• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI TOMINI | Wulandari | GeoTadulako 9028 29595 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI TOMINI | Wulandari | GeoTadulako 9028 29595 1 SM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi E-mail : khusnulwulandari855@gmail.com

ABSTRAK

Khusnul Wulandari, 2017. Penerapan Model Pembelajaran Problem solving (pemecahan

masalah) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada pembelajaran geografi di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Tomini. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Charles Kapile, Pembimbing (2) Amiruddin.

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa karena

dalam proses belajar mengajar guru kurang menerapkan model pembelajaran yang dapat

membuat siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Rumusan masalah apakah penerapan

model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pembelajaran geografi di kelas XI MAN TOMINI. Tujuan penelitian ini untuk

meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem solving

(pemecahan masalah) pada pembelajaran geografi di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri

Tomini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus, prosedur penelitian ini dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa

observasi dan tes. Teknik analisis yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan dengan menerapkan model pembelajaran

problem solving (pemecahan masalah) dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang tuntas secara individu 20 siswa dengan nilai 62,5% dan siswa yang tidak tuntas 12 siswa,

sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas secara individu 28 siswa dengan nilai 87,5% dan

siswa yang tidak tuntas berjumlah 4 siswa. Persentase ketuntasan belajar siswa sudah

memenuhi kriteria di atas nilai KKM yaitu 75. Demikian dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Madrasah

Aliyah Negeri Tomini.

(2)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-undang SISDIKNAS (2009:3) Pendidikan menurut UU

RI No. 20 Tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa kondisi proses

belajar mengajar di kelas XI IPS 2 dalam proses pembelajaran masih kurang

efektif dan siswa kurang bersemangat mengikuti pelajaran. Aktivitas siswa pada

saat pembelajaran geografi sebagian cenderung pasif bertanya maupun menjawab

pertanyaan dari guru, hanya sebagian saja yang menonjolkan keaktifan belajarnya,

terlihat ketika guru mengajukan pertanyaan yang mudah maupun hanya

melengkapi mengenai materi pembelajaran geografi, mereka menjawab secara

bersama-sama dan jawaban yang diberikan masih tidak sesuai bahkan hanya

beberapa saja yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga interaksi dan

komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru masih belum

terjalin selama proses pembelajaran, bahkan saat guru memberikan tugas ada

beberapa siswa yang tidak mengerjakannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya solusi atau

alternatif dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dalam

(3)

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran problem solving

(pemecahan masalah) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

geografi di kelas XI MAN TOMINI”.

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil

belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem solving (pemecahan

masalah) pada mata pelajaran geografi di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri

Tomini. Manfaat dari pelaksanaan penelitin tindakan kelas dengan menerapkan

model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) pada mata pelajaran

geografi dikelas XI Madrasah Aliyah Negeri Tomini berdasarkan masalah ini

diharapkan dapat memberikan manfaat: 1) Bagi siswa sebagai bahan masukan

untuk dapat meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran siswa

menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil karena dapat memacu

pengembangan berfikir siswa. 2) Bagi guru sebagai bahan masukan dan referensi

dalam mendorong kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.3) Bagi Sekolah sebagai bahan masukan

dan dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan tentang peningkatan hasil

belajar siswa. 4) Bagi Peneliti sebagai referensi untuk mengoptimalkan kegiatan

pembelajaran geografi dan mengetahui hambatan-hambatan atau

kekurangan-kekurangan pada penerapan model pembelajaran pada proses pembelajaran

geografi berhubungan dengan siswa, sekolah, orang tua siswa, sehingga dapat ikut

(4)

II METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(classroom action research)yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengacu pada

desain yang dikemukakan Kemmis dan Mc Taggar. Penelitian ini dilaksanakan

pada tanggal 22 Desember 2016 sampai dengan tanggal 23 Januari 2017 dan

bertempat di Madrasah Aliyah Negeri Tomini.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 dengan jumlah 32 siswa

yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Tindakan dalam

penelitian ini disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran Geografi di kelas XI IPS

2. MAN Tomini. Penelitian ini melibatkan guru Geografi kelas XI IPS 2 sebagai

pelaksanaan tindakan dan peneliti bertindak sebagai observer, melakukan

pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran problem solving di mana guru dan siswa sebagai

(5)

2.1 Teknik Analisis Data Kualitatif

Data hasil observasi guru dan siswa menggunakan analisis persentasi skor Untuk

indikator sangat baik (4), baik (3), cukup (2), dan kurang (1). Selanjutnya

persentase rata-rata dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

�� �� � � ����� �� � − � � NR = u a u a e a e aa X %

Kriteria taraf keberhasilan dapat ditentukan sebagai berikut:

80% - 100% = Kriteria sangat baik

71% - 85% = Kriteria baik

56% - 70% = Kriteria cukup

0% - 55% = Kriteria kurang (Sujarwati, 2012:28).

