• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 829a1e6a0c BAB VIIfinal bab 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 829a1e6a0c BAB VIIfinal bab 7"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

7.1 Sektor Pengembangan Permukiman 7.1.1 Kondisi Eksisting

Kondisi permukiman padat di kabupaten Lamandau secara umum terdapat di kota Nanga Bulik yaitu sepanjang bantaran sungai Lamandau yang meliputi dua kelurahan yaitu kelurahan Nanga Bulik dan kelurahan Kujan. Permukiman kumuh yang terdapat pada kawasan kota Nanga Bulik merupakan permukiman kampung yang berkembang secara alamiah dan tidak tertata. Permukimannya sangat padat dan mengelompok, kondisi bangunannya sangat rapat. Dengan kondisi kepadatan bangunan saat ini, terlihat berbagai kerawanan dan masalah lingkungan. Kerawanan yang mungkin dapat terjadi adalah rawan kebakaran, rawan penyakit menular dan berbagai masalah-masalah sosial dan kesehatan lainnya.

Gambar 7 : Lokasi Kawasan Kumuh di Kota Nanga Bulik

Tingkat Kekumuhan di dua kelurahan yang terletak di kota Nanga Bulik tersebut diklasifikasikan menjadi tingkat kekumuhan sedang dan tingkat kekumuhan tinggi. Daerah Permukiman kumuh

BAB 7

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA

(2)

dengan tingkat kekumuhan sedang mempunyai tipikal lokasi nya berada di tengah kota (urban core), yang merupakan pemukiman lama atau tradisional. Pemukiman yang dimaksud disini adalah pemukiman yang dahulu merupakan pemukiman yang diperuntukkan bagi hunian kalangan menengah ke bawah, yaitu daerah jalan R.Kertawana, Jalan Niaga dan di Kelurahan Kujan RT 3,4,5,6. Pada Area ini sudah ditemui hunian permanen dengan dinding beton dan lantai keramik.

Daerah Permukiman kumuh dengan tingkat kekumuhan tinggi mempunyai tipikal lokasi berada di sepanjang pinggir sungai Lamandau, yaitu daerah Wanaraya (RT 2B), Daerah pasar Nanga Bulik yaitu RW 04 RT 04A. RW 05 RT 05 A dan daerah Kujan kecuali RT 7. Merupakan Permukiman yang dekat pusat kegiatan sosial ekonomi yaitu pasar Nanga Bulik dan SPBU Kujan. Karakteristik Hunian, sebagian besar hunian di wilayah penelitaan didominasi oleh bangunan yang masih kurang layak huni karena belum memiliki persyaratan sesuai standar kesehatan hunian. Kondisi bangunan seperti ini lebih banyak ditemukan pada wilayah kelurahan Kujan dan daerah Wanaraya Ujung. Adapun definisi tidak layak huni yang dimaksud dalam hal ini adalah dari sisi jenis bangunan yang semi permanen, luasan bangunan yang berukuran kecil dan sempit, tidak adanya pemisahan bagian untuk ruang privat maupun ruang bersama, kurangnya perawatan dari pemilik hunian terhadap bangunan huniannya dan tidak adanya sertifikat kepemilikan yang sah oleh masyarakat terhadap hunian yang ditinggalinya selama ini.

Gambar 8 : Permukiman Kumuh di Kabupaten Lamandau

(3)

bersih, permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan seperti terletak di sepadan sungai dan bangunan rumah yang tidak layak huni. Berdasarkan karakteristik diatas diindikasikanlah suatu kawasan sebagai kawasan kumuh pusat kota dan kawasan kumuh tepi air, sebaran kawasan permukiman kumuh di kota Nanga Bulik disajikan pada bagan berikut ini :

Tabel 23 : Sebaran Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Lamandau

No Nama Kawasan Lokasi Luas dalam Ha

1 Kawasan I Daerah Pingiran Sungai, Wanaraya, Kertawana, JC Rangkap Kelurahan Nanga Bulik.

7,09

2 Kawasan II Daerah Pemukiman dekat pasar, Jalan NIaga Kelurahan Nanga Bulik.

6,13

3 Kawasan III Kampung Seberang Kelurahan Nanga Bulik. 1,56 4 Kawasan IV Daerah Pingiran Sungai Kelurahan Kujan. 6,46 Sumber : Inventarisasi Kawasan Kumuh Kabupaten Lamandau, 2016

Selain permasalahan permukiman kumuh, diidentikasikan bahwa di kabupaten Lamandau memerlukan perbaikan sarana dan prasarana pada daerah Agropolitan. Pengembangan kawasan agropolitan tersebut menjadi sangat penting dalam kontek pengembangan wilayah mengingat kawasan dan sektor yang dikembangkan sesuai dengan keunikan lokal. Perkebunan menjadi penopang utama ekonomi penduduk kabupaten Lamandau, baik mempunyai kebun sendiri ataupun bekerja di perusahaan perkebunan sawit. Kebun kelapa sawit dan karet seluas lebih dari 2 ribu hektare, tercatat sebagai milik warga. Belum lagi perkebunan perusahaan swasta yang banyak merekrut penduduk setempat sebagai pekerjanya. Pengembangan kawasan strategis agropolitan merupakan alternatif solusi yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa melupakan pembangunan perkotaan.

