RENCANA PEMBANGUNAN
WI LAYAH KABUPATEN RAJA AMPAT
Bab ini berisi tentang :
Visi Penataan Ruang Kabupaten Raja Ampat
Konsep Pengembangan Wilayah Kabupatean Raja Ampat Konsep Pengembangan Tata Ruang
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Raja Ampat Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten Raja Ampat
Rencana Pengembangan Sistem Sarana Dan Prasarana Wilayah
engan terbitnya Undang-Undang No. 26/ 2002 yang menetapkan Kabupaten
Raja Ampat sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Papua, maka
perencanaan wilayah ini dengan sendirinya akan berubah. Bila pada masa
sebelumnya wilayah Kepulauan Raja Ampat lebih merupakan kawasan perlindungan
setempat pada khususnya dan wilayah perlindungan Kabupaten Sorong serta Papua
pada umumnya, maka kini peran dan fungsi kawasan ini menjadi daerah otonom yang
berhak menyelenggarakan pemerintahannya sesuai kewenangan yang diatur melalui
undang-undang.
Penyusunan RTRW Kabupaten Raja Ampat didasarkan pada kebutuhan adanya
landasan dan pedoman dalam pembangunan fisik di wilayah yang bersangkutan. Oleh
karena itu, pengembangan Kabupaten Raja Ampat harus didasarkan pada kebutuhan
pembangunan dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Kebutuhan-kebutuhan
pengembangan tersebut Juga hams mengakomodasikan keinginan-keinginan
masyarakat secara luas. Kebutuhan dan keinginan tersebut seharusnya tertuang dalam
visi pengembangan Kabupaten Raja Ampat.
Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah,
khususnya Rencana Pemanfaatan Ruang, merupakan upaya meneijemahkan visi
pengembangan wilayah yang bersangkutan dalam bentuk penataan ruang wilayah.
Oleh karena itu visi pengembangan Wilayah Kabupaten Raja Ampat perlu dijadikan landasan utama dalam mengembangkan konsepsi pengembangan tata ruang
wilayahnya.
Gambar 3.1
Kabupaten Raja Ampar Berdasarkan Undang- Undang No. 26 Tahun 2002
Walaupun visi pengembangan wilayah Kabupaten Raja Ampat belum disusun secara formal, namun dan hasil pemahaman kondisi fisik wilayah dan beberapa gagasan
pengembangan wilayah yang dikemukakan pejabat bupati saat ini, maka secara
D
III
Bab
3
sederhana proxy atau pendekatan visi pengembangan wilayah Raja Ampat dapat
dikemukakan sebagai berikut:
“Kabupaten Raja Ampat Sebagai Kabupaten Bahari”
Dengan menetapkan visi sebagai Kabupaten Bahari, maka selanjutnya adalah menetapkan strategi pencapaiannya yaitu melalui benchmark/ tolok ukur suatu
kabupaten baliari yang dapat dijadikan contoh. Benchmark yang dimaksud merupakan
kondisi ideal (state of the art) pengembangan suatu wilayah yang sebalknya ditiru
sesuai kemampuan wilayah Kabupaten Raja Ampat. Pembahasan berikut akan
menjelaskan konsep pengembangan wilayah Kabupaten Raja Ampat serta beberapa
benchmark yang dapat dijadikan alternatif pengembangan.
Selanjutnya, untuk menterjemahkan visi tersebut di atas, maka perlu dikembangkan
suatu konsep yang mampu mengarahkan upaya pemanfaatan ruang wilayah yang
sejalan dengan visi tersebut. Sesuai dengan kondisi fisik alam yang dimilikinya, maka
sebagai prototipe alternatif pengembangan wilayah Kabupaten Raja Ampat adalah
konsep MI DI (Marineculture I ntegrated Development I slands) atau pengembangan
wilayah kepulauan Raja Ampat secara terintegrasi dengan memprioritaskan pada
pengembangan sumber daya bahari. Dengan demikian terdapat dua kata kinici dalam konsep tersebut yaitu keterpaduan pembangunan kepulauan dan sumber daya
kelautan/ bahari.
Keterpaduan/ pengintegrasian pembangunan wilayah kepulauan Raja Ampat
merupakan amanat dari wilayah ini yang terdiri dari gugus pulau-pulau. Untuk dapat
melakükan integrasi tersebut maka kunci suksesnya terletak pada sistem transportasi
dan komunikasi antar pulau yang ada. Untuk itu peranan teknologi txansportasi dan
energi di wilayah ini menjadi aspek penting yang perlu diprioritaskan
pengembangannya. Teknologi transportasi dan energi yang dibutuhkan adalah teknologi transportasi yang dapat mendukung kemandirian perkembangan pulau-pulau
tersebut.
Sumber daya kelautan merupakan unsur yang paling menonjol di Kabupaten Raja
Ampat. Untuk itu, pemanfaatan potensi ini dlharapkan dapat menjadi tulang punggung
perekonomian. Hal tersebut dapat dicapai dengan niempertimbangkan masuknya
teknologi-teknologi yang terkait dengan pengeloalaan dan komersialisasi sumber
daya hayati kelautan di wilayah ini, termasuk di dalamnya bioteknologi. Dan dengan
karakteristik wilayah yang lebih banyak memiliki fungsi lindung, maka pemanfaatan ruang di wilayah ini perlu dibatasi pada penggunaan ruang yang tidak merusak
fungsi lindung tersebut. Untuk itu beberapa komponen pengembangan wilayah yang
sesuai dengan Konsep MI DI serta mendukung fungsi lindung wilayah setempat
antara lain:
a. Pengembangan Kawasan Budidaya:
Budidaya Kelautan(Marineculture) termasuk wisata bahari
Pengembangan Kawasan-kawasan Riset Ekologi Kelautan
Pengembangan Agropolitan
b. Pengembangan Kawasan Lindung: Kawasan Lindung Laut
Kawasan Lindung Daratan
Komponen-komponen pengembangan wilayah ini diharapkan menjadi inti dari
pemanfaatan ruang di Kabupaten Raja Ampat Penjelasan berikut menggambarkan
spesifikasi masing-masing komponen pengembangan wilayah yang akan
dikembangkan.
3.2.1 Pengembangan Kaw asan Budidaya
A. Pengembangan Budidaya Kelautan( Marine Culture)
1. Konsepsi Pengembangan
Kabupaten Raja Ampat terdiri dari empat pulau utama yang
bergunung-gunung - Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool serta ratusan pulau-pulau
kecil lain di sekitarnya.
Berdasarkan karakteristik geomorfologi kawasannya, maka Kabupaten
Kepulauan Raja Ampat tergolong pada wilayah yang memiliki daerah pesisir dan pulau-pilau kecil.
Berdasarkan kondisinya tersebut, maka konsep Marineculture yang
dikembangkan di wilayah ini adalah kegiatan pengembangan dan
pernanfaatan potensi wilayah pesisir, kelautan dan pulau-pulau kecil secara
3
berkelanjutan. Adapun pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
bertujuan untuk:
Menciptakan kesinambungan pemanfaatan ruang darat dan laut di wilayah
yang bersangkutan.
Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengendalian wilayah pesisir, laut dan
pulau-pulau kecil sebagai penggerak atau penunjang pembangunan wilayah
secara keseluruhan.
Meningkatkan upaya pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya wilayah
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil sebagai bagian penting dari
pembangunan yang berkelanjutan.
Mengakomodasikan berbagai kegiatan yang berkembang di wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan menyeluruh.
Meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan daerah dengan
pengembangan sektor perikanan laut, baik budidaya maupun perikanan
tangkap.
Meminilisasi dan merehabilitasi kerusakan lingkungan di wilayah pesisir, laut
dan pulau-pulau kecil melalui upaya penyuluhan dan perbaikan lingkungan. Menciptakan alternatif kegiatan produktif bagi masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil, dalam rangka pemberdayaan masyarakat secara ekonomi,
Secara tradisional : wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil merupakan
suatu wilayah yang mempunyai aktivitas ekonomi dan sosial yang cukup tinggi
terutama sebagai wilayah penghasil bahan pangan, tempat pemukiman dan
tempat aktivitas pelayaran serta tempat kegiatan investasi. Dengan demikian
wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil mempunyai fungsi dan peranan
sebagai berikut:
Fungsi Dasar adalah sebagai tempat produksi bahan pangan, tempat
pensuplai air dan energi.
