompok

Uji statistik yang diguna- kan adalah uji korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan antara tinggi badan ibu, tingkat kecu- kupan energi dan protein dengan status gizi (TB/U)

oleh salah satu pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa konsumen dengan menggunakan hukum acara baik secara perdata, pidana maupun melalui hukum administrasi

Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA) : merupakan ruang tertentu yang terletak diluar ruang milik jalan, yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan, dengan maksud agar

Sementara itu laba usaha yang dijaring perseroan mencapai Rp170,80 milyar dari Rp127,37 milyar dan laba bersih tahun berjalan mencapai Rp29,64 milyar, naik tipis 2,2 persen

4) Guru memberi motivasi kepada peserta didik. 5) Guru menanyakan tentang materi pembelajaran berkaitan denganpengaruh positif modernisasi bagi perubahan sosial untuk

Dengan begitu bagi pengusaha sarang burung walet khususnya pengusaha sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai diwajibkan oleh Pemerintah setempat untuk membayar pajak