• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Functional Benefit dan Symbolic Benefit Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Jasa Pangkas 88 Jalan Gagak Hitam Ringroad Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Functional Benefit dan Symbolic Benefit Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Jasa Pangkas 88 Jalan Gagak Hitam Ringroad Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Functional Benefit

2.1.1 Pengertian Functional Benefit

Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

konsumen berkaitan dengan manfaat produk dan mewakilinya secara keseluruhan.

Manfaat merek dapat juga dikatakan sebagai manfaat-manfaat produk yang

diberikan kepada konsumen baik secara fisik maupun mental.

Menurut Aaker (2007:139) functional benefit adalah manfaat utama yang

diberikan dari suatu produk. Functional benefit sering disebut sebagai alasan utama

suatu produk hadir di pasar. Dalam benak konsumen, benefit yang didapatkan bisa

dalam bentuk functional benefit dan emotional benefit. Bahkan dalam konteks

brand, self-expressive benefit dievaluasi oleh konsumen. Oleh karena itu, untuk

bertahan dalam persaingan industri yang semakin ketat, maka produsen tidak hanya

harus berfokus pada functional benefit.

Menurut Keller (1998:81) manfaat fungsional (functional benefit) adalah nilai

manfaat dari produk yang biasanya dikaitkan dengan atribut merek product-related

attributes, atribut jenis ini menunjukkan bahwa komposisi fisik dari suatu produk

sangat berpengaruh dalam menentukan performa dan penampilan dari produk

tersebut. Manfaat fungsional ini oleh konsumen dijadikan sebagai motivasi dasar

untuk mengkonsumsi produk tersebut.

Menurut Hsieh dalam Roslina (2009:74) manfaat fungsional (functional

benefit) adalah manfaat yang didesain untuk memuaskan kebutuhan konsumen

(2)

2.1.2 Asosiasi Dimensi Functional Benefit

Korchia (1999:144) mengklasifikasikan asosiasi merek ke dalam 6 dimensi

secara luas, atau 15 dimensi secara keseluruhan. Benefit termasuk dimensi asosiasi

merek tersebut. Penafsiran manfaat menurutnya yaitu nilai personal konsumen yang

diletakkan pada atribut produk. Manfaat ini dibagi tiga salah satunya adalah

functional benefit. Asosiasi merek ini lebih mengacu pada kebutuhan psikologis

dan keamanan, dan juga keinginan untuk mengatasi atau menghindari masalah.

Fungsi ini juga erat kaitannya dengan product related attributes dari produk

tersebut. Functional benefit juga berkaitan dengan kebutuhan fisiologis dan

keamanan, sebagaimana juga untuk keinginan memindahkan dan menghindari

masalah.

2.1.3 Faktor-Faktor Pembentuk Functional Benefit

Menurut Kotler (2008:81) terdapat beberapa komponen pembentuk

functional benefit, yaitu:

1. Kebutuhan fisik.

2. Keuntungan ekonomi.

3. Kenyamanan.

4. Efisiensi waktu.

5. Keamanan.

6. Keawetan.

7. Garansi.

2.1.4 Tujuan Functional Benefit

Menurut Hasan (2009) dalam sebuah perusahaan meningkatkan functional

(3)

1. Sebagai identitas perusahaan yang membedakan dengan produk pesaing,

sehingga pelanggan mudah mengenali dan melakukan pembelian ulang.

2. Sebagai alat promosi yang menonjolkan daya tarik produk.

3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas,

serta citra prestise tertentu kepada konsumen.

4. Untuk mengendalikan dan mendominasi pasar.

Sebuah merek harus bisa memberikan suatu nilai dan manfaat tersendiri

ketika konsumen membeli dan mengkonsumsi produk tersebut.

