• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Merokok Dengan Terjadinya Kanker Paru di Departemen Pulmonologi FKUSU/RSUP H.Adam Malik MedanTahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Merokok Dengan Terjadinya Kanker Paru di Departemen Pulmonologi FKUSU/RSUP H.Adam Malik MedanTahun 2014"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 :

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vinoth Viswasnathan

Tempat / tanggal lahir : MALAYSIA / 15 November 1991

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat Indonesia : Medan, Jalan Dato Mansyur, Gang Sehat, No. 1,

Nomor Telepon : 083197726444

Orang Tua : Viswasnathan

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) - 2008 STPM - 2008-2010 Aimst University - 2010 Fakultas Kedokteran USU - sekarang

(2)

LAMPIRAN 2 :

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki 32 94.1 94.1 94.1

perempuan 2 5.9 5.9 100.0

(3)

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki 24 70.6 70.6 70.6

perempuan 10 29.4 29.4 100.0

(4)

Kejadian Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

kanker 34 100.0 100.0 100.0

Kejadian Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

nonkanker 34 100.0 100.0 100.0

Status Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 7 20.6 20.6 20.6

ya 27 79.4 79.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

Lama Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11-20 6 17.6 17.6 17.6

>20 28 82.4 82.4 100.0

(5)

Jumlah Rokok Perhari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-10 3 4.4 4.4 4.4

11-20 29 42.6 42.6 47.1

>20 36 52.9 52.9 100.0

Total 68 100.0 100.0

Status Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak 34 100.00 100.00 100.00

Total 34 100.0 100.0

Kelompok Durasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-10 27 79.4 79.4 79.4

11-20 5 14.7 14.7 94.1

>20 2 5.9 5.9 100.0

(6)

Kelompok Jumlah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(7)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 44.780a 2 .000 Likelihood Ratio 56.790 2 .000 N of Valid Cases 68

(8)
(9)
(10)
(11)

LAMPIRAN 4 :

KUESIONER

No. Urut :

Tanggal :

Data-data Pasien

No. RM :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Pekerjaan :

Alamat :

Telepon/HP :

Diagnosis :

Stadium :

Pernah merokok : Ya / Tidak

Masih merokok : Ya / Tidak

Pernah berhenti merokok : Ya / Tidak Jika ya, berapa lama : ... tahun Umur mulai merokok : ... tahun

Lama merokok : ... tahun

Batang rokok perhari : ... Batang

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

30

DAFTAR PUSTAKA

Ancuceanu, R.V. and Victoria, I., 2004. Pharmacologically Active Natural Compounds for Lung Cancer, Altern. Med. Rev., 9, 4, 402-419.

American Cancer Society. Cancer Facts and Figures 2010. Atlanta, Ga: American Cancer Society; 2010.

Available from:

http://www.cancer.org/Cancer/LungCancerinMen/DetailedGuide/lungscancer -in-men-what -is-lungs-cancer-in-men [Accessed on 5 June 2014]

Amin, 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1015-21.

Arditawati, Y., 2011. Analisis Hubungan Antara Faktor Risiko Dengan Tipe Histopatologik Pada Kanker. Jurnal Kti Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Tahun 2011

Centers for Disease Control and Prevention [CDC] (2010). Lungs cancer. Available from :

http://www.cdc.gov/lungcancer [Accessed on 6 June 2014]

Christine N, 2010 Hubungan merokok dengan kanker paru di RSUP Haji Adam Malik tahun 2009. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2010.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia & WHO Indonesia, 2004. Konsumsi Tembakau & Prevalensi Merokok di Indonesia. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree/media/FactSheet/FactInd/ [Accessed on 10 June 2014]

Hertz, R.P., Margaret, M.D., dan Susan, W.P., 2008. The burden of cancer in Asia. Pfizer J. 2008 (diunduh 22 September 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.pfizer.com/files/products/cancer_in_asia.pdf.

(17)

31

Kopper L dan Timar J, 2005. Genomics of Lung Cancer may Change Diagnosis, Prognosis and Therapy, Pathology Oncology Research, 11(1)5-10.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, 2007. Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 189-1

Kumar V, Anirban M., 2004. Paru dan saluran nafas atas: Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.

