• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - DEPIK - JURNAL UNSYIAH 7748 19761 2 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAP.COM - DEPIK - JURNAL UNSYIAH 7748 19761 2 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian awal kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan kerang di Teluk Kao,

Pulau Halmahera

Preliminary study on mercury concentration (Hg) of fish and shellfish in

Kao Bay, Halmahera Island

Edward

Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI. Jln. Pasir Putih 1, Ancol Timur, Jakarta 14330. Tel/fax:021.64715038, 021.64711848. *Email korespodensi: ekewe07@ gmail.com

Abstract. The aim of the study was to determine the concentration of Hg in some species of fish and mussels harvested from Kao Bay . Fish and mussels samples were purchased from fishermen atKao Bay in November 2015. The Hg concentration was measured by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).The results showed that the highest concentration of Hg was found in gurara fish (Nemipterus japonicus) that is 0.98 ppm, followed by suo fish (Sphyraena jello) 0.89 ppm, tatameri fish (Gazza minuta) 0.38 ppm, gaca fish (Lutjanus argentimaculatus) 0.31 ppm, totodi fish (Synodus foetens) 0.24 ppm, bubara fish (Caranx sp) 0, 19 ppm, ngafi fish (Stolephorus indicus) 0.19 ppm and biji nangka fish (Upeneus vittatus)0.15 ppm. In the shelfish meat, the highest concentration of Hg is found in the blood mussels (Anadara granosa), that is 0.42 ppm, and then followed by papaco (Telescopium telescopium) 0.05 ppm. The concentration of Hg in all samples of fish and shelfish were below from the threshold value for seafood fish and shellfish of 0.5 ppm and 1.0 ppm, respectively.

Keywords: Kao Bay, fish, shelfish, mercury, observation

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Hg dalam beberapa jenis ikan dan kerang yang ada di Teluk Kao dalam kaitannya dengan kesehatan makanan hasil laut. Contoh ikan dan kerang di beli dari nelayan di Teluk Kao pada bulan November 2015. Kadar Hg diukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Hasilnya menunjukkan kadar Hg tertinggi dalam ikan dijumpai dalam daging ikan gurara (Nemipterus japonicus) yakni 0,98 ppm, selanjutnya diikuti oleh ikan suo (Sphyraena jello) 0,89 ppm, ikan tatameri (Gazza minuta) 0,38 ppm, ikan gaca (Lutjanus argentimaculatus) 0,31 ppm, ikan totodi (Synodus foetens) 0,24 ppm, ikan bubara (Caranx sp) 0,19 ppm, ikan ngafi (Stolephorus indicus) 0,19 ppm, dan ikan biji nangka (Upeneus vittatus) 0,15 ppm. Dalam daging kerang kadar Hg tertinggi dijumpai dalam kerang darah (Anadara granosa) yakni 0,42 ppm selanjutnya dikuti oleh kerang papaco (Telescopium telescopium) 0,05 ppm. Kadar Hg dalam semua contoh ikan dan kerang masih di bawah nilai ambang batas kadar yang diperkenankan dalam makanan hasil laut yakni 0,5 ppm untuk ikan dan 1 ppm untuk kekerangan.

Kata kunci: Teluk Kao, ikan, kerang, merkuri, pengamatan

Pendahuluan

Teluk Kao terletak di Pulau Halmahera, Maluku Utara, teluk ini merupakan salah satu

fishing ground bagi nelayan lokal. Teluk ini kaya akan sumberdaya perikanan antara lain kepiting

(2)

tertinggi akan didapat pada konsumen teratas (Nordberg et al., 2015; Sarong et al., 2015). Hg bersifat neurotoksik, masuk ke ekosistem akuatik melalui deposisi atmosferik maupun bersumber dari limbah industri (WHO, 2010). Bioakumulasi Hg pada organisme akuatik merupakan suatu kriteria penting terhadap dampak yang ditimbulkan, terutama pada manusia melalui makanan hasil laut seperti ikan dan kerang (Kaosteni et al., 2006).

Organisme akuatik dapat mengakumulasi Hg dari air, sedimen, dan makanan yang dikonsumsi (MRC, 2014). Data terbaru mengenai kadar Hg di Teluk Kao masih sangat terbatas, hasil pengamatan kadar Hg dalam sedimen dan air laut di Teluk Kao pada bulan Mei-Juni 2006 berkisar 0,014-0,151 ppm dan <0.001 (Edward, 2008), dan pada bulan Mei 2013 dalam sedimen 0,989-3,741 ppm (Edward, 2013). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Hg dalam beberapa jenis biota laut (kerang dan ikan) di Teluk Kao dalam kaitannya dengan kesehatan pangan dari laut.

Bahan dan Metode Waktu dan tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 di perairan Teluk Kao, Pulau Halmahera, Maluku Utara. Contoh ikan dan kerang dibeli dan diambil di Teluk Kao (Gambar 1). Contoh disimpan dalam ice box pada suhu 4o C, selanjutnya dibekukan dalam lemari pendingan dan dibawa ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI Jakarta. Jenis ikan dan moluska yang menjadi target dalam penelitian ini sebanyak 10 jenis (Tabel 1).

Analisis sampel tabung yang berisi 0,3 g sampel kering, kemudian didestruksi dengan menggunakan microwave

digest CEM MarsXpress.

Kadar Hg diukur menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom merk Varian SpectrAA 20 dengan menggunakan reduktor stanno klorida (SnCl2). Semua alat sebelum digunakan lebih dahulu direndam dalam asam nitrat (HNO3) (1:1) selama 24 jam dan selanjutnya dibilas dengan air suling. Kadar merkuri dinyatakan dalam ppm (mg/kg, berat kering).

Analisis data

Data dianalisis secara deskriptif analitis yakni membandingkan data hasil penelitian dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan dengan kriteria yang

(3)

ditetapkan untuk kesehatan makanan yang berasal dari laut untuk selanjutnya diambil kesimpulan

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan kadar Hg rerata dalam daging ikan berkisar 0,15-0,98 ppm, kadar tertinggi dijumpai dalam daging ikan gurara (Nemipterus japonicus) yakni 0,98 ppm dan terendah dalam daging ikan suo (Sphyraena jello) yakni 0,15 ppm (Tabel 2). Data ini menunjukkan bahwa ikan gurara (N. japonicus) mengakumulasi Hg lebih banyak dibandingkan dengan ikan lainnya. Ahmad et al. (2015) mendapatkan kadar Hg dalam daging ikan gurara (N.

japonicus) di perairan Penninsula Malaysia berkisar 0,213-1,206 ppm, dan Kamarulzzaman et al.

(2011) mendapat kadar Hg rerata dalam daging ikan gurara (N. japonicus) yang diambil dari pasar ikan lokal di Johor, Malaka dan Negeri Sembilan Malaysia sebesar 0,012 ppm. Data ini menunjukkan lokasi yang berbeda akan menghasilkan kadar Hg yang berbeda pula, sedang data mengenai kadar Hg dalam daging ikan gurara (N. japonicus) yang hidup di Teluk Kao sampai saat ini belum ada, hal ini disebabkan langkanya penelitian-penelitian yang dilakukan di Teluk Kao khususnya tentang perikanan.

Simbolon et al. (2010) pada bulan Maret-Juni 2010, mendapatkan kadar Hg rerata dalam ikan biji nangka (Upeneus sulphureus) yang berasal dari Teluk Kao adalah 0,030 ppm. Kadar yang dilaporkan sebelumnya tersebut lebih rendah dari hasil penelitian ini, dimana kadar Hg rerata dalam ikan biji nangka (U. sulphureus) adalah 0,240 ppm. Adanya perbedaan kadar Hg dalam berbagai jenis ikan ini dapat disebabkan oleh perbedaan waktu penelitian, lingkungan perairan, jenis spesies dan kelamin, panjang, berat, dan umur ikan (Nady et al., 1984; Grieb et al., 1990; Ahmad et al., 2015).

Tabel 1. Jenis-jenis ikan dan kerang yang dianalisis dari Teluk Kao

Nama Ikan Panjang Rerata cm (N=3) Berat gr (Rerata)

Gaca (Lutjanus argentimaculatus) 24,300 187,550

Bubara(Caranx sp) 24,200 147,732

Totodi (Synodus foetens) 25,400 124,446

Suo (Sphyraena jello) 25,500 97,092

Tatameri (Gazza minuta) 17,200 88,342

Gurara (Nemipterus japonicus) 17,300 87,612

Biji Nangka (Upeneus vittatus) 19,200 86,170

Kerang Popaco (Telescopium telescopium) 4,300 13,898

Kerang Anadara (Anadara granosa) 5,500 12,932

Ngafi (Stolephorus indicus) 8,900 11,991

(4)

Ikan yang terpapar senyawa beracun namun tidak mati, organ tubuhnya dapat mengalami kerusakan jaringan. Resiko yang dapat terjadi antara lain adalah ikan tidak menghasilkan keturunan dan walaupun menghasilkan keturunan akan mengalami cacat fisik, misalnya pergerakannya tidak normal/disorientasi. Logam berat yang masuk melalui rantai makanan, selanjutnya akan didistribusikan oleh darah ke organ-organ tubuh lainnya seperti daging dan tulang dan ada pula yang masuk ke dalam hati untuk kemudian diekskresikan (Houser et al., 2012), kiranya hal inilah yang dapat menjelaskan adanya perbedaan kadar logam berat dalam tiap organ dan spesies ikan dan kerang yang hidup di Teluk Kao ini.

Tabel 2. Kadar Total Merkuri (Hg) Rerata Dalam Daging Biota Laut di Teluk Kao.