Fungsi Sosial adalah sebagai tempat pelabuhan dan rekreasi.
Fungsi Ekonomi adalah sebagai prasarana transportasi, eksploitasi
pertambangan, pengembangan industri dan lain-lain.
Fungsi Publik adalah sebagai prasarana transportasi publik, wilayah
pertahanan negara, tempat penyaluran air buangan dan sebagainya. Fungsi Ekologi adalah sebagai kawasan lindung (konservasi) dan
penyangga, tempat hidup dan berkembang biak bermacam-macam biota laut, pengendali banjir, penahan ombak dan angin.
Atas dasar fungsi dan peranan tersebut di atas diketahui bahwa wilayah
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan wilayah yang potensial untuk
pengembangan berbagai kegiatan, tetapi disisi lain rentan terhadap teradinya
degradasi lingkungan seperti abrasi, sedimentasi, kerusakan mangrove,
pencemaran dan lain-lain.
Untuk itu dalam penataan ruang wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil ini
hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
Pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
wilayah daratan harus sinergi, sehingga tercapai optimalisasi
pemanfaatan ruang secara keseluruhan, dengan tetap memperhatikan
faktor daya dukung lingkungan.
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam antar daerah, perlu
memperhatikan faktor ketersediaan dan keunggulan antar daerah.
Pengembangan kegiatan ekonomi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
perlu memperhatikan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Pengembangan kegiatan ekonomi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
tetap memperhatikan pembangunan daerah yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
2. Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan Pesisir
Berdasarkan referensi terkait pengembangan wilayah pesisir dan pulau-puiau
kecil, sedlkitnya terdapat 6 (enam) prinsip dalam pengembangan wilyahnya,
yakni:
Mempunyai hubungan fungsional (compatible use principle)
Saling berhubungan secara fungsional antar kegiatan yang ada di
Saling ketergantungan (dependent use principle).
Satu kawasan dengan kawasan lain ada saling ketergantungan dan prioritas
penempatan kegiatan pada wilayah pesisir diprioritaskan. Air laut merupakan fluida
Sebagai suatu fluida, maka kondisi air laut bersifat dinamis dan selalu
bergerak. Sebagai konsekuensinya perlu diperhatikan karkateristik dinamika
perairan laut di wilayah ini. Daya dukung lingkungan
Penataan kawasan pesisir harus memperhatikan daya dukung lingkungan.
Gambar 3.2
Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir
Prinsip kehati-hatian
Mencegah kerusakan lebih baik mernperbaiki / sifat FRAGI LE. Keterpaduan
Pengembangan pesisir harus memperhatikan keterpaduan antara Hulu dan
Pesisir.
Berdasarkari uraian tentang prinsip-prinsip pengembangan wilayah peisir
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan budidaya
kelautan ini tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karenanya agar dapat berkembang
secara optimal pengembangan marine culture ini perlu didakung dengan
pengembangan di wilayah daratannya. Namun demikian, sesuai dengan
prinsip keterkaitan ekosistem pesisir dan pulau kecil, maka pengembangan wilayah darat, tidak boleh mengakibatkan proses pemberdayaan kelauatan
terganggu.
Untuk itu diperlukan suatu pola pengembangan wilayah daratan yang selaras
dengan pririsip pembangunan berkelanjutan. Salah satu alternatif yang
dicoba dikembangkan adalah pengembangan Agropolitan.
Gambar 3.3
Konsep Keterpaduan Wilayah Pesisir
B. Pengembangan Agropolitan
1. Konsep Dasar Agropolitan
Agropolitan, diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis,
yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan
diperkenalkan oleh Mc Douglass dan Friedman (1974), sebagai upaya untuk
pengembangan kawasan perdesaan ( Husainie Syahrani, 2001).
Agropolitan merupakan sistem manajemen dan tuntunan terhadap suatu
kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/ agroindustri). Kawasan agropolitan diharapkan akan
menarik pengembangan ekonomi berbasis pertanian di wilayah hinterland. Oleh
karena itu, perlu diciptakan suatu keterkaitan dan keterpaduan antara kawasan
agropolitan dan kawasan hinterland.
Kawasan agropolitan dapat pula didefinisikan sebagai sistem fungsional
desa dengan hirarki keruangan desa, yakni adanya pusat agropolitan dan
desa-desa di sekitarnya dengan ciri berjalannya sistem dan usaha agropolitan yang
melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian agribisnis di wilayah sekitarnya( Soenarno, 2002).
Kawasan agropoitan merupakan kawasan di sekitar kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis.
Kawasan ini diharapkan mampu melayani, mendorong, menarik kegiatan
pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Agropolitan merupakan
kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian yang memberi
kontribusi terhadap pencaharian dan kesahteraan masyarakat ( Tempo I nteraktif, 2002).
Konsep dasar dan menyeluruh dalam pengembangan agropolitan antara lain
adalah:
Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai pusat
pertumbuhan agroindustrL
Melakukan zonasi komoditas dan menetapkan wilayah pengembangan lain
yang berfungsi sebagai pusat -pusat pertumbuhan satelit atau pusat
pertumbuhan agribisnis.
Mengembangkan infrastruktur pendukung, seperti transportasi, komunikasi,
air bersih dan energi bagi pengembangan kawasan agropolitan maupun
pengembangan agribisnis di wilayah hinterland.
Dalam mengembangkan kawasan agropolitan diperlukan beberapa
persyaratan, antara lain:
Luasan wilayah harus mencukupi sebagai kawasan pengembangan
agropolitan.
Untuk pemasaran hasil produksi, diperlukan dukungan infrastruktur,
terutama pelabuhan dan/ atau transportasi darat, khususnya dan dan ke
daerah penghasil bahan baku, pengumpul bahan baku dan sentra
produksi,
Tenaga kerja cukup memadai untuk pengembangan kawasan pertanian.
Kondisi agroklimat sangat sesuai untuk pengembangan komoditas
agribisnis.
Tersedianya sarana dan prasarana dan terus dikembangkan untuk
ditingkatkan, seperti angkutan perdesaan, irigasi, dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan agropolitan.
Pembangunan wilayah melalui pendekatan agropolitan dinilai strategis dalam
pengembangan komoditas pertanian berwawasan agribisnis dengan sasaran
tercapainya sinergi pengembangan antar sektor dan antar wilayah
(desa-kota) dalam mendukung program pengembangan di lapangan. Konsep
agropolitan pada dasarnya adalah pengembangan wilayah terkelola (manageble) dengan luasan sekitar 30 ribu hektar dan berpenduduk
maksimum 600 ribu orang. Daerah pedesaan dikembangkan berdasarkan
perwilayahan komoditas unggulan utama yang menghasilkan bahan baku,
sedangkan pengembangan agroindustri di daerah perkotaan. Struktur
agroindustri harus mampu menjamin efisiensi dan daya saing serta bersifat
kompetitif.
Dalam pendekatan agropolitan, desa-desa didorong untuk membentuk
satuan-satuan usaha yang optimal melalui kebijakan perkreditan dan perpajakan. Satuan usaha pengembangan diorganisasikan ke dalam koperasi,
perusahaan kecil dan menengah, dengan mempertimbangkan konsepsi
Pasar/ Global Perkembangan kelembagaan usaha dilakukan melalui pengembangan
sistem insentif dan tidak perlu dicampuri oleh pemerintah.
Selain berfungsi sebagai pusat agribisnis, kota juga berfungsi sebagai pusat
pelayanan agribisnis yang kompetitif.
Lokasi dan sistem transportasi agroindustri dan pusat pelayanan harus
memungkinkan para petani untuk bekerja sebagai pekerja paruh waktu.
Pusat agroindustri juga berfungsi sebagai pusat pengembangan
sumberdaya manusia untuk teknologi yang berkaitan dengan komoditas
utama.
Gambar 3.4
Konsep Pengembangan Agropolitan
2. Model dan Komponen Pengembangan Agropolitan a. Kawasan Sentra Produksi
Kawasan sentra produksi (KSP) merupakan salah satu model pembangunan
ekonomi daerah yang berpotensi cepat tumbuh dan strategis. Secara
umum, KSP dapat diartikan sebagai kawasan budidaya yang potensial dan
prospek untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sebaran pengembangan
kegiatan produksi pertanian (Pusat pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangaan Wilayah, 2003).