Kurniasih, A., 2008. Jurnal Kti Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SLTP Di Bekasi Tahun 2008

Molina, Ping Y, Stephen DC, Steven ES, Alex AA., 2008 Non-small cell lung cancer: epidemiology, risk factors, treatment, and survivorship. Mayo Clinic Journal. 2008 (diunduh 14 November 2013).

Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta:EGC

Nuraini P, 2011. Faktor risiko kanker paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah; 2011.

Prabaningtyas,O., 2010. Kti Hubungan Antara Derajat Merokok dengan Kejadian Penyakit Paru

Rasti, 2008. Bahaya Rokok. Available from

:http://knoey.dagdigdug.com/2008/05/05/bahaya-merokok/ [Accessed on 20 June 2014]

Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Kemenkes RISKESDAS 2013

Seow, A., Wee-Teng P, dan Ming T. 2000. Fumes from meat cooking and lung cancer risk in women. Journal American Association for Cancer Research. 2000 (diunduh 12 Desember 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://cebp.aacrjournals.org/content/9/11/1215.full.

Situmeang, S.B.T ., 2010. Karakteristik Penderita Kanker Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. Diambil dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16406

[Accessed on 29 November 2014]

Stoppler, M.C., 2010. Lung Cancer. Available from

(18)

32

Syed,H., 2010. Lung cancer, non-small cell. Division of hematology-oncology, Department of Internal Medicine, University of Missouri-Columbia-School of Medicine, Ellis Fischel Cancer Center. 2010. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/279960-overview

[Accessed on 5 June 2014]

Wilson, 2005., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6, Jakarta: EGC.

World Health Organisation, 2000. The tobacco atlas. Available from : http://www.who.int/tobacco/resources/publications/tobacco_atlas/en/

[Accessed on 22 June 2014]

World Health Organisation, 2001. Gender in Lung Cancer and Smoking Research. Available from :

www.who.int/entity/gender/documents/tobacco/ 9241592524/en/index.html [Accessed on 2 June 2014]

World Health Organisation, 2002. WHO report on the Global Tobacco Epidemic. Available from :

http://www.who.int/tobacco/mpower/2009/gtcr_download/en/index.html [Accessed on 5 June 2014]

World Health Organisation, 2002. Health effects of smoking among young people. Available from :

http://www.who.int/tobacco/research/youth/ health_effects/en/index.html [Accessed on 8 June 2014]

World Health Organisation, 2007. Tobacco key facts. Available from : http://www.who.int/topics/tobacco/facts/en/index.html

(19)

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI

OPERASIONAL

Definisi : Perokok merupakan seseorang yang menghisap rokok paling sedikit satu perhari selama sekurangnya satu tahun. Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner (Kurniasih, 2008) Hasil ukur : 1) Ya

2) Tidak Skala ukur : Nominal

2) Lama Merokok

Definisi : Lama merokok adalah waktu pertama kali bermula merokok sehingga sekarang.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner (Kurniasih, 2008) 1. Perokok

2. Lama merokok

3. Jumlah batang perhari

(20)

17

Hasil ukur : 1) Merokok tidak melebihi 10 tahun (<10) 2) Merokok antara 11-20 tahun

3) Merokok melebihi 20 tahun (>20) Skala ukur : Ordinal

3) Jumlah Rokok

Definisi : Jumlah batang rokok yang dikonsumsi perhari Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner (Kurniasih, 2008) Hasil ukur : 1) Ringan (1-10 batang perhari)

2) Sedang (11-20 batang perhari) 3) Berat (> 20 batang perhari) Skala ukur : Ordinal

3.2.2. Variabel dependen 1) Kanker Paru

Definisi : Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah

karsinogen lingkungan

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner (Kurniasih, 2008)

(21)

18

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol (case control). Dalam hal ini, yang akan diteliti merupakan penyakit kanker paru di

Departemen Pulmonologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli – akhir September 2014.