(4)

antara pusat kawasan dengan wilayah produksi pertanian, sehingga pembangunan PSD lingkungan wilayah agropolitan tersebut diharapkan dapat menambah nilai tambah produk yang ada di kawasan agropolitan tersebut.

Gambar 9 : Desa Bumi Agung sebagai kawasan Agropolitan di Kabupaten Lamandau

Untuk mengatasi masalah-masalah di perkotaan dan perdesaan di atas, diperlukan suatu perencanaan yang matang, sinergis dan integral dalam setiap sektor yang akan menghasilkan keluaran pengembangan perumahan dan permukiman yang lebih baik. Belum optimalnya perencanaan pada saat ini berakibat pada lemahnya arah kebijakan pengembangan, tumpang tindihnya rencana aksi pengembangan antar sektor, dan ketidakfokusan dalam menentukan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman, permasalahan pembiayaan merupakan salah satu poin penting dalam pemecahan permasalahan perumahan dan permukiman. Secara umum tantangan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di kabupaten Lamandau, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana di kota dan desa.

3. Penyediaan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman yang serasi dan berkelanjutan terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

(5)

5. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan agropolitan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan.

7.1.2 Sasaran Program

Kegiatan pengembangan permukiman yang diusulkan untuk Kabupaten Lamandau terdiri dari peningkatan kualitas kawasan kumuh dan pengembangan kawasan perdesaan potensial Agropolitan. Pengembangan sektor permukiman terdiri dari:

1. Perbaikan sarana dan prasarana permukiman kumuh melalui penyediaan sarana dan prasarana pada wilayah yang dikategorikan dalam wilayah kumuh.

2. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktifitas kawasan perdesaan.

Perbaikan sarana dan prasarana permukiman kumuh dimulai dengan penyiapan Master Plan Penanganan Kawasan Kumuh pada tahun 2018 ini dan dilanjutkan dengan penyediaan sarana dan prasarana agar terpenuhi lingkungan permukiman yang layak. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan dimulai dengan Penyiapan Master Plan Kawasan Agropolitan dan DED pada tahun 2018 ini termasuk didalamnya rencana-rencana prasarana dan sarana dan akan dilanjutkan dengan pembangunan prasarana dan sarana, Pada tahun 1 (pertama) dukungan PSK diarahkan pada kawasan-kawasan sentra produksi, terutama pemenuhan kebutuhan air baku, jalan usaha tani, dan drainase. Pada tahun ke 2 (kedua) dukungan PSK diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan meningkatkan nilai tambah dan pemasaran termasuk sarana untuk menjaga kualitas serta pemasaran ke luar kawasan agropolitan.

Tabel 24 : Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

No Uraian Sasaran Program Total Luas Kawasan

Sasaran Program

Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

1 Kawasan Permukiman Kumuh 21,24 ha 7,09 ha 6,13 ha 3,23 ha 3,23 ha 1,56 ha

2 Kawasan Permukiman

Perdesaan 39,60 ha 15 ha 4,8 ha 7,2 ha 7,8 ha 4,8 ha

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

(6)

Tabel 25: Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

I Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

1 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Kawasan Nanga Bulik 8000 5000

2 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Kawasan Kujan 5000 5000

3 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Kawasan Nanga Bulik, Kampung Seberang 5000

II Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

1

Penyusunan Perencanaan Teknis (DED) Sarana dan Prasarana permukiman kawasan Agropolitan Bumi Agung, Agra Mulya dan Sumber Mulya.

1 lap. 250

2 PSD Kawasan Perdesaan Potensial

(Agropolitan) desa Bumi Agung Kec.Bulik. 14,4 ha 2500 2500

3 PSD Kawasan Perdesaan Potensial

(Agropolitan) desa Agra Mulya Kec.Bulik. 9,6 ha 2500 2500

4 PSD Kawasan Perdesaan Potensial

(Agropolitan) desa Sumber Mulya Kec.Bulik. 15,6 ha 2500 2500

7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan 7.2.1 Kondisi Eksisting

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lamandau terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :

• Belum terdapatnya pendataan atas gedung negara di kota Nanga Bulik sebagai pusat

pemerintahan Kabupaten Lamandau, sehingga sukar untuk mengukur apakah bangunan gedung negara yang ada telah memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, efisen dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

• Seiring dengan perkembangan kehidupan kota Nanga Bulik yang sangat pesat dapat

menyebabkan terjadinya perubahan morfologi kota sehingga mengakibatkan berkurangnya lahan peruntukkan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota, seyogyanya kota Nanga Bulik mempunyai prasarana ruang terbuka hijau minimal 30 persen ruang terbuka hijau untuk publik.

