• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA A. Pengertian dari lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968)

James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.

Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.

Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.

B. Ciri – ciri lansia

(2)

1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.

3. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

4. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

C. Batasan Tua Atau Lanjut Usia

Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :

 Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun  Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun

 Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun  Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun

Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad

Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:  tahun = masa bayi

 1-6 tahun = masa prasekolah  6-10 tahun = masa sekolah  10-20 tahun = masa pubertas

(3)

 65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium) Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI)

Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian:

 Fase iuventus, antara 25 sampai 40 tahun  Fase vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun  Fase prasenium, antara 55 sampai 65 tahun  Fase senium, 65 tahun hingga tutup usia Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut:

 Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.

 Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun  Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun

- 70-75 tahun (yaoung old) - 75-80 tahun (old)

- Lebih dari 80 (very old) Menurut UU No. 4 Tahun 1965

Dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (sekarang tidak relevan lagi)

Menurut UU No. 13/Th.1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut:

BAB 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi:

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

Menurut Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga: 1. Usia biologis

Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati

2. Usia psikologis

(4)

3. Usia sosial

Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sebungan dengan usianya.

D. Perkembangan lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.

E. Perubahan yang terjadi pada lansia

Pada lansia terjadi banyak perubahan dalam dirinya, hal ini bisa disebut perkembangan atau perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya yaitu :

1. Perkembangan jasmani

(5)

ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan. Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.

Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit. Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain.

(6)

indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang. Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata.

Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.

Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.

(7)

berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.

2. Perkembangan Intelektual

Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.

3. Perkembangan Emosional

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.

(8)

penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru. Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).

(9)

gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.

Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak. Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan dan persaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang dilontarkan jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku emosional mereka.

4. Perkembangan Spiritual

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :

a. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius.

b. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.

c. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya.

(10)

e. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.

5. Perubahan Sosial

Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).

6. Perubahan Kehidupan Keluarga

Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun. Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.

7. Hubungan Sosio-Emosional Lansia

Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang.

Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.

F. Masalah yang dihadapi oleh lansia

Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :

(11)

Permasalahan yang hadapi oleh lansia adalah keadaan fisik yang melemah akibat dari Perubahan Fisik yang meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastroinstestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

a. Sistem pernafasan pada lansia.

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan yang cepat dan dangkal.

2) Penurunan aktivitas sila menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensi terjadi penumpukan sekret

3) Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga udara pernafasan yang masuk ke paru mengalami penurunan, kalau ada pernafasan yang tenang kira-kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal 50 m²) yang akhirnya menyebabkan terganggunya proses difusi. 5) Penurunan oksigen (O2) arteri menjadi 75 mmHg mengganggu proses

oksigenasi hemoglobin, sehingga O2 tingkat terangkut ke semua jaringan. 6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga

menurun sehingga lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret dan corpus alium dari slauran nafas berkurang sehinnga potensial terjadinya obstruksi. b. Sistem persyarafan

1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. 2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir 3) Mengecilnya saraf panca indera

4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia 1) Penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk skeris

b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

d) Meningkatnya ambang penglihatan pada sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap

e) Hilangnya daya akomodasi

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.

2) Pendengaran

(12)

antara lain nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.

3) Pengecap dan penghidu

a) Menurunnya kemampuan pengecap

b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga selera makan berkurang. 4) Peraba

a) Kemunduran dalam merasakan sakit

b) Kemunduran dalam merasakanntekanan, panas dingin c. Perubahan kardiovaskuler

1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Kurangnya efektifiatas pembuluh darah perifer untuk untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ±170/95 mmHg).

d. Sistem genetio urinaria.

1) Ginjal mengecil dari nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal ,emurum sampai 50 % penyaringan diglomeluro menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurang kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis menurun proteinuria (biasanya +1) : BUN meningkat.

2) Vesika urinaria/ kandung kemih, otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml. Atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ±75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva.

5) Vagina, selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

6) Daya sexual, frekuensi sexual intercourse cenderung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

(13)

2) Fungsi paratoid dan sekresinya tidak berubah

3) Pituitary, pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,TSH,FSH dan LH. 4) Menurunnya aktivitas tiroid BMR turun dan menurunnya daya pertukaran

zat.

5) Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen dan testosteron. 6) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum

tulang serta kurangmmamou dalam mengatasi tekanan jiwa (stress). f. Perubahan sistem pencernaan usia lanjut

1) Kehilangan gigi, penyeab utamanya adanya periodontalm disease yang biasa terjadi stelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari slaput lendir, antropi indera pengecap (±80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asam dan pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, ras alapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah % biasanya timbul konstipasi 6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).

7) Liver (hati), amkin mengecil & menurunnya tempat penyimpangan, berkurangnya aliran darah.

g. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan densikusnya untuk rapuh. 2) Resiko terjadinya fraktur

3) Kyphosis

4) Persendian besar & menjadi kaku. 5) Pada wanita lansia > resiko fraktur

6) Pinggang, lutut &jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan berkurang)

8) Gerakan volunter adalah gerakan berlawanan

9) Gerakan reflektonik adalah gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.

10) Gerakan involunter adalah gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus.

11) Gerakan sekutu adalah gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin inefektivitas dan ketangkasan otot volunter.

h. Perubahan sistem kulit & jaringan ikat

1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak

(14)

3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temoeratur yang tinggi.

4) Kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen.

5) Menurunnya aliran darah pada kulit juga menyebabkan penyembuhan luka kurang baik.

6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh

7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.

8) Pada wanitan >60 tahun rambut wajah meningkat kadang-kadang menurun. 9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. 10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak daapat memproduksi panas yang

banyak rendahnya aktivitas otot.

i. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual 1) Perubahan sistem reproduksi

a) Selaput lendir vagina menurun/kering b) Menciutnya ovarium dan uterus c) Atropi payudara

d) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur-berangsur.

e) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

2) Kegiatan seksual

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi. a) Fisik, secar jasmani sikap sexual akan berfungsi sebagai biologis

melalui organ kelamin 7yang berhubungan dengan proses reproduksi. b) Rohani, secara rohani kebutuhan tertuju pada orang lain sebagai

manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan seksualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang.

c) Sosial, secara sosial kebutuhan kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang paling diharapkan dalam menjalani sexualitas.

(15)

lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Masalah kognitif ( Intelektual )

Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun) dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.

3. Masalah emosional

Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian beliau menjadi sangat besar. Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan pekerjaanya, maka tingkat emosi meningkat, terbukti bahwa beliau segera menegur rekan kerjanya tersebut agar lebih cekatan. Sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.

4. Perkembangan Spiritual

Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup serius.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batin, khususnya bagi para lansia. Rasulullah bersabda “ semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditujukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :

a. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar dari pada orang yang religius.

b. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.

(16)

d. Lanjut usia yang religus lebih lebih kuat dan tabah dan tenang menghadapi stres daripada yang non religius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.

e. Lanjut usia yang religius yang tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) dari pada yang non religius.

5. Perubahan-perubahan mental/psikologis

Faktor-faktor yang memoengaruhi perubahan mental adalah : a. Perubahan fisik, khususnya perasa

b. Kesehatan umum c. Tingkat pendidikan d. Keturunan (herediter) e. Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan berhubungan dengan teman dan keluarga

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran dan perubahan konsep diri.

6. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktorlain seperti penyakit-penyakit.

7. Perubahan aspek

Psikososial pada umunya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penuruna fungsi kogitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,pengertian, perhatian dal lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotor (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordiansi yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial

1) Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

2) Mundurnya daya ingat , penuruna degenerasi sel-sel otak 3) Gangguan halusinasi

4) Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

5) Fungsi psikososial, seperti kemampuan berpikir dan gambaran diri. G. Solusi Permasalahan

Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :

1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia ( fisik ) :

(17)

b. Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.

c. Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur

d. Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya e. Istirahat, tidur yang cukup

f. Minum suplemen gizi yang diperlukan g. Memeriksa kesehatan secara teratur 2. Berhubungan dengan masalah intelektual

Sulit untuk mengingat atau pikun dapat diatasi pada saat muda dengan hidup sehat, yaitu dengan cara :

a. Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda. b. Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup. c. Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat. d. Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda. e. Segera obati depresi Anda.

f. Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi.

g. Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan daya ingat. h. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah kemampuan otak i. Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan memfokuskan

pikiran.

j. Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda. 3. Berhubungan dengan Emosi :

a. Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.

d. Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.

(18)

rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

4. Berhubungan dengan Spiritual :

a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

b. Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah c. Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur.

PERUBAHAN FISIOLOGI DAN GANGGUAN KEEHATAN PADA LANSIA A. PERUBAHAN SISTEM RESPIRATORI

(19)

dibahas lebih lanjut mengenai perubahan anatomis dan fisiologis sistem respirasi pada lansia. Lansia mengalami penuaan normal yang dialami tubuhnya, khususnya sistem respirasi.

1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

3. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya proses difusi.

5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

Perubahan Anatomi Menurut Stanley (2007), perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai berikut :

1. Paru-paru kecil dan kendur. 2. Hilangnya recoil elastic. 3. Pembesaran alveoli.

4. Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu. 5. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

6. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan. 7. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

8. Kelenjar mucus kurang produktif.

9. Penurunan sensivitas sfingter esophagus.

10. Penurunan sensivitas kemoreseptor. Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan dengan sekitar 50% pengurangan respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65 tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya.

(20)

sedikit pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, maka menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan peningkatan klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering, sehingga menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan. (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Stokslager, 2003 perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan sebagian berikut :

1. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus. 2. Atrofi umum tonsil.

3. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.

4. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan metabolism kalsium dan kartilago iga.

5. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus. 6. Kifosis.

7. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan. 8. Penurunana kapasitas difusi

a. Penurunanan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan kapasitas vital b. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan recoil

elastic paru dan peningkatan kapasitas residual.

c. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang mengakibatkan penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen.

d. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5% e. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi paru dan sumbat mukus.

(21)

kapasitas vital Pembesaran duktus alveolar Menurunnya area permukaan alveolar Peningkatan ukuran dan kekakuan trakea dan jalan napas pusat Menurunnya kapasitas difusi Peningkatan ruang mati Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan penyebab perubahan cadangan fisiologis dan mekanisme perlindungan pulmonal (Stanley, 2007): Perubahan Hasil Konsekuensi Hilangnya silia Kurang efektifnya peningkatan mukosilia Peningkatan risiko gangguan respirasi Penurunan refleks muntah dan batuk Jalan napas yang tidak terlindung Peningkatan risiko cedera pulmonal Penumpukan respon terhadap hipoksemia dan hiperkapnia Penurunan saturasi O2 Penurunan cadangan fisiologis Penurunan fungsi limfosit T dan imunitas humoral Penurunan respon antibodi terhadap antigen spesifik Peningkatan kerentanan terhadap infeksi Berkurangnya respon hipersensitivitas lambat Penurunan efisiensi dan vaksinasi Penurunan fungsi reseptor β2 Penurunan respon terhadap agonis β2 yang dihirup Peningkatan kesulitan dalam menangani asma Penurunan motilitas esofagus dan gaster dan hilangnya tonus sfingter kardiak Peningkatan risiko refluks ke esofagus Peningkatan risiko terjadinya aspirasi Pada lansia yang sehat, paru-paru menjadi lebih kecil dan lebih lemah, dan berat mereka berkurang kira-kira 20%. Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan perubahan beberapa indikator fungsi paru-paru berkaitan dengan lansia (Ebersole, 2005): Indikator Perubahan Volume tidal Volume resiidu Kapasitas vital Kapasitas total paru Volume paksa ekspirasi Tidak ada Meningkat 50 % Berkurang 25 % Tidak berubah, sebagai hasil dari mekanisme kompensasi Menurun Perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi karena penuaan pada lansia merupakan suatu hal yang normal. Pada tubuh lansia sendiri terdapat mekanisme yang bekerja untuk mengkompensasi perubahan-perubahan yang terjadi tersebut. Namun, jika terdapat faktor-faktor pendukung terjadinya penyakit pernapasan pada lansia seperti riwayat merokok atau riwayat penyakit pernapasan lainnya, mekanisme kompensasi tersebut akan berkurang fungsinya dan akan memperparah kondisi sistem respirasi lansia. B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN

(22)

menurun fungsi dan anatomiknya. Perubahan Anatomik pada Sistem Pencernaan (Sistem Digestivus) lansia antara lain :

1. Rongga Mulut (Cavum Oris) a. Gigi (Dente)

1) Atrial : Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus menerus. Dimensi vertikal wajah menjadi lebih pendek sehingga merubah penampilan /estetik fungsi pengunyah.

2) Meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan akar, karies sekunder di bawah tambalan lama.

3) Jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan tanggal.

b. Muskulus : koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis.

c. Mukosa : jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap, dan kering.

d. Lidah (Lingua) Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka ter¬jadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

e. Kelenjar liur (Glandula Salivarius) : terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva menurun.

f. Sendi Temporo Mandibular (Art Temporo Mandibularis) Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini akibat dari proses degenerasi. Dengan manifestasi adanya TM joint sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi, sehingga sukar membuka mulut secara lebar.

g. Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare) : terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi atau setetelah pencabutan.

2. Lambung (Ventriculus)

(23)

rangsang rasa lapar juga berkurang. Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah.

3. Usus halus (Intestinum Tenue)

Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang jumlah vili berkurang yang menyebebabkan penu¬run¬an proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang di¬hasil¬kan oleh pancreas dan empedu menurun, sehingga meta¬bolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbsi.

4. Pankreas (Pancreas) Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubung¬kan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu. 5. Hati (Hepar) Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595 ml/menit. Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi, bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous sehingga menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di ingat terutama dalam pemberian obat-obatan.

(24)

mencapai kematangan seksual. Perubahan itu berhubungan erat dengan proses invilusi dan atropi kelenjar timus (Busby, and Caranasos, 1985).

A. Perubahan Fisik Pada Usia Lanjut

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

1. Sistem pernafasan pada lansia.

a. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

b. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

c. Penurunan aktivitas paru ( mengembang& mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

d. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.

e. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

f. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

g. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

2. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut. a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

(25)

d. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

3. Sistem genito urinaria.

a. Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

c. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. d. Atropi vulva.

e. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

f. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

4. Sistem endokrin / metabolik pada lansia. a. Produksi hampir semua hormon menurun. b. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

c. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

d. Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat. e. Menurunnya produksi aldosteron.

f. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.

g. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

5. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

(26)

b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

c. Esofagus melebar.

d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. f. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

g. Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

6. Sistem muskuloskeletal.

a. Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh. b. Resiko terjadi fraktur.

c. Kyphosis.

d. Persendian besar & menjadi kaku. e. Pada wanita lansia > resiko fraktur.

f. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

g. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). 1) Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan.

2) Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.

3) Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus.

4) Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

7. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. a. Perubahan sistem reprduksi.

1) selaput lendir vagina menurun/kering. 2) menciutnya ovarium dan uterus. 3) atropi payudara.

4) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.

(27)

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.

Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

B. Perubahan Psikis Pada Masa Usia Lanjut

Gangguan psikologis paling umum yang berpengaruh pada orang tua adalah timbulnya depresi, dimensia, dan mengigau. Hal ini lebih sering diakibatkan oleh perasaan sudah tua, sudah pikun, dan secara fisik sudah tidak menarik bagi pasangan. Perubahan akibat depresi dan dimensia bahkan sering mengganggu prilaku seksual termasuk gangguan khayal yang dikaitkan dengan kecemburuan phatologis.

Secara umum beberapa gangguan psikologis yang timbul adalah  Kecemasan (angietas)

 Depresi

 Rasa bersalah (guilty feeling)

 Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam berhubungan seksual

Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat berpengaruh besar terhadap sisi kewanitaannya seperti :

 Penurunan sekresi estrogen setelah menopause  Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara  Cerviks yang menyusut ukurannya

(28)

 Berkurangnya pelumas vagina

 Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks

 Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal

Ada prinsip perkembangan yang dinamakan Multidirectional, dimana beberapa komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen lain nya malah menurun, lansia akan semakin arif, tapi menurun dalam tugas yang membutuhkan kecepatan memproses informasi, misalnya lansia baru mempelajari komputer.

Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang paling umum yang berpengaruh pada orang tua adalah depresi, dimensia dan menggigau prilaku seksual mungkin berubah secara signifikan pada depresi dan dimensia.

A. Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut 1. Wanita

Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia

Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.

a. Vagina

 Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.

 Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.

b. Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik.Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan. c. Ovarium

(29)

eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium.Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

d. Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

e. Monopouse

Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan ireversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan hasil akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Seorang wanita dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya yang terakhir, ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya kering vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan klimakterium. Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelumnya gejala-gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul, dinamakan fase perimenopause.

Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek.

(30)

1) Fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi.

2) Rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang.

3) Sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.

Pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Pria

Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah : a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.

Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.

b. Kelenjar prostat biasanya membesar.

Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut. c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi yang

sempurna mungkin juga tertunda.

(31)

d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.

e. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.

f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja.

g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi. Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu.

Masalah-masalah seksual lain yang sering pula terjadi pada lansia pria diantaranya: a. Disfungsi Ereksi (Impotensia)

(32)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai perkembangan yang terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.

2. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas, diantaranya usia lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia.

3. Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya.

4. Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual, perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.

5. Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual, emosi, dan spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih sering mengalami pikun atau sulit untuk mengingat.

6. Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa – masa ini.

B. Saran

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat kemampuan perawatan diri lansia dengan perubahan konsep diri lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah penyesuaian diri terhadap kekuatan fisik yang menurun,

13 Th.1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.... Menyesuaikan diri dg menurunnya kekuatan fisik/kesehatan scr

Individu lanjut usia harus melakukan penyesuaian diri terhadap beberapa perubahan dalam dirinya, yaitu perubahan fisik, kemampuan motorik, kemampuan mental, dan minat.

Penyesuaian diri masa pensiun merupakan kemampuan pensiunan dalam menghadapi perubahan atau tekanan sehingga lebih dapat mengekspresikan perasaan dan

usia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lanjut usia adalah tahap.. masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 keatas); (3) Lanjut

Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria maupun wanita, pada usia lanjut mereka

Akibat yang dapat saja terjadi akibat masalah penglihatan pada usia lanjut dimana apabila terjadi sensitivitas terhadap cahaya dapat mengakibatkan kecendrungan