4.2.2. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Departemen Pulmonologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah penderita kanker paru di Departemen Pulmonologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel penelitian

(22)

19

n1 = n2= n =

Keterangan :

n = ukuran sampel masing-masing dari kedua kelompok sampel KP dan non-KP : deviat baku ( alpha=5% ) (1.96)

: deviat baku beta (0.84)

: proporsi total = (0.36)

P1 : proporsi pada kelompok uji, berisiko,terpajan atau kasus (0.52) P2 : proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak

terpajan atau kontrol (0.2)

P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0.32)

OR : 10.3

Nilai = 1.96 dengan tingkat kepercayaan 95% dan untuk power tes

80% ( = 0.84), dengan P2 yang didapatkan sebesar 0.2 dan nilai P1-P2 sebesar 20% (0.2). Maka jumlah sampel minimal yang diperoleh adalah 34 pada tiap kelompok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berikut :

Kriteria inklusi :

1) Pasien yang didiagnosis dengan kanker paru.

2) Rekam medis yang lengkap dengan biodata penderita (nomor, alamat, diagnosis, dan lain-lain) jika pasien dalam keadaan yang koma dan tidak bisa berbicara.

3) Keluarga penderita untuk diwawancara jika pasien dalam keadaan yang koma dan tidak bisa berbicara.

Kriteria eksklusi :

1) Rekam medis dengan biodata yang tidak lengkap dan jelas.

(23)

20

diwawancara.

3) Pasien yang tidak bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

4) Penderita yang tidak dapat dilawat atau yang berada diluar kota pada jangkauan yang jauh.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat secara langsung dari responden dengan cara diwawancara oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yaitu rekam medis Departemen Pulmonologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

4.4.2. Instumen penelitian

Instrumen yang telah digunakan adalah kuesioner (daftar pertanyaan) (Kurniasih, 2008). Pertanyaan dibuat berdasarkan variabel-variabel yang akan diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian yaitu untuk melihat hubungan asap rokok dengan terjadinya kanker paru. Informed Consent telah diberi bersamaan dengan kuesioner tersebut yang akan menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner oleh pengisi akan dilakukan secara langsung, sambil diperhatikan peneliti untuk memastikan tidak ada kecurangan yang berlaku. Data yang diperoleh telah dianalisa, setelah kuesioner dikembalikan oleh pengisi kepada peneliti.

4.4.3. Uji validitas dan reliabilitas

(24)

21

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Metode data

Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science) untuk editing, coding, entry, cleaning dan saving.

4.5.2. Analisis data

Uji hubungan antara variabelnya dilakukan secara bivariat menggunakan chi square (x2) untuk menentukan bahwa merokok merupakan faktor resiko

(25)

22

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).

5.1.2. Karakteristik responden

(26)

23

5.1.3. Distribusi data penelitian

Tabel 5.1. Distribusi Umur, Pekerjaan dan Jenis Kelamin

Umur Frekuensi Persentase (%)

40-49 2 5.9

50-59 18 52.9

> 60 14 41.2

Total 34 100.0

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 1 2.9

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

(27)

24

Tabel 5.2. Distribusi Status Merokok, Lama Merokok dan Jumlah Rokok Pada Kelompok Kasus

Status Merokok Frekuensi Persentase (%)

Tidak 7 20.6

Ya 27 79.4

Total 34 100.0

Lama Merokok Frekuensi Persentase (%)

11-20 6 17.6

>20 28 82.4

Total 34 100.0

Jumlah Rokok Frekuensi Persentase (%)

1-10 3 8.8 perhari yang paling banyak dihisap adalah sebanyak 11-20 batang

Tabel 5.3. Hubungan antara status merokok dan kejadian pada kasus Kejadian

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.

(28)

25

orang (20.6%) yang sudah berhenti merokok tapi menderita kanker paru. Berdasarkan tabel 5.3, hubungan merokok dengan kanker paru diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0.05) yang menunjukkan ada hubungan yang jelas antara merokok dengan kejadian kanker paru.

5.2. Pembahasan

Jumlah penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik dari 01 Januari 2014 hingga 31 Oktober 2014 adalah 275 orang (Pasien rawat inap). Sementara pada penelitian ini hanya 34 orang penderita dijadikan sebagai sampel.