Program pengembangan KSP merupákan suatu langkah terprogram guna
memacu kegiatan ekonomi yang berbasis pada komoditas unggulan dan
sumberdaya alam di suatu wilayah. Dalam pengelolaannya, pengembangan
KSP menuntut adanya jaringan yang utuh antara pemerintah, dunia usaha,
petani, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan para pelaku
pembangunan lainnya. Di samping itu, pengembangan KSP juga harus
sinergis antar komoditas/ sektor dan antar kawasan.
Pengembangan KSP bertujuan meningkatkan pembangunan wilayah
melalui pengembangan kawasan sentra produksi berbagai komoditas
pertanian yang memiliki prospek dalam memacu pertumbuhan ekonomi,
menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan sasaran dan pengembangan KSP adalah teridentifikasinya kawasan-kawasan sentra
produksi di daerah tertentu.
Pengembangaan KSP harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya: Kawasan tersebut memiliki kapasitas dan potensi produksi yang
signifikan dan kontinue.
Kawasan tersebut mampu menyediakan infrastruktur yang memadai
untuk meningkatkan produksi dan aksesibilitas kawasan.
Kawasan tersebut mempunyai sumberdaya manusia (tenaga kerja)
yang menguasai teknologi budidaya, pengolahan, dan pemasaran. Kawasan tesebut terbuka bagi pengembangan lembaga permodalan
dan lembaga ekonomi lainnya.
b. Kawasan Agribisnis
Agribisnis meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam manufaktur
dan distribusi input produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan
pemasaran komoditas pertanian dan jasa-jasa penunjang lainnya yang terkait. Dengan demikian, agnbisnis meliputi sektor pertanian dan
industri.
Dengan melihat agribisnis sebagai suatu sistem, maka kegiatan produksi
pertanian yang dilakukan oleh petani serta kegiatan indust ri pengolahan
dan pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha merupakan bagian yang
tidak terpisahkan, sehingga diperlukan sinkronisasi kedua pelaku ekonomi
tersebut untuk membangun agribisnis yang tangguh dan berdaya saing.
Pengembangan agribisnis yang berdaya saing di suatu daerah
Unsur-unsur pokok:
Sumberdaya manusia yang responsif terhadap teknologi dan informasi,
berorientasi pada pasar, berpengetahuan dan berketrampilan teknis,
memiliki kemampuan manajemen usaha dan bekerjasama, serta mempunyai akses terhadap lembaga ekonomi dan riset.
Sarana perhubungan darat (jalan, jembatan), peiabuhan laut, dan
transportasi udara perintis (kesemuanya untuk menghubungkan lokasi
produksi dengan pasar dan input produksi), sarana irigasi, drainase dan
penampungan air, serta energi dan air bersih.
Kegiatan penelitian dan pengembangan, penyebaran teknologi barn
kepada pelaku agrI bisnis, perbaikan teknologi pembibitan dan budidaya,
teknologi mekanisasi budidaya, serta teknologi pengolalian hasil.
Unsur-unsur penunjang, yaitu unsur- unsur yang akan
mempercepat pengembangan agribisnis:
I nformasi pasar, informasi potensi wilayah, serta informasi hasil-hasil
penelitian dan pengembangan (varietas unggul, teknik budidaya dan pengolahan, informasi usaha, kredit, kebijakan dan lain-lain);
Kredit investasi dan modal kerja bagi investor dan petani serta insentif
untuk meringankan biaya hidup petani;
Kebijakan pemerintah dalam hal investasi, penataan ruang, subsidi dan
insentif, pola pengusahaan, kepastian hukum, penggunaan dan
pengusaan lahan, perencanaan makro pengembangan agribisnis dan
lain-lain.
Kelembagaan agribisnis:
Kelompok tani sebagai wadah kerja sama produksi dan memudahkan
mengakses teknologi.
Koperasi sebagai lembaga ekonomi petani untuk meningkatkan efisiensi
usaha, mengakses kredit, rnemperlancar pemasaran dan meningkatkan
kekuatan tawar-menawar.
Kemitraan antar pelaku agribisnis atas dasar saling menguntungkan,
saling percaya dan transparan; perlindungan hukum atas hak,
kewajiban dan perjanjian antar pelaku agribisnis.
Agribisnis mencakup agroindustri yang mengolah produksi hasil-hasil
pertanian maupun industri yang memproduksi masukan-masukan atau
prasarana untuk proses produksi/ budidaya. Dengan demikian, sektor
agribisnis mencakup kegiatan yang sangat luas, tidak hanya mencakup subsektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, perikanan, dan petemakan, tetapi juga industri-industri
berbahan baku produk pertanian dan industri-industri penghasil produk
untuk pengembangan sektor pertanian (seperti pupuk, obat -obatan,
mesin pertanian, dll).
Dalam rangka menempatkan sektor pertanian menjadi andalan
pengembangan perekonomian masyarakat desa, maka perlu ditempuh
langkah-langkah untuk merubah struktur agribisnis yang ada. Dalam hal ini, paling tidak terdapat empat langkah penting yang bisa dilakukan,
yaitu:
Penghapusan struktur ekonomi yang rnembedakan pertanian rakyat
dan pertanian modern.
Pengembangan agribisnis spesifik lokal.
Pengembangan agribisnis konsolidat if.
Pengembangan kelembagaan kemitraan usaha.
Pengembangan unit agribisnis industrial merupakan strategi operasional
yang tepat sebagai implementasi dari konsep agropolitan yang diuraikan
sebelumnya. Mengingat pasar tidak sepenuhnya sempurna dan adanya
ketimpangan informasi, maka pembentukan agribisnis industrial haruslah
dipacu melalui peran aktif pemerintah yang bertindak sebagai inisiator
gagasan, mediator, fasilitator, pelindung dan regulator yang jujur, adil,
dan bijaksana. Forum dialog antara pengusaha, petani dan pemerintah
dinilai sangat penting dalam mencapai keberhasilan program kemitraan agribisnis industrial di perdesaan.
Operasionalisasi paradigma pembangunan (perdesaan) berbasis
agribisnis membutuhkan paket kebijakan komprehensif dan terpadu yang
meliputi enam program utama, yaitu (a) pembangunan infrastruktur
pengembangan kelembagaan petani, (d) optimasi sumberdaya
berkelanjutan, (e) pemacuan investasi, dan (f) kebijakan insentif.
Keenam program utama dan kebijakan konsolidasi agribisnis merupakan
satu kesatuan yang saling komplementer dan sinergis. Mengingat cakupan kebijakan pendukung yang cukup luas, maka kebutuhan akan koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi merupakan kunci utama keberhasilan
operasionalisasi program tersebut.
Agribisnis sebagai lokomotif penggerak perekonomian desa harus dapat
tumbuh berkembang secara berkelanjutaan. Dalam keterbatasan
sumberdaya dan tatanan pasar yang sangat kompetitif, satu-satunya
sumber pertumbuhan agribisnis yang dinilai handal dan potensial adalah
inovasi teknologi. I novasi teknologi bermanfaat meningkatkan kapasitas produksi, produktivitas, dan pengembangan produk, sehingga mampu
memacu pertumbuhan, diversifikasi produk, transformasi produk, nilai
tambah, dan daya saing. I novasi teknologi dinilai vital dalarn mendorong
perluasan. dan diversifikasi agribisnis yang dinamis, efisien, dan berdaya
saing tinggi. Dengan demikian lembaga penelitian daerah perlu
diberdayakan, sehingga menjadi andalan untuk menghasilkan teknologi
pertanian spesifik lokal.
Usaha tani skala kecil memiliki keterbatasan dalam penguasaan aset
produktif, modal kerja, posisi tawar-menawar, dan kekuatan politik
ekonomi, sehingga diperlukan wadah untuk menggalang persatuan di
antara mereka melalui pembentukan organisasi petani lokal. Pengembangan kelembagaan petani sangat dibutuhkan dalam
pemberdayaan petani agar dapat tumbuh berkembang secara dinamis dan
mandiri sebagai langkah kunci di dalam mewujudkan strategi pembangunan
perdesaan berbasis agribisnis.
Pengelolaan sumberdaya harus mempertimbangkan azas optimasi dan
berkelanjutan dengan mempertimbangkan pola pemanfaatan yang
didasarkan pada lima prinsip dasar, yaitu (a) pertumbuhan, (b) efisiensi, (c)
stabilitas, (d) keberlanjutan dan (e) keadilan yang merata. Dengan
demikian, perumusan kebijakan pemanfaatan sumberdaya pertanian perlu
dilakukan secara komprehensif dan dilaksanakan secara ketat dengan
mempertimbangkan beberapa hal pokok benkut:
Pengaturan dan pengukuhan hak kepemilikan sumberdaya alam
(property right).
