BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan
semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara
terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses” bukan
Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah: kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang-barang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial dan sikap masyarakat.
Menurut nanga (2005: 273), secara umum pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa, dengan perkataan lain pertumbuhan ekonomi lebih meunjukkan pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan mengggunakan Data Produk Domestik Bruto (GDP) atau Pendapatan Output Perkapita.
2.1.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Menurut M. Suparmoko dan Maria R. Suparmoko, (2000:254) ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.
tepat karena telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatan perkapita dapat diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.
3. Pendapatan per jam kerja yaitu suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan dengan negara lain adalah bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.
2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam pengertian itu terdapat tiga aspek yang perlu digaris bawahi, yaitu proses, output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan sebagai proses, berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada suatu saat. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Aspek jangka panjang, mengandung arti bahwa kenaikan output per kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama (10, 20, atau 50 tahun, bahkan bisa lebih lama lagi) (Sahibul Munir: 2008).
Secara umum Teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Teori pertumbuhan ekonomi historis dan teori pertumbuhan ekonomi klasik dan neoklasik.
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
reaksi terhadap pandangan kaum klasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan revolusi industri, sedangkan aliran historis menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap. Pelopor aliran historis antara lain, Frederich List.
Teori pertumbuhan ekonomi Frederich list (1789-1846), tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Frederich List adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga).
Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah sebagai berikut:
a. Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.
b. Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap, sehingga mereka bermata pencaharian bertanam.
c. Masa sambil memelihara tanaman yang mereka tanam, Pada masa ini manusia sudah hidup menetap dan hidup berdampingan.
d. Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industr i besar. 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Dan Neo-Klasik
a. Teori Pertumbuhan Klasik
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. 1. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith
“An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation”,
teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib). Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan :
1. Pertumbuhan penduduk 2. Pertumbuhan output total
stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output. Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
1. Sumber daya alam
Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu perekonomian,
Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada memegang peranan penting dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh.
2. Tenaga Kerja
Sumber daya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat. 3. Jumlah Persediaan (stok barang modal yang ada)
1. Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subistem.
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Pemikiran dari teori neo–klasik didasarkan pada kritik atas kelemahan – kelemahan atau penyempurnaan terhadap pandangan/asumsi dari teori klasik. Beberapa model neo-klasik antara lain sebagai berikut:
1. Teori pertumbuhan ekonomi Robert Sollow
Robert Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan output yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama yaitu modal dan tenaga kerja.
2. Teori pertumbuhan ekonomi Joseph Schumpeter
2.1.4 Pengertian Dana Otonomi Khusus
Menurut Anggara (2007), Otonomi Khusus adalah salah satu bagian dari apa yang dinamakan Hak untuk menentukan nasib sendiri.
Menurut suparmoko dalam handayani dan njuraina (2012), dana otonomi khusus adalah dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung pada tersedia nya dana dalam APBN, yang dimaksud kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum dan/ kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dana otonomi khusus digunakan mendanai untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan.
Otonomi Khusus merupakan sebuah otonomi yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap Provinsi Aceh yang memiliki berbagai hak-hak khusus seperti memiliki lembaga yudikatif dengan majelisnya hingga berhak untuk berpartisipasi terhadap hubungan luar negeri pemerintah Indonesia yang berkaitan dengan Provinsi Aceh itu sendiri. Dalam Otonomi Khusus Provinsi Aceh memiliki beberapa sumber pendapatan yang berbeda dengan daerah pada umumnya.
pendidikan, sosial, dan kesehatan. Dengan sistem otonomi daerah tiap wilayah Kabupaten dan kota dapat menyediakan berbagai pelayanan publik yang beragam,
sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Pembagian kewenangan antara pusat dan
daerah haruslah berdasarkan pada prinsip efisiensi, agar sistem otonomi ini dapat
berjalan dengan optima l.
2.1.5 Sumbe r Dana Otonomi Khusus
Dana otsus yang di berikan untuk provinsi Aceh bersumber dari dana perimbangan Provinsi dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus terdiri atas: A. Dana Bagi Hasil pajak, yaitu:
a. Bagian dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 90%. b. Bagian dari penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. c. Bagian dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 25 dan Pasal 29
wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21) sebesar 20%. B. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari hidrokarbon dan sumber daya alam
lain, yaitu:
a. Bagian dari kehutanan sebesar 80%. b. Bagian dari perikanan sebesar 80%.
Dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dalam rangka mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran nasional.
