• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Bibit Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose) Dengan Perbedaan Panjang Setek dan Pemberian BAP (Benzyl Amino Purine)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Bibit Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose) Dengan Perbedaan Panjang Setek dan Pemberian BAP (Benzyl Amino Purine)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Adapun klasifikasi tanaman buah naga daging putih secara lengkap dalam Gunasena et al.

(2007) sebagai berikut; Kingdom : Plantae; Sub Kingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledon); Ordo : Caryophyllales; Famili : Cactaceae; Sub Famili : Cactoideae; Suku : Hylocereae; Genus : Hylocereus (Berger) Britt & Rose; Species : Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose.

Tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika selatan bagian utara ini sudah lama dimanfaatkan buahnya untuk konsumsi segar. Jenis dari tanaman ini menrupakan

tanaman memanjat. Secara morfologi tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta biji. (Daniel Kristanto, 2009).

Tanaman yang termasuk dalam keluarga kaktus ini berasal dari Amerika Tengah, kemudian berkembang di Vietnam, Thailand, Cina Selatan, Malaysia, Indonesia, Australia dan Taiwan. Orang China kuno menganggap buah itu membawa berkah. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang menganut budaya China, dikenal sebagai buah Thang Loy (buah naga). Thang Loy-nya orang Vietnam ini, oleh orang Eropa dan Negara lain yang berbahasa Inggris dikenal sebagai Dragon Fruit (Triatminingsih, 2009).

(2)

Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau ungu. Batang tersebut berukuran panjang

dan bentuknya siku atau segitiga. Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan cabangnya berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. (Daniel Kristanto,

2009).

Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga bagian luar berwarna

krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga berwarna krem bercampur putih. Bunga memiliki sejumlah

benang sari (sel kelamin jantan) yang berwarna kuning. Bunga buah naga tergolong bunga hermaprodit, yaitu dalam satu bunga terdapat benangsari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina). Bunga muncul atau tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip

yang berduri. Sehingga dengan demikian, pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan tangkai bunga yang sangat pendek. (Cahyono, 2009).

Buah Naga berbentuk bulat lonjong dengan diameter 10–12 cm, berkulit tebal. Seperti nama sebutannya jenis buah naga daging putih ini mempunyai kulit berwarna merah ketika masak, berjumbai kehijauan dan daging buah berwarna putih dengan biji-biji hitam yang bertebaran. Buah yang masak mempunyai berat rata-rata antara 700– 800 gram per buah dengan kadar kemanisan buah sekitar 10-13 briks (Warisno dan Kres, 2009).

Biji berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat tipis, tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakkan tanaman secara generatif. Setiap buah terdapat sekitar 1.200 – 2.300 biji (Kristanto, 2003).

Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di dalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang, yang berfungsi sebagai alat pelekat sehingga tumbuhan dapat

(3)

disebut akar udara atau akar gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit. (Winarsih, 2007).

Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya.

(Daniel Kristanto, 2009)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi terhadap

lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini akan lebih baik bila hidup di dataran

rendah antara 0-350 m dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman buah nga ini antara 26–36o C dan kelembaban antara 70 – 90% (Rukmana, 2003).

Pada dasarnya tanaman ini mampu bertahan dalam kondisi kering, panas, tanah yang kering serta kondisi dingin. Meskipun demikian kondisi iklim harus tetap diperhatikan dalam budidayanya. Produktivitas tanaman buah naga daging putih ini di daerah tropis seperti di Indonesia akan baik pada tempat dengan suhu antara 20–30°C, dengan suhu maksimum ratarata adalah 38°C. Pada suhu diatas 38ºC kegagalan proses pembungaan akan meningkat, dan pada suhu diatas 40°C tanaman akan mengalami kerusakan. Tanaman ini juga menghendaki penyinaran matahari yang penuh namun jika intensitas penyinaran matahari yang sangat tinggi dalam waktu yang panjang akan menyebabkan tanaman mengalami kehilangan warna, untuk itu kadang kala dibeberapa tempat pembudidayaan diperlukan adanya naungan (Sudarmini, 2005).

(4)

Tanaman buah naga memiliki tipe fotosintesis Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Jumlah air yyang dibutuhkan akan tergantung pada tipe tanah. Tanaman ini berasal dari daerah yang memiliki daya pretisipasi kelengasan yang tingga (Marten 2003). Rendahnya jumlah air harian akan lebih menguntungkan daripada jumlah air yang lebih intensif dan banyak. Meski tergolong dalam golongan kaktus, tanaman buah naga memerlukan air lebih banyak dibandingkan dengan tipe kaktus gurun lainnya. Tanaman ini tidak tahan dengan genangan air, sehingga drainase tanah harus lebih baik. Irigasi regular sangat penting karena memungkinkan tanaman untuk memadai cadangan air, tidak hanya umtuk perkembangan bunga, tetapi juga menjamin untuk kebutuhan perkembangan buah (Bellec e al. 2006). Setek

Tanaman buah naga daging putih dapat diperbanyak dengan biji dan setek, tetapi untuk skala komersial lebih menguntungkan dengan setek karena tanaman lebih cepat berproduksi. Tanaman buah naga asal bibit setek mulai berbuah pada umur 2 tahun, jika melalui biji masa berbuahnya lebih lama lagi. Bahan setek yang dipakai dapat diambil dari cabang atau sulur yang sudah menghasilkan buah. Pangkasan cabang atau sulur yang sehat ditandai dengan warnanya yang hijau tua, keras, dan berlilin dibagian kulitnya. Selain itu cabang atau sulur yang akan dijadikan sebagai bahan setek sebaiknya berdiameter besar karena akan lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk batang. Cabang atau sulur yang telah disiapkan sebagai bibit setek, dipotong sekitar 15 cm, kemudian dibenamkan pada media persemaian yang telah disiapkan. Setelah 3 minggu akan tumbuh akar. Bibit yang telah berumur 3–6 bulan mulai bisa dipindahkan ke lapang (Redaksi-Trubus, 2003).