(7)

akbar pada saat-saat tertertu atau juga digunakan untuk upacara-upacara resmi, dapat pula dipadukan dengan tempat-tempat perdagangan.

• Bahaya kebakaran di kota Nanga Bulik memerlukan perencanaan yang baik untuk

penanganan bencana kebakaran dan kebutuhan sarana prasarana yang lebih baik dalam penanggulangan kebakaran pada saat terjadi.

• Kabupaten Lamandau mempunyai objek-objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan tetapi sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata tersebut belum memadai.

• Terdapat kawasan tradisional dan bersejarah yang memerlukan rehabilitasi untuk bangunan bersejarah dan lingkungan yang ada didalamnya agar dapat menjadi laik fungsi. Dengan adanya rehabilitasi kawasan tradisional dan bersejarah diharapkan akan mendorong pengembangan ekonomi wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keserasian lingkungan.

Peraturan Daerah yang telah disusun di Kabupaten Lamandau yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan adalah sebagai berikut :

Tabel 26 : Perda/Peraturan Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No

Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya

Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk

Pengaturan No/Tahun Perihal

1 Perda Nomor 15 tahun 2012 Bangunan Gedung Agar bangunan gedung dapat menjamin keamanan dan keselamatan penghuni dan lingkungannya, maka pelaksanaanya harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persya-ratan administratif dan teknis bangunan gedung. 2 Perda Nomor 18 tahun 2012 Retribusi izin mendirikan

bangunan

Kebijakan retribusi izin mendirikan bangunan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pela-yanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah. 3 SK Bupati

Lamandau

Nomor.

188.45/153/III/HUK/2015

Kawasan wisata Delang Penetapan Kecamatan Delang sebagai tujuan wisata alam dan budaya.

4 SK Bupati Lamandau

Nomor.

600/01.a/PU/I/2016

Kawasan Kumuh Dasar bagi Pemda untuk penanganan kawasan kumuh sebagai prioritas pembangunan di kabupaten/kota.

5 Peraturan Bupati Lamandau

Nomor. Tahun 2016

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Nanga Bulik Kabu-paten Lamandau

Dasar bagi Pemda untuk penataan wilayah civic centre di kota Nanga Bulik

Sumber : Bappeda Kabupaten Lamandau, diolah.

(8)

sejak kota Nanga Bulik terbentuk. Selain sebagai ciri khas kota Nanga Bulik dengan bentuk bangunan tradisional yang dipertahankan sejak dahulu, kawasan gereja katolik terletak pada pusat kota, dapat berfungsi untuk ativitas-aktivitas yang melibatkan warga kota, dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kawasan, baik di dalam kota yang sama maupun yang berasal dari kota lain, disekitar kawasan gereja katolik masih terdapat lahan kosong yang dapat dikembangkan menjadi civic centre bagi penduduk kota Nanga Bulik dan sekitarnya.

Gambar 10 : Gereja Katolik kota Nanga Bulik sebagai salah satu ciri khas kota Nanga Bulik

Kota Nanga Bulik mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, semakin padatnya permukiman di kota Nanga Bulik akan meningkatkan resiko kebakaran. Saat ini belum terdapat pemetaan atas kawasan yang merupakan kawasan rawan kebakaran dan pola penanganan kebakaran apabila terjadi kebakaran. Diperlukan suatu perencanaan untuk menanggulangi bahaya kebakaran berupa pencegahan dan penanganan kebakaran. Rencana Induk Sistem Pemadam Kebakaran Kota (RISPK) di Kota Nanga Bulik, dinilai penting karena akan memudahkan tugas para pemadam kebakaran saat kebakaran terjadi.

(9)

warisan budaya yang masih terjaga. Kebutuhan infrastruktur, seperti infrastruktur jalan dan sarana prasarana kawasan wisata yang akan menunjang kegiatan di kecamatan Delang sebagai daerah wisata. Hampir setiap desa mempunyai riam yang sangat indah sebagai objek wisata, tetapi jalan yang menuju riam yang tidak ada, dibutuhkan dukungan bagaimana membangun dan membuka infrastruktur jalan menuju lokasi wisata yang ada di kecamatan Delang selain sarana dan prasarana kawasan wisatanya.

Salah satu kekhasan yang dimiliki oleh Kabupaten Lamandau adalah rumah Betang di desa Kudangan dan Merambang dan kawasan bukit Sampuraga di desa karang Besi, namun kondisinya kini mengalami penurunan vitalitas kawasan yang ditandai dengan menurunnya kualitas fisik lingkungan serta hilangnya aktivitas pada kawasan. Pada kawasan tersebut memerlukan revitalisasi kawasan sehingga kawasan tersebut kembali berfungsi seperti sedia kala dan dapat menjadi tujuan wisata dan membangkitkan ekonomi masyarakat.