Penyusunan pola eksploitasi sumberdaya alam melalui pengawasan
yang melibatkan masyarakat luas.
Menetapkan aturan yang efektif untuk menginternalkan dampak
I ingkungan ke dalam struktur biaya dan analisis kegiatan agribisnis.
Usaha agribisnis dibentuk, dimiliki, dan dikelola oleh pengusaha swasta,
sementara penierintah hanya berperan sebagai fasilitator, katalisator,
pelindung, dan regulator melalui pembangunan dan pengembangan
infrastruktur, kebijakan, dan insentif. Mengingat kemampuan modal dan kewirausahaan sebagian besar masyarakat desa masih lemah, maka
pemacuan investasi pengusaha swasta merupakan kunci kebethasilan
pengembangan agribisnis sebagai basis perekonomian desa. Perlu juga
disadari bahwa investasi usaha agribisnis relatif kurang menarik dan
praktik pasar bebas dinilai tidak memadai dalam mendorong investasi
agribisnis, sehiugga diperlukan kebijakan khusus dan pemenintah.
Kebijakan pemerintah yang dapat memacu investasi pada bidang agnibisnis di perdesaan di antaranya adalah:
Penyediaan knedit investasi jangka panjang.
Penyediaan modal awal yang dapat dikembalikan secara bertahap
setelah perusahaan tumbuh mandiri.
Pengembangan modal ventura sebagai mitra usaha bagi perusahaan
agribisnis di desa-desa.
Pengembangan lembaga perkreditan perdesaan dan bank khusus
agribisnis.
Tipologi kawasan sesuai klasifikasi sektor usaha pertanian dan
agribisnisnya masing-masing, adapun tipologi kawasan tersebut tersaji
3. Komponen Pendukung Pengembangan Agropolitan
a. I nfrastruktur
I nfrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan
sistem dan usaha agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh pada kawasan sentra produksi pangan, yang meliputi:
Tabel 3.1
Tipologi Kaw asan Agropolitan
No. Sektor Usaha Pertanian Tipologi Kawaean Pereyaratan Agroidlinat
1 Tanaman Pangan Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan tekstur lahan yang datar, memiiki sarana pengairan (irigasi) yang memadai.
Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jerns tanah, testur Ithan, iklim, dan tingkat keasaman tanah.
2 Hortikultura Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan tekstur lahan datar dan berbukit, dan tersedia sumber air yang memadai.
Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah
3 Perkebunan Dataran tinggi. dengan tekstur lalian berbukit, dekat dengan kawasan konservasialam.
Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanali, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah.
4 Peternakan Dekat kawasan pertanian dan perkebunan, dengan sistemsanitasi yang memadai
Lokasi tidak boleh berada dipermukinkan dan memperhatikan aspek adaptasi Iingkungan.
5 Perikanan darat Terletak pada kolam perikanan darat, tambak, danau alam dan danau buatan, daerah aliran sungai baik dalam bentuk keramba maupun tangkapan alam
Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.
6 Perikanan laut Daerah pesisir pantai hingga lautan dalam hingga batas wilayah zona. Ekonomi eklusif perairan NKRI
Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.
7 Agrowisata Pengembangan usaha pertanian dan perkebunan yang disamping tetap berproduksi dikembangkan menjadi kawasan wisata alam tanpa meninggalkan fungsi utamanya sebagai lahan pertanian produktif
Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, ilkim, dan tingkat keasaman tanah.
8 Hutan wisata konservasi alam
Kawasan hutan lindung di kawasan tanah milik negara, kawasan ini biasanya berbatasan langsung dengan kawasan lahan pertanian dan perkebunan dengan tanda batas wilayah yang jelas
Sesuai dengan karakteristik lingkungan alam wilayah konservasi hutan setempat.
1) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem
agribisnis hulu (up stream agribusiness) untuk menunjang kelancaran
aliran barang masuk dari kota ke kawasan sentra produksi pangan
dan sebaliknya, seperti: bibit, benih, mesin dan peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/ vaksin ternak dan lain-lain. Jenis dukungan
sarana dan prasarana dapat berupa: Jalan penghubung antar desa-kota
Gudang penyimpanan Saprotan (sarana produksi pertanian)
Tempat bongkar muat Saprotan
Jalan antar desa - distrik
Sarana penunjang air bersih untuk sarana prasarana.
2) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem usaha tani/ pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan
produksi usaha budi-daya pertanian: tanaman parigan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Jenis dukungan
sarana dan prasarana dapat berupa:
Jalan usaha tani (farm road) dan desa pusat ke desa hinterland
maupun antar desa hinterland yang menjadi pemasok hasil
pertanian.
Penyediaan sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi
untuk mengairi dan menyirami lahan pertanian.
Dermaga, tempat pendaratan kapal penangkap I kan, dan
tambatan perahu pada kawasan budi daya perikanan tangkapan,
balk di danau ataupun di laut.
Sub terminal pengumpul pada desa-desa yang menjadi hinterland.
3) Dukungan sarana dan prasarana untuk mendukung subsistem
agribisnis hilir (down stream agribusiness) berupa industri-industri pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan sehingga mendapat
nilai tambah. Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:
Sarana pengeringan hasil pertanian sepert i lantai jemur gabah,
Gudang penyimpanan hasil pertanian, termasuk didalamnya sarana
pengawetan/ pendinginan (cold storage).
Sarana pengolahan hasil pertanian seperti : tempat penggilingan,
tempat pengemasan, rumah potong hewan, tempat pencucian dan
sortir hasil pertanian, sarana industri-industri rumah tangga
termasuk food service, seperti : pembuatan kripik, dodol, jus,
bubuk/ tepung, produk segar supermarket, aero catering, dan
lain-lain
Sarana pemasaran dan perdagangan hasil pertanian seperti pasar
tradisional, kios cendramata, pasar hewan, tempat pelelangan ikan
dan terminal agribisnis
Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat barang,
termasuk subterminal agribisnis (STA)
Sarana promosi dan pusat informasi pengembangan agribisnis
Sarana kelembagaan dan perekonomian seperti bangunan koperasi
usaha bersama (KUB), perbankan, balai pendidikan dan pelatihan
agribisnis.
Jalan antar desa-kota, jalan antar desa, jalan poros desa dan jalan
lingkar desa yang menghubungkan beberapa desa hinterland.
Sarana penunjang seperti pembangkit listrik/ generator listrik,
telepon, sarana air bersih untuk pembersihan dan pengolahan hasil
pertanian, sarana pembuangan limbah industri dan sampah hasil
olahan.
b. Kelembagaan
Lingkup pedoman kelernbagaan adalah suatu ketentuan berupa sistem
pengelolaan yang menjembatani berbagai kepentingan antara instansi
terkait atau disebut protokol. Protokol diarahkan kepada pengaturan
hubungan antara pemangku kepentingan dan antar tingkat pemerintahan baik di pusat maupun daerah. Pihak-pihak stakeholders yang
berkepentingan dan terkait dengan pedoman ini diantaranya adalah:
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Departemen Pertanian
Departemen Kelautan dan Perikanan
Departemen Perdagangan dan Perindustrian
Departemen Dalam Negeri
Departemen Perhubungan
Departemen Kehutanan
Kantor Menteri Muda Pengembangan Kawasan Timur I ndonesia
Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan Bapedal
Badan Pertanahan Nasional
BPPT/ LI PI
Badan Koordinasj Penanaman Modal (BKPM)
Badan Koordinasj Penanaman Modal Daerah (BKPMD)
BKTRN (Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional)
TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah)
Pemerintah Daerah Tingkat I
Pemerintah Daerah Tingkat I I
Perguruan Tinggi
Lembaga Swadaya Masyarakat
Dunia usaha
Gambar 3.5
Alur Pengembangan Agropolitan
Konsep pengembangan wilayah yang telah dikemukakan sebelumnya, membutuhkan
pengaturan ruang yang baik. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah untuk kawasan
dengan karakteristik kepulauan seperti ini menuntut adanya suatu pendekatan yang
holistik, terutama menyangkut pengaturan kawasan budidaya dan lindung secara
sinergis. Dalam konteks pemanfaatan ruang, maka aspek yang perlu dikemukakan
adalah konsep struktur ruang dan konsep pemanfaatan ruang.