2.2Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif, digunakan untuk menganalisis hasil belajar, dengan

rumus dari Depdikbud dalam Sujarwati (2012:28):

a) Daya serap individu siswa.

��� = � %

Keterangan:

x = Banyak skor yang diperoleh siswa

y = Skor maksimal soal

DSI = Daya Serap Individu

b) Daya serap klasikal

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui daya serap klasikal atau

daya serap subjek penelitian digunakan rumus:

(6)

Keterangan:

∑P = Jumlah skor keseluruhan siswa

∑I = Jumlah sko Maksimal keseluruhan siswa

DSK = Daya Serap Klasikal

KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal. (Sujarwati (2012:28))

III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Penelitian di kelas XI IPS 2 dilaksanakan dalam 2 kali tindakan dengan 4

kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi melalui penerapan

metode pembelajaran problem solving.

Berdasarkan hasil analisis aktivitas guru siklus I dalam penerapan model

pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) pada pembelajaran geografi

di kelas XI IPS 2 MAN Tomini meliputi: tindakan pertama dalam kategori kurang

diperoleh persentase 3,12% dan kategori cukup 43,7%. Sedangkan hasil analisis

aktivitas siswa siklus I meliputi: tindakan pertama dalam kategori kurang

diperoleh persentase 3,12%, kategori cukup 37,50%, dan kategori baik 9,38%.

(7)

keberhasilan dapat dikategorikan dalam kategori kurang, karena dalam proses

pembelajaran masih ditemukan kendala-kendala yaitu Siswa kurang berani

bertanya atau masih ragu dengan pertanyaannya sendiri untuk ditanyakan kepada

guru mengenai hal-hal yang kurang dipahami maupun pertanyaan untuk

kelompok penyaji, Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran, Sebagian

siswa masih kurang aktif mengajukan dan menanggapi pertanyaan pada saat

kegiatan tanya jawab, Siswa belum memahami dengan jelas mengenai materi

yang diajarkan. Hasil tes tindakan pada siklus I dari 32 orang siswa 20 orang

siswa yang tuntas 12 orang siswa yang tidak tuntas, Daya serap Klasikal 65 % dan

Ketuntasan belajar klasikal 62,5 %.Hasil tes tindakan siklus I dijadikan alat ukur

mengevaluasi kemampuan siswa dalam memahami materi yang sudah diberikan.

Untuk selanjutnya akan dilakukan pembelajaran pada siklus berikutnya.

3.2 Siklus II

Keberhasilan pembelajaran dikelas sangat ditentukan oleh kemampuan dan

kesiapan guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama cara

menyampaikan materi pelajaran yang mudah dipahami siswa, memotivasi siswa

dan memberikan penguatan agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis aktivitas guru siklus II dalam penerapan model

pembelajaran problem solving pada pembelajaran geografi kelas XI IPS 2

Madrasah Aliyah Negeri Tomini meliputi: tindakan pertama pada kategori baik

diperoleh persentase 46,87% dan kategori sangat baik 37,5%. Berdasarkan kriteria

taraf keberhasilan guru termasuk dalam kriteria kurang. sedangkan pada tindakan

(8)

62,5%. Sedangkan hasil analisis aktivitas siswa siklus II pada penerapan model

pembelajaran problem solving pada pembelajaran geografi kelas XI IPS 2

Madrasah Aliyah Negeri Tomini meliputi: tindakan pertama pada kategori baik

diperoleh persentase 56,25% dan kategori sangat baik 25%. sedangkan pada

tindakan kedua pada kategori baik diperoleh persentase 28,12 % dan kategori

sangat baik 62,5%.

Berdasarkan data hasil observasi guru dan siswa serta hasil tes evaluasi

tindakan siklus II sudah mencapai kriteria ketuntasan sehingga hasilnya

menyatakan bahwa model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran

geografi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun hasil refleksi

pelaksanaan pembelajaran pada siklus II antara lain : 1). Siswa sudah lebih berani

untuk mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang diajarkan. 2). Siswa

lebih aktif untuk mengajukan pertanyaan maupun menanggapi jawaban saat

kegiatan diskusi mengenai materi yang diajarkan berlangsung. 3). Pemahaman

siswa terhadap materi yang dipelajari sudah sangat baik, hal ini terlihat pada hasil

belajar siklus II yaitu hanya 4 orang siswa yang tidak tuntas secara individu. 4).

Guru sudah memberikan motivasi belajar siswa. 5). Guru lebih memperhatikan

dan membimbing siswa melakukan kegiatan pembelajaran geografi dengan

menerapkan model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah).

Tes akhir tindakan dalam penerapan model pembelajaran problem solving

dapat dilihat analisis tes tindakan siklus II Jumlah 32 orang siswa 28 orang siswa

yang tuntas 4 orang siswa yang tidak tuntas, Daya serap Klasikal 75,3 % dan

(9)

Berdasarkan hasil tes tindakan siklus II, maka diketahui bahwa penerapan

model pembelajaran problem solving siswa dapat mudah memahami materi yang

diajarkan oleh guru geografi.

Pembahasan

1. Siklus I

Pada siklus I, penerapan model pembelajaran problem solving (pemecahan

masalah) belum terlaksana dengan baik. Tes hasil belajar daya serap individu pada

siklus I, yakni 20 orang siswa yang tuntas dan 12 orang siswa yang tidak tuntas,

daya serap klasikal 65% (cukup), dan ketuntasan belajar klasikal 62,5% (cukup).

Hasil belajar (soal tes evaluasi) menunjukkan bahwa siswa cukup mengerti dan

memahami pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran problem solving

(pemecahan masalah). Hal ini disebabkan adanya kekurangan yang terlihat pada

lembar aktivitas guru dan siswa selama prose pembelajaran, yaitu: 1) Siswa

kurang berani bertanya atau masih ragu dengan pertanyaannya sendiri untuk

ditanyakan kepada guru mengenai hal-hal yang kurang dipahami maupun

pertanyaan untuk kelompok penyaji, 2) Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti

pelajaran, 3) Sebagian siswa masih kurang aktif mengajukan dan menanggapi

pertanyaan pada saat kegiatan tanya jawab, 4) Siswa belum memahami dengan

jelas mengenai materi yang diajarkan, hal ini terlihat pada hasil tes belajar

tindakan siklus I masih ada 12 orang siswa yang tidak tuntas, 5) siswa kurang

serius mengikuti diskusi kelompok 6) Guru kurang mengarahkan siswa pada

(10)

Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, maka

pada siklus II guru dan peneliti melakukan Upaya yang dilakukan dengan

meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, guru berusaha

meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara : 1) guru meningkatkan penguasaan

kelas untuk meningkatkan disiplin kelas agar kegiatan tanya jawab menjadi aktif,

2) memberikan kesempatan dengan waktu yang cukup kepada siswa untuk

menanyakan hal-hal yang belum dipahami, sehingga siswa dapat memahami

materi yang diajarka, 3) guru memberikan motivasi kepada siswa agar tidak

ragu-ragu untuk mengemukakan pendapatnya.

2. Siklus II

Pada siklus II, sudah terlihat lebih baik, siswa bersemangat dan tertarik

untuk mengikuti pembelajaran problem solving, keterlibatan keaktifan siswa

sudah lebih baik dengan adanya motivasi dan bimbingan dari guru, siswa menjadi

lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan menanyakan hal-hal yang belum

dipahami kepada guru, siswa sudah lebih aktif untuk mengajukan pertanyaan

maupun menanggapi pertanyaan saat kegiatan tanya jawab, pemahaman siswa

sudah sangat baik, hal ini terlihat terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada

siklus II melalui penerapan model pembelajaran proble solving (pemecahan

masalah) hanya 4 orang siswa saja yang tidak tuntas secara individu.