2.1.5 Indikator Functional Benefit

Keller (1998:84) menjelaskan manfaat fungsional (functional benefit)

memiliki beberapa indikator, adalah sebagai berikut:

1. Kualitas yang sesuai dengan yang dijanjikan.

2. Membuat penampilan lebih menarik.

3. Dapat diandalkan.

Manfaat fungsional terkait dengan keuntungan intrinsik produk atau jasa

konsumsi dan biasanya sesuai dengan produk yang berhubungan dengan atribut.

2.2 Symbolic Benefit

2.2.1 Pengertian Symbolic Benefit

Manfaat ini berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan dari pengalaman

saat menggunakan atau mengkonsumsi sebuah produk. Menurut Keller (1998:88)

manfaat simbolis adalah manfaat yang berkaitan dengan atribut merek

non-product-related attributes, namun atribut ini juga dapat mempengaruhi proses pembelian

dan konsumsi. Manfaat simbolis ini berkaitan dengan kebutuhan akan pengakuan

(4)

Menurut Kotler & Keller (2009:6) symbolic benefit adalah manfaat yang

berhubungan dengan kebutuhan akan persetujuan sosial atau ekspresi personal dan

self-esteem seseorang. Khalayak konsumen biasanya menghargai nilai-nilai

prestise, eksklusivitas dan gaya fashion dari sebuah merek karena hal-hal ini

berhubungan dengan konsep diri mereka.

Menurut Wijaya (2013:16) symbolic benefit adalah manfaat merek atau

produk yang mampu menjawab kebutuhan ilusif konsumen dalam mengaktualisasi

dan mengekspresikan makna diri dan kehidupannya bagi lingkungan demi

eksistensi diri. Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan

keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada konsumen yang

membuat konsumen dapat merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi

dan obsesi nya ter wujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut. Manfaat,

keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan memengaruhi brand image

produk, individu atau lembaga/ perusahaan tersebut.

Menurut Hsieh dalam Roslina (2009) manfaat simbolis (symbolic benefit)

didesain untuk memenuhi keinginan konsumen untuk mempertinggi diri (

self-enhancement), posisi peran (role position), keanggotaan dalam suatu kelompok

(group membership), atau identifikasi ego (ego identification).

2.2.2 Faktor-Faktor Pembentuk Symbolic Benefit

Menurut Kotler (2008:89) terdapat beberapa komponen pembentuk symbolic

benefit, yaitu:

1. Nilai-nilai prestise.

2. Eksklusivitas.

(5)

4. Estetika.

5. Identifikasi sosial.

6. Status.

7. Identitas personal.

2.2.3 Tujuan Symbolic Benefit

Wicaksono (2007:29) mengemukakan terdapat beberapa tujuan dalam

menciptakan manfaat simbolis (symbolic benefit) yang baik bagi konsumen, yaitu:

1. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian.

2. Memperkaya orientasi konsumsi terhadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih

dari fungsi-fungsi produk.

3. Meningkatkan kepercayaan terhadap produk.

4. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan.

Sebuah merek simbolik adalah salah satu yang dirancang untuk

menghubungkan individu dengan grup yang diinginkan, peran, atau citra diri.

2.2.4 Asosiasi Dimensi Symbolic Benefit

Korchia (1999:145) mengklasifikasikan asosiasi merek ke dalam 6 dimensi

secara luas, atau 15 dimensi secara keseluruhan. Benefit termasuk dimensi asosiasi

merek tersebut. Penafsiran manfaat menurutnya yaitu nilai personal konsumen yang

diletakkan pada atribut produk. Manfaat ini dibagi tiga salah satunya adalah

symbolic benefit. Asosiasi merek ini berhubungan dengan kebutuhan dasar atas

penerimaan sosial atau ekspresi pribadi dan harga diri. Banyak orang yang dapat

merasakan bahwa dengan menggunakan suatu produk dari merek tertentu akan

(6)

juga membuatnya merasa lebih diterima oleh lingkungan sosialnya. Symbolic

benefit juga berhubungan dengan kebutuhan dasar untuk sosial, ekspresi pribadi

atau kepercayaan diri.