3.3.1 Konsep Struktux Tata Ruang
Struktur tata ruang mencerminkan kerangka dasar pola keterkaitan antara satu elemen
ruang dengan elemen ruang lainnya. Struktur tata ruang juga mencerminkan arah
pengembangan ruang wilayah yang bersangkutan. Dengan karakteristik wilayah
kepulauan, Kabupaten Raja Ampat membutuhkan suatu struktur tata ruang yang
kompak serta didukung oleh sistem transportasi regional yang handal. Untuk itu
dalam pengembangan struktur tata ruang Kabupaten Raja Ampat, sesuai kaidah penataan ruang kelautan nasional, perlu memperhatikan unsur-unsur pokok seperti: Pusat-pusat pertumbuhan
Pelabuhan sebagai simpul penghubung (Sistem Transportasi)
Kawasan strategis
A. Pusat-pusat pertumbuhan di wilayah pesisir
Pengembangan pusat pertumbuhan di wilayah pesisir merupakan komponen
penting dalam membangun struktur ruang wilayah kepulauan. Dalam hal ini
pusat-pusat tersebut berfungsi sebagai tempat berkumpulnya berbagai aktivitas yang ada di suatu pulau. Pusat pertumbuhan di pesisir ini menjadi titik temu dan
aktivitas di wilayah daratan (hinterland) dengan aktivitas di wilayah lautan.
Dalam kerangka Struktur Tata Ruang Wilayah Nasional, dikenal 2 (dua) tipe
pusat pertumbuhan wilayah, yakni:
Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu kota di wilayah pesisir yang mempunyai
potensi sebagai pintu gerbang internasional; mampu mendorong
perkembangan daerah sekitarnya; serta berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang melayani kepentingan nasional
atau lebih dari satu propinsi, dan
Pusat Kegiatan wilayah (PKW), yaitu kota di kawasan pesisir sebagai pusat
jasa, pusat pengolahan, dan simpul tnansportasi yang melayani beberapa
kabupaten yang berpotensi berkembang sebagai PKN.
Selanjutnya bila kedua tipe tersebut diturunkan pada skala kabupaten, maka
akan muncul tipe ketiga berupa PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Pusat ini berfungsi
melayani aktivitas di wilayahnya sendiri, terutama dalam konteks pergerakan barang dan jasa antar pulau-pulau di wilayah yang bersangkutan. Dalam struktur
tata ruang nasional, Kabupaten Raja Ampat belum dapat digolongkan pada level
PKN ataupun PKW Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional), sehingga
untuk tahap pengembangan pertama, kabupaten ini lebih difungsikan untuk
menjadi PKL di lingkungannya sendiri.
3
Selain pengembangan struktur ruang kelautan, dalam kaidah penataan ruang juga
dikenal dengan istilah konsep struktur pelayanan, terutama struktur pelayanan di
wilayah daratan. Konsep struktur pelayanan dimaksudkan untuk menciptakan
ruang yang efisien dan mudah terjangkau sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam pedoman penataan ruang. Struktur pelayanan harus mampu
memberikan tingkat pelayanan yang paling optimal kepada masyarakat. Untuk itu,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Struktur pelayanan kegiatan diatur agar membentuk sistem pelayanan yang
berjenjang, yaitu pusat kabupaten (Kota Waisai), pusat distrik, pusat
kelurahan, dan pusat lingkungan.
Untuk sarana dan kegiatan pelayanan yang mempunyai tingkat pelayanan skala
kabupaten dikonsentrasikan dalam satu lokasi, yaitu di ibukota kabupaten sehingga membentuk Pusat Kegiatan Kota atau Central Business District.
Sarana pelayanan dengan tingkat pelayanan distrik dikonsentrasikan di pusat
distrik guna melayani kegiatan yang ada di distrik tersebut.
Sarana pelayanan dengan tingkat pelayanan yang lebih rendah disebarkan
menurut kebutuhannya.
Sistem pelayanan kegiatan diatur berdasarkan tata jenjang pelayanannya yang
berisi arahan mengenai kapasitas kegiatan, intensitas kegiatan dan terstruktur menurut lokasi serta jenis dan kegiatan pelayanan dalam lingkup kabupaten.
Pertimbangan utama dalam pendistribusian pusat-pusat pelayanan adalah: Kebutuhan Penduduk
Pelayanan kegiatan wilayah sangat tergantung pada jumlah dan distribusi
penduduk yang akan dilayani. Semakin besar jumlah penduduk yang harus
dilayani, maka semakin besar pula kapasitas dan intensitas serta ragam bentuk
pelayanannya.
Jangkauan Pelayanan
Besar kecilnya pelayanan kegiatan di suatu wilayah juga ditentukan oleh I uas
wilayah pelayanan yang hams dijangkau. Penentuan lokasi pelayanan
diintegrasikan dalam struktur tata ruang wilayah, sehingga pelayanannya dapat
menjangkau seluriih penduduk secara merata dan dilaksariakan secara efisien. Tingkat Pencapaian
Lokasi jenis pelayanan kegiatan di suatau wilayah juga ditentukan oleh
tingkat kemudahan pencapaian (aksesibilitas) ke lokasi pelayanan tersebut.
Semakin tinggi tingkat pencapaian, semakin besar pula potensi untuk
menjadi pusat pelayanan stem peiayanan yang kebutuhan penduduk.
Sesuai dengan standar dalam petunjuk perencanaan kawasan peruinahan kota
yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU), lingkungan
permukiman ditetapkan secara hirarkis sesuai dengan jtunlah penduduknya
seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Sumber : RTRW Kabupaten Raja Ampat
Guna mencapai nilai pelayanan tersebut seoptimal rnungkiLn sesuai Market Oriented, Level of Service, Economics of Scale dan Social Behaviour yang
berlaku, maka hirarki fungsi pusat pelayanan kegiatan wilayah perencanaan
dibagi atas empat tingkatan, yaitu:
Pusat Pelayanan Kabupaten, dapat melayani penduduk pendukung sekitar
1.000.000 jiwa.
Pusat Pelayanan Distrik, dapat melayani penduduk pendukung sekitar
120.000 jiwa.
Pusat Pelayanan Kelurahan, dapat melayani penduduk pendukung sekitar
30.000 jiwa.
Pusat Pelayanan Lingkungan, dapat melayani penduduk pendukung sebesar
sekitar 10.000 jiwa, dapat terdiri dan sekitar 4 RW dan terjangkau oleh
pejalan kaki dalam waktu kurang lebih 15 meniit atau jarak kurang lebih 5
Gambar 3.6
Secara diagramatik, konsep struktur pelayanan kegiatan w ilayah perencanaan
dapat diilustrasikan dalam Gambar 3.5 berikut.
Gambar 3.7
Konsep I majiner Struktur Pelayanan
Keterangan:
Pusat Pelayanan Kabupaten Raja Ampat
Pusat Pelayanan
Pusat Pelayanan Kelurahan
Pusat Pelayanan Lingkungan
Arah Onentasi Pergerakan Orang dan Barang/ Jasa
Beberapa prinsip dalam penyusunan kebijakan dasar pengembangan struktur
pelayanan kegiatan adalah:
Menyebarkan sarana pelayanan secara merata sesuai dengan hirarki dan
sebaran penduduk dan kegiatan, serta kebutuhannya.
Menyediakan sarana secara lengkap dan memadai sesuai dengan hirarki
pelayanannya.
Memusatkan sarana yang setingkat di satu lokasi atau yang berdekatan untuk
mengefisiensikan dan mengefektifkan pelayanannya.
Mengelompokkan kegiatan dengan pusat -pusat pada wilayah pengembangan
agar dapat berperan sebagai pemacu perkembangan dan daya dukung untuk
wilayah tersebut.
Mengefisienkan sistem pelayanan aktivitas wilayah.
Mengurangi beban fungsi pelayanan pusat aktivitas wilayah.
Menyebarkan pusat-pusat pelayanan penduduk.
Merangsang perkembangan bagian-bagian wilayah.
Mengurangi arus lalu lintas dan pergerakan ke pusat aktivitas wilayah.
Dari gambar di atas terlihat bahwa dalam skala wilayah, hanya terdapat satu
pusat utama (orde I ) yang mempunyai skala pelayanan kabupaten. Sedangkan
yang lainnya adalah pusat -pusat pelayanan lama yang sampai saat ini masih
mengemban fungsi sebagai pusat pelayanan lokal.