(5)

banyak dengan pertumbuhan seragam dan kekar. Namun kelemahannya dibutuhkan waktu yang relatif lama hingga diperoleh bibit yang siap panen (Kristanto, 2003).

Perbanyakan secara vegetatif dengan setek mempunyai keuntungan antara lain lebih cepat menghasilkan dibandingkan dengan bibit asal biji. Buah sudah dapat dipanen 6-7 bulan sejak bibit dari setek setinggi 1 meter ditanam (Wijayanti, 2005) atau 2-3 tahun dari setek dengan panjang 30-40 cm ditanam (Soelistyari dan Utomo, 2000 dalam Soelistyari et al., 2006). Namun perbanyakan dengan setek ini mempunyai kelemahan yaitu, terbatasnya bagian tanaman yang bisa disetek. Keadaan tanaman yang sedang berbuah juga tidak dapat dilakukan penyetekan karena buah naga muncul pada sulur-sulur tanaman sehingga tidak mungkin memotong sulur tersebut untuk dijadikan setek (Warisno dan Kres, 2009).

Bibit asal cabang harus berasal dari tanaman sehat, tumbuh normal dan telah berbuah. Bibit yang baik berbatang lebih keras hingga lebih tahan penyakit. Standar bibit yang baik berukuran 20 – 30 cm agar berpotensi memiliki cabang yang lebih banyak, cepat besar dan produksi tinggi. Mengingat kebutuhan bibit yang begitu besar dan dalam batas waktu yang cukup singkat, sedangkan pohon induk yang terpilih tersebut jumlahnya terbatas, maka perlu diusahakan penggunaan bahan setek seefisien mungkin (Nurfadilah, et al. 2012)

Benzyl Amino Purine (BAP)

Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa inkubasi dalam kultur tertentu (Gunawan, 1995).

(6)

golongan sitokinin. Menurut Abidin (1990), sitokinin termasuk hormon yang dapat memacu pembelahan sel dalam bagian ujung dari tunas samping dan mengubahnya menjadi meristem yang aktif (Indriati, 2003).

Sitokinin mempengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman. Aktivitas yang terutama adalah mendorong pembelahan sel dan aktivitas ini yang menjadi kriteria utama untuk menggolongkan suatu zat kedalam sitokinin. Akan tetapi proses-proses pembelahan sel pada sel-sel meristem akan dihambat oleh pemberian sitokinin eksogen. Baik efek yang menghambat maupun efek yang mendorong proses pembelahan sel oleh sitokinin tergantung dari adanya fitohormon lainnya, terutama auksin (Wattimena, 1988).

Golongan sitokinin yang aktif adalah BAP (Benzyl Amino Purine) dan thidiazuron. Penggunaan BAP dengan konsentrasi tinggi dan masa yang panjang seringkali menyebabkan regenerani sulit berakar dan dapat menyebabkan penampakan pucuk abnormal. Hal ini jelas terlihat pada kultur Asparagus officinalis. Secara umum, konsentrasi sitokinin yang digunakan berkisar 0,1 – 10 mg/l (Gunawan, 1995).

Zat Pengatur Tumbuh atau disebut juga plant regulator adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrient), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan (Abidin, 1990). Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan pertumbuhan bibit setek secara vegetatif adalah jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan yang kita harapkan. Untuk mendorong/merangsang tumbuhnya tunas-tunas adventif, ZPT yang digunakan adalah sitokin. Jenis sitokinin yang sering dipakai adalah BAP (Benzyl Amino Purine). BAP merupakan golongan sitokinin aktif yang bila diberikan pada tunas pucuk akan mendorong proliferasi tunas yaitu keluarnya tunas lebih dari satu (Yusnita, 2003).

(7)

(0,383 cm), jumlah tunas (1,570 buah), jumlah akar (1,225 buah), berat akar (0,106 g), serta berat tanaman total tanaman (0,171 g), dan pada konsentrasi 4 ppm berpengaruh nyata terhadap persentase kalus (69,7 kali) dan jumlah daun (1,463 buah).

Pada penelitian yang dilakukan Sulistiani et al., (2001), pada tanaman manggis dinyatakan bahwa pemberian BAP pada konsentrasi 5 mg/l memberi pengaruh lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan jumlah tunas aksilar dan jumlah tunas adventif per botol. Sedangkan pada konsentrasi 2,5 mg/l memberi pengaruh yang lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan akar per botol.

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan informasi (Experimenting) Peserta didik dianjurkan untuk menggunakan sumber selain buku pelajaran teks pelajaran PPKn Kelas XI dalam mencari

Cluster 3 terdiri dari perusahaan atau usaha yang mempunyai jumlah. penjualan, jumlah produksi, jumlah modal, dan lama usaha di atas

Penilaian sikap terhadap peserta didik dapat dilakukan selama proses belajar berlangsung. Penilaian dapat dilakukan dengan observasi. Dalam observasi ini

Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3

Hubungan antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa-Siswi Kelas XI di SMA PGRI 1 Kabupaten Majalengka Tahun

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja ini, maka penulis memakai metode sebagai berikut :.

Dari keseluruhan hasil analisis keenam subjek di atas, diperoleh deskripsi kemampuan representasi matematis mahasiswa pada mata kuliah pemodelan matematika yang ditinjau

Lampiran 6 : Halaman Daftar Bahan Kimia dan Laporan Kartu Utang... Lampiran 10 : Bon