Akumulasi Hg dalam biota laut ini tidak hanya terjadi di Teluk Kao, namun juga terjadi di beberapa tempat di Indonesia, misalnya, di perairan Bagan Siapi-Api (Riau), Tanjung Balai (Sumut), Tanjung Jabung (Jambi), dan Muntok (Bangka), kadar merkuri dalam kerang darah (Anadara sp.) berkisar 0,05-2,02 ppb, di perairan Jawa (Tanjung Pasir, Dadap, Cilincing, Blanakan, Brebes, Demak, Sidoarjo, Pasuruan) 8,54-18,14 ppb, di perairan Banjarmasin, Balik papan, Pontianak dan Makassar kadar merkuri dalam kerang Kepah (Anandontea alba) berkisar 0,29-2,16 ppb (Siregar et al., 2008), di Gresik (ikan goang, glamo, putri ayu, sebelah, jenggot) dan di Elat Tual, Maluku Tenggara (Lambis-lambis, Anadara antiquate, Conus sp, Mactra maculate,

Conus literatus) <0,001 ppm (Edward et al., 2011)(Edward, 2012) dan di perairan Makassar

kadar merkuri rerata dalam daging ikan kembung (Rastrelliger sp.), kerang darah (Anadara sp) masing-masing 1,346 ppm dan 0,772-3,111 ppm (Mangampe et al., 2014) dan pada beberapa spesies ikan di Sungai Keureto, Aceh (Sarong et al., 2013).

Pada kerang, kadar Hg tertinggi dijumpai dalam kerang darah (Anadara granosa) yakni 0,42 ppm dan terendah dalam kerang papaco (Telescopium telescopium) 0,05 ppm. Samman et al., (2014) mendapatkan kadar Hg dalam kerang papaco (Telescopium telescopium) di Teluk Kao pada bulan Juni, Juli, Agustus berkisar 0,06-0,15 ppm dengan rerata 0,106 ppm. Kadar ini lebih rendah bila dibandingkan dengan Teluk Jakarta dan Makassar, kadar Hg rerata dalam daging kerang darah (A. granosa) di Teluk Jakarta adalah 1,2 ppm (Hutagalung, 1987) dan di Kota Makassar berkisar 0,6485–3,8059 ppm (Rahmini, 2002). Data ini menunjukkan bahwa kerang yang berasal dari Teluk Kao ini relatif lebih bersih dari Hg dibandingkan dengan Teluk Jakarta dan Makassar.

Ada beberapa acuan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar Hg dalam ikan dan kekerangan serta hasil olahannya (Tabel 3) yang menunjukkan kadar Hg hasil penelitian ini, kecuali ikan gurara (Nemipterus japonicus)masih lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai ambang batas yang ditetapkan untuk makanan hasil laut. Dengan demikian berdasarkan

Biota Laut Kadar (ppm)

Ikan Hg

Gurara (Nemipterus japonicus) 0,98

Bubara(Caranx sp) 0,89

Tatameri (Gazza minuta) 0,38

Kaca (Lutjanus argentimaculatus) 0,31

Biji Nangka (Upeneus vittatus) 0,24

Totodi (Synodus foetens) 0,19

Ngafi (Stolephorus indicus) 0,19

Suo (Sphyraena jello) 0,15

Kerang

Kerang Anadara (Anadara granosa) 0,42

(5)

kriteria tersebut, maka ikan dan kerang yang hidup di Teluk Kao relatif masih sehat dan aman untuk dikonsumsi.

Tabel 3. perbandingan kadar Hg dalam daging ikan dengan nilai ambang batas dari beberapa negara di dunia.

Lokasi Hg (ppm) Referensi

Teluk Kao 0,15-0,98 (Ikan) Penelitian ini

0,05-0,42 (Kerang) Penelitian ini

Nilai Ambang Batas

China 0,3 AQISQ (2001)**, (Zhang et al., 2015)

China 0,5 NSPRC (2012)

Hong Kong 0,5 Bhudaper et al. (2012)

India 0,5 MOHAFM (2011)

FDA 1,0 More (2000)

USFDA 1,0 Bhudaper et al. (2012)

International Criterion (IC) 0,5 Bhudaper et al. (2012)

Canada 0,5 BCSFDHPAFB (2007)

European Union 0,5-1,0 Guardia et al. (2015)

Australia 2 FSA (2002)*

Indonesia 0,5 (ikan), 1 (kerang) SNI (2009)

Singapore 0,5 FRS (1990)*

Malaysia 0,5 MRF (1985)*

Turkey 0,5 Stancheva et al. (2014)

Bulgaria 0,5 Stancheva et al. (2014)

Australia New Zealand 0,5 James (2012)

Australia 0,5 Sumner et al. (2015)

Irlandia 0,5 FSAOI (2009)

Taiwan, EC, FAO/WHO 0,5 Chen et al. (2006)

* Kamarulzaman et al. (2011), ** Cheung et al. (2012)

Prediksi asupan rerata mingguan merkuri

Konsumsi ikan harian rerata di Indonesia adalah 37g/orang/hari (Soedaryanto et al., 2005). Kadar merkuri tertinggi dijumpai dalam daging ikan gurara (N. japonicus) yakni 0,98 ppm atau 0,98 mg/kg, dengan kata lain di dalam 1 kg daging ikan gurara (Nemipterus japonicus) terdapat 0,98 mg Hg. Apabila seorang makan ikan gurara (N. japonicus) sebanyak 1 g, maka asupan Hg ke dalam tubuhnya adalah 0,98/1000 = 0,00098 mg. Bila konsumsi harian rerata ikan orang Indonesia adalah 37 g per orang per hari, maka asupan merkuri nya dalam 1 hari adalah 37x0,00098 mg = 0,03626 mg, dan dalam 1 minggu = 7x0,03626 mg = 0,254 mg Hg atau 254 µg Hg. Asupan ini misalnya untuk orang Indonesia dengan berat rerata 60 kg. Asupan per minggu yang diperbolehkan untuk Hg adalah 4 µg/kg berat badan (EFSA, 2012)(WHO, 2011). Bila berat badan rerata orang Indonesia, misalnya adalah 60 kg, maka asupan per minggu adalah 60 kgx4 µg/kg = 240 µg.

Asupan mingguan Hg yang diperkenankan (Acceptable Weekly Intake, AWI) per kg berat badan dapat juga dihitung dengan pendekatan sebagai berikut: misalkan berat badan rerata orang Indonesia 60 kg, konsumsi ikan rerata orang Indonesia per minggu (7x37=259 g) x kadar rerata Hg tertinggi dalam ikan (misalnya ikan gurara adalah 0,00098 mg/g) adalah 0,254 mg atau 254 µg. Untuk berat badan 1 kg, maka 254 µg/60 kg = 4,2 µg/kg atau 0,0042 mg/kg (MPP-EAS, 1999)(USEPA, 1987). Dengan cara yang sama didapat nilai AWI untuk ikan dan kerang yang lain (Tabel 4).

(6)

2000)(MPP-EAS, 1999), RQ=AWI/RfD. RfD (Reference Doses) untuk Hg adalah 2,1 µg per kg berat badan per minggu (USEPA, 1987)(Marsh et al., 1987). Maka nilai RQ adalah 0,0042 mg/kg atau 4,2 µg/kg : 2,1 µg/kg = 2. Nilai ini lebih besar dari 1 (RQ>1), yang berarti bila orang memakan daging ikan gurara (N. japonicus) akan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Dengan cara yang sama dapat dihitung nilai RQ untuk biota yang lain (Tabel 5).

Tabel 4. Perkiraan asupan mingguan Hg (AWI)

Tabel 5. Tingkat risiko terpapar (RQ) Hg

Perhitungan yang sama juga dapat digunakan untuk kerang. Untuk kerang bila konsumsinya dianggap sama dengan ikan, maka konsumsi kerang per minggu adalah 7x37 g =259 g. Kadar Hg tertinggi dalam daging kerang darah (A. granosa) adalah 0,42 ppm atau 0,42 mg per kg. Kadar Hg dalam 1 g daging kerang adalah 0,42/1000 = 0,00042 mg. Jumlah Hg yang masuk ke tubuh per minggu adalah 259x0,00042 mg=0,108 mg atau 108 µg. Asupan mingguan yang diperbolehkan untuk 4 µg/kg berat badan per minggu untuk merkuri (EFSA, 2012; WHO, 2011). Bila berat badan rerata orang Indonesia adalah 60 kg, maka asupan yang diperkenankan per minggu adalah 60x4=240 µg/kg berat badan per minggu untuk merkuri, dan bila berat badan rerata misalnya 70 kg maka asupan yang diperkenankan per minggu adalah 70x4=280 µg/kg. Dengan demikian jumlah Hg yang masuk ke tubuh manusia bila

Biota Laut AWI :

(Konsumsi rerata/minggu) x (Kadar rerata Hg dalam ikan) : (Berat Badan)

Ikan Hg

Gurara (Nemipterus japonicus) 0,0042

Bubara(Caranx sp) 0,0038

Tatameri (Gazza minuta) 0,0016

Kaca (Lutjanus argentimaculatus) 0,0013

Biji Nangka (Upeneus vittatus) 0,0010

Ngafi (Stolephorus indicus) 0,0008

Totodi (Synodus foetens) 0,0008

Suo (Sphyraena jello) 0,0006

Kerang

Kerang Anadara (Anadara granosa) 0,0018

Kerang Popaco (Telescopium telescopium) 0,0002

Biota Laut RQ

Ikan Hg

Gurara (Nemipterus japonicus) 2,0

Bubara(Caranx sp) 1,809

Tatameri (Gazza minuta) 0,780

Kaca (Lutjanus argentimaculatus) 0,637

Biji Nangka (Upeneus vittatus) 0,493

Totodi (Synodus foetens) 0,390

Ngafi (Stolephorus indicus) 0,390

Suo (Sphyraena jello) 0,308

Kerang

Kerang Anadara (Anadara granosa) 0,857

(7)

mengkonsumsi kerang per minggu masih lebih rendah dibandingkan dengan yang diperkenankan.