7.2.2 Sasaran Program

Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Lamandau meliputi kegiatan :

1. Peningkatan aspek kualitas perencanaan terkait penataan bangunan dan lingkungan berupa Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); Penyusunan DED Penataan Lingkungan Tradisional/ Bersejarah/Wisata; Penyusunan DED Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Penyusunan DED Penataan dan Revitalisasi Kawasan Civic Centre. 2. Kegiatan penataan bangunan dan lingkungan berupa PSD Penataan dan Revitalisasi

Kawasan Civic Centre, PSD sistem proteksi kebakaran, Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan dan Sarana Prasarana Lingkungan Tradisional, Bersejarah dan Wisata.

Tabel 27 : Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Uraian Sasaran Program Sasaran Penangangan

Sasaran Program

Ket

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

I Revitalisasi Kawasan Tematik

Perkotaan 1 kawasan 1 kws

II Pengembangan RTH 2 kawasan 1 kws 1 kws

III Penataan Bangunan Kawasan

Destinasi Wisata 1 kawasan 1 kws

IV Revitalisasi Kawasan Pusaka

(10)

7.2.3 Usulan Kebutuhan Program

Rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dijabarkan dalam tabel matriks usulan kebutuhan sebagai berikut :

Tabel 28 : Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Kawasan Permukiman Jumlah

Kws.

Rencana Program (Rp juta)

Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

I Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

1

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Civic Center (Gereja Katolik) Nanga Bulik

1 10000

2 PSD Ruang Terbuka Hijau Di Ibukota Kabupaten

2 10000 10000

II Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata

1 Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan

Tradisional Bersejarah Kec. Delang 1 10000

III Revitalisasi Kawasan Pusaka dan Permukiman Tradisional

1

Pekerjaan Fisik Revitalisasi Kawasan Tradisional Bersejarah Rumah Betang Pulau Saheban di desa Merambang kecamatan Bulik Timur

1 2000

2

Pekerjaan Fisik Revitalisasi kawasan tradisional/wisata Sampuraga desa Karang Besi kecamatan Belantikan Raya

1 2000

3 Pekerjaan Fisik Revitalisasi Kawasan Bersejarah Rumah Betang Dinding Tambi

di desa Tapin Bini kecamatan Lamandau

1 2000

4

Pekerjaan Fisik Revitalisasi Kawasan Bersejarah Rumah Betang Rumbang Bulin di desa Bakonsu kecamatan Lamandau

1 2000

7.3 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 7.3.1 Kondisi Eksisting

(11)

minimnya fasilitas air bersih, permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan seperti terletak di sepadan sungai dan bangunan rumah yang tidak layak huni.

Gambar 11 : Sanitasi buruk di kota Nanga Bulik

Berdasarkan karakteristik diatas telah diindikasikan suatu kawasan sebagai kawasan kumuh pusat kota dan kawasan kumuh tepi air. Lebih jelasnya sebaran kawasan permukiman kumuh bersanitasi buruk di kota Nanga Bulik disajikan pada bagan berikut ini :

Tabel 29 : Sebaran Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Lamandau

No Nama

Kawasan Lokasi

Luas dalam

Ha Kondisi kesanitasian

1 Kawasan I

Daerah Pingiran Sungai, Wanaraya, Kertawana, JC Rangkap Kelurahan Nanga Bulik.

7,09

Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku Sebagian masyarakat belum terpenuhi kebutuhan minimal air baku

Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Sebagian Masyarakat belum terpenuhi sarana pengolahan air limbah rumah tangga

2 Kawasan II

Daerah Pemukiman dekat pasar, Jalan NIaga

Kelurahan Nanga Bulik.

6,13

Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku Sebagian masyarakat belum terpenuhi kebutuhan minimal air baku

Kondisi Pengelolaan Air Limbah

(12)

No Nama

Kelurahan Nanga Bulik. 1,56

Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku

Sebagian besar permukiman belum terlayani Air Baku

Sebagian masyarakat belum terpenuhi kebutuhan minimal air baku

Akses PDAM tidak sampai

Kondisi Pengelolaan Air Limbah/Persampahan Sebagian masyarakat belum terpenuhi sarana pengolahan air limbah rumah tangga

Mayoritas sampah domestik belum terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA

Kondisi Drainase Lingkungan

Mayoritas Lokasi Permukiman terjadi genangan

Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku

Sebagian besar permukiman belum terlayani Air Baku

Sebagian Masyarakat belum terpenuhi sarana pengolahan air limbah rumah tangga

Kondisi Pengelolaan Persampahan

Mayoritas sampah domestik belum terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA

Sumber : Inventarisasi Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Lamandau, diolah

Berdasarkan LKIP Kabupaten Lamandau dan data BPS, sekitar 31,84% penduduk sudah menggunakan wc individual dan cubluk untuk pengelolaan tinja, sisanya tanpa diolah/sembarang, sedangkan air cucian (mandi, cuci) saat ini belum dikelola, ada yang dibuang ke sungai, dan yang lainnya dibuang sembarang.