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan usia (tabel 5.1.) yang tertinggi adalah kelompok usia 50-59 tahun dengan 52.9%. Nilai rata-rata usia pasien 40-49 tahun menandakan adanya kecenderungan peningkatan penderita kanker paru seiring dengan meningkatnya pertambahan usia. Nilai hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2011 yang menunjukkan 97% penderita karsinoma paru berusia 40 tahun ke atas (Nuraini, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Situmeang (2010) di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan yang menemukan proporsi tertinggi penderita kanker paru berdasarkan usia adalah > 40 tahun dengan 94.7%. Menurut Kumar tahun 2004, usia merupakan faktor resiko penting terjadinya kanker. Insiden kanker semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyaknya faktor resiko dan kemampuan perbaikan sel yang semakin menurun.

(29)

26

zat kimia dan bahan karsinogen (Situmeang, 2010).

Berdasarkan tabel 5.1. sebagian besar penderita kanker paru adalah laki-laki (94.1%). Beberapa penelitian menyatakan bahwa kasus kanker paru lebih banyak pada laki-laki, seperti penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010 yang menunjukkan bahwa 73,3% penderita berjenis kelamin laki-laki (Christine, 2010). Lebih dari 50% laki-laki di Indonesia, China, Laos, Malaysia, dan Korea merupakan perokok aktif yang memiliki prevalensi dua kali lipat dari perokok aktif di Amerika Serikat (Christine, 2010). Menurut data Riskesdas (2013), laki-laki lebih banyak proporsinya dibandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Hal ini kemungkinan disebabkan laki-laki lebih banyak terpapar bahan inhalasi karsinogenik seperti asap rokok, bahan industri di lingkungan kerja dan polusi udara. Asap rokok merupakan penyebab utama kanker paru dan kondisi dimana perokok laki-laki jauh lebih tinggi daripada perempuan menyebabkan proporsi penderita laki-laki yang tinggi (Situmeang, 2010).

Dari tabel 5.2. didapatkan bahwa 79.4% penderita masih berstatus perokok aktif. Hasil ini hampir sama dibandingkan dengan penelitian di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2011 yang menunjukkan 78% penderita karsinoma paru memiliki riwayat merokok aktif (Nuraini, 2011). Penelitian ini sejalan dengan data Riskesdas (2013) yaitu perokok aktif di Sumatera Utara adalah 24.2% sementara perokok yang sudah berhenti merokok adalah lebih rendah persentasenya (3.3%). Di beberapa negara seperti China terjadi peningkatan perokok aktif dalam dua dekade terakhir. Diperkirakan dua pertiga laki-laki dewasa China adalah perokok yang mewakili sepertiga perokok di seluruh dunia (Riskesdas, 2013).

(30)

27

yang dapat memberikan kenikmatan semu bagi si perokok menyebabkan merokok menjadi satu kewajiban bagi perokok dan mereka menjadi ketagihan merokok (Christine, 2010).

Dari tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah rokok yang dihisap perhari adalah di antara 11-20 batang (64.7%). Menurut hasil laporan Riskesdas (2013), rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap per hari per orang di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus) dan jumlah rata-rata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan di Bangka Belitung (18 batang), Riau (16-17 batang) dan Sumatera Utara (14.9 batang).

Berdasarkan tabel 5.3, hubungan merokok dengan kanker paru diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0.05) yang menunjukkan ada hubungan yang jelas antara merokok dengan kejadian kanker paru. Hasil yang sejalan diperoleh dari penelitian yang dilakukan di tiga rumah sakit di Singapura (Singapore General Hospital, Tan Tock Seng Hospital, dan National University Hospital) tahun 2000 yang menunjukkan insiden karsinoma sel skuamous sebesar 63,33% dan adenokarsinoma sebesar 41,66% pada perokok. Penggunaan rokok filter berkadar tar rendah dan tinggi kadar nitrat menjadi salah satu penyebab peningkatan insiden adenokarsinoma dan penurunan insiden karsinoma sel skuamous di Amerika Serikat. Asap rokok dengan kandungan polycyclic aromatic hydrocarbons yang rendah berhubungan dengan kejadian karsinoma sel skuamous

(31)

28

2. Laki-laki lebih banyak menderita kanker paru berbanding perempuan 94.1% berbanding 5.9%.

3. Distribusi menurut pekerjaan yang tertinggi adalah golongan pensiun sebanyak 38.2% dan terendah adalah golongan TNI Dan Ibu Rumah Tangga masing-masing 2.9%.

4. Prevalensi kanker paru tertinggi di kalangan perokok yaitu dengan 79.4% berbanding yang tidak merokok sebanyak 20.6%.

5. Durasi merokok yang paling tinggi adalah di atas > 20 tahun yaitu 82.4%. 6. Jumlah batang rokok perhari yang dihisap adalah di antara 11-20 batang

sebanyak 64.7%.

7. Hubungan antara merokok dan kanker paru memberikan nilai p=0.000 (p<0.05) yang signifikan berarti ada hubungan antara faktor resiko merokok dengan terjadinya kanker paru.

6.2. Saran

1. Diperlukan penelitian yang lebih lanjut dan diteliti juga jenis rokok dan faktor resiko dan kesannya terhadap penghisap dan penderita kanker paru untuk mendapatkan hasil yang lebih kuat.

(32)

29

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan supaya dapat mendiagnosis kanker paru pada stadium dini supaya dapat menberi terapi dengan segera dan memperbaiki prognosis penyakit kanker paru.

(33)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Paru 2.1.1. Definisi

Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. Belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru di diagnosa pada stadium lanjut sehingga memperburuk prognosisnya (Huq, 2010).

2.1.2. Etiologi

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif (Amin, 2006). Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esophagus. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh. Menurut Amin (2006), etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah :

a. Berhubungan dengan zat karsinogen seperti asbestos, radiasi ion pada pekerja tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisikilik hidrokarbon, vinil klorida.

b. Polusi udara yang banyak terjadi di daerah perkotaan.

(34)

6

d. Diet yang rendah konsumsi betakarotene, selenium dan vitamin A pernah dilaporkan menyebabkan tingginya risiko kanker paru.

2.1.3 Faktor risiko

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Amin, 2006). Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru :

a. Merokok

Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus (Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok dan lamanya berhenti merokok (Stoppler, 2010).

b. Perokok pasif

Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif atau menghisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler, 2010).

c. Polusi udara

(35)

7

sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).

d. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.

e. Diet

Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).

f. Genetik

(36)

8

g. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

2.1.4 Klasifikasi kanker paru

Kanker paru terbagi kepada kanker primer dan kanker sekunder seperti di Gambar 2.1. Kanker primer adalah kanker yang berasal dari saluran nafas dan paru, yaitu dari saluran bronkus yang merupakan saluran udara besar yang masuk ke paru-paru dan sel alveoli di dalam paru-paru. Kanker sekunder pula adalah kanker paru yang disebabkan oleh metastase atau penyebaran dari organ yang lain seperti, payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit.

Kanker paru primer terbagi kepada karsinoma bronkogenik, yaitu kanker paru yang berawal dari bronkus dan karsinoma sel alveolar, yaitu kanker paru yang berasal dari sel alveoli. Karsinoma bronkogenik adalah kanker paru yang lebih sering berlaku, yaitu mencakup 90% dari keseluruhan kasus kanker paru primer, ia terbagi lagi kepada karsinoma sel kecil atau karsinoma sel gandum atau small cell lung carcinoma (SCLC), dan non-small cell lung carsinom (NSCLC).