Asupan mingguan yang diperkenankan (Acceptable Weekly Intake, AWI) Hg per kg berat badan dapat dihitung dihitung sebagai berikut: konsumsi kerang darah (Anadara granosa) rerata orang Indonesia per minggu (7x37=259 g) x kadar rerata Hg dalam kerang darah (0,42 mg/kg atau 0,00042 mg/gr) dibagi dengan berat badan rerata orang Indonesia misal, 60 kg, dan hasilnya adalah 0,0018 mg/kg. Dengan cara yang sama didapat nilai AWI untuk ikan dan kerang yang lain.

RfD (Reference Doses) untuk Hg adalah 2,1 µg per kg berat badan per minggu (USEPA, 1987; Marsh et al., 1987). Maka nilai RQ Hg untuk kerang darah adalah (0,0018: 2,1) = 0,857 (Tabel 5). Nilai ini lebih kecil dari 1 (RQ<1), yang berarti bila orang memakan daging kerang darah (Anadara granosa) tingkat risiko gangguan kesehatan akibat terpapar Hg rendah. Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat nilai RQ dari semua jenis biota laut di Teluk Kao. Estimasi Asupan Aman (EAA) Hg per minggu dapat dihitung dengan mengalikan (RQxRfDxBW):(MC). Nilai Asupan Maksimum Hg untuk kerang darah (A. granosa) per minggu adalah: (0,857x2,1µg/kg x 60 kg):(0,42 mg/kg)=0,257 kg=257,10 g. Dengan cara yang sama dapat dihitung nilai EAA untuk biota lainnya.

Tabel 7 memperlihatkan perbandingan kadar Hg dalam ikan dan kerang yang berasal dari Teluk Jakarta, Teluk Lada Banten dan Perairan Tanjung Balai dengan ikan dan kerang yang berasal dari Teluk Kao. Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar merkuri dalam daging ikan-ikan yang berasal dari di Teluk Kao lebih tinggi dibandingkan dengan Teluk Jakarta, Teluk Lada Banten dan Perairan Tanjung Balai Hal ini menunjukkan ikan-ikan yang hidup di perairan Teluk Kao relatif lebih terkontaminasi oleh merkuri dibandingkan dengan ikan-ikan di Teluk Jakarta

Tabel 6. Estimasi asupan aman maksimum (EAA) per minggu Hg

*Maximum Concentration

Tabel 7. Perbandingan kadar Merkuri dalam daging ikan dan kerang di Teluk Kao dengan perairan lain

Biota Laut (RQxRfDxBB) : MC*

Ikan Hg

Kaca (Lutjanus argentimaculatus) 258,91

Biji Nangka (Upeneus vittatus) 258,83

Suo (Sphyraena jello) 258,72

Totodi (Synodus foetens) 258,63

Ngafi (Stolephorus indicus) 258,63

Tatameri (Gazza minuta) 258,63

Gurara (Nemipterus japonicus) 257,14

Bubara(Caranx sp) 256,11

Kerang

Kerang Anadara (Anadara granosa) 257,10

Kerang Popaco (Telescopium telescopium) 257,04

Biota Laut Kadar (ppm) Referensi

Ikan Hg

Teluk Jakarta

Ikan tongkol (Euthynnus sp.) 0,15 Hikmawati et al. (2006)

H. gerrardi (Jantan) 0,15 Fitri et al. (2015)

H. gerrardi (Betina) 0,03 Fitri et al. (2015)

(8)

Kesimpulan

Kadar merkuri dalam daging ikan dan kerang di Teluk Kao ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Teluk Jakarta, Teluk Lada Banten dan perairan Tanjung Balai, namun masih di bawah nilai ambang batas yang aman untuk dikonsumsi. Iikan gurara (N. japonicus) dan bubara (Caranx sp.) nilai tingkat risikonya (RQ) lebih besar dari 1. Ini menunjukkan tingkat risiko gangguan kesehatan bila mengkonsumsi kedua jenis ikan ini lebih tinggi dari ikan yang lain yang diteliti dalam penelitian ini.

Ucapan terima kasih

Ucapan terimakasih penulis disampaikan kepada Pemda Maluku Utara khususnya Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA) yang telah memberikan kesempatan dan dana kepada penulis untuk melakukan penelitian tentang dampak penambangan terhadap kesehatan pangan hasil laut di Teluk Kao. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Muhajir Marsaoli, Kepala Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Khairun–Ternate selaku koordinator dalam penelitian ini, para peneliti dan teknisi dari Stasiun Penelitian Lapangan (SPL)-LIPI Ternate dan P2O-LIPI Jakarta yang telah membantu dalam pengambilan dan analisis sampel di lapangan dan di laboratorium.