(13)

baik berupa tangki septik 2 ruangan yaitu ruang basah dan ruang lumpur. Untuk bangunan perkantoran, sudah lebih maju lagi yaitu dilengkapi juga dengan soakaway atau bidang resapan.

Tabel 30 : Sistem prasarana dan sarana air limbah

No Uraian Jumlah/Volume Keterangan

1 ON SITE SYSTEM On site individual Jumlah Unit

Cubluk 6506 unit

WC senator individual 6247 unit Kapasitas (m3)

Cubluk

Septic Tank Perorangan 24988 m3 On site individual komunal

WC komunal Semua Kecamatan

2 OFF SITE SISTEM IPLT

Jumlah IPLT (unit) 1

Belum fungsional Kapasitas (m3) 25 m3/hari

Wilayah layanan (Ha) 66500 Wilayah layanan wilayah kab/kota (%) - 3 OFF SITE SYSTEM IPAL

Jumlah IPLT (unit)

Tidak Punya IPAL Kapasitas (m3)

Wilayah layanan (Ha)

Wilayah layanan wilayah kab/kota (%)

Sumber : Buku Putih Sanitasi Lamandau 2013, dan hasil survey, diolah

(14)

Untuk daerah diluar ibukota kabupaten kota Nanga Bulik, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dengan tingkat pelayanan sanitasi yang sangat minim. Masih banyak masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi, bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatip rendah dari masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.

Cakupan pelayanan air limbah on-site di tiap kecamatan di Kabupaten Lamandau berdasarkan hasil sampling dan wawancara dengan aparat kecamatan gambarannya adalah sebagai berikut :

Tabel 31 : Cakupan Pelayanan Air Limbah on-site Kabupaten Lamandau

No Kecamatan

Jumlah PS Sanitasi sistem On Site

Pengumpulan Pengolahan

Jamban Keluarga

MCK (KOMUNAL)

Lain-lain Septik Tank Cubluk Lain-lain

1 Bulik 80% 15% 5% 40% 40% 20%

2 Bulik Timur 70% 10% 20% 30% 40% 30%

3 Sematu Jaya 80% 10% 10% 50% 30% 20%

4 Menthobi Raya 75% 10% 15% 20% 50% 30%

5 Lamandau 80% 10% 10% 25% 50% 25%

6 Belantikan Raya 40% 10% 50% 5% 20% 75%

7 Batang Kawa 60% 10% 30% 10% 25% 65%

8 Delang 50% 10% 40% 5% 20% 75%

Total penduduk Kabupaten Lamandau yang mendapat pelayanan air limbah sistem on site : 27.419 orang atau 35% dari total penduduk Kabupaten Lamandau.

Sumber : Buku Putih Sanitasi Lamandau 2013, diolah

(15)

Menyangkut pengelolaan persampahan sampai saat ini berupa tahap penyediaan lahan TPA dari Pemerintah Kabupaten tetapi belum ada pengolahan lebih lanjut sehingga menjadi tempat penimbunan saja. Sarana prasarana yang sudah ada di Kabupaten Lamandau meliputi angkutan sampah (Truk sampah), pickup L300, motor roda 3, dan tempat sampah sementara dari plat besi. Sedangkan untuk cakupan pelayanan masih sebatas pada ibukota kabupaten yaitu di Nanga Bulik saja, sehingga sampah yang terangkut untuk dibuang ke TPA masih relatip sedikit dengan total jumlah jiwa yang dilayani berjumlah sekitar 16 ribu jiwa. Dari hasil study EHRA di Kabupaten Lamandau pengolahan sampah rumah tangga sebagian besar dilakukan dengan cara dibakar (70,5%), kemudian dibuang ke sungai/kali (13%), dikumpulkan dan dibuang ke TPS (8,5%), dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah (3,5%), dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang (3,5%), dan dibuang ke lahan kosong/ hutan/kebun dan dibiarkan membusuk (0,8 %).

Sistem drainase lingkungan di kabupaten Lamandu pada umumnya masih secara alami yaitu mengalir oleh gaya gravitasi dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah melalui alur-alur alam dan saluran buatan sesuai dengan topografinya. Sebagian bentuk saluran adalah saluran terbuka umumnya terletak di tepi jalan, sedangkan saluran yang lain adalah merupakan saluran tertutup yang sebagian terletak di jalan-jalan protokol atau pusat kota. Bentuk saluran drainase yang terbuat dari konstruksi batu kali serta tidak dilengkapi dengan street inlet atau lubang pembuang tepi jalan sebagian merupakan saluran tertutup dengan dimensi yang umumnya relatip kecil dan dibeberapa tempat ditemui bahwa sistem drainase lingkungan tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan.