Selama ini, pusat-pusat orde I I tersebut berorientasi ke Sorong yang waktu itu
berfungsi sebagai I bukota Kabupaten. Dengan pemisahan ini berarti bahwa
pusat utama (orde I ) seolah-olah berfungsi sebagai pengganti dan Kota Sorong.
Secara implisit, struktur pelayanan tersebut telah mengindikasikan tentang
adanya perbedaan fungsi dan masing-masing pusat-pusat pelayanan. Pembagian
fungsi kawasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Pembagian Fungsi Kaw asan
Orde Kawasan Pungai utama Pungsl pendukung I Pemerintahan Pusat pemerintahan • perdagangan
• jasa permukunan
Pusat koleksi dan distribusi III Produksi agro Pusat produksi • pertanian
• permukiman IV Wisata Pariwisata • jasa/akomodasi
• transportasi • permukiman • ruang terbuka hgau • fasilitas ke-pu-an V Riset dan konservasi Pusat penelitian
sumberdaya alam
Sistem transpontasi dalam struktur ruang inerupakan komponen penting yang
mutlak dipenlukart serta menjadi penentu tumbuh kembangnya stniktur ruang
wilayah yang bersangkutan. Dalam konteks pengembangan wilayah pesisir dan
kepulauari seperti Kabupaten Raja Ampat, rnaka sistem trartsportasi laut dan
udara memuliki peran yang sangat penting. 1. Sistem Transportasi Laut
Dalam rencana tata ruang kelautan nasional, sistem kepelabuhan di I ndonesia
terdiri dari tiga tipe, yaitu pelabuhan utama primer, pelabuhan utama sekunder
dan pelabuhan utama tersier. Selanjutnya hirarki pelabuhan tersebut dipadukan
dengan hirarki pusat pertumbuhan wilayah menjadi hirarki kota-kota dalam
struktur tata ruang kelautan nasional Berdasarkan hirarki tersebut, Kabupaten
Raja Ampat belum muncul sebagai suatu simpul tersendiri, Pusat Primer yang
paling dekat dengan Kabupaten Raja Ampat adalah Kota Sorong.
Dalam lingkup internal yang lebih kecil seperti Kabupaten Kepulauan Raja
Ampat, maka pengembangan sistem transportasi juga mutlak diperlukan. Hal
terpenting yang perlu dikembangkan dalam sistem transportasi di wilayah ini
adalah keterpaduan sistem transportasi darat, laut dan udara dengan sistem
transportasi laut dan udara sebagal inti utamanya. Untuk itu pola
pengembangan pelabuhan antar pulau menjadi prioritas pembangunan
tranportasi laut jangka pendek dan menengah. Hal ini sangat signifikan dengan kebutuhan untuk mengembangkan wilayah-wilayah yang saat ini terisolasi dan
mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil budidaya wilayahnya.
Pengembangan sistem kepelabuhan yang dikembangkan tidak akan berfungsi
bila tidak didukung oleh sistem transportasi darat yang handal. Oleh karena
itu pengembangan sistem transportasi darat menjadi komponen penting
pembangunan transportasi di wilayah ini.
2. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi Darat
Komponen sistem transportasi darat yang paling dasar adalah sistem
jaringan jalan. Untuk wilayah dengan karakteristik kepulauan, maka konsep
pengembangan jaringan jalan yang akan dikembangkan sedemikian rupa,
sehingga setiap pulau memiliki peran penting dalam struktur ruang yang
terbentuk. Konsep pengembangan struktur wilayah pelayanan di Kabupaten
Raja Ampat dikembangkan sistem jaringan jalan yang mendukung
pengembangan wilayah dengab pola “multiple nuclei” atau “wilayah dengan banyak pusat pertumbuhan/ pusat aktivitas”. Pola ini lebih memungkinkan
terciptanya pola pergerakan yang lebih merata serta mendukung
pengembangan pulau secara sinergis.
Gambar 3.8
Pola jaringan jalan akan dibentuk dengan memprioritaskan pengembangan
jalur-jalur penghubung pusat-pusat pengembangan wilayah serta membangun
sistem jaringan pendukung yang memungkinkan pergerakan melalui darat yang
lebih fleksibel. Dengan pola tersebut setiap pusat memiliki akses yang baik ke semua arah yang bertujuan ke pusat -pusat lainnya.
Adapun, sesuai ketentuan pengembangan jaringan jalan, maka komponen
jaringan jalan yang dikembangkan meliputi:
Jaringan jalan utama (arteri) dengan ROW jalan utama mi adalah 30 m.
Jaringan jalan kokktor dengan ROW 20 dikembangkan untuk menjadi jalan
lingkar mengelihingi pulau.
Jalan lokal dengan ROW 12 dikembangkan untuk melayani pergerakan
lokal.
3. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi Udara
Seperti halnya pengembangan sistem transportasi laut, pengembangan sisteni
transportasi udara membutuhkan simpul-simpul pergerakan, dalam hal ini
berupa bandara. Untuk wilayah kepulauan seperti Kepulauan Raja Ampat,
sangatlah sulit untuk membangun simpul pergerakan tiap pulau yang ada, oleh
karena itu pengembangan sistem transportasi udara difungsikan untuk
Gambar 3.9
C. Kawasan Strategis
Dalam konteks pengembangan struktur ruang wilayah, kawasan strategis adalah
kawasan yang memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan
wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya. Peran kawasan ini dapat berupa peran ekonomi, sosial, politik maupun ketahanan wilayah. Keberadaan kawasan ini
sangat mempengaruhi arah perrkembangan wilayah di masa yang akan datang.
Oleh karena itu kawasan strategis ini perlu mendapatkan posisi yang penting
dalam struktur ruang, baik pada tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten.
Definisi formal yang mendekati pengertian kawasan strategis dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.4
Definisi Formal Kaw asan Strategis
No Sumber Kawasan Strategis Pengertian
1 UU 24/1992
Kawasan Tertentu Kawasan yang ditetapkan secara nasional memiliki nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan
2 PP 47/1997
Kawasan Tertentu Politik-Hankam
Kawasan Tertentu Ekonomi Nasional
Kawasan yang diperuntulcan untuk memelihara Hankam Negara
Kawasan ekonomi yang ber-SDA strategis, Teknologi tinggi, skala besar Kawasan pelestarian adat-istiadat dan budaya nasional
Kawasan tempat perlindungan SDA Naslonal
Kawasan yang perkembangannya tertinggal dan wilayah lain karena kendala pembangunan yang dimilikinya Kawasan yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan aekitaranya serta mendorong terwujudnya
Wilayah strategis yang mudah ada dan berkembang saat ini
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang potensial cepat tumbuh berdasarkan
kondisi keunggulan geografis don produk unggulan daerah yang berorientasi pada pasar lokal, regional dan global.