Daftar Pustaka

Ahmad, I.N., M.F.M. Noh., W.R.W. Mahiyuddin., H. Jaafar, I. Ishak, W.N.F. W. Azmi, Y. Veloo, M.H. Hairi. 2015. Mercury Levels in marine Fish Commonly Consumed in Penensular Malaysia. Enviro Sci Pollut Res Int; 22(5): 3672-3686.

Barone,G.R. Giacominelli-Stuffler., M.M. Storelli. 2013. Comparative study on trace metal accumulation in the liver of two fish species (Torpedinidae): Concentration-size relationship. Ecotoxicology and Environmental Safety, 97: 73-77.

BCSFDHPAFB (Bureau of Chemical Safety Food Directorate Health Products and Food Branch). 2007. Human Health Risk Assessment of Mercury in Fish and Health

H. walga (Betina) 0,23 Fitri et al. (2015)

H. uarnacoides (Jantan) 0,13 Fitri et al. (2015)

H. uarnacoides (Betina) 0,05 Fitri et al. (2015)

N.kuhlii (Jantan) 0,11 Fitri et al. (2015)

N. Kuhlii (Betina) 0,12 Fitri et al. (2015) Teluk Lada Banten

Kerang darah (Anadara granosa) 0,025 Putri (2010)

Tanjung Balai

Kerang darah (Anadara granosa) 0,012 Murtini (2003 dalam Putri, 2010)

Teluk Kao

Suo (Sphyraena jello) 0,15 Penelitian ini

Kaca (Lutjanus argentimaculatus) 0,31 Penelitian ini

Totodi (Synodus foetens) 0,19 Penelitian ini

Gurara (Nemipterus japonicus) 0,98 Penelitian ini

Biji Nangka (Upeneus vittatus) 0,24 Penelitian ini

Ngafi (Stolephorus indicus) 0,19 Penelitian ini

Tatameri (Gazza minuta) 0,38 Penelitian ini

Bubara (Caranx sp) 0,89 Penelitian ini

Kerang

Kerang Popaco (Telescopium telescopium) 0,05 Penelitian ini

(9)

Benefits of Fish Consumption.Published by authority of the Minister of Health. Publications. Health Canada Ottawa , Ontario K1A 0K9 : 76 pp.

Bhudaper, K., D.P. Mukherjee. 2012. Assessment of human risk for arsenic, copper, nickel, merccury and zinc in fish from tropical wetlands in India. Advance in Life Science and Technology, 2: 1-13.

Cheung, C.K., H.M. Leung, K.K. Ma, X.L. Peng, J.Z. Sheng. 2012. Assessment on the biodiversity, water and sediment qualities of remediated estuaries in Hong Kong. International Journal of Environment Protection, 2(3): 1-14.

Chen, C.Y., H.Y. Chen. 2006. Mercury levels of seafood commonly consumed in Taiwan. Journal of Food and Drug Analysis, 14(4): 373-378.

EFSA (The European Food Safety Authority). 2012. Scientific opinion on the risk for public health related to the presence of mercury and methyl mercury in food. Efsa Journal, 10(12): 2985.

Edward. 2008. Kandungan merkuri di Perairan Anggai, Pulau Obi dan Teluk Kao, Pulau Halmahera. Makara Sains,12(2): 97-101.

Edward. 2013. Prediksi kualitas sedimen di Teluk Kao, Halmahera dengan pendekatan analisis indeks. Makalah Seminar P2O LIPI, jakarta. 21 hal (Unpublished).

Edward, R. Marsya, R. Pasilette. 2011. Kandungan merkuri dalam air laut, sedimen, dan biota di Perairan Elat Kai Besar, Maluku Tenggara. Prosiding: Seminar Nasional Perikanan Indonesia, 22-24 November 2011. STP Jakarta: 115-130.

Edward. 2012. Akumulasi logam berat dalam beberapa jenis ikan komersil di Gresik. Jawa Timur. Prosiding: Seminar Nasional Perikanan Indonesia, 13-14 November 2012, STP Jakarta: 104-114.

MOHAFM (Ministry of Health and Family Walfare). 2011. Food safety standards authority of India. Notification: 13 pp.

FSAOI. (Food Savety Authority of Ireland). 2009. Mercury, Lead, cadmium, tin and arsenic in food. Issue No. 1, May 2009: 13 pp.

Fitri, Budianto., Lestari., Fahmi. 2015. Bioakumulasi merkuri dalam daging ikan dan hati ikan pari dari Teluk Jakarta. OLDI: 233-244.

Grieb, M.T., C.T. Driscoll., S.V. Gloss., C.L. Schofield., G.L. Bowie., D.B.Porcella. 1990. Factor affecting mercury accumulation in fish in the upper Michigan Peninsula. Environmental Toxicology and Chemistry, 9: 919-930.