Sebagian besar perumahan baru yang berada di kota Nanga Bulik belum dilengkapi dengan drainase lingkungan, limpahan grey water dibiarkan mengalir ke tempat yang lebih rendah atau/dan kemudian terserap oleh tanah secara alami karena luas tanah kosong yang masih besar, hal ini dapat menyebabkan timbulnya potensi bau dan ketidakmampuan mengalirkan limpasan air hujan. Untuk wilayah di luar ibukota kabupaten sudah terdapat drainase berkonstruksi batu beton namun belum dapat melayani keseluruhan wilayah, sebagian besar drainase yang melayani permukiman masih berupa galian tanah kasar di sisi jalan.

7.3.2 Sasaran Program

Program yang dicakup dalam Penyehatan Lingkungan Permukiman meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini :

(16)

3. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman.

4. Mengembangkan dan menetapkan sistem intensif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R. 5. Pembangunan baru drainase.

Tabel 32 : Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan

No Uraian Sasaran Program Kondisi Eksisting

Sasaran Program

Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

I Sistim Pengelolaan Air Limbah

1 Cakupan Pelayanan SPAL Setempat Belum ada 2 kws. 3 kws. 1 kws. 1 kws. 1 kws.

1 Penanganan Drainase Permukiman Batu Beton sepanjang 10.163m (42% dalam

Usulan kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan penyehatan lingkungan permukiman adalah sebagai berikut :

Tabel 33 : Matriks Usulan Program Sektor Pengembangan PLP

No Kegiatan Pengembangan PLP Satuan Rencana Program (Rp juta) Ket

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

II Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat Skala Kota

1 PSD Sistem Pengelolaan Air Limbah

Setempat 1 kawasan 10000

III Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Skala Permukiman

1 Pembangunan IPAL daerah pinggiran

sungai 3 kawasasn 5250 6000

2 Pembangunan IPAL domestik kawasan perumahan

(17)

No Kegiatan Pengembangan PLP Satuan Rencana Program (Rp juta) Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

3

Pengadaan dan pemasangan sambungan IPAL daerah pinggiran sungai

3 kawasan 600 600

4

Pengadaan dan pemasangan sambungan pipa rumah tangga IPAL kawasan perumahan

4 kawasan 100 100 100 100

5 Pembangunan Sanimas 3 kawasan 2000 3000

6 Pembangunan Sanimas plus Kawasan

Kumuh Perkotaan 1 kawasan 1500

IV Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan Permukiman

1 Pembangunan dan Pengawasan Drainase Primer Kab.Lamandau

1 paket 25000

V Sistem Penanganan Persampahan Berbasis Masyarakat

1 Penyusunan DED Pilot Project TPST

3R Kabupaten Lamandau 1 laporan 500

2 Pembangunan Infrastruktur TPS 3R 5 kawasan 6000 1000 1000 1000

7.4 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 7.4.1 Kondisi Eksisting

7.4.1.1 Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan Perpipaan/PDAM

Berdasarkan UU No. 16 tahun 2005, kelembagaan penyelenggaraan SPAM tediri dari kelembagaan di tingkat pusat, tingkat propinsi dan tingkat kota/k abupaten. Pembagian kewenangan disesuaikan dengan tingkatan pemerintah sesuai dengan tanggung jawabnya. Di Kabupaten Lamandau penyelenggaraan SPAM pada saat ini dilaksanakan melalui kelembagaan PDAM Lamandau berdasarkan susunan organisasi dan tata kerja yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Lamandau. Kelembagaan pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum perlu diarahkan, sehingga memberikan kepastian kuantias, kualitas air (tetap sehat), dan kontinuitas pengaliran 24 jam per hari kepada masyarakat pada daerah/wilayah/kawasan yang belum terjangkau pelayanan.

(18)

Tabel 34: Jumlah Pelanggan PDAM Nanga Bulik tahun 2018

No Jenis Pelanggan Jumlah

1 Niaga Kecil 1 462

2 Niaga Kecil 2 16

3 Niaga Besar 8

4 Pemerintah Kecamatan 4

5 Pemerintah Kabupaten 92

6 Rumah Sakit 2

Tingkat pelayanan yang belum maksimal dikarenakan kapasitas produksi sekarang hanya dapat mencukupi untuk melayani pelanggan sebanyak 2800 saja sedangkan jumlah pelanggan sudah mencapai 3460 pelanggan. Kapasitas produksi saat ini 40 liter/detik dan kapasitas air terjual juga 40 liter/detik, kapasitas tersebut tidak mencukupi mencukupi untuk melayani kebutuhan pelanggan sebanyak 3460 pelanggan.

