• Tidak ada hasil yang ditemukan

prosiding pesat vol 6 2015 irawan firdaus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "prosiding pesat vol 6 2015 irawan firdaus"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSIDING PESAT 2015

(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil)

Volume 6 Oktober 2015

PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA MELALUI REVITALISASI PERADABAN

ISSN : 1858 2559

PENERBIT

Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

Alamat Redaksi

Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina

Depok, Jawa Barat 16424 Telp: +62-21-78881112 ext. 455

Fax: +62-21-7872829 Email: pesat@gunadarma.ac.id

(3)

ii PESAT

Seminar Ilmiah Nasional Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil Volume 6 Oktober 2015

956 hal + xv

Editor:

Tri Wahyu Retno Ningsih, Vega Valentine, Indah Mulyani, Risnawati

Desain sampul: Tim Prosiding

Penerbit: Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

©2015. Hak cipta Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi prosiding ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotocopy, memindai atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari penerbit.

(4)

iii

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab: Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc. Prof. Dr. Didin Mukodim MM. Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.

Ketua Dewan Redaksi: Dr. Bertalya, SKom., DEA

Komite Ilmiah:

Prof. Dr. Didin Mukodim (Universitas Gunadarma)

Prof. Dr. Dharma Tintri Ediraras SE. Ak. MBA. (Universitas Gunadarma) Prof. Sahat Sahala Pandjaitan (Universitas Lampung)

Prof. Dr. Waridin, MS. (Universitas Diponegoro) Prof. Dr. Indah Susilowati, MSc. (Universitas Diponegoro)

Prof. Jamaluddin Ancok (Universitas Gunadarma)

Dr. M.M. Nilam Widyarini, MPsi., Psikolog (Universitas Gunadarma) Dr. Raziq Hasan, Ir. MTArs. (Universitas Gunadarma)

Dr. Heri Suprapto (Universitas Gunadarma) Dr. Totok Suhardiyanto, MHum. (Universitas Indonesia)

Dr. Ir. Budi Hermana, M.M. (Universitas Gunadarma) Prof. Antariksa Sudikno, MEng., PhD. (Universitas Brawijaya)

Editor Pelaksana:

Tri Wahyu Retno Ningsih, SS, MM Dr. Jacobus Belida Blikololong

Indah Mulyani, SPsi., MSi Vega Valentine, ST, MMSI, MSc.

Nurlalila, SS, MHum. Risnawati, SP, MSi. Sandhi Prajaka, SKom., MMSI

Sampul: Tim Prosiding

Penerbit:

(5)

iv

PANITIA PELAKSANA SEMINAR

Penasehat:

Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM. Prof. Suryadi Harmanto, SSi., MMSI.

Agus Sumin, SSi., MM

Penanggung Jawab: Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc. Prof. Dr. Didin Mukodim MM. Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.

Ketua Panitia:

Dr. Sri Hermawati, SE., MM.

Sekretaris:

Dr. Bertalya, SKom., DEA

Bendahara:

M.S. Harlina, S.Kom., MMSI

Sekretariat:

Ida Ayu Ari Angreni, ST, MMT Lilis Setyowati, ST Riyanto Wibowo, ST

Sarana dan Prasarana: Dr. Harjanto Sutedjo, MM Remi Senjaya, SKom. MMSI

(6)

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-74 Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

PENGARUH UPAH MINIMUM DAN INFLASI TERHADAP

KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR

DAN SEDANG DI JABODETABEK TAHUN 2008-2013

Bambang Irawan1

Muhammad Firdaus2

1,2Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 1birawan718@gmail.com, 2daus_mti@staff.gunadarma.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meneliti hubungan variabel upah minimum dan inflasi terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008- 2013. Teknik analisa yang digunakan adalah regresi linier berganda yang terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel upah minimum secara parsial berpengaruh tidak signifikan. Sedangkan untuk variabel inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008- 2013. Terjadi pengaruh negatif pada variable upah minimum, dimana ketika variabel bebas tersebut naik, maka variabel terikat akan mengalami penurunan. Sedangkan untuk variabel inflasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini juga menemukan bahwa nilai adjust R square dari variable independen ini sebesar 14,4% sedangkan sisanya 85,6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model regresi ini.