(37)

9

Gambar 2.1. Klasifikasi Kanker Paru

2.1.5. Gejala Klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Menurut Amin (2006), gejala-gejala kanker paru dapat bersifat:

a. Lokal ( tumor tumbuh setempat ):

1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis 2) Hemoptisis

3) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas 4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

(38)

10

b. Invasi lokal 1) Nyeri dada

2) Dispnea karena efusi pleura

3) Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritima 4) Sindrom vena cava superior

5) Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

6) Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

7) Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

c. Gejala Penyakit Metastasis

1) Pada otak, tulang, hati, adrenal

2) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis) d. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala:

1) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam 2) Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi 3) Hipertrofi osteoartropati

4) Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer 5) Neuromiopati

6) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia) 7) Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh 8) Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/ COPD yang terdeteksi secara radiologis

2) Kelainan berupa nodul soliter

2.1.6 Diagnosis a) Anamnesis

(39)

11

bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru (Huq, 2010).

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura (Huq, 2010).

c) Pemeriksaan laboratorium (Huq, 2010)

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

a) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.

b) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ lainnya.

c) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

d) Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening dan metastasis ke organ lain (Johnson, Blot dan Carbone, 2008).

(40)

12

paru dengan dinding toraks, bronkus dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks.Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan (Johnson, Blot dan Carbone, 2008).

e) Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan (Johnson, Blot dan Carbone, 2008).

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaanyang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi (Johnson, Blot dan Carbone, 2008).

f) Bronkoskopi

(41)

13

g) Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor (Kopper dan Timar, 2005).

h) Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alattorakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak (Kopper dan Timar, 2005).

Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada (Kopper dan Timar, 2005).

2.1.7. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan kanker paru adalah kuratif, paliatif dan suportif. Terdapat perbedaan fundamental dari NSCLC dengan SCLC, sehingga pengobatannya harus dibedakan.

Pengobatan NSCLC meliputi terapi bedah yang merupakan pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien yang adekuat sisa cadangan parenkim parunya. Survival pasien pada stadium I mendekati 60%, pada stadium II 26-37%. Pada stadium III A masih ada kontroversi mengenai keberhasilan operasi bila kelenjar mediastinum ipsilateral atau dinding torak terdapat metastasis. Pada stadium IIIb dan IV tidak dioperasi, tetapi dilakukan Combined Modality Therapy yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi (Amin, 2006).

(42)

14

keberhasilan terapi sebesar 20% serta extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar 20-30%. Angka median-survival time untuk limited-stage adalah 18 bulan dan untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan (Amin, 2006).

2.1.8. Pencegahan

Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu : a. Berhenti Merokok

Dengan berhenti merokok, akan menurunkan risiko terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang berhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.

b. Menghindari menghisap rokok orang lain (secondhand smoke). c. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon d. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak

e. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.

2.1.9 Prognosis

(43)

15

(44)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada pria (peringkat kedua setelah kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal) (Ancuceanu, R.V dan Victoria, 2004).

World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa

insidensi penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru. WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia

2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2007).

Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok lain manapun (WHO, 2001).

(45)

2

dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159%. Faktor-faktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan data statistik dari Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa

disebabkan karena merokok dimana rokok ini membunuh hampir lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10 juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung (Rasti, 2008).

(46)

3

Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan ditengarai sebagai salah satu penyebab utama penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu juta manusia per tahun di dunia meninggal karena merokok dan 95% diantaranya oleh kanker paru-paru. Kematian karena kanker paru-paru bisa terjadi pada perokok pasif, yaitu janin dalam kandungan ibu perokok, anak-anak dari orang tua perokok dan orang dewasa bukan perokok yang berada dalam lingkungan perokok (Nugrobo, 2008). Dampak negatif konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau yang telah terbukti adalah penyakit kanker paru, kanker mulut dan organ lainnya, penyakit jantung dan saluran pernapasan kronik. Rokok kretek mengandung tembakau sebanyak 60-70%. Ada selang waktu 20-25 tahun di antara mulai merokok hingga mulai timbul penyakit. Akibatnya, dampak negatif terjadi tanpa disadari (WHO dan DepKes RI, 2004).

Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru sebesar 30% karena merokok (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud untuk

mengadakan penelitian di lapangan dengan berjudul “ Hubungan Merokok dengan

Terjadinya Kanker Paru di Departemen Pulmonologi FK USU/RSUP H.Adam

Malik Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah adanya hubungan merokok dengan terjadinya kanker paru?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

(47)

4

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru berdasarkan pekerjaan, umur dan jenis kelamin.

2. Untuk melihat hubungan jumlah batang rokok yang dihisap perhari dengan risiko terjadinya kanker paru.

3. Untuk melihat hubungan lama merokok dengan risiko terjadinya kanker paru.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan ilmu pengetahuan dalam usaha pencegahan risiko terjadinya kanker paru.

2. Sebagai bahan edukasi kepada rakyat tentang kanker paru akibat merokok. 3. Sebagai satu bahan bukti untuk mencegah bermulanya perokok baru.

1) Masyarakat : Melahirkan masyarakat yang sehat tanpa resiko kanker

(48)

ii

ABSTRAK

Kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru. Karakteristik penderita karsinoma paru dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, kebiasaan merokok. Mengetahui hubungan antara merokok dan kanker paru di RSUP Haji Adam Malik.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol (case control). Dalam hal ini, yang akan diteliti merupakan penyakit kanker paru di Departemen PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli – akhir September 2014.

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi terbanyak kanker paru pada kelompok usia 50-59 tahun (52.9%), jenis kelamin laki-laki (94.1%), golongan yang sudah pensiun (38.2%). Penderita kanker paru yang masih berstatus perokok adalah sebanyak (79.4%). Kebanyakkan penderita merokok melebihi 20 tahun dan jumlah batang rokok yang dihisap perhari turut melebihi 20 batang.

Hasil penelitian membuktikan merupakan faktor resiko penting menyebabkan kanker. Selain itu laki-laki dengan proporsi tinggi menderita kanker paru. Bagi pihak RSUP Haji Adam Malik agar meningkatkan pelayanan kesehatan supaya dapat diagnosa kanker paru pada stadium dini supaya dapat memberi terapi dengan segera dan memperbaiki prognosis penyakit kanker paru.

(49)

iii

ABSTRACT

Deaths from cancer ranks second after cardiovascular disease. Main cancer death in the world is lung cancer. Patients with Lung cancer is influenced by various factors, including gender, age, socioeconomic status, smoking habits.

Knowing the relationship between smoking and lung cancer in Haji Adam Malik Hospital

The design used in this study is a case-control (case-control). In this case, that will be examined is the disease of lung cancer in the Department of Pulmonology FK USU / Adam Malik Hospital Medan. The research was conducted during July - end of September 2014.

The result showed the highest proportion of lung cancer is in the age group 50-59 years (52.9%), male gender (94.1%), retired group (38.2%). Lung cancer patients who are still smokers are as much as (79.4%). Most people smokes for more than 20 years time period and the number of cigarettes smoked also exceeded 20 cigarettes per day.

This research proves that smoking is an important risk factor of cancer. In addition, men are with a high proportion of lung cancer. RSUP Haji Adam Malik health center should play a major role in early diagnosis of patients with lung cancer.

(50)

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA

KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI

FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

Oleh:

VINOTH VISWASNATHAN 110100518

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA

KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI

FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

“Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

VINOTH VISWASNATHAN 110100518

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(52)

i

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP

H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

Nama : VINOTH VISWASNATHAN NIM : 110100518

____________________________________________________________ Pembimbing, Penguji I,

Dr.dr.T.Siti Hajar Haryuna,Sp.THT-KL Dra. Merina Panggabean, M.Med NIP : 19790620 200212 2 003 NIP : 19630523 199203 2 001

Penguji II,

dr. Isma Aprita, Sp.KK NIP : 140191408

Medan, 20 Desember 2014

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(53)

ii

ABSTRAK

Kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru. Karakteristik penderita karsinoma paru dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, kebiasaan merokok. Mengetahui hubungan antara merokok dan kanker paru di RSUP Haji Adam Malik.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol (case control). Dalam hal ini, yang akan diteliti merupakan penyakit kanker paru di Departemen PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli – akhir September 2014.

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi terbanyak kanker paru pada kelompok usia 50-59 tahun (52.9%), jenis kelamin laki-laki (94.1%), golongan yang sudah pensiun (38.2%). Penderita kanker paru yang masih berstatus perokok adalah sebanyak (79.4%). Kebanyakkan penderita merokok melebihi 20 tahun dan jumlah batang rokok yang dihisap perhari turut melebihi 20 batang.