D. Pemerintah Aceh mendapat tambahan Dana Bagi Hasil minyak dan gas bumi yang merupakan bagian dari penerimaan Pemerintah Aceh, yaitu: a. Bagian dari pertambangan minyak sebesar 55%.
b. Bagian dari pertambangan gas bumi sebesar 40%.
model pembangunan tersebut gagal, maka daerah-daerah lain akan menuntut Aceh sebagai sebuah provinsi yang tidak produktif. peran komponen pembangunan di dalam pemerintah Aceh untuk melalukan percepatan pembangunan. Harus disadari keberhasilan suatu model pembangunan yang diterapkan melalui dana otonomi khusus oleh pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai komponen pembangunan di Aceh ditunjukkan oleh sejauh mana Aceh mampu mengejar ketertinggalan pembangunan yang telah dilakukan oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia. Secara umum, penyebab rendah dan lambatnya pembangunan prioritas otonomi khusus disebabkan karena:
1. pemetaan objek ketertinggalan pembangunan yang kurang tepat oleh pemerintah, sehingga percepatan pembangunan tidak berjalan dengan baik bahkan cenderung tidak tepat sasaran.
dana atau uang dalam pertumbuhan ekonomi menyebabkan pengeluaran pembangunan dianggap sebagai variabel yang mempengaruhinya. Dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk pembangunan tersebut jika penggunaanya kurang efisien maka akan memberikan kontribusi yang minimal bagi pertumbuhan ekonomi
2.2 Penelitian Sebelumnya
Imam Sumardjoko (2014) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Transfer Kedaerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Papua Sebagai Upaya Penguatan Desentralisasi Asimetri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan DAU dan DAK mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah Papua dengan nilai signifikansi 0,071 dan 0,081. Sedangkan penerimaan Dana Otsus tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah pada nilai 0,176. Kondisi mencerminkan pemanfaatan Dana Otsus belum optimal dan tepat sasaran karena ditemukan beberapa penyimpangan penggunaan, kondisi geografis dan permasalahan adat juga menyulitkan pengembangan infrastruktur daerah. Pesamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perbedaannya adalah pada pada penelitian sebelumnya fokus penelitian dilakukan di Papua, dan pada penelitian ini tempat penelitian difokuskan di Provinsi Aceh.
data penelitian menunjukkan bahwa nilai konstanta C = 1,523, koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) = 0,989 dan koefisien regresi variabel Dana Otonomi Khusus (X2) = -0,033, Nilai koefisien X1 (PAD) berpengaruh positif dan Nilai koefisien X2 (Dana Otonomi Khusus) berpengaruh negatif sehingga dapat di simpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan dana otonomi khusus tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh dana otonomi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perbedaannya adalah terdapat pada lokasi penelitian, dimana pada penelitian ini lokasi penelitiannya di Provinsi Aceh, sedangkan pada penelitian sebelumnya lokasi penelitiannya di Provinsi Papua.
sedangkan pada penelitian sebelumnya pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai variabel bebas dan data yang digunakan runtun waktu 5 tahun. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang pertumbuhan ekonomi.
Muhammad Hijrah Saputra (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana
Otsus mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dimana peningkatan Dana Otsus beriringan dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan Dana Otsus berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh dana otonomi khusus di Provinsi Aceh, sedangkan perbedaan nya adalah penulis meneliti tentang pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat, sedangkan pada penelitian sebelumnya indeks pembangunan manusia sebagai variabel terikatnya.
dengan daerah lain. Ini terlihat pada tingkat indek pembangunan manusia pada dua provinsi tersebut telah meningkat sejak pelaksanaan otonomi khusus. Pesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh dana otonomi khusus. Sedangkan perbedaanya adalah pada penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi dan penelitian dilakukan di provinsi aceh sedangkan pada penelitian sebelumnya yang menjadi variabel terikat adalah indek pembangunan manusia, dan penelitian dilakukan di Papua dan Papua Barat.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka pemikiran terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang digunakan untuk memperkirakan/meramalkan. (J.Supranto, 2003). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dana otonomi khusus (otsus) di Provinsi Aceh.
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang nilai nya akan diperkirakan/diramalkan ( J.Supranto: 2003). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Uji t
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenaran nya terhadap masalah yang diteliti. Menurut Saebeni (2007), hipotesis adalah dugaan sementara yang masih memerlukan pengujian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Diduga Dana Otonomi Khusus tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Aceh.