Kata Kunci: upah minimum, Inflasi, kesempatan kerja, industri besar dan sedang.

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses merupakan gambaran tentang bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu menuju kearah yang lebih baik. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dua indikator pembangunan ekonomi yang penting pada suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. laju pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah output yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Boediono (1992), menyatakan bahwa meningkatkan output sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan pekerja, penerapan sistem pembangian kerja yang

tepat berdasarkan keterampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang dapat memudahkan dan mempercepat serta meningkatkan produktifitas tenaga kerja.

(7)

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum... E-75

sekedar keterbatasan lapangan atau

peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokok tertumpu pada kegagalan penciptaan lapanga kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja, yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja (Todaro, 2000).

Kenaikan upah minimum regional akan berdampak langsung terhadap tenaga kerja di propinsi yang bersangkutan. Karena upah minimum merupakan pendapatan bagi buruh, maka dengan naiknya upah berarti pendapatan mereka bertambah, tambahan pendapatan mendorong naiknya pengeluaran yang selanjutnya meningkatkan permintaan pasar. Kenaikan permintaan apabila tidak diikuti oleh kenaikan penawaran di pasar akan menimbulkan kenaikan harga-harga barang dan jasa (demand pull inflation). Di lain pihak, kenaikan upah oleh pengusaha dikalkulasikan sebagai kenaikan biaya produksi. Pengusaha berusaha menutup kenaikan biaya produksi tersebut dengan cara menaikkan harga output. Proses berikutnya terjadilah kenaikan harga-harga barang di pasar yang diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi tersebut (cost push inflation). Dengan adanya demand pull inflation dan

cost push inflation maka terjadi saling

mendorong antara kedua jenis inflasi tersebut, yang akhirnya menjadikan inflasi dalam perekonomian lebih besar. Tahap berikutnya dari efek inflasi tersebut adalah

kenaikan harga-harga input yang digunakan oleh perusahaan.

Sektor industri sangat erat kaitannya dengan upah minimum dan inflasi yang akan mempengaruhi harga, sehingga pada akhirnya berdampak pada kesempatan kerja yang ada pada industri. Namun apakah upah minimum yang diberikan oleh industri mampu menyerap banyaknya tenaga kerja, dan juga inflasi yang terus terjadi, jika diperhatikan membuat semakin banyak penduduk kehilangan pekerjaan atau bahkan menganggur. Oleh sebab itu timbul pertanyaan “apakah upah minimum dan inflasi berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek tahun 2008-2013?”.

METODE PENELITIAN

Dalam penilitian ini objek penelitian yang diambil adalah keseluruhan data tenaga kerja pada industri besar dan sedang, upah minimum dan inflasi kota Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi pada tahun 2008-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang mempunyai relevansi variabel penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Web Searching pada website milik badan resmi yang mempublikasikan data yang diperlukan, yang pada penelitian ini adalah lembaga BPS (www.bps.go.id). Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel terikat (kesempatan kerja pada sektor industri pengolahan skala besar dan sedang di Jabodetabek) dan variabel bebas (Upah Minimum dan Inflasi).

Definisi Operasional Variabel

(8)

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-76 Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

langsung bekerja didalam proses produksi dari mulai bahan baku masuk ke pabrik sampai menjadi hasil produksi yang keluar dari pabrik) maupun tenaga kerja lainnya dan diukur dengan persentase. Data diambil dari BPS.