Berdasarkan hal tersebut diperoleh peningkatan hasil belajar siswa melalui

tes evaluasi pada siklus II, daya serap individu mencapai 28 orang siswa yang

tuntas dan 4 orang siswa yang tidak tuntas, daya serap klasikal 75,3% (baik), dan

(11)

pada siklus II sudah mememuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Hal

ini menunjukkan bahwa pada siklus I memperoleh nilai hasil belajar dengan

ketuntasan belajar klasikal 64,6% (cukup), daya serap klasikal 69% (cukup)

sedangkan pada siklus II memperoleh nilai hasil belajar dengan ketuntasan belajar

klasikal 87,5% (sangat baik) dan daya serap klasikal 75,3% (baik). Pada diagram

diatas dapat dilihat bahwa setiap siklus mengalami peningkatan hasil belajar siswa

dengan ketuntasan belajar sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar. Sehingga

peneliti dan guru memutuskan tidak perlu diadakan siklus berikutnya.

IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penerapan model pembelajaran problem solving pada pelajaran geografi

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil olah data

kurang dan cukup pada aktivitas guru siklus I tindakan pertama pada kategori

kurang diperoleh persentase 3,12 dan cukup 43,7%. Sedangkan pada tindakan

kedua pada kategori cukup diperoleh persentase 31,25% dan kategori baik

28,12%.. Aktivitas siswa tindakan pertama pada kategori kurang memperoleh

persentase 3,12%, kategori cukup 37,50% dan kategori baik 9,38%. Sedangkan

tindakan kedua pada kategori cukup diperoleh persentase 31,25% dan kategori

baik 28,12%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan persentase yang diperoleh

pada tindakan petama dan kedua pada hasil analisis aktivitas guru dan siswa

termasuk dalam kriteria kurang. Selanjutnya hasil evaluasi pada siklus I meliputi

(12)

tidak tuntas, daya serap klasikal 64,6% (cukup) dan ketuntasan belajar klasikal

62,5% (cukup).

Hasil tes evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus

sebelumnya. Aktivitas guru pada siklus II tindakan pertama dengan perolehan

persentase pada kategori baik 46,87% dan kategori sangat baik 37,5%. sedangkan

tindakan kedua memperoleh persentase pada kategorri baik 28,12% dan sangat

baik 62,5%. pada aktivitas siswa tindakan pertama memperoleh persentase pada

kategori baik 56,25% dan kategori sangat baik 25%. sedangkan pada tindakan

kedua memperoleh persentase pada kategori baik 28,12% dan kategori sangat baik

62,5%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan persentase yang diperoleh pada

tindakan pertama dan kedua pada hasil analisis aktivitas guru maupun siswa

termasuk dalam kriteria cukup. selanjutnya hasil evaluasi pada siklus II semakin

meningkat, Daya serap individu mencapai 28 orang siswa yang tuntas sedangkan

yang tidak tuntas hanya 4 orang siswa, daya serap klasikal memperoleh nilai

75,3% (baik) dan ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai 87,5% (sangat

baik). persentase ketuntasan belajar pada siklus II sudah memenuhi kriteria

ketuntasan maksimal (KKM) yaitu 75.

V. DAFTAR RUJUKAN

Sujarwati. (2012). Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ips di kelas VII SMP Negeri 3 Sigi. Skripsi sarjana FKIP. Universitas Tadulako. Tidak diterbitkan Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). (2009). Jakarta.

Sinar Grafika

Wiriatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Referensi

Dokumen terkait

Kecernaan lemak kasar paling tinggi terdapat pada sapi yang diberi perlakuan rumput lapang dan pakan konsentrat berupa tepung daun murbei dan konsentrat dedak padi (P3),

The dominant type of translation in this research is literal translation.The second is that there are three kinds of translation variations which occur in English-Indonesian

The total allowance for possible losses on earning assets provided by Bank Mandiri compared to the minimum allowance for possible losses on earning assets under the

a) Pada ayam tidak terjadi proses pengunyahan dalam mulut karena ayam tidak mempunyai gigi, tetapi di dalam ventrikulus terjadi fungsi yang mirip dengan gigi yaitu

Secara umum dapat diketahui bahwa penerapan metode demonstrasi melalui1. media kardus terbukti secara signifikan dapat meningkatkan

Skripsi : Kemampuan Anak dalam Menari dengan Menggunakan Metode Meniru, SAS, dan Demonstrasi serta Eksperimen di TK Islam

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Penulisan ilmiah ini membahas mengenai penilaian investasi dengan metode Payback Period, metode Net Present Value, metode Internal Rate of Return, metode Avarage Rate of Return