• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORY KEBIJAKAN MONETER dan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORY KEBIJAKAN MONETER dan (1)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TEORY KEBIJAKAN MONETER MAKALAH

Disusun untuk memenuhui tugas mata kulia ekonomi moneter Yang dbina oleh ibu oleh Dra. Yulit.P.Kes

Kelompok 5 Nama kelompok

1. Yuliska Reren (2141000420080) 2. Maria Imaculata Nena (2141000420094) 3. Margaretha Yanista (2141000420089)

IKIP BUDI UOMO MALANG

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan Rahmat-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kulia EKONOMI MONETER dengan judul TEORY KEBIJAKAN MONETER Kami penyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mengarapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian yang dapat membangun makalah kami ini, agar dalam penulisan makalah selanjutnya akan dapat lebih baik lagi.

Dalam penulisan makalah ini banyak pihak yang melibatkan diri untuk membantu kelompok kami. Oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing selaku dosen pengampu mata kulia EKONOMI MONETER yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini sehingga wawasan kami semakin bertambah, dan kami jga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat lansung dalam penyusunan makalah ini sampai akhir.

Sekian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Malang, 28 maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI... BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1.2 Rumusan Masalah... 1.3 Tujuan ... BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teory Ekonomi Moneter... 2.2. Jenis-Jenis Teory Kebijakan Moneter... 2.3. Tujuan Teory Kebijaka Moneter... 2.4. Instrumen Teory Kebijakan Moneter...

BAB III PENUTUP

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

kebijakan modern secara umum adalah langkah-langkah yang diambil penguasa moneter (Bank Sentral atau Bank Indonesia) untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya beli uang. Kebijakan berasal dari kata bijak, ditambah dengan imbuhan ke-an. Kebijakan artinya kepandaian atau kemahiran. Moneter artinya keuangan atau mengenai keuangan. Jadi, menurut artinya katanya kebijakan moneter adalah kepandaian mengenai keuangan.

Caranya dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, rasio cadangan minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan moral suasion. Melalui instrumen-instrumen tersebut akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar. Perubahan jumlah uang ini pada akhirnya akan memengaruhi kestabilan moneter agar lebih kondusif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Keberhasilan kebijakan moneter biasanya diukur dari peningkatan kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan kestabilan tingkat harga.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Yang Di Maksud Dengan Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..? 1.2.2 Apa Saja Jenis-Jenis Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..?

1.2.3 Apa Saja Tujuan Dalam Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..? 1.2.4 Instrumen Apa Saja Dalam Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Maksud Dari Kebijakan Teori Ekonomi Moneter 1.3.2 Untuk Mengetahui Jenis Kebijakam Moneter

1.3.3 Untuk Mengetahui Tujuan Kebijakan Moneter

(6)

BAB II PEMAHASAN

2.1. SASARAN: TINGKAT BUNGA DAN UANG BEREDAR?

Sasaran akhir jangka pendek baik kebijaksanan moneter maupun finacial adalah menjaga keseimbangan makro dari perekonomian, yaitu agar tercapai laju inflasi yang rendah, tingkat kegitan ekonomi(produksi) yang tinggi serta neraca pembayaran yang seimbang. Sasaran-antara diperlukan umtuk memonitoring jarak waktu(log) antara tindakan kebijaksanan moneter dengan pengaruhnya pada ketiga aspek sasaran akhir yang panjang, sehingga dapat mengakibatkan keterlambatan apabila terjadi kesalahan kebijaksanaan.

Untuk tujuan tersebut sasaran-antara harus memenuhi dua syarat, yaitu: a) Akurat dan andal(riliable) sebagai indikator awal dari akhir akhir

kebijaksanaan tersebut, artinya apa yang diharapkan dapat terjadi pada sasaran akhir sudah dapat tercermin dengan baik pada sasaran-antara tersebut.

b) Bisa di awasi dan dimonitor, sehingga segara bisa ditentukan apakah kebijakasanaan yang dijalankan sudah benar atau belum.

Dua sasaran-antara yang memenuhi dua syarat tersebut adalah tingkat bunga dan tingkat uang beredar. Informasi atau data mengenai kedua sasaran ini biasanya bisa diperoleh dengan cepat ( bahkan tingkat bunga bisa langsung diamati dari pasar uang saat itu juga, tetapi data mengenai unag beredar mungkin harus menunggu beberapa hari atau minggu).

(7)

minimum/maksimum itu bisa berubah/diubah dari waktu kewaktu, sesuai dengan kondisi perekonomiann.

