• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Yang Menggunakan Jampersal Diruang Bersalin Rawat Inap Di Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Yang Menggunakan Jampersal Diruang Bersalin Rawat Inap Di Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan Kesehatan

2.1.1. Defenisi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri

atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhan penyakit serta pemulihan

kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995).

Menurut Gilson, dkk (1994) dalam tesis Atit Hadiati (2002) yang menjadi

elemen penting dalam menentukan harapan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan :

a. Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama

dalam proses perawatan

b. Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang mendasari pola

pemanfaatan pelayanan kesehatan

c. Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang

baik dan kecakapan petugas.

2.1.2. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang

terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan.

Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif

(2)

Menurut Revans bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan

mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:

a. Tahap admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat

tinggal di rumah sakit.

b. Tahap diagnosis, yaitu pasien di periksa dan ditegakan diagnosisnya.

c. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan dalam program

perawatan dan terapi.

d. Tahap inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan pengaruh

serta respon pasien atas pengobatan.

e. Tahap control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.

Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk di

diagnose ulang (Revans, 1986).

2.1.3. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang

berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh tetapi dengan

penekanan penerapan dibidang kesehatan seperti berikut (WHO, 1992).

a. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran

sumber daya – bukan hanay sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat,

klinik, obat, melainkan juga sumber daya sosial – ekonomi yang lain seperti

pendidikan, air dan persediaan makanan.

b. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada

(3)

ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling

membutuhkannya.

c. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh.

Factor yang mempengaruhi kesehatan adalah factor sosial, budaya dan ekonomi

di samping biologi dan lingkungan.

d. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih

banyak dari penduduk, seperti perorangan, keluarga dan masyarakat, dalam

pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan

perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.

2.1.4. Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Menurut Evan (Astaqualiyah, 2008) dibandingkan dengan kebutuhan hidup

manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang

terjadi sekaligus dan unik yaitu: uncertainty, asymetri of information dan eksternality.

ketiga ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik di

bandingkan dengan produk atau jasa lainnya.

a. Uncertainty

Uncertainty atau ketidakpastian menunjukan bahwa kebutuhan akan pelayanan

kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu tempat maupun besarnya biaya yang

dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan

biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang

penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk

(4)

biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal ini

seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia

menderita sakit.

b. Asymmetry Of Information

Sifat kedua Asymmetry Of Information menunjukan bahwa konsumen

pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider (dokter dan

petugas kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan

kualitas pelayanan yang dijualnya.

c. Externality

Externality merupakan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja

mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi

rokok yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini,

pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena

pembiayaan pelayanan kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab diri sendiri,

akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama (public) (Feldstein,1993).

2.1.5. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan

Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak

syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal

pokok yaitu tersedia (Available), wajar (Appropriate), berkesinambungan (continue),

dapat diterima (Acceptable), dapat dicapai (Accesible), dapat dijangkau (Affordable),

(5)

a. Ketersedian pelayanan kesehatan (Available)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut

tersedia dimasyarakat.

b. Kewajaran pelayanan kesehatan (Appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar,

dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

c. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat

berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau

kebutuhan pelayanan kesehatan.

d. Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat

diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

e. Ketercapaian pelayanan kesehatan (Accesible)

Artinya pelayanan kesehatan dapat bermutu apabila pelayanan tersebut dapat di

capai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

f. Keterjangkauan pelayanan kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan dapat bermutu apabila pelayanan tersebut dapat

dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

g. Efisiensi pelayanan kesehatan (Efficient)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut

(6)

h. Mutu pelayanan kesehatan (Quality)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat

menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Adapun kriteria-kriteria pelayanan kesehatan yang memuaskan

menurut DR.Bob woworutu (noveniawanata, 2008) adalah:

1. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi

2. Mampu memberikan pelayanan yang baik

3. Tidak berbelit-belit

4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat

5. Dapat menguntungkan semua pihak

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan

penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta cirri

ataupun terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya melakukan

penilaian ini tidak mudah. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut bersifat

multi-demensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang

berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing orang

(Azwar, 1995).

2.2. Kepuasan Pasien

2.2.1. Definisi Kepuasan Pasien

Pasien baru akan merasa puas apa bila kinerja pelayanan kesehatan yang

diperolehnya sama atau melebihi dari apa yang menjadi harapannya dan sebaliknya,

ketidakpuasan akan timbul atau perasaan kecewa pasien akan terjadi apabila kinerja

(7)

Berdasarkan apa yang telah disebutkan diatas, maka pengertian kepuasan pasien itu

dapat dijabarkan sebagai berikut (Pohan, 2003).

Kepuasan Pasien adalah merupakan nilai subjektif terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan. Walaupun subjektif tetap ada dasar objektif, artinya

walaupun penilaian itu dilandasi oleh; pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi

psikologi waktu itu dan pengaruh lingkungan waktu itu (Sabarguna, dkk, 2011).

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mendorong Kepuasan Pasien

1. Kualitas produk atau jasa

Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa

produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas

poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa

yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan dalam

mempromosikan rumah sakitnya.

2. Kualitas pelayanan

Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini

pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai

dengan yang diharapkan.

3. Faktor emosional

Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap

konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai

pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih

(8)

4. Harga

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan

kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini

mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal

harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan

rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang

lebih tinggi pada pasien.

5. Biaya

Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya

tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan,

cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut (Syafrudin,dkk, 2011).

2.2.3. Kepuasan Pasien Mempunyai Empat Aspek Penting

1. Kenyamanan

a. Lokasi rumah sakit

b. Kebersihan rumah sakit

c. Kenyamanan ruangan

d. Makanan dan peralatan ruangan

2. Hubungan pasien dengan petugas rumah sakit

a. Keramahan

b. Komunikatif

c. Responstatif, Suportif dan cekatan

3. Kompetensi teknis petugas,

(9)

b. Pengalaman

c. Gelar, Terkenal dan Kursus

4. Biaya

a. Mahalnya pelayanan

b. Sebandingnya

c. Terjangkau tidaknya

d. Ada tidaknya keringanan

e. Kemudahan proses (Sabarguna, dkk, 2011)

Djoko Wijono, dalam bukunya “Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan”

menyebutkan bahwa: ada 3 tingkat kepuasan pasien yaitu:

a. Bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak puas

b. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas

c. Bila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang

(Syafrudin,dkk, 2011.

2.2.4. Indikator Untuk Mengukur Kepuasan Pasien

Menurut Parasuraman dalam Wiyono (1999) 10 indikator untuk mengukur

kepuasan pasien. Dalam perkembangan selanjutnya ke sepuluh faktor tersebut

dirangkum menjadi 5 (lima) dimensi mutu pelayanan sebagai penentu kualitas jasa,

yaitu:

1. Ketanggapan (Responsiveness), yaitu elemen yang berkaitan dengan kesediaan

petugas dalam membantu dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi

(10)

pelayanan dengan segera dan tepat waktu, petugas memberikan pelayanan

yang baik.

2. Kehandalan (Reliability), yaitu elemen yang berkaitan dengan kemampuan

untuk mewujudkan pelayanan yang dapat diandalkan.

3. Jaminan (Assurance), hal ini mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan

dan sifat dapat dipercaya petugas. Selain itu, bebas dari bahaya saat pelayanan

merupakan jaminan juga.

4. Empati (Emphaty), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian,

dan memahami kebutuhan pasien (Syafrudin,dkk, 2011).

5. Bukti langsung (Tangible), yaitu segala sesuatu yang tampak seperti: fasilitas,

peralatan, kenyamanan ruangan, dan sikap petugas.

2.2.5. Karakteristik Pasien 1. Umur

Umur adalah usia pasien yang menggunakan jampersal dihitung dari tanggal

lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

2. Suku

Suku adalah cirri khas (ras dan budaya) yang dimiliki individu yang

membedakan dengan individu lain pada kelompok tertentu.

3. Pendidikan

Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang perna diikuti oleh

pengguna jampersal sampai mendapatkan surat tanda tamat belajar (ijazah).

(11)

kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkan pada waktu dewasa

(Notoadmodjo, 2005).

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan diluar rumah maupun

didalam rumah oleh pengguna jampersal sebagai sumber penghasilan yang

utama.

5. Penghasilan

Penghasilan adalah seluruh penghasilan keluarga yang berasal dari pekerjaan

pokok.

6. Jumlah anak

Jumlah anak adalah jumlah seluruh anak yang dimiliki pengguna jampersal

7. Lama Dirawat adalah dimana pada saat pasien tiba dirumah sakit untuk dirawat sampai pasien sembuh dan diperbolehkan kembali pulang.

2.3. Defenisi Jampersal

Jampersal adalah singkatan dari jaminan persalinan, sebuah program dari

Departemen Kesehatan berdasarkan Permenkes No.252 / Menkes / Per / XII / 2011

tentang Petunjuk teknis jaminan persalinan. Kegiatan Jampersal secara resmi

dilaksanakan di seluruh Indonesia sejak Januari 2012.

Apa saja bentuk layanan dari Jampersal adalah Bentuk pelayanan jampersal

pada intinya tidak hanya meliputi pelayanan persalinan tapi juga termasuk dengan

ketersediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, bidan swasta, rumah sakit

(12)

2.3.1. Tujuan program dari jampersal sebagai berikut :

1. Meningkatkan akses pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan, dan

pelayanan nifas dan bayi baru lahir yang dilahirkannya (postnatal) yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan menghilangkan hambatan finansial

dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.

2. Memberikan kemudahan akses pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan,

dan pelayanan nifas ibu, dan bayi baru lahir yang dilahirkannya (postnatal) ke

tenaga kesehatan

3. Mendorong peningkatan pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan, dan

pelayanan nifas ibu dan bayi baru lahir (postnatal) ke tenaga kesehatan.

4. Dengan dukungan Jampersal diharapkan makin mengurangi hambatan

finansial yang dihadapi masyarakat yang selama ini tidak memiliki jaminan

pembiayaan persalinan, agar mereka dapat mengakses pelayanan kesehatan

ibu yang berkualitas, dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu

di Indonesia.

2.3.2. Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain: a. Ibu hamil

b. Ibu bersalin

c. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)

d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

Adapun jaminan pembiayaannya meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan

(13)

c. Pelayanan nifas

d. Pelayanan KB pasca persalinan

e. Pelayanan bayi baru lahir

Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki

jaminan persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES, Jamkesmas,

Jamkesda, Jamsostek dan asuransi lainnya).

2.3.3. Pelayan yang didapat oleh peserta Jampersal meliputi:

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali di trimester

I, 1 kali di trimester II, dan 2 kali di trimester III)

2. Persalinan normal

3. Pelayanan nifas normal

4. Pelayanan bayi baru lahir normal

5. Pemeriksaan kehamilan resiko tinggi

6. Pelayanan pasca keguguran

7. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar

8. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar

9. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi

10. Penanganan rujukan pasca keguguran

11. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)

12. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif

13. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif

(14)

15. Pelayanan Jampersal tidak mengenal batas wilayah, artinya peserta berhak

mendapatkan pelayanan dimanapun berada dengan menunjukkan Kartu Tanda

Penduduk (KTP) / Identitas diri lainnya.

2.3.4. Tata Prosedur Pelayanan Jampersal a. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama

1. Pelayanan persalinan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas

PONED serta jaringannya termasuk Poskesdes dan Polindes. Bidan prektek

swata yang melakukan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola

Jampersal.

2. Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan di Puskesmas dan jaringannya

meliputi pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan normal,

pelayanan nifas, KB pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir, penanganan

komplikasi pada kehamilan, pelayanan nifas dan bayi baru lahir.

3. Bila menurut indikasi medis peserta memerlukan layanan rujukan maka

Puskesmas wajib merujuk peserta ke fasilitas kesehatan rujukan.

b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

1. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan tenaga

kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada

ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi dengan resiko tinggi dan komplikasi di

rumah sakir pemerintah maupun swasta yang melakukan Perjanjian Kerjasama

(PKS) yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan

(15)

2. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan dengan resiko tinggi dan

penyulit yang tidak mampu dilakukan dipelayanan tingkat pertama.

3. Pelayanan persalinan di fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit

Pemerintah dan swasta yang telah melakukan Perjanjian Kerjasama (PKS)

dalam program Jamkesmas.

2.3.5. Syarat Mendapatkan Jampersal : a. Mendatangi sarana pelayanan dasar

b. Membawa KTP plus KK

c. Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak) yang diberikan puskesmas/bidan

2.3.6. Keuntungan Jampersal :

a. Tidak membatasi persalinan (jumlah anak)

b. Tidak berdasarkan status (mampu atau tidak mampu)

c. Mendapat perawatan sejak hamil di puskesmas

d. Ada K1, K2, K3, dan K4 untuk kunjungan sebelum melahirkan

e. Setelah melahirkan, ada KN (Kunjungan Neonatus).

2.4. Defenisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional

yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan

pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambung, diagnosis serta

pengobatan penyakit yang diderita oleh pasie (American Hospital Association;1974 ).

Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 dijelaskan

(16)

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap.

2.4.1. Rumah Sakit mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Fungsi rumah sakit yang meliputi 4 aspek tersebut tidak secara keseluruhan

dapat dilakukan oleh seluruh rumah sakit milik pemerintah atau swasta tetapi

tergantung pada klasifikasi rumah sakit. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010.

2.4.2. Jenis Rumah Sakit 1. Menurut Pemilik.

2. Menurut Filosofi yang dianut.

3. Menurut jenis pelayanan yg diselenggarakan.

(17)

2.4.3. Berdasarkan Kemampuan yang dimiliki 1. Rumah Sakit Kelas A

Mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan sub spesilis luas

(Top Rerral Hospital/Rumah Sakit Pusat)

2. Rumah Sakit Kelas B

Mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan sub spesialis

terbatas (Rumah Sakit Di Propinsi)

3. Rumah Sakit Kelas C

Mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas/ empat macam

spesialis dasar (Ibu Kota Kabupaten)

2.4.4. Jenis pelayanan Rumah Sakit dikelompokkan atas :

a. Kelompok pelayanan medis, meliputi 6 (enam) jenis pelayanan yakni :

1. Pelayanan rawat jalan

2. Pelayanan rawat darurat

3. Pelayanan rawat inap

4. Pelayanan bedah sentral

5. Pelayanan rawat intensif, dan Pelayanan rehabilitasi medik.

b. Kelompok pelayanan penunjang medis, mencakup 3 (tiga) jenis pelayanan

yakni

1. Pelayanan radiology

2. Pelayanan laboratorium, dan

(18)

c. Kelompok penunjang non medik, mencakup 6 (enam) jenis pelayanan, yakni ;

1. Pelayanan gizi rumah sakit

2. Pelayanan pemulasaran jenazah

3. Pelayanan binatu

4. Pelayanan pemeliharaan dan perbaikan sarana

5. Pelayanan pelatihan dan pelatihan, dan Pelayanan sosial.

2.4.5. Bentuk Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan rumah sakit ditunjukkan untuk : pasien/penderita dan keluarganya,

orang sehat, masyarakat luas, dan institusi (asuransi, pendidikan, dunia usaha,

kepolisian dan kejaksaan). Pelayanan terhadap pasien meliputi : pemeriksaan,

penegakan diagnosis, tindakan terapeutik (pengobatan), tindakan pembedahan,

penyinaran dan lain-lain. Bentuk pelayanan rumah sakit dibagi atas pelayanan dasar,

pelayanan spesialistik dan sub spesialistik dan pelayanan penunjang. Bentuk

pelayanan ini akan sangat ditentukan juga oleh tipe rumah sakit.

Berdasarkan klasifikasi rumah sakit dapat diketahui bahwa rumah sakit

dengan kategori/kelas A, mempunyai fungsi, jumlah dan kategori ketenagakerjaan,

fasilitas dan kemampuan pelayanan yang lebih besar daripada rumah sakit dengan

kelas lainnya yang lebih rendah seperti kelas B, C dan kelas D. 23 rumah sakit

sebagai lembaga kesehatan berfungsi mewujudkan pranata upaya pelayanan

kesehatan terbesar pada masyarakat di zaman modern ini. Menurut Lumenta, rumah

sakit didirikan sebagai suatu tempat untuk memenuhi berbagai permintaan pasien dan

(19)

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian-uraian dan juga teori-teori yang telah disebutkan

sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen Indikator Kepuasan meliputi

1. Responsiveness

2. Reliability

3. Assurance

4. Emphaty

5. Tangible

Tingkat Kepuasan Pasien yang menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak dikemudian hari. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.. Penerapan Metode The Power Of Two And Four

Hasil penelitian : variabel yang berhubungan dengan dini lesi pra kanker leher rahim dengan menggunakan metode pemeriksaan IVA adalah usia pertama.. kali

Hasil uji t diketahui tidak terdapat perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga dinyatakan bahwa siswa pada kedua kelas tersebut

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa strategi Bioedutainment dengan metode simulasi dan permainan Kotak

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA SMP N 11 Semarang diketahui bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah, sehingga siswa mengalami

tidak dicari KPK penyebutnya terlebih dahulu, tidak akan bisa menjumlahkan pembilangnya sedangkan penyebut dari pecahan yang ada di soal sudah sama. Dugaan

Sastrawan terkenal seperti al- Akhthal, Farazdaq dan Jarîr jika diapresiasi secara mendalam maka muatan tema yang ekspresikan banyak menggambarkan situasi sosial

Sedangkan untuk pedagang kelontongan lantai 2 lantai sebesar 0,08 kg/ m 2 / hari, pedagang daging 0,20 kg/ m 2 / hari dan pedagang kue sebesar 0,10 kg/ m 2 / hari mempunnyai data