BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H2O. Air
merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya.
Dublin, 26-31 Januari 1992 – The Dublin Statement (International
Conference on Water and the Environment)
“Air merupakan bagian penting dari lingkungan dan merupakan wadah
bergantungnya berbagai bentuk kehidupan dan kesehjateraan manusia. Kelangkaan dan penyalahgunaan air bersih akan menghadapi ancaman yang serius dan makin bertambah terhadap pengembangan dan
perlindungan lingkungan yang berkelanjutan.”
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga
tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat
menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh
manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Air seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi kehidupan. Sebagai
ilustrasi, ketika manusia tidak makan maka akan dapat bertahan selama satu
bulan, namun apabila satu hari tidak minum, maka kemampuan bertahannya tidak
akan berlangsung lama. Ini menjelaskan bahwa betapa penting keberadaan air.
jumlah atau seberapa banyak air yang tersedia disuatu tempat. Jumlah air di bumi
relatif tetap, yakni sebesar ± 1,4 miliar km3. Hampir 97,5 % air di dunia dalam
keadaan asin. Bila dianggap permukaan bumi ini seragam (tanpa lembah dan
gunung), maka jumlah air sebesar itu akan menutup rata seluruh permukaan bumi
sedalam 2,6 km. Dari jumlah sebesar itu, hanya 2,5% air di dunia yang bersifat
tawar. Sekitar 1,7% tersimpan dalam bentuk es, terutama sekali di daerah kutub,
sedangkan 0,1% berada di atmosfer sebagai uap air. Dari seluruh air tawar di
bumi, sekitar dua pertiga berwujud es di kutub. Sementara sebagian besar dari
epertiga sisa air tawar berupa air tanah yang berada pada kedalaman 200-600 m di
bawah permukaan tanah.
Dari keseluruhan air tawar, hanya 0,006% yang mengalir di permukaan
bumi, sementara kandungan air tawar dalam tubuh makhluk hidup seluruhnya
sebesar 0,003% yakni sekitar setengah dari jumlah air tawar di danau, sungai, dan
rawa-rawa di bumi kita. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa jumlahnya
relatif tetap atau konstan. Air akan selalu ada karena air bersikulasi dan tidak
pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer mengikuti siklus
hidrologi.
Namun dengan keberadaan air di dunia yang melimpah ruah, tentunya tidak
semua air dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Air yang dapat
dimanfaatkan jumlahnya terbatas. Pemanfaatan air untuk keperluan sehari-hari
terkait erat dengan kualitas air itu sendiri. Kualitas air berhubungan dengan
peruntukannya, air bersih untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi beberapa
syarat seperti di bawah ini:
1. Syarat Fisik, yaitu keadaan fisik air tersebut yang tidak boleh berbau, tidak
berwarna dan tidak berrasa
2. Syarat kimia, yaitu keadaan air yang tidak mengandung zat-zat kimia yang
dapat meracuni tubuh
3. Syarat biologis, yaitu bahwa air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri yang
merugikan (patogen)
Syarat-syarat tersebut dapat dijadikan dasar untuk mendapatkan air bersih
yang memenuhi syarat sesuai standar kualitas air sehingga dapat dikonsumsi.
Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius.
Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar mutu, saat ini menjadi
barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam
limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas,
sumberdaya air telah mengalami penurunan.
Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari
dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air
tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki
beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas
airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Air
tanah disini terbagi menjadi dua, ada air tanah dangkal dan air tanah dalam
Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat
kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat
tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan
kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih
oleh penduduk di wilayah-wilayah perkotaan di Indonesia, sampai sat ini masih
menjadi andalan utama. Cara umum yang dipakai adalah dengan membuat sumur
bor atau sumur gali. Alasan utama pemanfaatan airtanah adalah karena lebih
murah dan mudah, disamping perusahaan-perusahaan air minum pemerintah
(PAM atau PDAM), tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara
memadai. Tetapi, kualitas airtanah dangkal yang banyak digunakan oleh
penduduk rentan terhadap pencemaran sebagaimana air permukaan.
Djajadiningrat (2001) menyatakan bahwa kecenderungan gangguan terhadap
kulaitas air tanah dangkal dari lingkungan pemukiman cukup tinggi.
Pencemaran dapat terjadi ketika badan air mengalir melalui pori-pori batuan
dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan tanah, hal ini disebabkan
karena sifat dan karakteristik air yang mudah melarutkan unsur-unsur kimia
tertentu maupun logam-logam berat lainnya. Mineral-mineral yang terkandung di
dalam batuan merupakan faktor dominan sebagai sumber yang memberikan
pencemaran pada badan air yang mengalir di daratan. Disamping itu pembuangan
limbah ke dalam sungai maupun tanah yang berasal dari limbah industri dan
pertambangan serta limbah pertanian, rumah tangga dan limbah lainnya dapat
Masalah yang berhubungan dengan air adalah masalah-masalah yang
berkaitan dengan pemanfaatan air bagi keperluan tertentu. Sebagaimana diketahui
bahwa sumberdaya air dapat dijumpai di permukaan tanah, seperti sungai, danau,
rawa, udara dan lautan serta yang berada di bawah permukaan tanah, seperti air
tanah dangkal (shallow groundwater) dan air tanah dalam (deep groundwater).
Selain masalah pencemaran, kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh
aktivitas manusia diatasnya dan perlakuan masyarakat (treatment) itu sendiri.
Kecamatan Dayeuhkolot, adalah kecamatan yang memiliki
permasalahan-permasalah seperti diatas yang menyagkut akan kulaitas airtanah dangkal.
Permasalahan yang ada saat ini diperparah lagi dengan meningkatnya laju
pertumbuhan penduduk dimana daerah sempadan Sungai Citarum adalah daerah
yang telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman padat dan kumuh.
Sejak tahun 1980 an perkembangan penduduk di bantaran sungai Citarum,
khususnya kecamatan Daeyuhkolot terus mengalami perkembangan yang pesat.
Perkembangan tersebut diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
pula. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan terjadinya
kepadadatan penduduk Beberapa teori mengemukakan bahwa unsur kimia
airtanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah akivitas manusia.
Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer.
Mengingat sebagian besar penduduk di kecamatan Dayeuhkolot masih
memanfaatkan sumber air bersih dari airtanah dangkal atau sumur gali, tentunya
oleh penduduk setempat agar terciptanya perilaku yang sehat dan berwawasan
lingkungan.
Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk meneliti permasalahan tersebut
dengan judul “Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten
Bandung”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dirumuskan kedalam
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas airtanah dangkal berdasarkan karakteristik fisika dan kimia
di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana persebaran kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan
Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana perlakuan masyarakat pada setiap kelas kualitas airtanah dangkal di
Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kualitas airtanah berdasarkan parameter fisika dan kimia air.
2. Menentukan kelas kulitas airtanah berdasarkan karakteristik fisika dan kimia.
3. Mengevaluasi perlakuan masyarakat terhadap airtanah sebagai pemenuh
1.4. Manfaat Penelitian
Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pendalaman materi geografi mengenai hidrologi khususnya
airtanah dangkal
2. Memberikan informasi terhadap masyarakat setempat mengenai kualitas air
tanah dangkal sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penggunaannya.
3. Sebagai masukan data untuk peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang
lebih aktual
4. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran geografi mengenai
pokok bahasan airtanah di SMA kelas XII.
1.5. Definisi Operasional
Judul dalam penelitian ini adalah “Perlakuan Masyarakat Pada Setiap Kelas
Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung” Agar
tidak terjadi kesalah pahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul
penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah yang ada pada judul yaitu:
1. Menurut Sunaryo (2005:69) perlakuan umumnya berwujud sikap, peran serta,
atau tindakan. Perlakuan (treatment) pada penelitian ini merupakan suatu
kegiatan dengan menggunakan prosedur standar yang dilakukan oleh
masyarakat dalam memperoleh airtanah dengan kondisi yang kurang baik
2. Masyarakat
Menurut Koenjaraningrat (1990:14) adalah “kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu
dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”. Masyarakat yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kecamatan
Dayeuhkolot.
3. Airtanah Dangkal
Menurut Kodoatie (1996 : 7) “Airtanah dangkal adalah sejumlah air di bawah
permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan
atau sistem drainase, juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir ke
permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.” Airtanah dangkal dalam
penelitian ini diperoleh melalui air sumur gali yang ada di wilayah penelitian.
4. Kualitas Air
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas air mencakup tiga
karakteristik yaitu fisik, kimia dan biologi. Pada penelitian ini parameter
kualitas airtanah yang diuji terdiri dari fisika yaitu bau, rasa, suhu, zat padat
terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL) serta kimiawi yaitu
pH, kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat organik (KmnO4), sulfat (SO4), nitrat
(NO3) dan nitrit (NO2).
5. Karakteristik Fisika dan Kimia
Dalam penelitian parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan diuji di
kelas mutu airtanah dangkal yang kepada kualitas air minum No:
492/MENKES/PER/IV/2010. Baku mutu untuk karakteristik fisika: (1) bau
adalah tidak berbau; (2) rasa adalah tidak berasa; (3) TDS dengan nilai
maksimum kandungan 500 mg/L; (4) kekeruhan dengan nilai maksimum
kandungan 5 NTU. Baku mutu untuk karakteristik kimia: (1) pH dengan nilai
antara 6,5 – 8,5; (2) besi dengan nilai kandungan maksimum 0,3 mg/L; (3)
kesadahan dengan nilai kandungan maksimum 500 mg/L CaCO3; (4) nitrat
dengan nilai kandungan maksimum 50 mg/L; (5) nitrit dengan nilai kandungan
maksimum 3 mg/L; (6) sulfat dengan nilai kandungan maksimum 250 mg/L;
dan (7) zat organik dengan nilai kandungan maksimum 10 mg/L. Kelas kualitas
air mengacu pada standar kualitas air di perairan umum (PP No. 82 Tahun
2001) dengan ketentuan tiap parameternya sebagai berikut:
Kelas I: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 6.5-8.5, kesadahan tidak lebih dari 500 mg/L, besi tidak lebih dari 0,3 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.
Kelas II: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi tidak lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.
Kelas III: berasa, berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 6-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 1 mg/L atau 0,06 mg/L.