2.2.5 Indikator Symbolic Benefit

Keller (1998:86) menjelaskan manfaat simbolis (symbolic benefit) memiliki

beberapa indikator, adalah sebagai berikut:

1. Mencegah mencari merek yang lebih murah.

2. Meningkatkan persepsi.

3. Membantu agar diterima dalam kehidupan masyarakat.

Gambar 2.1

Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen

(7)

2.3 Loyalitas Konsumen

2.3.1 Pengertian Loyalitas Konsumen

Loyalitas didefinisikan sebagai suatu sikap yang ditujukan oleh konsumen

terhadap penyediaan produk atau jasa. Seorang konsumen akan menunjukkan sikap

loyal nya jika suatu perusahaan mampu memberikan kepuasan kepada

konsumennya. Konsumen yang loyal adalah seorang konsumen yang selalu

membeli kembali dari provider atau penyedia jasa yang sama dan memelihara suatu

sikap positif terhadap penyedia jasa itu di masa yang akan datang (Griffin, 2005:4)

Menurut Griffin (2005:4) loyalitas pelanggan adalah perilaku pembelian yang

didefinisikan pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh

beberapa unit pengambil keputusan. Menurut Kotler dan Keller (2009:138)

loyalitas merupakan komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli

atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski

pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.

Pelanggan (customer) berbeda dengan konsumen (consumer), seseorang

dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila seseorang tersebut mulai membiasakan

diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Kebiasaan

tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu

tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang,

maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai

seorang pembeli atau konsumen.

2.3.2 Karakteristik Loyalitas Konsumen

Menurut Griffin (2005:33) loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku

(8)

1. Melakukan pembelian berulang yang teratur; Pelanggan yang telah

melakukan pembelian suatu produk atau jasa sebanyak dua kali atau lebih.

2. Membeli antar lini produk dan jasa; Pelanggan tersebut membeli semua

barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan. Para pelanggan

tersebut membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah

kuat dan berlangsung lama serta membuat mereka tidak terpengaruh oleh

produk pesaing.

3. Mereferensikan kepada orang lain; Membeli barang atau jasa ditawarkan dan

yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu,

mereka mendorong orang lain agar membeli barang atau jasa perusahaan

tersebut. Secara tidak langsung, mereka telah melakukan pemasaran untuk

perusahaan dan membawa konsumen kepada perusahaan.

4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing; Seorang konsumen

dikatakan loyal jika ia mempunyai suatu komitmen yang kuat untuk

menggunakan lagi jasa yang diberikan secara rutin. Banyak perusahaan

meluncurkan program-program tertentu yang tujuannya meningkatkan

loyalitas konsumen misalnya:

a. Pemberian reward, cara ini biayanya tinggi dan jika tidak dikelola

dengan baik akan menjadi bumerang bagi perusahaan dan sulit

dihentikan apabila dihentikan akan menimbulkan ketidakpuasan

konsumen.

b. Memberikan pelayanan dengan menyajikan keunggulan dan

diferensiasi di mata konsumen, hal ini dapat menimbulkan ketertarikan

(9)

untuk meningkatkan loyalitas pelanggan sebaiknya tidak dilakukan

secara terus menerus karena konsumen nantinya tidak dapat

membedakan antara produk inti atau extra service.

2.3.3 Jenis Loyalitas

Setelah membahas karakteristik loyalitas pelanggan diatas, adapun jenis

loyalitas pelanggan. Jenis ini akan membantu perusahaan dalam membidik serta

mengetahui tipikal pelanggan suatu perusahaan tersebut. Menurut Griffin (2005:22)

terdapat empat jenis loyalitas, yaitu:

1. Tanpa loyalitas, untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak

mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Keterikatan nya

yang rendah terhadap produk atau jasa tersebut dikombinasikan dengan

tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan tidak adanya loyalitas.

Secara umum, perusahaan harus menghindari membidik para pembeli jenis

ini karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal namun

mereka hanya berkontribusi sedikit pada kekuatan keuangan perusahaan.