Guardia, L.D.M., S. Gariques. 2015. Handbook of mineral elements in food. Wiley Blackwell. Published by Jhon Wiley & Sons. Ltd, The Atrium, The Southern Gate, Chichester, West Sussex, UK: 749 p.

Govind, P., S. Madhuri. 2014. Heavy metals causing toxicity in animals and fishes. Research Journal of Animal, Veterinary and Fishery Sciences, 2(2): 17-23.

Hutagalung, H.P. 1987. Mercury content in the water and marine organisms in Angke Estuary, Jakarta Bay. Bulletin of Environmental Contamination and Toxicology, 39: 406-411.

Hauser-Davis, R.A., F. F. Bastos., T. F. de Oliveira., R. L. Ziolli., R.C. de Campos. 2012. Fish bile as a biomarker for metal exposure. Marine Pollution Bulletin, 64: 1589-1595.

Hikmawati, A, L. Sulistyorini. 2006. Perubahan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol

(Euthynnus sp.) dengan perlakuan perendaman larutan jeruk nipis dan pemasakan.

Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(1): 67-76.

(10)

James, A. 2012.Heavy metals in fish and shellfish EOS Ecology Report No: 08002-ENV01-03. July 2012. Prepared for: Environment Canterbury. Prepared by: EOS Ecology; Shelley McMurtrie . 20 p

Kamarulzzaman, Y.B., Z. Rina, B. Akbar Jhon, K.C.A. Jalal. 2011. Heavy metals accumulation in commercially important fishes of South West Malaysian Cost. Research Journal of Environmental Sciences, 5: 595-602.

Kousteni, V., M. Persefoni. D. Manos, S. Eleni. 2006. Total mercury concentrations in edible tissues of two elasmobranch species from Crete (Eastern Mediterranean Sea).Cybium, 30(4) suppl: 119-123.

Luoma, S. N., P.S. Rainbow. 2008. Metal contamination in aquatic environment: science and lateral management. Cambridge University Press, UK.

Mangampe, A., A. Daud., A.B. Birawida. 2014. Analisis risiko merkuri (Hg) dalam ikan kembung dan kerang darah pada masyarakat di wilayah pesisir Kota Makassar. Makalah: Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin : 15 hal

MRC (Mekong River Commission). 2014. Multi-Media (Water, Sediment, Biota) Monitoring and Assessment Report. MRC Technical Paper No.41 December 2014 (Editor: Kongmeng Ly, Henrik Larsen, Nguyen Van Duyen). Office of the Secretariat in Phnom Penh (OSP). 576 National Road, #2, Chak Angre Krom, P.O. Box 623, Phnom Penh, Cambodia: 138 p

Marsh. D.O., T.W. Clarkson, C.C. Myer, G.J, A.L. Zaki, S.A., Al-Tikriti. 1987. Fetal methyl mercury poisoning: relationship between concentration in single strands of maternal hair and children effect. Archieves of Neurology, 44(10): 1017.

MPP-EAS. 1999. Malacca straits: refined risk assessment. MPP-EAS Technical Report No 23/Pemsea Technical Report No 1, 1999: 89 p

More, J.C. 2000. A Review of mercury in the environment (its occurrence in marine fishes). Office on Environmental Management. Marine Resources Division. South Carolina Department of Natural Resoucres, 21 pp

NSPRC (National Standard of the People’s Republic of China). 2012. National Food Safety Standard Maximum Levels of Contaminants in Food. Issued by Ministry of Health of the People’s Republic of China.

Nady-El S.P. 1984. Bioaccumulation of Mercury in Some Coastal Marine Fishes from Alexandria Waters 74-77. Paper presented at FAO/UNEP/WHO/IOC/IAEA Meeting in The Biochemical Cycle of Mercury in The Mediterranean. Siena, Italy 27-31 August 1984. FAO. Fish. Report (325) Suppl: 187 p.

Nordberg, F.G., B.A. Fowler, M. Nordberg (Eds). 2105. Handbook on the toxicology of metals. Fourth Edition. Vol I: General Considerations. Elsevier. Amsterdam-Tokyo.

O’Brient, M. 2000. Making better environment decisions: an alternative to risk assessment.

Massachusetts Institute of Technology (MIT) Press, Cambridge.

Putri, I. F.. 2010. Kandungan logam berat Hg, Cd dan Pb pada kerang darah (Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang Banten. Skripsi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rahmini. 2002. Analisis kandungan logam berat Hg dan Pb pada kerang darah (Anadara

granosa) yang dipasarkan di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1(3):

1-18.

(11)

Samman, A. 2014. Konsentrasi merkuri pada sedimen, air, dan kerang papaco (Telescopium

telescopium Linnaeus, 1758) di Muara Sungai balaotin, Cibok dan Kobok, Kecamatan Kao Teluk,

Halmahera Utara. Thesis Program pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sarong, M.A., M. Mawardi, M. Adlim, Z.A. Muchlisin. 2013 Cadmium concentration in three species of freshwater fishes from Keuretoe River, Northern Aceh, Indonesia. AACL Bioflux, 6(5):486-491.

Sarong, M. A., C. Jihan, Z.A. Muchlisin, F. Fadli, S. Sugianto S., 2015 Cadmium, lead and zinc contamination on the oyster Crassostrea gigas muscle harvested from the estuary of Lamnyong River, Banda Aceh City, Indonesia. AACL Bioflux, 8(1):1-6.

Simbolon, D., S.M. Simange., S.Y. Wulandari. 2010. Kandungan merkuri dan sianida pada ikan yang tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara. Jurnal Ilmu Kelautan, 15 (3): 126-134.

Siregar, H.T., J.T.i Murtini. 2008. Kandungan logam berat pada beberapa lokasi perairan Indonesia pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Squalen, 3(1): 7-15.

Setiawan, A.A., I. Emelia., Seheryanto. 2013. Kandungan merkuri total pada berbagai jenis ikan cat fish di perairan Sungai Musi, Kota Palembang. Makalah: Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung 19-20 November 2013: 10 hal.

Sumner, J., C. McLoeod. 2015. Seafood consumption in australia: risks and benefit. Australian Goverment. Fisheries Research and Development Corporation. Australia.

Sudaryanto, A., M. Muchtar, H. Razak., S. Tanabe. 2005. Kontaminasi organoklorin persisten dalam kerang hijau (perna viridis) di Perairan Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 37: 1-14.

Stancheva, M., L. Makedonski, K. Peycheva. 2014. Determination of heavy metal concentrations of most consumed fish species from Bulgarian Black Sea coast. Bulgarian Chemical Communications, 46(1): 195-203.

USEPA. 1987. United Stated Enviromental Protection Agency Peer review Workshop on Mercury Issues. Summary Report. Environment Criteria and Assessment Office. Cincinati, OH: USEPA, October 26-27.

Velusamy, A., P. S. Kumar, A., Ram and S. Chinnadurai. 2016. Bioaccumulation of heavy metals in commercially important marine fishes from Mumbay Harbor, India. Marine Pollution Bulletin, 81: 218-224.

WHO. 2010. Children’s Exposure to mrcury compounds. Printed by the WHO Document

Production Service, Geneva, Switzerland. 81 p

WHO, 2011. Evaluation of certain contaminants in food: seventy-second report of the Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. WHO Technical Report Series, No. 959.WHO,Geneva.

Wang, W.X. 2008. Interaction of trace metals and different marine food chains. Marine Ecology Progress Series, 243: 295-309.

Zhang, L., L. Zhang. 2015. Contribution of mussels consumption to lower mercury health risk for residents in Northern Jiaozhou Bay, China. Hindawi Publishing Corporation Bioinorganic Chemistry and Applications Volume, Article ID 159521, 8 pp.

Received: 14 June 2017 Accepted: 11 September 2017

How to cite this paper:

Gambar

Gambar 1. Pet� Pulau Halmahera yang menunjukkan Teluk Kao lokasi Penelitian
Tabel 1. Jenis-jenis  ikan dan kerang  yang dianalisis dari Teluk Kao
Tabel 2. Kadar Total Merkuri (Hg) Rerata Dalam Daging Biota Laut di Teluk Kao.
Tabel 3. perbandingan kadar Hg dalam daging ikan dengan nilai ambang  batas dari    beberapa negara di dunia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada konsep ini, arsitektur aplikasi dibuat menjadi tiga lapis yaitu lapisan Model yang menangani data, lapisan View yang menangani antarmuka pengguna, dan lapisan

Banyak kemungkinan yang bisa terjadi karena anak-anak kita biasanya secara teori ok tapi untuk praktek di lingkungan yang sebenarnya mengalami berbagai kesulitan,

Dari data - data yang telah terkumpul, dilakukan identifikasi dan analisa untuk memperoleh gambaran yang cukup lengkap mengenai karakteristik dan kondisi yang ada,

Proses pembelajaran matematika yang disampaikan secara klasikal dengan menekankan siswa pada hafalan dan kecepatan menghitung saja, hanya akan membuat siswa kurang

DAFTAR PUSTAKA .... DAFTAR

Seluruh bagian tumbuhan obat pada dasarnya memiliki khasiat obat, akan tetapi bagian tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh Suku Dayak Iban Desa Tanjung Sari adalah

Hampir berbarengan dengan populernya radio amatir, di pertengahan 1980-an pesawat telepon mulai lazim digunakan untuk kepemilikan pribadi di Indonesia. Saat itu, permasalahan

Namun setelah dilakukan uji perbedaan kemampuan akhir kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh bahwa nilai (sig 2-tailed) yaitu 0,001 &lt; 0,05, artinya terdapat