Sasaran-antara yang lain adalah jumlah uang beredar itu sendiri (M1 dan M2). Asumsi yang melandasi ini adalah bahwa jumlah uang beredar mempengaruhi prilaku masyarakat dalam pengeluaran dan pembelanjaannya untuk barang dan jasa( permintaan agregrat). Naik turunnnya pengeluaran masyarakat mempengaruhi perkembangan harga dan output (GPD). Perhatikan “Nada” Klasik dari asumsi ini, yaitu bahwa uang fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar oleh sebab itu apabila masyarakat menjumpai bahwa mereka memegang uang terlalu banyak mereka akan membelnjakan kelebihan uang tersebut untuk membeli. Kelompok ekomom yang mendukung jumlah uang beredar sebagai sasaran-antara disebut sebagai kelompok monetarist. Sebaliknya yang mendukung tingkt bunga sebagai sasaran-antara adalah kelompok yang dipengaruhi teori Keynes.

Yang lebih baik sebagai sasaran-antara kebijaksanaan moneter: tingkat bunga atau jumlah uang beredar berdasarkan pertimbangan:

a) Pertimbangan pertama menyangkut struktur dan tahap perkembangan perekonomian yang bersangkutan. Bagi negara-negara yang belum memiliki pasar uang yang cukup berkembang. “mekanisme moneterist” mungkin lebih mencerminnkan keadaan. Dalam perekonomian seperti ini instrumen keuangan belum banyak tersedia, untuk perekonomian seperti ini jumlah uang beredar mungkin merupakan sasaran-antara yang cocok digunakan.

b) Pertimabangan kedua adalah memilih sasaran berdasarkan pada macam atau sumber gangguan ketidakstabilan itu sendiri. Untuk menjelaskan ini kita menggunakan diagram IS-LM bahwa tujuan akhir kebijaksanaan moneter adalah untuk menstabilkan output (GPD) pada tingkat yang mendekti full employment.

(8)

Apabila kita menghadapi permasalahan yang bersumber dari ketidaksabilan kurva IS(yang selanjutnya mengekibatkan ketidakstabilan dalam GPD). Gambar berikut menunjukan bahwa kurva IS bisa bergeser antara IS1 dan IS2 (misalnya, karena ketidakstabilan kurva MEC) dan kita dapat menguji dua sasaran-antara sebagai alternatif.

Anggaplah bahwa tingkat GPD yang ditargetkan (GPD full employment) adalah Y*. Apabila kita mengambil tingkat bunga R* sebagai sasaran-antara bagi kebijaksanaan moneter kita, maka kurva LM kita adalah LM (R*) yang horisontal, karena tingkat bunga akan dipertahankan pada R*. Dengan sasaran ini tingkat GPD yang akan terjadi berkisar antara interval Y’1 dan Y’2 (perpotongan antara IS1, IS2 dan LM (R*)). Kita tuhu bahwa ini adalah interval maksimum yang membatasi posisi GPD yang terjadi meskipun kita tidak tahu dimana posisi GPD tepatnya nanti.

Tingkat bunga R

LM(M*)

B

R* LM (R*)

A IS2

IS1

Y1’ Y1 Y* Y2 Y2’ Y(=GDP)

(9)

menggunakan M sebagai sasaran-antara, maka interval ketidakstabialan sasaran akhir kita (Y) bisa kurangi dari Y’1 Y’2 menjadi Y1 Y2. Jadi kita memperoleh kesimpulan bahwa apabila sumber ketistabilan GPD adalah kurva IS yang sering bergeser ( misalnya, karena ketidakpastian dibidang investasi, sehingga kurva investasi atau kurva MEC yang dihadapi para investor bersifat labil), maka segoyahnya kita mengambil jumlah uang beredar (M1 atau M2) sebgai sasaran-antara moneter kita.

2.2. UANG MANA YANG DIKENDALIKAN

Ada 2 hal utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan besaran atau konsep uang beredar yang cocok yaitu:

a) Berapa jauhkah otorita moneter bisa mempengaruhi besaran tersebut? Semakin mudah dikendalikan tentu semakin baik.

b) Bagaimana keandalan (reliabilitas) dari besaran tersebut dalam mencerminkan apa yang terjadi dalam sasaran akhir? Semakin andal atau semakin akurat, atau semakin dekat korelasi antara besaraan yang dipilih dengan sasaran akhir maka semakin baik.