Hasil penelitian membuktikan merupakan faktor resiko penting menyebabkan kanker. Selain itu laki-laki dengan proporsi tinggi menderita kanker paru. Bagi pihak RSUP Haji Adam Malik agar meningkatkan pelayanan kesehatan supaya dapat diagnosa kanker paru pada stadium dini supaya dapat memberi terapi dengan segera dan memperbaiki prognosis penyakit kanker paru.

(54)

iii

ABSTRACT

Deaths from cancer ranks second after cardiovascular disease. Main cancer death in the world is lung cancer. Patients with Lung cancer is influenced by various factors, including gender, age, socioeconomic status, smoking habits.

Knowing the relationship between smoking and lung cancer in Haji Adam Malik Hospital

The design used in this study is a case-control (case-control). In this case, that will be examined is the disease of lung cancer in the Department of Pulmonology FK USU / Adam Malik Hospital Medan. The research was conducted during July - end of September 2014.

The result showed the highest proportion of lung cancer is in the age group 50-59 years (52.9%), male gender (94.1%), retired group (38.2%). Lung cancer patients who are still smokers are as much as (79.4%). Most people smokes for more than 20 years time period and the number of cigarettes smoked also exceeded 20 cigarettes per day.

This research proves that smoking is an important risk factor of cancer. In addition, men are with a high proportion of lung cancer. RSUP Haji Adam Malik health center should play a major role in early diagnosis of patients with lung cancer.

(55)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kasih dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Merokok Dengan Terjadinya Kanker Paru di Departemen Pulmonologi FKUSU/RSUP H.Adam Malik MedanTahun 2014”. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr.dr.T Siti Hajar Haryuna, Sp THT-KL selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3. Pihak RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberi izin penelitian kepada saya untuk melakukan survei penelitian di rumah sakit tersebut. 4. Orang tua penulis yang membantu memberikan dukungan buat penulis. 5. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

(56)

v

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Definisi Operasional... 16

3.2.1 Variabel independen... 16

3.2.2 Variabel dependen ... 17

3.3 Hipotesa ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

(57)

vi

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1 Hasil Penelitian ... 22

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 22

5.1.2. Karakteristik responden ... 22

5.1.3. Distribusi data penelitian ... 23

(58)

vii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Umur, Pekerjaan dan Jenis Kelamin ...23 Tabel 5.2 Distribusi Status Merokok, Lama Merokok Dan Jumlah

(59)

viii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(60)

ix

DAFTAR SINGKATAN

WHO World Health Organisation

CSDR Cause Specific Death Rate

SCLC Small Cell Lung Carcinoma

NSCLC Non-Small Cell Lung Carsinoma

PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronik

CDC Centers for Disease Control and Prevention IARC Internasional Agency for Research on Cancer AJCC/UICC American Joint Committe on Cancer / International

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Umur, Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Tabel 5.2. Distribusi Status Merokok, Lama Merokok dan Jumlah Rokok        Pada Kelompok Kasus
Gambar 2.1. Klasifikasi Kanker Paru

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan merokok dengan kanker paru dengan jumlah sampel yang lebih besar terutama pada perokok pasif, mencari faktor-faktor lain

kanker paru lebih banyak ditemukan pada orang yang sudah berhenti merokok dibandingkan.. dengan orang yang masih

Pada gambar dapat dilihat bahwa ada penderita kanker paru stadium dini yang meninggal dengan proporsi 2,9% (1 orang).. Penderita ini berumur 17 tahun, berjenis kelamin

Hasil studi menunjukkan perokok mempunyai resiko 22 kali lebih tinggi untuk didiagnosis dengan kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.. Terdapat

baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ” Karakteristik Penderita Kanker Paru Primer di Rumah

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Adam Malik Medan tahun 2012 yang menunjukkan sebagian besar penderita karsinoma paru memiliki derajat merokok (57,4%).Menurut Rosenberger dkk mempublikasikan penelitian pada