Dalam revisi RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional), tipe-tipe kawasan
strategis yang telah ditetapkan antara lain terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Jenis Kaw asan Strategis Nasional
No Jenis Kawasan Kriteria Penetapan 1 Kawasan strategis dalam skala
besar untuk kegiatan industri
o Kawasan budidaya yang didalamnya terdapat
kegiatan-kegiatan produksi yang memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ekonomi kawasan maupun nasional
o Mempunyai kegiatan produksi yang mempunyai skala
besar dan berperan secara nasional
o Mempunyai nilai tambah dan memberikan efek
terhadap kegiatan ekonomi kawasan dan nasional
o Mempunyai fungsi sebagai pusat pertumbuhan yang
berperan sebagai pendorong pengembangan wilayah
o Berpeluang untuk menghasilkan produk-produk
barang dan jasa yang berorientasi pasar serta mampu bersaing
2 Kawasan strategis dalam skala besar untuk kegiatan pariwisata
o Kawasan budidaya yang didalamnya terdapat
kegiatan-kegiatan pariwisata yang memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ekonomi kawasan maupun nasional
o Mempunyai kegiatan pariwisata yang memiliki skala
besar dan berperan secara nasional
o Mempunyai nilai tambah dan memberikan efek
terhadap kegiatan ekonomi kawasan dan nasional 3 Kawasan strategis dalam skala
besar untuk kegiatan suaka alam
o Kawasan yang memiliki ekosistem khas dan bernilai
dunia karena kelangkaannya
o Memberikan perlindungan bagi perkembangan hewan
dan bernilai dunia karena kelangkaannya
4 Kawasan perbatasan o Kawasan budidaya dan non budidaya yang secara
geografis berbatasan langsung dengan negara tetangga
o Jauh dari pusat-pusat permukiman
o Mempunyai akses lebih tinggi kepada negara
tetangga
o Mempunyai aksesibilitas dan hubungan kerjasama
dengan negara tetangga
5 Kawasan daerah latihan militer o Kawasan budidaya dan non budidaya yang sangat
o Memiliki aturan-aturan khusus
6 Kawasan andalan pengembangan
o Terdapat lebih dari 3 aglomerasi kota didalamnya o Memberikan kontribusi terhadap PDB > 2,5%
o Presentasi penduduknya > 3% dari penduduk
provinsi
o Memiliki prasarana dasar jaringan jalan, pelabuhan
laut, dan /atau bandar udara, prasarana listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain
o Memiliki sumberdaya alam dalam jumlah yang cukup
besar
o Memiliki sektor unggulan nasonal yang sudah
berkembang 7 Kawasan andalan perospektif
untuk pengembangan
o Terdapat 1 – 2 aglomerasi kota di dalamnya o Memberikan kontribusi terhadap PDB 0,5%- 2,5% o Presentasi penduduknya > 0,5% - 2% dari penduduk
provinsi
o Prasarana dasar jaringan jalan belum lengkap,
kondisi pelabuhan laut sedang atau kurang, dan prasarana lainnya belum cukup
o Memiliki sumberdaya alam dalam jumlah yang cukup
besar
o Memiliki kemungkinan mengembangkan sektor
unggulan
8 Kawasan andalan laut o Merupakan kawasan yang memiliki potensi sumber
laut maupun kawasan yang sumberdaya lautnya sudah berkembang
o Mempunyai pusat pengolahan hasil laut yang dapat
dikembangkan
o Mempunyai akses yang tinggi ke pasar (kota maupun
outlet) 9 Kawasan pengembangan
ekonomi terpadu
Kapet adalah kawasan andalan yang dipilih oleh Pemerintah Daerah dan ditetapkan oleh Keppres Adapun kriteria-kriterianya:
o Kawasan yang memiliki potensi sektor atau komoditi
unggulan dengan kriteria:
Kawasan skala pelayanan eksport
Mempunyai potensi memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB
Mempunyai pengaruh terhadap perekonomian daerah belakangnya
Pengembangan sektor atau komoditi terkait dengan kegiatan ekonomi kecil/kerakyatan
o Berpotensi untuk cepat tumbuh dan serta dapat
menggerakan kegiatan ekonomi di sekitarnya dan memiliki potensi pengembalian investasi yang besar
o Dan investasi yang besar dan ada multiplier yang
cepat
o Adanya dukungan infrastruktur dengan status on
going dan comited berupa:
Prasarana jalan minimal untuk kapasitas berat 8 ton
Dapat mengakses langsung menuju outlet distribusi komoditi dengan mudah berupa ; terminal peti kemas, pelabuhan laut, pelabuhan udara.
Dukungan jaringan air bersih listrik dan telepon
Ketersediaan lahan pengembangan komoditas atau sektor sesuai dengan kapasitas pengembangan, tersedianya kawasan permukiman, sumberdaya manusia dan fasilitas termasuk fasilitas institusi keuangan
Berdasarkan RTRWN tersebut, Kabupaten Raja Ampat termasuk salah satu
kawasan andalan laut. Sedangkan berdasarkan Struktur Tata Ruang Kelautan
Nasional yang dikeluarkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun
Gambar 3.10
Gambar 3.11
Dalam konteks penyusunan rencana struktur ruang kawasan Kabupaten Raja
Ampat, maka kawasan satrategis yang dikembangkan mengacu pada konsep
pengembangan wilayahnya yang menekankan pada budidaya kelautan yang
terintegrasi dengan pemanfaatan sumberdaya wilayah daratannya. Untuk itu, maka pengembangan kawasan strategis di wilayah ini akan terdiri dari beberapa
kawasan tertentu seperti kawasan khusus budidaya kelautan, kawasan khusus
wisata bahari, kawasan lindung laut dan darat, kawasan khusus pengembangan
agropolitan dan kawasan-kawasan khusus lain yang dikembangkan untuk
rnenciptakan kemajuan wilayah secara berkelanjutan.
3.3.2 Konsep Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang adalah suatu aktivitas yang memanfaatkan ruang-ruang yang
terbentuk berdasarkan struktur ruang yang telah dikembangkan serta bergantung pada daya dukung lingkungan dan keharmonisan dengan ekosistem setempat.
Konsep pemanfaatan ruang di wilayah ini juga sangat ditentukan oleh konsep
pengembangan wilayah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan Konsep MI DI
yang telah dikembangkan, maka konsep pemanfaatan ruangnya juga harus
mengakomodasi ruang laut dan darat secara sinergis.
Dalam konsep pengembangan pemanfaatan ruang yang dikembangkan di wilayah
Kabupaten Raja Ampat, maka pola pemanfaatan ruangnya menyesuaikan dengan pola sebaran sumber daya alam yang menjadi unggulan masing-masing pulau.
Kajian tentang potensi sebaran sumber daya alam di wilayah Kabupaten Raja
Ampat telah dibahas, namun untuk mempertajam konsep pengembangan, berikut
akan diulas kembali sebaran potensi tersebut yang dikutip dan Arahan
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata, tahun 2003:
Kepulauan Raja Ampat (KRA) terletak di ujung barat Pulau Papua tepat di
bagian kepala burung. Kepulauan ini memiliki empat pulau utama yang bergunung-gunang - Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool serta ratusan
pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kawasan ini memiliki potensi pariwisata yang luar
biasa, baik bentang alamnya, keanekaragaman hayati daratan dan lautan,
potensi pesisir, budaya dan adat masyarakat setempat.
Kawasan karst yang terdiri dari ratusan pulau-pulau kecil merupakan salah
satu fenomena alam terindah yang belum terganggu. KRA dengan luas
sekitar 43.000 km2, merupakan “jantung segi tiga terumbu karang” (Coral
Triangle) yang terdiri dari I ndonesia, Filipina, Papua Nugini, Jepang dan
Australia. Kawasan tersebut mendukung kehidupan keanekaragaman hayati
laut terkaya di dunia, yang umumnya berpusat di habitat - habitat karang
yang luas, bakau dan padang lamun (Mc.Kenna. S. Allen.G.R and Suiyadi S.
2002).
Hasil Rapid Assesment Progam (RAP) Conservation I nternational pada tahun
2001, menunjukkan bahwa KRA sangat kaya akan organisme laut dan dihuni
terumbu karang paling ash dalam kondisi sangat baik di I ndonesia. Tercatat
456 jenis karang yang berarti lebih dan separuh jumlah kanang di dunia. Tenidentifikasi sebanyak 699 jenis moluska serta tercatat ada 1074 jenis ikan
karang. I kan komersial 196 jenis.
Empat dan enam lokasi yang terkaya dengan spesies ikan tersebut terletak di
Kofiau. Selanjutnya, jumlah spesies yang tertinggi yang terhitung dalam
sekali penyelaman yakni 284 spesies tercatat di Teluk Wambong. Hitungan
tertinggi sebelumnya yakni 283 spesies yang tercatat dalam survey RAP yang
dilakukan oleh CI di kawasan Raja Ampat tahun 2001 adalah di Pulau Kri. Jumlah total 200 spesies ikan atau lebih pada umumnya dianggap sebagai
patokan untuk kategori jumlah ikan sangat baik (excellent count) untuk satu
areal pengamatan. Jumlah ini ditemukan di 50 persen lokasi survei di Raja
Ampat, yang merupakan persentasi tertinggi untuk semua kawasan yang
pernah disurvei di kawasan “Segitiga Karang” (Coral Triangle).
Kekayaan alam pada bagian darat kepulauan tidak kalah menanik. Terutama
pada pulaupulau besar, tempat berbagai jenis burung termasuk burung
cendrawasih merah dan cendrawasih botak, dapat dijumpai. Bahkan pada tahun 2000 di Waigeo ditemukan kembali satu jenis burung megapoda Maleo
Waigeo (Aepypodius bruijnii), yang terakhir tercatat dijumpai pada tahun
1938 oleh para pengamat burung dari barat. Beragam satwa Marsupilia
(Bandikut, Walabi, Kanguru pohon, Oposum) endemik Papua juga menghuni
Survei botani di wilayah ini menentukan prionitas konservasi berdasarkan
endemisme (endemism). Vegetasi ultrabasik dan kapur memiliki nilai tertinggi
di kawasan Raja Ampat. Seperti yang diketahui saat itu, ultrabasik
mengandung lebih banyak spesies endemik dibandingkan dengan lainnya. Lokasi yang memiliki nilai tertinggi adalah karst Misool dan Waigeo.
Kebanyakan hutan di Raja Ampat, ditumbuhi oleh kayu yang utamanya
dipasarkan untuk diekspor. Meskipun, areal konsesi yang dikelola saat ini
merupakan habitat yang baik untuk pertumbuhan pohon, namun karst
ultrabasik dan kapur hanya ditumbuhi oleh tumbuhan yang memiliki nilai
ekonomis rendah bukan merupakan target penebangan dan juga mem iliki
resiko ekonomis yang kecil.
Pulau Gag memiliki potensi tarnbang nikel yang cukup besar, dengan
dikeluarkannya Perpu No 1 tahun 2004, maka wilayah ini berpotensi untuk
berkembang menjadi wilayah pentambangan mengikuti permintaan pasar. Kawasan Raja Ampat berdasarkan hasil survei dan kajian, jelas merupakan
jantung dan keanekaragaman hayati laut, yang mengandung hampir 60%
karang pembentuk terumbu di dunia (lebih dari 500 spesies yang telah
diidentifikasi) dan paling sedikit 1,074 jenis spesies ikan. Konservasi
keanakaragaman hayati laut di kawasan ini merupakan prioritas utama dan kepentingan masyarakat dunia. Empat kawasan yang memiliki nilai konservasi
dan prioritas utama diidentifikasi yakni kepulauan di bagian timur dan selatan
Misool, Kofiau, Sayang dan Pulau Ai, dan Kepulauan Wayag.
Berdasarkan sebaran potensi tersebut, maka konsep pengembangan struktur dan
pola pemanfaatan ruang di wilayah ini dapat dikembangkan mengikuti pola
Gambar 3.12
Konsep Pengembangan Struktur Dan Pola Pemanfaatan Ruang KRA
Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang menggambarkan unsur-unsur pembentuk
rona lingkungan alam, linglungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk struktur
ruang kabupaten. I si Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi
hirarki pusat pelayanan wilayah seperti sistem pusat -pusat perkotaan dan
perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana, sistem jaringan
transportasi seperti sistem jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan kelas
terminal. Struktur ruang wilayah merupakan representasi dan visi pengembangan
wilayah yang dituangkan dalam bentuk keterkaitan antar pusat-pusat
pengembangan di wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian rencana struktur ruang adalah suatu bentuk keterkaitan wilayah secara fisik maupun non-fisik yang
ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Sedangkan unsur utama pembentuk
struktur ruang wilayah adalah pusat-pusat pelayanan, sistem transportasi dan
kawasan-kawasan strategis, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
3.4.1 Rencana Pengembangan Sistem Pusat- Pusat Pengembangan Wilayah
Pendekatan yang lazim dalam menentukan pusat -pusat pengembangan wilayah
adalah berdasarkan perhitungan yang rinci mengenai akumulasi penduduk, tingkat
perkembangan ekonomi, ketersediaan sarana dan prasarana, kapasitas sumber daya alam, dan daya dukung lingkungan. Namun untuk wilayah dengan
karakteristik wilayah seperti Kabupaten Raja Ampat yang masih sangat jarang
penduduknya, maka pendekatan yang dapat dilakukan lebih kepada kajian
kapasitas sumber daya alam, daya dukung lingkungan serta aspek lokasi dan
wilayah-wilayah yang strategis.
Telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya berdasarkan potensi sumberdaya
alamnya, Kabupaten Raja Ampat sedikitnya memiliki 8 (delapan) pulau yang dapat
dikembangkan dalam bentuk cluster-cluster pengembangan wilayah. Klaster-klaster
tersebut dlharapkan dapat berkembang menjadi pusat -pusat pertumbuhan baru
yang saling berinteraksi dan bersinergi membentuk pertumbuhan wilayah
kabupaten secara berkelanjutan.
Selanjutnya untuk membangun struktur ruang tersebut, maka minimal ada 2
(dua) hal harus diupayakan pengembangannya yalta pengembangan dan
pemerataan infrastruktur serta peningkatkan kapasitas ekonomi di beberapa
wilayah prioritas. Pengembangan dan pemerataan infrastruktur di wilayah ini
mutlak perlu diprioritaskan. Hal ini disebabkan masth rendahnya tingkat
pelayanan infrastruktur dasar di semua wilayah sehingga berdampak pada terbatasnya kemampuan penduduk setempat dalani mengembangkan potensi
sumber daya yang dimiliki. Dampak I ebih lanjut adalah kapasitas ekonomi di
wilayah mi tidak mampu mencapai taraf yang memungkinkan untuk
melaksanakan pola pergerakan barang dan jasa yang lebih seimbang antar satu
kawasan dengan kawasan lainnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka disusun rencana pengembangan struktur
pengembangan hirarki pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Raja Ampat.
Penjelasan dan konsep tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan wilayah kabupaten yang lebih
berimbang, maka sesuai dengan konsep MI DI yang dikembangkan,
direncanakan dibangun 8 kluster yang bersifat unik. Kedelapan cluster ini diharapkan mampu menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang
secara keseluruhan bersinergi secara positif menghasilkan struktur ruang
ekonomi (Economic Space Structure) yang mantap.
Selanjutnya setiap cluster tersebut memiliki minimal 1 (satu) pusat pelayanan
wilayah dengan skala pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan
karaktenistik wilayah. Pusat pelayanan diharapkan menjadi simpul-simpul
utama dan sistem transportasi dan komunikasi antar cluster.
Berdasarkan statusnya, dapat dibedakan dua tipe pusat pelayanan yang
dikembangkan yaitu pusat pelayanan yang bersifat formal-administratif dan
pusat pelayanan yang bersifat fungsional.
3
Pusat pelayanan formal administratif adalah pusat pelayanan yang secara
formal telah melekat pada sistem pemerintahan daerah berdasarkan aturan
perundang-undangan. Pusat yang dimaksud adalah pusat -pusat yang menjadi
pusat pemerintahan distrik. Pusat jenis ini umumnya telah memiliki standar pelayanan wilayah yang baku dengan sistem pembiayaan pembangunan yang
lebih kontinu. Dalam konsep struktur ruang yang dikembangkan, direncanakan
ada sebanyak 8 (delapan) kiaster yang terdiri dan 10 pusat pengembangan dan
3 (tiga) pusat fungsional.
Tabel 3.6
Cluster Pengembangan Kaw asan di Kabupaten Raja Ampat
No Cluster Arahan Pengembangan
1. Pulau Waigeo dan sekitarnya
1. Pusat Pemerintahan
2. Kawasan Pengembangan Agroindustri 3. Kawasan Pengembangan dan riset Sumber Daya alam hayati
sekitarnya 1. Pengembangan wisata danriset kelautan
6. Pulan Mansuar dan sekitarnya
I . Pengambangan kawasan pendukung kegiatan wisata bahari
7. Pulau Deer dan sekitarnya
1. Pengembangan pusat riset ekoistem perariran 2. Pengembangan budidaya pertanian dan perikanan
Pusat fungsional adalah suatu pusat pelayanan yang bersifat spesifik sesuai
kebutuhan dan fungsi pengembangan wilayah yang bersangkutan. Pusat
fungsional ini dikembangkan di wilayah-wilayah yang secara fungsional
memiliki potensi pengembangan yang cukup strategis tetapi bukan merupakan pusat distrik/ adminsitratif lainnya. Dalam pusat fungsional ini
dikembangkan beberapa fasilitas dan utilitas yang sesuai dengan aktivitas
utama di kluster yang bersangkutan. Dalam konsep struktur ruang yang
dikembangkan di atas terdapat 3 (tiga) pusat fungsional sebagai pelengkap
dan sistem keterkaitan wilayah di Kabupaten Raja Ampat.
Untuk mendukung tercapainya struktur ruang dibut uhkan adanya sistem
Gambar 3.13
Konsep Pengembangan Struktur Dan Pola Pemanfaatan Ruang KRA