Atas dasar pertimbangan (a) maka yang paling baik adalah uang inti (B) karena B secara langsung bisa dikendalikan oleh otorita moneter. Kita ingat bahwa uang inti adalah hutang moneter dari Otorita Moneter kepada masyarakat dan lembaga keuangan. Namun tidak seluruh B bisa ditentukan langsung oleh otorita moneter, uang inti yang berasal dari percetakan uang baru atau dari kredit Bank Sentral kepada masyarakat atau lembaga keuangan memang pada asasnya bisa dikendalikan langsung oleh otorita moneter, tetapi uang inti yang berasal dari neraca pembayaran tidak begitu saja bisa dikendalikan. Atsa dasar pertimbangan (a) kita dapat langsung mengatakan bahwa M1 lebih baik dari M2 dan M2 lebih baik dari M3 dan L adalah yang terburuk. Konsep-konsep yang semakin jauh dari B semakin banyak faktor –faktor yang mempegaruhinya selain tindakan otorita moneter itu sendiri.

(10)

adalah masalah empiris, yang hanya bisa dijawab dengan mengujinya secara empiris (yaitu dengan menggunakan data kongkrit), dalam pertimbangan (b), uang inti (B) mempunyai hubungan yang relatif lebih jauh dengan harga atau output, dibandingkan dengan M1, M2, M3. Harga atau output lebih langsung dipengaruhi oleh pengeluaran massyarakat untuk barang dan jasa (permintaan agregat). Secara teoritis maupun secara empiris, permintaan agregrat lebih ditentukan oleh “daya beli” yang ada ditangan masyarakat, dan untuk ukuran day a beli ini M1, M2 atau M3 lebih cocok daripada B. Dari segi ini B kurang baik sebagai sasaran.

Tetapi kita harus ingat bahwa ada 3 sasaran akhir, yaitu harga, output dan neraca pembayaran. Sasaran akhir yang disebutkan ini tidak jarang merupakan problema yang mendesak bagi suatu negara. Hubungan antara B dan sasaran akhir yaitu neraca pembayaran, dalam persamaan yang menunjukan sumber-sumber dipegang oleh otorita moneter, jadi ΔNFA tidak lain adalah besarnya defisit (-) atau surplus (+) yang terjadi dalam neraca pembayaran. Apabila demikina maka jelas hubungan antara sasaran akhir neraca pembayaran dan unag inti (B) adalah sangat dekat, khususnya apabila kita juga mempunyai informasi mengenai perkembangan unsur DC(Dosmetic Credit) dalam uang inti B. Dengan mengambil B dan DC sebagai sasaran akhir, maka sebenarnya kita mengendalikan sasaran akhir (NFA) secara tepat dan andal.

(11)

dikaitkan dengan nama Moneter Internasional (IMF). Pendekatan ini pada intinya mengatakan bahwa surplus dan defisit dalam neraca pembayaran adalah gejala moneter. Artinya surplus dan defisit tersebut adalah pencerminan dari ketimpangan antara permintaan dan penawaran uang inti; kelebihan permintaan menimbulkan surplus, dan sebaliknya.

Dalam pemilihan sasaran total liquidity (L) merupakan sasaran-antara yang paling lemah landasan empirisnya karena konsep ini biasanya sulit dituangkan dalam angka, teruma bagi negara yang sedang berkembang yang memiliki statistik moneter yang belum lengkap. Oleh sebab itu konsep ini jarang digunakan dalam praktek.

Dalam praktek B, M1 dan M2 adalah sasaran-antara yang sering digunakan dan tidak jarang ketiganya digunakan secara bersama-sama. Apabila koefisien pelipat uang stabil (konstan), maka ketiganya akan bergerak sejalan satu sama lain, sehingga salah satu bisa mewakili yang lain. Tetapi dalam jangka yang lebih panjang, koefisien pelipat biasanya tidak konstan, karena para pelaku dalam pasar uang menyesuaikan prilakunya dengan perubahan keadaan. Penggunaan ketiga sasaran tersebut secara bersama-sama bisa memberikan informasi mengenai perubahan prilaku tersebut, kemudian bisa diambil langkah-langkah kebijaksanaan yang tepat.

2.3. KETIDAKPASTIAN DAN JARAK WAKTU (LAG)

Unsur ketidakpastian selalu ada dalam setiap usaha dalam merumuskan dan melaksanakan suatu kebijakan moneter dan kebijakn ekonomi pada umumnya. Masalah kebijaksanaan lain, yang masih berkaitan dengan ketidakpastian adalah jarak waktu atau lag dari kebijaksanaan. Ada dua macam lag yang dikenal dalam kepustakaan kebijaksanaan ekonomi yaitu: inside lag dan outside lag.