Tantangannya adalah menghindari membidik sebanyak mungkin orang-orang

seperti ini dan lebih memilih pelanggan yang loyalitasnya dapat

dikembangkan.

2. Loyalitas yang lemah adalah keterikatan yang rendah digabung dengan

pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia

loyalty). Pelanggan ini membeli karena kebiasaan. Dengan kata lain, faktor

non sikap dan faktor situasi merupakan alasan utama untuk membeli. Pembeli

ini merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan, atau minimal

(10)

produk yang sering dibeli. Pembeli ini rentan beralih ke produk pesaing yang

dapat menunjukkan manfaat yang jelas. Memungkinkan bagi perusahaan

untuk mengubah loyalitas lemah ke dalam bentuk loyalitas yang lebih tinggi

dengan secara aktif mendekati pelanggan dan meningkatkan diferensiasi

positif di benak pelanggan mengenai produk atau jasa suatu perusahaan

dengan produk lain.

3. Loyalitas tersembunyi yaitu tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung

dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas

tersembunyi (latent loyalty). Bila pelanggan memiliki loyalitas yang

tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan

pembelian berulang. Dengan memahami faktor situasi yang berkontribusi

pada loyalitas tersembunyi, perusahaan dapat menggunakan strategi untuk

mengatasinya.

4. Loyalitas Premium adalah jenis loyalitas yang paling ditingkatkan, terjadi bila

ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga

tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang lebih disukai untuk semua

pelanggan di setiap perusahaan. Pada tingkat preferensi paling tinggi tersebut,

orang bangga karena menemukan dan menggunakan produk tertentu dan

senang membagi pengetahuan mereka dengan rekan atau keluarga.

Untuk mendapatkan loyalitas konsumen, perusahaan tidak hanya

mengandalkan nilai dan merek, seperti yang diterapkan pada pemasaran

konvensional (conventional marketing). Pada masa sekarang diperlukan perlakuan

yang lebih atau disebut kebutuhan unik (unique need), perbedaan kebutuhan antara

(11)

hubungan sangat diperlukan. Pada Gambar 2.1 terdapat tiga pilar loyalitas

konsumen era pemasaran hubungan yang memfokuskan konsumen di tengah

pusaran.

Gambar 2.2 Tiga Pilar Loyalitas

Sumber: Tjiptono (2005)

2.3.4 Manfaat Loyalitas

Griffin (2005:13) mengemukakan keuntungan jika perusahaan memiliki

pelanggan yang loyal yaitu:

1. Penjualan naik karena pelanggan membeli lebih banyak.

2. Memperkuat posisi perusahaan di pasar karena pembeli membeli produk

kita daripada produk asing.

3. Biaya pemesanan menurun karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk

memikat pelanggan berulang.

4. Lebih terlindungi dari persaingan harga karena pelanggan yang loyal kecil

kemungkinannya terpikat dengan diskon.

5. Pelanggan yang puas cenderung mencoba lini produk kita dengan demikian

membantu kita mendapatkan pangsa pelanggan yang lebih besar.

Nilai Merek

Konsumen

(12)

2.4 Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang menjadi variabel penelitian

yaitu, brand image sebagai functional benefit dan brand image sebagai symbolic

benefit sebagai variabel independen atau variabel bebas dan loyalitas konsumen

sebagai variabel dependen atau variabel terikat. Konsep penelitian ini adalah untuk

melihat, mengukur dan menganalisis pengaruh brand image sebagai functional

benefit dan symbolic benefit terhadap loyalitas konsumen.

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Sumber: Peneliti (2017)

2.5 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi peneliti dalam

melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sondoh et al (2012) melakukan penelitian yang berjudul “The Effect of Brand

Image Benefits on Satisfaction and Loyalty Intention in The Context of Color

Cosmetic Product”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa functional

benefits dan appearance secara signifikan mempengaruhi loyalty intention.

Empat dari manfaat citra merek memiliki hubungan yang positif dengan

kepuasan secara keseluruhan. Kepuasan secara keseluruhan mempengaruhi

loyalitas konsumen.

Functional Benefit (X1)

Loyalitas Konsumen (Y)

(13)

2. Wijayanto et al (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Citra

Merek Terhadap Loyalitas Konsumen”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa citra merek yang terdiri atas kekuatan asosiasi merek, keuntungan

asosiasi merek dan keunikan asosiasi merek secara simultan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen di Starbucks Coffee

Plaza Tunjungan 4 Surabaya. Citra merek yang terdiri atas kekuatan asosiasi

merek, keuntungan asosiasi merek dan keunikan asosiasi merek secara parsial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen. Keunikan

asosiasi merek (X3) memiliki pengaruh yang lebih dominan dari pada

variabel kekuatan asosiasi merek (X1) dan variable keuntungan asosiasi

merek (X2) dalam mempengaruhi loyalitas konsumen (Y).

3. Neria (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Citra Merek

Terhadap Loyalitas Konsumen Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam variabel loyalitas pelanggan

indikator dengan mean tertinggi adahah loyalitas 4, yaitu konsumen tidak

terpengaruh untuk menggunakan maskapai lain selain Garuda Indonesia

dengan mean 3.92, hal ini menunjukkan sikap kekebalan yang ditunjukkan

pelanggan terhadap maskapai penerbangan lain selain Garuda Indonesia.

Sedangkan indikator terendah adalah loyalitas 3, yaitu merekomendasikan

penggunaan Garuda Indonesia kepada teman atau kerabat dengan mean 3.73,

hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat telah mengetahui

keunggulan maskapai penerbangan Garuda Indonesia bila dibandingkan

(14)

4. Anggraeni (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Citra

Merek Terhadap Loyalitas Konsumen dengan Kepuasan Konsumen sebagai

Mediasi Pada Produk Viva Kosmetik di Kota Surabaya”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada pengaruh functional benefit dan symbolic benefit

yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kepuasan pelanggan

signifikan terhadap loyalitas pelanggan dan menunjukkan ada kepuasan

pelanggan signifikan sebagai variabel mediasi antara functional benefit dan

symbolic benefit dalam loyalitas pelanggan.

5. Thakur et al (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Brand Image,

Customer Satisfaction and Loyalty Inte ntion: A Study in The Context of

Cosmetic Product Among the People of Central India”. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa lima manfaat citra merek yaitu functional

benefit, symbolic benefit, social benefit, experiential benefit, dan appearance

enhances benefit mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan

dan niat loyalitas. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajer

pemasaran harus fokus pada citra merek untuk memenuhi kepuasan

konsumen dan untuk membuat pelanggan menjadi loyal terhadap produk dan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen
Gambar 2.2 Tiga Pilar Loyalitas
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

“ Beatbox merupakan salah satu bentuk seni yang mengfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian

Loyalitas didefinisikan sebagai komitmen konsumen untuk melakukan bisnis dengan perusahaan, membeli produk atau jasa perusahaan tersebut secara berulang, dan pada saat

Indikator loyalitas konsumen menurut Tjiptono 2000 yaitu: Melakukan pembelian secara konsisten konsumen membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan oleh

Minat beli konsumen juga ditentukan oleh keunggulan produk yang ditawarkan oleh perusahaan serta faktor pendukung lainnya yang terdapat pada unsur-unsur produk

Pemberian jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas dan bukan benda yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya bersifat intangible (tidak

Secara teori bahwa keputusan untuk membeli, menabung, menginvestasikan dan atau menggunakan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan (Bank BRI syariah Cabang Pekanbaru)

Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen, seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa

membeli produk atau jasa yang ditawarkan, dengan keyakinan yang diterima konsumen bahwa kualitas produk atau jasa yang di tawarkan baik maka konsumen akan dapat