Tabel 35 : Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Sistem Perpipaan Kabupaten Lamandau

Sistem Jaringan

Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air Luas

Wilayah Lokasi Debit

PDAM Sumber : PDAM Lamandau, 2018, diolah

(19)

a. Terdapat lokasi-lokasi yang pada waktu tertentu yang memperoleh aliran air tetapi tekanannya sangat kecil bahkan tidak memperoleh air sama sekali, ini ditambah dengan banyaknya tandon air yang dipakai oleh pelanggan sehingga semakin memperberat beban distribusi air ke pelanggan.

b. Pada suatu lokasi air terus mengalir karena udara yang masih ada di dalam pipa akibat beban puncak terus menerus sebagai imbas banyaknya pemakaian tandon air oleh penduduk.

c. Lokasi PDAM dengan lahan di pusat kota saat ini lahannya sangat terbatas dan untuk mengupgrade kapasitas diperlukan biaya yang besar karena harus menganti /membongkar sistim eksisting.

d. Upgrade jaringan distribusi eksisting sulit dilaksanakan karena pemilihan pipa yang tidak tepat, sehingga harus mengganti suatu jaringan secara keseluruhan.

e. Banyaknya pelanggan yang menggunakan pompa untuk mendapatkan aliran air PDAM yang kuat.

f. Pipa distribusi mengalami kebocoran karena kondisinya yang sudah tua atau pecah oleh pekerjaan galian konstruksi.

g. Kebocoran sambungan rumah tidak terdeteksi dan jika terdeteksi sikap masyarakat terkadang membandel dan tidak mau ditertibkan.

Gambar 12 : Sarana dan Prasarana PDAM kota Nanga Bulik

(20)

dengan kapasitas kurang lebih 40 liter/detik yang dialirkan melalui pipa berdiameter 500 mm. Kondisi kualitas air minum hasil produksi instalasi PDAM Kabupaten Lamandau untuk pelayanan di Kota Nanga Bulik juga baik, namun diperlukan pengamatan yang kontinu dan teliti mengingat kondisi kualitas air baku sering berubah-ubah akibat musim dan pasang surut sungai Lamandau sebagai sumber air baku. Namun saat ini, guna pengamatan kualitas air masih diperlukan peralatan laboratorium yang memadai yang membutuhkan biaya tinggi, dimana laboratorium tersebut akan mendapatkan pengakuan dari instansi yang berwenang sehingga prosedur pemeriksaan dapat terstandardisasi dengan baik

Panjang total perpipaan jaringan distribusi adalah sebesar 18,342 km, terdiri dari pipa berdiameter 2” sampai dengan 8”. Di PDAM Kota Nanga Bulik saat ini terdapat reservoir sebanyak 2 (dua) unit dengan total kapasitas 700 m3 dan 1 (satu) unit di IPA Bukit Hibul berkapasitas 400 m3 dengan sistem pendistribusian air dengan pompa centrifugal dengan total kapasitas 40 lt/dt.

Dilihat dari produksi air, terlihat bahwa air produksi dan terdistribusi terus mengalami peningkatan dengan kenaikan jumlah air yang didistribusikan rata rata mengalami kenaikan sebesar 10 persen per tahun. Untuk persentase kehilangan air dirasa masih cukup tinggi yaitu sebesar 24 %, meskipun demikian angka kehillangan air dari tahun ke tahun terus menurun, terlihat rata rata kehilangan air tahun 2015 sebesar 26% tersebut menurun sebesar 3% dari kehilangan air pada tahun 2014 yang sebesar 29%.

7.4.1.2 Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan/Non PDAM

Jumlah kebutuhan air bersih yang meningkat di kabupaten Lamandau sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Menyikapi kebutuhan yang semakin tinggi dan mendesak tersebut, masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari sistem penyediaan air bersih yang disediakan oleh pemerintah, umumnya mengupayakan sendiri kebutuhan sarana air bersih tersebut dengan berbagai cara, seperti memanfaatkan air sungai, menampung air hujan atau memanfaatkan potensi air tanah yang ada dengan cara membuat sumur-sumur pompa, kendati kualitas air yang dihasilkan kurang memenuhi syarat.

(21)

desa di Kecamatan Delang, Kecamatan Menthobi Raya yaitu desa Bukit Raya, desa Kahingai di kecamatan Belantikan Raya dan Kinipan di kecamatan Batang Kawa dimana pembangunannya adalah lewat swadaya masyarakat dan program PNPM. Sistem penyaluran mata air ini masih sangat sederhana dan hanya memanfaatkan gravitasi untuk penyalurannya.

Kebutuhan penduduk akan air bersih di Kabupaten Lamandau non perpipaan saat ini sebagian besar menggunakan sumur pompa dan sumur gali, sungai, serta sebagian dari truk tangki PDAM. Sumber-sumber sumur gali pada musim penghujan kondisinya sangat baik dan mudah diperoleh, tetapi pada musim kemarau, ketersedian air bersih dari sumber ini menjadi berkurang dan di beberapa sumber-sumber air tanah dangkal tidak dapat dipergunakan lagi karena mengalami kekeringan sehingga masyarakat harus mencari alternatif sumber air yang lain yang terkadang sumbernya jauh dari tempat tinggal. Sumber air bersih lainnya yang dipakai untuk daerah yang belum terjangkau jaringan perpipaan PDAM umumnya adalah air sungai dengan kualitas untuk saat ini cukup baik.

Di Kabupaten Lamandau sudah dibangun empat Sistem Penyediaan Air Minum Ibukota Kecamatan (IKK) yaitu IKK Kecamatan Lamandau di Tapin Bini, IKK kecamatan Sematu Jaya di desa Batu Hambalang, IKK Kecamatan Batang Kawa di Kinipan dan IKK Kecamantan Bulik Timur di Merambang. Program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Ibu Kota Kecamatan (IKK) yang ada di Kabupaten Lamandau sering terkendala oleh keterbatasan pasokan energi untuk menjalankan unit produksi dan distribusi pada IKK tersebut.

7.4.2 Sasaran Program

Kegiatan Sistem Pengembangan Air Minum di Kabupaten Lamandau yang diusulkan meliputi kegiatan :

1. Mengembangkan SPAM perpipaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

(22)

Tabel 36 : Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan SPAM

No Uraian Sasaran Program

Kondisi

II Sistim Bukan Perpipaan

1 Cakupan Pelayanan Penduduk (%) 28% 59% 62% 64% 67% 69%

2 Kapasitas Terpasang 40 l/dtk 64 l/dtk 68 l/dtk 73 l/dtk 78 l/dtk 83 l/dtk

7.4.3 Usulan Kebutuhan

Rincian usulan kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan SPAM adalah sebagai berikut :

Tabel 37 : Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan SPAM

No Kegiatan Pengembangan SPAM Satuan Rencana Program (Rp juta) Ket

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

I Pembinaan Pengembangan SPAM

Khusus

1 Pengadaan alat uji Bakteriologi, uji

sampel air baku & peralatan lab 1 paket 500 2 Pengadaan Kendaraan Tangki Air 1 unit 500

II Bantuan Program PDAM

1 Pembangunan Sarana Air Bersih Perdesaan

25

kawasan 3650 1250 650 900 1200

III Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan

1 Lanjutan Pembangunan SPAM Bukit Hibul

1 Paket 6000

2 Pemasangan Pipa Collector DN 500 mm ( Intake - IPA )

1 Paket 5000

3 Pembangunan Reservoir II IPA Bukit

Hibul = 2600 m3 1 Paket 5000 4 Upgrade Reservoir PDAM Nanga Bulik 2 Paket 5300

5 Pembangunan Intake kapasitas 150

l/detik sungai Lamandau 1 Paket 3000

6 Pengadaan dan Pemasangan Pipa

Jaringan Distribusi Utama 3 paket 2782 1391 1391

(23)

No Kegiatan Pengembangan SPAM Satuan Rencana Program (Rp juta) Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

IV Pembangunan SPAM Ibu Kota Kecamatan (IKK)

1 Pembangunan SPAM Ibu Kota Kecamatan (IKK) Merambang Kecamatan

Bulik Timur

10

liter/detik 5000

2 Sumber listrik dan pipa distribusi IKK Batu Hambawang kecamatan Sematu

Jaya

10

liter/detik 200

V Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan

1 Pengadaan dan Pemasangan Pipa

Rehabilitasi 5 paket 1879 1879 1879 1879 1879

2 Penggantian meter air 5 paket 385 385 385 385 385

3 Program penurunan NRW secara

komersil 1 paket 250

Gambar

Gambar 7 : Lokasi Kawasan Kumuh di Kota Nanga Bulik
Gambar 8 : Permukiman Kumuh di Kabupaten Lamandau
Tabel 23 : Sebaran Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Lamandau
Gambar 9 : Desa Bumi Agung sebagai kawasan Agropolitan di Kabupaten Lamandau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja keuangan secara umum menunjukkan hasil yang cukup baik bahkan terus mengalami perkembangan yang baik, namun butuh perhatian khusus untuk rasio ROA yang

Respon dengan karakteristik Smaller The Better (Kekasaran Permukaan dan Penyimpangan Dimensi) pada metode Fungsi Utility dan Fuzzy Logic menghasilkan nilai prediksi yang lebih

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Kabupaten Sambas

Oleh karena itu, menarik untuk mengamati secara empiris bagaimana tanggung jawab sosial (yang sering disebut kinerja sosial) yang telah dilakukan di dalam

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Madiun sebesar 0,85 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,83 persen, Kota Kediri dan Kota Malang masing-masing sebesar 0,78 persen,

Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara kebiasaan minum teh dengan kejadian anemia, terlihat bahwa proporsi kejadian anemia lebih tinggi pada kelompok usila yang

(1) Subdinas Industri Kecil dan Dagang Kecil mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan sarana, usaha, industri, perdagangan, peningkatan kerja sama dan pemantauan

Output : Relay motor hanger maju (Hngr) Relay motor hoist depan turun (R1D) Relay motor hoist depan naik (R1U) Relay motor hoist belakang turun (R2D) Relay motor hoist belakang