Pada variabel upah minimum (X1) diwakili oleh kenaikan tingkat upah minimum kota yang diterima oleh buruh dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam rupiah dari tahun 2008-2013 dan diolah menjadi persentase. Data diambil dari BPS. Pada variabel inflasi (X2) tingkat inflasi yang digunakan menunjukkan besarnya perubahan harga-harga secara umum pada periode waktu tertentu. Tingkat inflasi yang digunakan pada penelitian ini adalah besarnya inflasi yang terjadi di Jabodetabek tahun 2008- 2013 yang diperoleh dari BPS.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least

Square) atau metode kuadrat terkecil

biasa. Teknik analisis tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh upah minimum dan inflasi terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang. Adapun model penelitian adalah sebagai berikut.

Y = α + β1 X1+ β2 X2+ ! ...(1)

Dimana :

Y = Kesempatan kerja sektor industri

pengolahan besar dan sedang α = Konstanta

β1-β2 = Koefisien regresi X1 = Upah minimum X2 = Inflasi

" = Disturbance error

Pada penelitian ini uji t dilakukan untuk menguji signifikansi variabel independen yaitu Upah minimum (X1), Inflasi (X2), secara parsial terhadap variabel dependen yaitu kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008- 2013 (Y). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat signifikansi α = 0,05

sebagai berikut. Sig. t > α 0,05 ; Ho Diterima : berpengaruh tidak signifikan. Sig. t < α 0,05 ; Ho Ditolak : berpengaruh signifikan.

Untuk menguji variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial, maka dibuat hipotesis sebagai berikut.

a. Hipotesis 1

Ho: Sig.t > α 0,05; Tidak terdapat

pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel upah minimum terhadap variabel kesempatan kerja.

Ha: Sig. t < α 0,05; Terdapat

pengaruh yang negatif dan signifikan antara variabel upah minimum terhadap variabel kesempatan kerja. b. Hipotesis 2

Ho: Sig.t > α 0,05; Tidak terdapat

pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel inflasi terhadap variabel kesempatan kerja.

Ha: Sig. t < α 0,05; Terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel upah minimum terhadap variabel kesempatan kerja.

Uji-t digunakan untuk melihat pengaruh secara sendiri-sendiri dari setiap variabel bebas terhadap variabel tak bebas, apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dalam suatu model bersifat signifikan atau tidak. Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen yaitu Upah minimum (X1), Inflasi (X2), secara simultan terhadap variabel dependen yaitu kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008- 2013 (Y). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat signifikansi α = 0,05 sebagai berikut. Sig. F > 0,05 ; Ho Diterima sedangkan Sig. F < 0,05 ; Ho Ditolak.

(9)

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum... E-77

industri pengolahan besar dan sedang di

Jabodetabek pada tahun 2008- 2013 (Y). Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen yaitu Upah minimum (X1), Inflasi (X2), secara simultan terhadap variabel dependen yaitu kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008- 2013 (Y).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.

Hasil Analisis Variabel Kesempatan Kerja

VARIABEL B Sig.t

(Constant) -6,088 ,249

Upah_minimum -,226 ,210

Inflasi 2,003 ,017

Sig.F ,050b

Adj.R2 0.144

Sumber: Hasil Olah Data

Berdasarkan tabel 1 diperoleh persamaan seperti persamaan 2 berikut. Berdasarkan persamaan multiregresi diatas dapat diketahui bahwa konstanta mempunyai nilai -6,088 yang artinya apabila variable independennya (variable upah minimum dan inflasi) konstan maka diperkiran variabel dependen yaitu kesempatan kerja sektor industri pegolahan besar dan sedang turun sebesar akan menurun sebesar 6,088%.

Variable upah minimum mempunyai nilai -0,226 dan mempunyai nilai signifikansi t nya sebesar 0,210 yang mana lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Variabel upah minimum berpengaruh tidak signifikan terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan sedang dan besar yang ada di Jabodetabek. Kenaikan upah minimum sebesar 1% akan berdampak pada penurunan kesempatan kerja pada sektor industri sebesar 0,226% .begitu pula sebaliknya, apabila upah minimum turun sebesar 1% maka kesempatan kerja naik sebesar 0,266%.

Selanjutnya variabel inflasi mempunyai nilai +2,003 dan mempunyai nilai signifikasi t-nya sebesar 0,017 yang mana lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek. Kenaikan variabel inflasi sebsar 1% akan berdampak pada kenaikan kesempatan kerja sebesar 2,003%. Begitu pula sebaliknya, apabila variabel inflasi turun sebesar 1% maka akan berdampak pada penurunan kesempatan kerja pada sektor industri pengolahan sebesar 2,003%

Berdasarkan tabel 1 diketahui dari kolom Sig. bahwa nilai signifikansi F sebesar 0,05 yang berarti sama dengan 0,05 dan tidak lebih besar dari 0,05 sekaligus menyatakan Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yaitu upah minimum dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen-nya yaitu Kesempatan kerja sektor industri pegolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008-2013. Temuan lain dari studi ini adalah nilai koefisien determinasi sebesar 0,144 atau sebesar 14,4%. Nilai tersebut berarti bahwa kemampuan variabel independen yaitu upah minimum dan inflasi dalam menjelaskan kesempatan kerja pada sektor industri pengolahan besar dan sedang pada tahun 2008-2013 hanya sebesar 14,4% dan sisanya sebsar 85,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan pada penelitian ini. Upah bagi pengusaha dapat dipandang sebagai beban, karena semakin besar upah yang dibayarkan kepada karyawan, semakin kecil proporsi keuntungan bagi pengusaha. Perubahan tingkat upah akan mempengharuhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Ada dua hal yang dapat terjadi dari dampak kenaikan upah minimum terhadap kesempatan kerja pada sektor industri besar dan sedang. Yang pertama, naiknya tingkat upah akan

(10)

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-78 Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

menaikkan biaya produksi perusahaan, selanjutkan akan meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak mau membeli barang tersebut. Artinya banyak produksi yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal yang kedua apabila upah minimum naik, pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lain sebagainya. Penggunaan mesin-mesin akan oleh perusahaan akan menurunkan tenaga kerja sehingga kesempatan kerja menurun.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan studinya Jauhari dan Atmanti (2009). Penelitian tersebut mengatakan bahwa kenaikan upah pada sektor indutri manufaktur tahun 2005 menyebabkan bertambahnya output yang kemudian akan berdampak pada kesempatan kerja, yaitu bertambahnya kesempatan kerja di sektor industri manufaktur. Pada penelitian tersebut, Sektor industri pengolahan (manufaktur) yang paling besar penciptaan kesempatan kerjanya akibat kenaikan upah adalah industri perabot rumah tangga dari kayu yaitu 6.358 jiwa. Sektor lain yang mampu menciptakan kesempatan kerja cukup tinggi adalah industri kayu dan bahan bangunan dari kayu dan industri tekstil, yang masing- masing mampu menciptakan kesempatan kerja sebesar 4.538 jiwa dan 4.220 jiwa. Sedangkan sektor yang paling kecil penciptaan kesempatan kerjanya adalah industri dasar baja dan besi yaitu sebesar 14 jiwa.

Hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat inflasi dengan tingkat kesempatan kerja didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan

dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, berdasarkan teori permintaan, permintaan akan naik, kemudian harga akan naik pula. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan penyerapan tenaga kerja tersebut maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) pengangguran menjadi berkurang atau bisa dilihat pula dengan tingkat inflasi yang stabil akan menurunkan tingkat suku bunga yang secara langsung kemudian akan memicu banyaknya permintaan atas kredit usaha dan akan banyak industri atau sektor usaha yang bermunculan, sehingga jumlah penyerapan tenaga kerja meningkat seiring kesempatan kerja yang tinggi. Hal tersebut berlaku pada tingkat inflasi ringan dan dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan harga yang membuat perusahaan meningkatkan jumlah produksinya dengan harapan memperoleh laba yang lebih tinggi. Namun, jika inflasi yang terjadi adalah hyper inflation, keadaan tersebut tidak berlaku lagi. Pada saat inflasi tinggi yang tidak dibarengi dengan kemampuan masyarakat, perusahaan akan mengurangi jumlah penggunaan tenaga kerja sehingga jumlah pengangguran akan bertambah.

Hal tersebut sejalan dengan pedapat Sukirno (2004) berdasarkan teori permintaan, dengan meningkatnya harga dan meningkatnya permintaan, maka produsen akan meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah jumlah tenaga kerja. Oleh karena itu inflasi dan tenaga kerja memiliki hubungan yang positif, jika kenaikan inflasi juga dibarengi oleh kenaikan permintaan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

(11)

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum... E-79

upah minimum dan inflasi terhadap

kesempatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah minimum berimplikasi negatif meski tidak signifikan terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan sedang dan besar yang ada di Jabodetabek pada tahun 2008-2013. Selanjutnya tingkat inflasi berimplikasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008-2013. Kenaikan variabel inflasi sebsar 1% akan berdampak pada kenaikan kesempatan kerja sebesar 2,003%. Begitu pula sebaliknya, apabila variabel inflasi turun sebesar 1% maka akan berdampak pada penurunan kesempatan kerja pada sektor industri pengolahan sebesar 2,003%.

Saran

Pemerintah seharusnya menetapkan upah minimum sewajarnya dengan mempertimbangkan standar biaya hidup. Hal yang lebih realistis dilakukan adalah dengan menetapkan upah minimum sewajarnya yang diikuti dengan peningkatan skill pekerja agar produktivitasnya meningkat sebanding dengan kenaikan upah minimum. Selanjutnya, Inflasi yang dapat dikendalikan merupakan sebuah kesuksesan dalam perekonomian, tetapi harus diimbangi juga dengan kebijakan perekonomian yang lain seperti penurunan suku bunga sehingga nantinya akan meningkatkan investasi yang dapat menambah kesempatan kerja dan pengangguran dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis. Pengatar Ilmu Ekonomi. Edisi 1. Cetakan Ke 5. BPFE. Jogyakarta

Juhari, Imam, Hastarini Dwi Atmanti. 2009. Dampak Prubahan Upah Terhadap Output Dan Kesempatan

Kerja Industri Manufaktur Di Jawa Tengah. JEJAK, 2(2).

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Pertama, Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Todaro, P. Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Diberikan hanya untuk Asuransi Pulang - Pergi, dalam hal keberangkatan pengangkutan umum yang sudah terjadwal, dimana Tertanggung merencanakan untuk

Penelitin ini adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang didasarkan pada rumusan siklus penelitian yang disusun oleh Jhon Elliot. Penelitian ini dilaksanakan

› Mengembangkan rencana testing yang berdasar pada “ rapid recycle testing ” (siklus yang ketat – 2 % dari usaha yang dikeluarkan saat proyek).. ISU-ISU STRATEGI TESTING

Tingginya aktivitas dekomposisi bahan organik dan aktivitas metabolisme ikan di kolom perairan inilah yang menyebabkan ketersediaan oksigen terlarut menjadi semakin

perasan dan infusa daun srikaya ( A. squamosa ) dengan beberapa konsentrasi memiliki daya antelmintik terhadap cacing gelang ayam ( A..

perilaku jujur, disiplin, tanggung  jawab, peduli  (gotong royong,  kerjasama, toleran, damai),   responsive dan proaktif dan 

Swadana FIK-UNY kelas A dan B perlu ditetapkan Dosen pengajar dan penguji untuk mata kuliah Keprodian Program S- I Penjas Semester Genap Tahr-rn Akademik

156 siswa dapat memberikan masukan untuk perbaikan pekerjaannya temannya. Kegitan akhir dilaksanakan selama 10 menit. Setelah memperbaiki pekerjaan masing-masing siswa