(12)

recognition lag. Kedua, decision lag adalah jarak waktu antara aat disadarinya bahwa ada masalah dan saat diputuskannyasuatu tindakan.. Dan yang ketiga actian lag adalah jarak waktu antara pada saat keputusan kebijaksanaan diambil saat keputusan mulai dilaksanakan. Inside lag sangat tergantung pada kecepatan kerja atau efisien dari lembaga pembuat kebijaksanaan.

Outside lag adalah jarak waktu antara saat mulai dilaksanakannya langkah kebijakan dan saat timbulnya akibat pada perekonomian. Kebanyakan ekomom berpandapat bahwa outside dari kebijakan moneter lebih panjang: pengaruhnya datang lambat dan dapat terjadi selama beberapa tahun. Sebaliknya kebijaksanaan fiskal biasanya mempunyai outside lag yang lebih pendek, karena tindakan ini langsung mempengaruhi pengeluaran masyarakat. Namun dilain pihak , karena struktur administrasinya, kebijaksanaan fiskal biasanya mempunyai inside lag yang lebih panjang, sebaliknya ekonomi moneter menpunyai inside lag yang lebih pendek.

2.4. HARAPAN REGIONAL (RATIONAL EPECTATIONS)

Harapan ini sangat penting karena menentukan tindakan atau reaksi masyarakat terhadap kebijaksanaan itu sendiri. Berhasil tidaknya suatu langkah kebijaksanaan dalam praktek sangat bergantung pada harapan macam apa yang terbentuk dalam masyarakat, misalnya: suatu kebijaksanaan atau perubahan keadaan yang (menurut mereka) hanya bersifat sementara sangatlah berbeda dengan reaksi mereka terhadap kebijaksanaan atau perkembangan keadaan yang diduga akan bersifat permanen.

Para ekomom kemudian mencoba menemukan faktor pembentuk harapan ini kedalam suatu pendekatan baru dalam ekonomi makro disebut pendekatan harapan rasional atau the rational expectations approach. Inti dri pendekatan ini adalah bahwa masyarakat tidaklah “bodoh” dalam arti mereka akan menggunakan segala informasi yang ada pada mereka sebaik-baiknya dalam menentukan reaksi terhadap perubahan keadaan atau terhadap suatu langkah kebijaksanaan.

(13)

faktor harapan rasional ini. Kedua, menyangkut masalah kebijaksanaan, pendekatan ini menekankan bahwa suatu langkah kebijaksanaan pertama kali harus dinilai dari segi pegaruhnya terhadap harapan masyarakat dan selanjutnya memperkirakan apakah dengan timbulnya harapan tersebut kebijaksanaan itu akhirnya bisa mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.

2.5. KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

(14)

yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

2.6. JENIS-JENIS KEBIJAKA MONETER

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

 Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)

 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

 Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

 Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

(15)

kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

 Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

 Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

2.7. TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.

(16)

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

2.8. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut...

Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) : Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.

Kebijakan Diskonto (Discount Policy): Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.

(17)

Kebijakan Kredit Ketat : Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital, dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.

Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun melepaskan pinjama

(18)

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Pada kesimpuln ini bahwa teori ekonomi moneter sangat penting bagi kita. Kita juga mengetahui pengertia kebijakan moneter,jenis,tujuan, dan instrumennya. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan pengajaran kita mempunyai beberapa metode yang dapat kita gunakan di pembelajaran. Sehingga kita dapat mempelajari metode- metode tersebut dan kita sesuaikan dengan meteri yang kami sampaikan kepada kita semua.

3.2 Saran

Dengan demikian siswa akan tertarik dan dapat merekam dan memahami materi yang kita sampaikan. Dalam pembelajaran ini, terdapat beberapa tujuan yang dapat kita gunakan sebagai motivasi untuk diri kita dalam menyampaikan pesan yang terkandung dalam materi.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Peranan Bank Indonesia Dalam Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Terhadap Penanggulangan Inflasi yang mengatur tentang Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melalui

Semua upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah menyangkut perilaku bank sentral dalam penawaran uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu negara yang bertujuan untuk mencapai

Menurut Nopirin kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit

Kebijakan moneter didefinisikan dengan rencana dan tindakan otoritas moneter yang terkoordinasi untuk menjaga 

• Peranan dan fungsi uang dalam perekonomian • Sistem moneter serta pengaruhnya terhadap JUB • Struktur dan fungsi Bank Sentral. • Pengaruh jumlah uang dan kredit terhadap

Otoritas moneter dalam hal ini disebut dengan Bank sentral sebagai lembaga independen mengatur peredaran uang yang dicetaknya, hanya pada bank sentral uang kartal

Dengan kata lain, Kebijakan moneter adalah proses di Dengan kata lain, Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter