• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Gadai menggadai menurut ketentuan hukum adat umumnya mengandung unsure eksploitasi, karena hasil yang diterima oleh pemegang gadai dari tanah yang bersangkutan setiap tahunnya umumnya jauh lebih besar daripada apa yang merupakan bunga yang layakdariuanggadai yang diterima pemilik tanah. Umumnya ekonomi pemegang gadai lebih kuat dari pemilik tanah.Hal inilah yang mengandung sifat feudal dan bertentangan dengan jiwa Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Namun menyangkut gadai atas tanah milik masyarakat di pedesaan sebagai objeknya belum ada disentuh oleh Undang-undang tersebut. Khususnya di Kabupaten Tanah Karo mengenai objek gadai tanah yang telah berlangsung tujuh tahun atau lebih sampai saat ini masih banyak dikuasai oleh penerima gadai dan dikembalikan kepada pemberi gadai, karena pemberi gadai maupun penerima gadai tidak dibahas dalam tesis ini yaitu, bagaimana efektifitas hukum terhadap pelaksanaan gadai tanah pertanian di Tahan Karo, bagaimana Perkembangan Prp Nomor 56 Tahun 1960 setelah digantinya menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, bagaimana perlindungan hukum terhadap pemberi gadai atas tanah pertanian pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K/Pdt/2010.

Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah yuridis empiris yaitu penelitian terhadap efektifitas hukum dengan mempelajari peraturan-peraturan hukum yang kemudian dihubungkan dengan data dan perilaku yang hidupd an berkemang ditengah masyarakat. Data atau materi pokok dalam penelitian ini diperoleh langsung dari para responden melalui penelitian lapangan (field research) pada Masyarakat Kabupaten Tanah Karo yang melakukan gadai tanah. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa, akibat dari ketidakpahaman masyarakat mengenai peraturan gadai tanah maka pemberi gadai tidak pernah mempersoalkan walaupun penerima gadai telah menguasai gadai tanah telah sampai dengan 7 tahun lamanya bahkan ada juga yang waktunya telah berpuluh-puluh tahun lamanya telah dikuasai oleh penerima gadai. Perubahan ini terjadi dalam kehidupan masyarakat sebagai perkembangan budaya hidup masyarakat. Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K/Pdt/2010, yang memutuskan bahwa gadai tanah yang telah dikuasai selama 7 tahun atau lebih oleh penerima gadai maka objek gadai tersebut harus dikembalikan kepada pemberi gadai.

Supaya masyarakat mengerti mengenai peraturan gadai tanah yang berlaku, maka pihak pemerintah dalam hal ini BPN (Badan Pertanahan Nasional) secepatnya melakukan sosialisasi mengenai Undang-Undang 56/1960, khsusunya pasal 7 dan Pasal 10 tentang gadai tanah dan Putusan-Putusan yang telah dikeluarkan Mahkamah

(2)

ii

Agung mengenai sengketa gadai tanah. Dengan beralihnya sikap tolong menolong menjadi hukum pemerintahan dan penawaran ini sejalan dengan perkembangan hidup masyarakatnya maka pemerintah seharusnya membuataturan yang lebih tegas mengenai gadai di kemudian hari. Dalam hal tanah gadai telah lewat dari 7 tahun, maka pihak pemerintah seharusnya menyediakan fasilitas atau sebagai mediator untuk mempertemukan antara pemberi gadai dengan penerima gadai guna memusyawarahkan dan menjelaskan bahwa gadai tanah sifatnya sementara dan tanah tersebut kembali ketangan pemberi gadai apabila waktunya telah mencapai 7 tahun.

Kata Kunci :EfektifitasHukum, Gadai Tanah, Pertanian

(3)

iii ABSTRACT

According to the adat (customary) law, mortgaging has an exploitation element because the profit received by the man who lends the money is much bigger than the natural interest which should be paid by the land owner, In general, a pledger is securer in economy than a land owner which indicates feudalism and contrary to UUPA (Agrarian Law). The mortgage of the land owned by the people in Karo District as its object does not meet this law and has taken more than seven years. Most of the land was controlled by the pledgers while the pledgees never ask the pledgors to return the land to them. The problem is that both parties do not know about law on land mortgaging. The problems of the research were as follows: howabout the effectiveness of law in the implementation of mortgaging farmland in Karo District, how about the development of the Government Regulation No. 56/1960 after it was amended to Law No. 1/1961 on Determining the area of farmland, and how about legal consequence of the pledgors on farmland under the Ruling of the Supreme Court No. 626 K/Pdt/2010.

The research used judicial empirical method in order to find out the effectiveness of law by studying legal provisions which would be related to the data and behavior in the society. The data were obtained directly from the respondents, the people in Karo District who mortgaged their land, through field research. The result of the research showed that because they did not understand the regulation of land mortgaging, the pledgees never bothered with it even though the peldgors had controlled their land for more than seven years or even tens of years. Land mortgaging has changed the principle of togetherness into supply and demand principle between pledgees and pledgors, and this change developed as their cultural development. The Ruling of the Supreme Court No. 626 K/Pdt/2010 states that land mortgaging which has taken more than seven years must be returned to the pledgees.

In order that the people understand the regulation on land mortgaging, it is recommended that the Government through the National Land Office, immediately socialize Article 7 and Article 10 of Law No. 56/196 on Land Mortgaging and the Rulings of the Supreme Court on the disputes in land mortgaging. The shift from the principle of togetherness to the principle of supply and demand which is in line with the people’s development has expected that the government to make stricter regulation on this land mortgaging in order to forestall disputes between the pledgees and the pledgors in the future. The Government is also excepted to provide facility as mediator in order to

negotiate and explain that land mortgaging is only temporary and the land has to be

returned to the pledgees when te mortgage has been in seven year time.

Keywords : Effectiveness of Law, Land Mortgaging, Farmland

Referensi

Dokumen terkait

(5) Program studi adalah unsur pelaksana bidang akademik pada jurusan atau Program Pascasarjana yang yang melaksanakan pendidikan akademik sarjana, magister, dan doktor;

Secara konsept ual pemekaran daerah di era berlakunya ot onomi daerah t ent unya disertai dengan desent ralisasi f iskal pula yang berakibat penambahan anggaran

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Keterampilan Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar. Variabel Penelitian ini mengunakan variabel bebas,

Sesungguhnya, selain ibu bapa, pihak masyarakat setempat juga perlu memainkan peranan yang signifikan dalam menangani masalah ini. Hal ini tercetus kerana para

(2) Jika pengecualian ditarik balik mengikut subperenggan (1), pengecualian yang diberikan di bawah subperenggan 3(1) berkenaan dengan apa-apa amaun pendapatan

Pengaruh Indek Nikkei 225, Dow Jones Industrial Average, BI Rate dan Kurs Dolar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan : Studi Kasus pada IHSG Bursa Efek Indonesia

aroma khas susu, tekstur renyah, dan memiliki kenampakan yang menarik. Proses pembuatan stick susu terdapat beberapa tahapan yang

Problem based learning ini siswa akan memiliki kemandirian dalam menemukan konsep pembelajaran secara mandiri dan juga dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan