• Tidak ada hasil yang ditemukan

WILAYAH KABUPATEN RAJA AMPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "WILAYAH KABUPATEN RAJA AMPAT"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PEMBANGUNAN

WI LAYAH KABUPATEN RAJA AMPAT

Bab ini berisi tentang :

Visi Penataan Ruang Kabupaten Raja Ampat

Konsep Pengembangan Wilayah Kabupatean Raja Ampat Konsep Pengembangan Tata Ruang

Rencana Struktur Ruang Kabupaten Raja Ampat Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten Raja Ampat

Rencana Pengembangan Sistem Sarana Dan Prasarana Wilayah

engan terbitnya Undang-Undang No. 26/ 2002 yang menetapkan Kabupaten

Raja Ampat sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Papua, maka

perencanaan wilayah ini dengan sendirinya akan berubah. Bila pada masa

sebelumnya wilayah Kepulauan Raja Ampat lebih merupakan kawasan perlindungan

setempat pada khususnya dan wilayah perlindungan Kabupaten Sorong serta Papua

pada umumnya, maka kini peran dan fungsi kawasan ini menjadi daerah otonom yang

berhak menyelenggarakan pemerintahannya sesuai kewenangan yang diatur melalui

undang-undang.

Penyusunan RTRW Kabupaten Raja Ampat didasarkan pada kebutuhan adanya

landasan dan pedoman dalam pembangunan fisik di wilayah yang bersangkutan. Oleh

karena itu, pengembangan Kabupaten Raja Ampat harus didasarkan pada kebutuhan

pembangunan dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Kebutuhan-kebutuhan

pengembangan tersebut Juga hams mengakomodasikan keinginan-keinginan

masyarakat secara luas. Kebutuhan dan keinginan tersebut seharusnya tertuang dalam

visi pengembangan Kabupaten Raja Ampat.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah,

khususnya Rencana Pemanfaatan Ruang, merupakan upaya meneijemahkan visi

pengembangan wilayah yang bersangkutan dalam bentuk penataan ruang wilayah.

Oleh karena itu visi pengembangan Wilayah Kabupaten Raja Ampat perlu dijadikan landasan utama dalam mengembangkan konsepsi pengembangan tata ruang

wilayahnya.

Gambar 3.1

Kabupaten Raja Ampar Berdasarkan Undang- Undang No. 26 Tahun 2002

Walaupun visi pengembangan wilayah Kabupaten Raja Ampat belum disusun secara formal, namun dan hasil pemahaman kondisi fisik wilayah dan beberapa gagasan

pengembangan wilayah yang dikemukakan pejabat bupati saat ini, maka secara

D

III

Bab

3

(2)

sederhana proxy atau pendekatan visi pengembangan wilayah Raja Ampat dapat

dikemukakan sebagai berikut:

“Kabupaten Raja Ampat Sebagai Kabupaten Bahari”

Dengan menetapkan visi sebagai Kabupaten Bahari, maka selanjutnya adalah menetapkan strategi pencapaiannya yaitu melalui benchmark/ tolok ukur suatu

kabupaten baliari yang dapat dijadikan contoh. Benchmark yang dimaksud merupakan

kondisi ideal (state of the art) pengembangan suatu wilayah yang sebalknya ditiru

sesuai kemampuan wilayah Kabupaten Raja Ampat. Pembahasan berikut akan

menjelaskan konsep pengembangan wilayah Kabupaten Raja Ampat serta beberapa

benchmark yang dapat dijadikan alternatif pengembangan.

Selanjutnya, untuk menterjemahkan visi tersebut di atas, maka perlu dikembangkan

suatu konsep yang mampu mengarahkan upaya pemanfaatan ruang wilayah yang

sejalan dengan visi tersebut. Sesuai dengan kondisi fisik alam yang dimilikinya, maka

sebagai prototipe alternatif pengembangan wilayah Kabupaten Raja Ampat adalah

konsep MI DI (Marineculture I ntegrated Development I slands) atau pengembangan

wilayah kepulauan Raja Ampat secara terintegrasi dengan memprioritaskan pada

pengembangan sumber daya bahari. Dengan demikian terdapat dua kata kinici dalam konsep tersebut yaitu keterpaduan pembangunan kepulauan dan sumber daya

kelautan/ bahari.

Keterpaduan/ pengintegrasian pembangunan wilayah kepulauan Raja Ampat

merupakan amanat dari wilayah ini yang terdiri dari gugus pulau-pulau. Untuk dapat

melakükan integrasi tersebut maka kunci suksesnya terletak pada sistem transportasi

dan komunikasi antar pulau yang ada. Untuk itu peranan teknologi txansportasi dan

energi di wilayah ini menjadi aspek penting yang perlu diprioritaskan

pengembangannya. Teknologi transportasi dan energi yang dibutuhkan adalah teknologi transportasi yang dapat mendukung kemandirian perkembangan pulau-pulau

tersebut.

Sumber daya kelautan merupakan unsur yang paling menonjol di Kabupaten Raja

Ampat. Untuk itu, pemanfaatan potensi ini dlharapkan dapat menjadi tulang punggung

perekonomian. Hal tersebut dapat dicapai dengan niempertimbangkan masuknya

teknologi-teknologi yang terkait dengan pengeloalaan dan komersialisasi sumber

daya hayati kelautan di wilayah ini, termasuk di dalamnya bioteknologi. Dan dengan

karakteristik wilayah yang lebih banyak memiliki fungsi lindung, maka pemanfaatan ruang di wilayah ini perlu dibatasi pada penggunaan ruang yang tidak merusak

fungsi lindung tersebut. Untuk itu beberapa komponen pengembangan wilayah yang

sesuai dengan Konsep MI DI serta mendukung fungsi lindung wilayah setempat

antara lain:

a. Pengembangan Kawasan Budidaya:

 Budidaya Kelautan(Marineculture) termasuk wisata bahari

 Pengembangan Kawasan-kawasan Riset Ekologi Kelautan

 Pengembangan Agropolitan

b. Pengembangan Kawasan Lindung:  Kawasan Lindung Laut

 Kawasan Lindung Daratan

Komponen-komponen pengembangan wilayah ini diharapkan menjadi inti dari

pemanfaatan ruang di Kabupaten Raja Ampat Penjelasan berikut menggambarkan

spesifikasi masing-masing komponen pengembangan wilayah yang akan

dikembangkan.

3.2.1 Pengembangan Kaw asan Budidaya

A. Pengembangan Budidaya Kelautan( Marine Culture)

1. Konsepsi Pengembangan

Kabupaten Raja Ampat terdiri dari empat pulau utama yang

bergunung-gunung - Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool serta ratusan pulau-pulau

kecil lain di sekitarnya.

Berdasarkan karakteristik geomorfologi kawasannya, maka Kabupaten

Kepulauan Raja Ampat tergolong pada wilayah yang memiliki daerah pesisir dan pulau-pilau kecil.

Berdasarkan kondisinya tersebut, maka konsep Marineculture yang

dikembangkan di wilayah ini adalah kegiatan pengembangan dan

pernanfaatan potensi wilayah pesisir, kelautan dan pulau-pulau kecil secara

3

(3)

berkelanjutan. Adapun pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

bertujuan untuk:

 Menciptakan kesinambungan pemanfaatan ruang darat dan laut di wilayah

yang bersangkutan.

 Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengendalian wilayah pesisir, laut dan

pulau-pulau kecil sebagai penggerak atau penunjang pembangunan wilayah

secara keseluruhan.

 Meningkatkan upaya pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya wilayah

pesisir, laut dan pulau-pulau kecil sebagai bagian penting dari

pembangunan yang berkelanjutan.

 Mengakomodasikan berbagai kegiatan yang berkembang di wilayah pesisir,

laut dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan menyeluruh.

 Meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan daerah dengan

pengembangan sektor perikanan laut, baik budidaya maupun perikanan

tangkap.

 Meminilisasi dan merehabilitasi kerusakan lingkungan di wilayah pesisir, laut

dan pulau-pulau kecil melalui upaya penyuluhan dan perbaikan lingkungan.  Menciptakan alternatif kegiatan produktif bagi masyarakat pesisir dan

pulau-pulau kecil, dalam rangka pemberdayaan masyarakat secara ekonomi,

Secara tradisional : wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil merupakan

suatu wilayah yang mempunyai aktivitas ekonomi dan sosial yang cukup tinggi

terutama sebagai wilayah penghasil bahan pangan, tempat pemukiman dan

tempat aktivitas pelayaran serta tempat kegiatan investasi. Dengan demikian

wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil mempunyai fungsi dan peranan

sebagai berikut:

 Fungsi Dasar adalah sebagai tempat produksi bahan pangan, tempat

pensuplai air dan energi.

 Fungsi Sosial adalah sebagai tempat pelabuhan dan rekreasi.

 Fungsi Ekonomi adalah sebagai prasarana transportasi, eksploitasi

pertambangan, pengembangan industri dan lain-lain.

 Fungsi Publik adalah sebagai prasarana transportasi publik, wilayah

pertahanan negara, tempat penyaluran air buangan dan sebagainya.  Fungsi Ekologi adalah sebagai kawasan lindung (konservasi) dan

penyangga, tempat hidup dan berkembang biak bermacam-macam biota laut, pengendali banjir, penahan ombak dan angin.

Atas dasar fungsi dan peranan tersebut di atas diketahui bahwa wilayah

pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan wilayah yang potensial untuk

pengembangan berbagai kegiatan, tetapi disisi lain rentan terhadap teradinya

degradasi lingkungan seperti abrasi, sedimentasi, kerusakan mangrove,

pencemaran dan lain-lain.

Untuk itu dalam penataan ruang wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil ini

hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

 Pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan

wilayah daratan harus sinergi, sehingga tercapai optimalisasi

pemanfaatan ruang secara keseluruhan, dengan tetap memperhatikan

faktor daya dukung lingkungan.

 Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam antar daerah, perlu

memperhatikan faktor ketersediaan dan keunggulan antar daerah.

 Pengembangan kegiatan ekonomi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

perlu memperhatikan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan.  Pengembangan kegiatan ekonomi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

tetap memperhatikan pembangunan daerah yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

2. Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan Pesisir

Berdasarkan referensi terkait pengembangan wilayah pesisir dan pulau-puiau

kecil, sedlkitnya terdapat 6 (enam) prinsip dalam pengembangan wilyahnya,

yakni:

 Mempunyai hubungan fungsional (compatible use principle)

Saling berhubungan secara fungsional antar kegiatan yang ada di

(4)

 Saling ketergantungan (dependent use principle).

Satu kawasan dengan kawasan lain ada saling ketergantungan dan prioritas

penempatan kegiatan pada wilayah pesisir diprioritaskan.  Air laut merupakan fluida

Sebagai suatu fluida, maka kondisi air laut bersifat dinamis dan selalu

bergerak. Sebagai konsekuensinya perlu diperhatikan karkateristik dinamika

perairan laut di wilayah ini.  Daya dukung lingkungan

Penataan kawasan pesisir harus memperhatikan daya dukung lingkungan.

Gambar 3.2

Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir

 Prinsip kehati-hatian

Mencegah kerusakan lebih baik mernperbaiki / sifat FRAGI LE.  Keterpaduan

Pengembangan pesisir harus memperhatikan keterpaduan antara Hulu dan

Pesisir.

Berdasarkari uraian tentang prinsip-prinsip pengembangan wilayah peisir

tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan budidaya

kelautan ini tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karenanya agar dapat berkembang

secara optimal pengembangan marine culture ini perlu didakung dengan

pengembangan di wilayah daratannya. Namun demikian, sesuai dengan

prinsip keterkaitan ekosistem pesisir dan pulau kecil, maka pengembangan wilayah darat, tidak boleh mengakibatkan proses pemberdayaan kelauatan

terganggu.

Untuk itu diperlukan suatu pola pengembangan wilayah daratan yang selaras

dengan pririsip pembangunan berkelanjutan. Salah satu alternatif yang

dicoba dikembangkan adalah pengembangan Agropolitan.

Gambar 3.3

Konsep Keterpaduan Wilayah Pesisir

B. Pengembangan Agropolitan

1. Konsep Dasar Agropolitan

Agropolitan, diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang

tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis,

yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan

(5)

diperkenalkan oleh Mc Douglass dan Friedman (1974), sebagai upaya untuk

pengembangan kawasan perdesaan ( Husainie Syahrani, 2001).

Agropolitan merupakan sistem manajemen dan tuntunan terhadap suatu

kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/ agroindustri). Kawasan agropolitan diharapkan akan

menarik pengembangan ekonomi berbasis pertanian di wilayah hinterland. Oleh

karena itu, perlu diciptakan suatu keterkaitan dan keterpaduan antara kawasan

agropolitan dan kawasan hinterland.

Kawasan agropolitan dapat pula didefinisikan sebagai sistem fungsional

desa dengan hirarki keruangan desa, yakni adanya pusat agropolitan dan

desa-desa di sekitarnya dengan ciri berjalannya sistem dan usaha agropolitan yang

melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian agribisnis di wilayah sekitarnya( Soenarno, 2002).

Kawasan agropoitan merupakan kawasan di sekitar kota pertanian yang

tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis.

Kawasan ini diharapkan mampu melayani, mendorong, menarik kegiatan

pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Agropolitan merupakan

kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian yang memberi

kontribusi terhadap pencaharian dan kesahteraan masyarakat ( Tempo I nteraktif, 2002).

Konsep dasar dan menyeluruh dalam pengembangan agropolitan antara lain

adalah:

 Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai pusat

pertumbuhan agroindustrL

 Melakukan zonasi komoditas dan menetapkan wilayah pengembangan lain

yang berfungsi sebagai pusat -pusat pertumbuhan satelit atau pusat

pertumbuhan agribisnis.

 Mengembangkan infrastruktur pendukung, seperti transportasi, komunikasi,

air bersih dan energi bagi pengembangan kawasan agropolitan maupun

pengembangan agribisnis di wilayah hinterland.

Dalam mengembangkan kawasan agropolitan diperlukan beberapa

persyaratan, antara lain:

 Luasan wilayah harus mencukupi sebagai kawasan pengembangan

agropolitan.

 Untuk pemasaran hasil produksi, diperlukan dukungan infrastruktur,

terutama pelabuhan dan/ atau transportasi darat, khususnya dan dan ke

daerah penghasil bahan baku, pengumpul bahan baku dan sentra

produksi,

 Tenaga kerja cukup memadai untuk pengembangan kawasan pertanian.

 Kondisi agroklimat sangat sesuai untuk pengembangan komoditas

agribisnis.

 Tersedianya sarana dan prasarana dan terus dikembangkan untuk

ditingkatkan, seperti angkutan perdesaan, irigasi, dan segala sesuatu

yang berkaitan dengan agropolitan.

Pembangunan wilayah melalui pendekatan agropolitan dinilai strategis dalam

pengembangan komoditas pertanian berwawasan agribisnis dengan sasaran

tercapainya sinergi pengembangan antar sektor dan antar wilayah

(desa-kota) dalam mendukung program pengembangan di lapangan. Konsep

agropolitan pada dasarnya adalah pengembangan wilayah terkelola (manageble) dengan luasan sekitar 30 ribu hektar dan berpenduduk

maksimum 600 ribu orang. Daerah pedesaan dikembangkan berdasarkan

perwilayahan komoditas unggulan utama yang menghasilkan bahan baku,

sedangkan pengembangan agroindustri di daerah perkotaan. Struktur

agroindustri harus mampu menjamin efisiensi dan daya saing serta bersifat

kompetitif.

Dalam pendekatan agropolitan, desa-desa didorong untuk membentuk

satuan-satuan usaha yang optimal melalui kebijakan perkreditan dan perpajakan. Satuan usaha pengembangan diorganisasikan ke dalam koperasi,

perusahaan kecil dan menengah, dengan mempertimbangkan konsepsi

(6)

Pasar/ Global  Perkembangan kelembagaan usaha dilakukan melalui pengembangan

sistem insentif dan tidak perlu dicampuri oleh pemerintah.

 Selain berfungsi sebagai pusat agribisnis, kota juga berfungsi sebagai pusat

pelayanan agribisnis yang kompetitif.

 Lokasi dan sistem transportasi agroindustri dan pusat pelayanan harus

memungkinkan para petani untuk bekerja sebagai pekerja paruh waktu.

 Pusat agroindustri juga berfungsi sebagai pusat pengembangan

sumberdaya manusia untuk teknologi yang berkaitan dengan komoditas

utama.

Gambar 3.4

Konsep Pengembangan Agropolitan

2. Model dan Komponen Pengembangan Agropolitan a. Kawasan Sentra Produksi

Kawasan sentra produksi (KSP) merupakan salah satu model pembangunan

ekonomi daerah yang berpotensi cepat tumbuh dan strategis. Secara

umum, KSP dapat diartikan sebagai kawasan budidaya yang potensial dan

prospek untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sebaran pengembangan

kegiatan produksi pertanian (Pusat pengkajian Kebijakan Teknologi

Pengembangaan Wilayah, 2003).

Program pengembangan KSP merupákan suatu langkah terprogram guna

memacu kegiatan ekonomi yang berbasis pada komoditas unggulan dan

sumberdaya alam di suatu wilayah. Dalam pengelolaannya, pengembangan

KSP menuntut adanya jaringan yang utuh antara pemerintah, dunia usaha,

petani, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan para pelaku

pembangunan lainnya. Di samping itu, pengembangan KSP juga harus

sinergis antar komoditas/ sektor dan antar kawasan.

Pengembangan KSP bertujuan meningkatkan pembangunan wilayah

melalui pengembangan kawasan sentra produksi berbagai komoditas

pertanian yang memiliki prospek dalam memacu pertumbuhan ekonomi,

menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan sasaran dan pengembangan KSP adalah teridentifikasinya kawasan-kawasan sentra

produksi di daerah tertentu.

Pengembangaan KSP harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya:  Kawasan tersebut memiliki kapasitas dan potensi produksi yang

signifikan dan kontinue.

 Kawasan tersebut mampu menyediakan infrastruktur yang memadai

untuk meningkatkan produksi dan aksesibilitas kawasan.

 Kawasan tersebut mempunyai sumberdaya manusia (tenaga kerja)

yang menguasai teknologi budidaya, pengolahan, dan pemasaran.  Kawasan tesebut terbuka bagi pengembangan lembaga permodalan

dan lembaga ekonomi lainnya.

b. Kawasan Agribisnis

Agribisnis meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam manufaktur

dan distribusi input produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan

pemasaran komoditas pertanian dan jasa-jasa penunjang lainnya yang terkait. Dengan demikian, agnbisnis meliputi sektor pertanian dan

industri.

Dengan melihat agribisnis sebagai suatu sistem, maka kegiatan produksi

pertanian yang dilakukan oleh petani serta kegiatan indust ri pengolahan

dan pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha merupakan bagian yang

tidak terpisahkan, sehingga diperlukan sinkronisasi kedua pelaku ekonomi

tersebut untuk membangun agribisnis yang tangguh dan berdaya saing.

Pengembangan agribisnis yang berdaya saing di suatu daerah

(7)

Unsur-unsur pokok:

 Sumberdaya manusia yang responsif terhadap teknologi dan informasi,

berorientasi pada pasar, berpengetahuan dan berketrampilan teknis,

memiliki kemampuan manajemen usaha dan bekerjasama, serta mempunyai akses terhadap lembaga ekonomi dan riset.

 Sarana perhubungan darat (jalan, jembatan), peiabuhan laut, dan

transportasi udara perintis (kesemuanya untuk menghubungkan lokasi

produksi dengan pasar dan input produksi), sarana irigasi, drainase dan

penampungan air, serta energi dan air bersih.

 Kegiatan penelitian dan pengembangan, penyebaran teknologi barn

kepada pelaku agrI bisnis, perbaikan teknologi pembibitan dan budidaya,

teknologi mekanisasi budidaya, serta teknologi pengolalian hasil.

Unsur-unsur penunjang, yaitu unsur- unsur yang akan

mempercepat pengembangan agribisnis:

 I nformasi pasar, informasi potensi wilayah, serta informasi hasil-hasil

penelitian dan pengembangan (varietas unggul, teknik budidaya dan pengolahan, informasi usaha, kredit, kebijakan dan lain-lain);

 Kredit investasi dan modal kerja bagi investor dan petani serta insentif

untuk meringankan biaya hidup petani;

 Kebijakan pemerintah dalam hal investasi, penataan ruang, subsidi dan

insentif, pola pengusahaan, kepastian hukum, penggunaan dan

pengusaan lahan, perencanaan makro pengembangan agribisnis dan

lain-lain.

Kelembagaan agribisnis:

 Kelompok tani sebagai wadah kerja sama produksi dan memudahkan

mengakses teknologi.

 Koperasi sebagai lembaga ekonomi petani untuk meningkatkan efisiensi

usaha, mengakses kredit, rnemperlancar pemasaran dan meningkatkan

kekuatan tawar-menawar.

 Kemitraan antar pelaku agribisnis atas dasar saling menguntungkan,

saling percaya dan transparan; perlindungan hukum atas hak,

kewajiban dan perjanjian antar pelaku agribisnis.

Agribisnis mencakup agroindustri yang mengolah produksi hasil-hasil

pertanian maupun industri yang memproduksi masukan-masukan atau

prasarana untuk proses produksi/ budidaya. Dengan demikian, sektor

agribisnis mencakup kegiatan yang sangat luas, tidak hanya mencakup subsektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

kehutanan, perikanan, dan petemakan, tetapi juga industri-industri

berbahan baku produk pertanian dan industri-industri penghasil produk

untuk pengembangan sektor pertanian (seperti pupuk, obat -obatan,

mesin pertanian, dll).

Dalam rangka menempatkan sektor pertanian menjadi andalan

pengembangan perekonomian masyarakat desa, maka perlu ditempuh

langkah-langkah untuk merubah struktur agribisnis yang ada. Dalam hal ini, paling tidak terdapat empat langkah penting yang bisa dilakukan,

yaitu:

 Penghapusan struktur ekonomi yang rnembedakan pertanian rakyat

dan pertanian modern.

 Pengembangan agribisnis spesifik lokal.

 Pengembangan agribisnis konsolidat if.

 Pengembangan kelembagaan kemitraan usaha.

Pengembangan unit agribisnis industrial merupakan strategi operasional

yang tepat sebagai implementasi dari konsep agropolitan yang diuraikan

sebelumnya. Mengingat pasar tidak sepenuhnya sempurna dan adanya

ketimpangan informasi, maka pembentukan agribisnis industrial haruslah

dipacu melalui peran aktif pemerintah yang bertindak sebagai inisiator

gagasan, mediator, fasilitator, pelindung dan regulator yang jujur, adil,

dan bijaksana. Forum dialog antara pengusaha, petani dan pemerintah

dinilai sangat penting dalam mencapai keberhasilan program kemitraan agribisnis industrial di perdesaan.

Operasionalisasi paradigma pembangunan (perdesaan) berbasis

agribisnis membutuhkan paket kebijakan komprehensif dan terpadu yang

meliputi enam program utama, yaitu (a) pembangunan infrastruktur

(8)

pengembangan kelembagaan petani, (d) optimasi sumberdaya

berkelanjutan, (e) pemacuan investasi, dan (f) kebijakan insentif.

Keenam program utama dan kebijakan konsolidasi agribisnis merupakan

satu kesatuan yang saling komplementer dan sinergis. Mengingat cakupan kebijakan pendukung yang cukup luas, maka kebutuhan akan koordinasi,

integrasi, dan sinkronisasi merupakan kunci utama keberhasilan

operasionalisasi program tersebut.

Agribisnis sebagai lokomotif penggerak perekonomian desa harus dapat

tumbuh berkembang secara berkelanjutaan. Dalam keterbatasan

sumberdaya dan tatanan pasar yang sangat kompetitif, satu-satunya

sumber pertumbuhan agribisnis yang dinilai handal dan potensial adalah

inovasi teknologi. I novasi teknologi bermanfaat meningkatkan kapasitas produksi, produktivitas, dan pengembangan produk, sehingga mampu

memacu pertumbuhan, diversifikasi produk, transformasi produk, nilai

tambah, dan daya saing. I novasi teknologi dinilai vital dalarn mendorong

perluasan. dan diversifikasi agribisnis yang dinamis, efisien, dan berdaya

saing tinggi. Dengan demikian lembaga penelitian daerah perlu

diberdayakan, sehingga menjadi andalan untuk menghasilkan teknologi

pertanian spesifik lokal.

Usaha tani skala kecil memiliki keterbatasan dalam penguasaan aset

produktif, modal kerja, posisi tawar-menawar, dan kekuatan politik

ekonomi, sehingga diperlukan wadah untuk menggalang persatuan di

antara mereka melalui pembentukan organisasi petani lokal. Pengembangan kelembagaan petani sangat dibutuhkan dalam

pemberdayaan petani agar dapat tumbuh berkembang secara dinamis dan

mandiri sebagai langkah kunci di dalam mewujudkan strategi pembangunan

perdesaan berbasis agribisnis.

Pengelolaan sumberdaya harus mempertimbangkan azas optimasi dan

berkelanjutan dengan mempertimbangkan pola pemanfaatan yang

didasarkan pada lima prinsip dasar, yaitu (a) pertumbuhan, (b) efisiensi, (c)

stabilitas, (d) keberlanjutan dan (e) keadilan yang merata. Dengan

demikian, perumusan kebijakan pemanfaatan sumberdaya pertanian perlu

dilakukan secara komprehensif dan dilaksanakan secara ketat dengan

mempertimbangkan beberapa hal pokok benkut:

 Pengaturan dan pengukuhan hak kepemilikan sumberdaya alam

(property right).

 Penyusunan pola eksploitasi sumberdaya alam melalui pengawasan

yang melibatkan masyarakat luas.

 Menetapkan aturan yang efektif untuk menginternalkan dampak

I ingkungan ke dalam struktur biaya dan analisis kegiatan agribisnis.

Usaha agribisnis dibentuk, dimiliki, dan dikelola oleh pengusaha swasta,

sementara penierintah hanya berperan sebagai fasilitator, katalisator,

pelindung, dan regulator melalui pembangunan dan pengembangan

infrastruktur, kebijakan, dan insentif. Mengingat kemampuan modal dan kewirausahaan sebagian besar masyarakat desa masih lemah, maka

pemacuan investasi pengusaha swasta merupakan kunci kebethasilan

pengembangan agribisnis sebagai basis perekonomian desa. Perlu juga

disadari bahwa investasi usaha agribisnis relatif kurang menarik dan

praktik pasar bebas dinilai tidak memadai dalam mendorong investasi

agribisnis, sehiugga diperlukan kebijakan khusus dan pemenintah.

Kebijakan pemerintah yang dapat memacu investasi pada bidang agnibisnis di perdesaan di antaranya adalah:

 Penyediaan knedit investasi jangka panjang.

 Penyediaan modal awal yang dapat dikembalikan secara bertahap

setelah perusahaan tumbuh mandiri.

 Pengembangan modal ventura sebagai mitra usaha bagi perusahaan

agribisnis di desa-desa.

 Pengembangan lembaga perkreditan perdesaan dan bank khusus

agribisnis.

Tipologi kawasan sesuai klasifikasi sektor usaha pertanian dan

agribisnisnya masing-masing, adapun tipologi kawasan tersebut tersaji

(9)

3. Komponen Pendukung Pengembangan Agropolitan

a. I nfrastruktur

I nfrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan

sistem dan usaha agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh pada kawasan sentra produksi pangan, yang meliputi:

Tabel 3.1

Tipologi Kaw asan Agropolitan

No. Sektor Usaha Pertanian Tipologi Kawaean Pereyaratan Agroidlinat

1 Tanaman Pangan Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan tekstur lahan yang datar, memiiki sarana pengairan (irigasi) yang memadai.

Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jerns tanah, testur Ithan, iklim, dan tingkat keasaman tanah.

2 Hortikultura Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan tekstur lahan datar dan berbukit, dan tersedia sumber air yang memadai.

Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah

3 Perkebunan Dataran tinggi. dengan tekstur lalian berbukit, dekat dengan kawasan konservasialam.

Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanali, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah.

4 Peternakan Dekat kawasan pertanian dan perkebunan, dengan sistemsanitasi yang memadai

Lokasi tidak boleh berada dipermukinkan dan memperhatikan aspek adaptasi Iingkungan.

5 Perikanan darat Terletak pada kolam perikanan darat, tambak, danau alam dan danau buatan, daerah aliran sungai baik dalam bentuk keramba maupun tangkapan alam

Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.

6 Perikanan laut Daerah pesisir pantai hingga lautan dalam hingga batas wilayah zona. Ekonomi eklusif perairan NKRI

Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.

7 Agrowisata Pengembangan usaha pertanian dan perkebunan yang disamping tetap berproduksi dikembangkan menjadi kawasan wisata alam tanpa meninggalkan fungsi utamanya sebagai lahan pertanian produktif

Harus sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, ilkim, dan tingkat keasaman tanah.

8 Hutan wisata konservasi alam

Kawasan hutan lindung di kawasan tanah milik negara, kawasan ini biasanya berbatasan langsung dengan kawasan lahan pertanian dan perkebunan dengan tanda batas wilayah yang jelas

Sesuai dengan karakteristik lingkungan alam wilayah konservasi hutan setempat.

1) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem

agribisnis hulu (up stream agribusiness) untuk menunjang kelancaran

aliran barang masuk dari kota ke kawasan sentra produksi pangan

dan sebaliknya, seperti: bibit, benih, mesin dan peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/ vaksin ternak dan lain-lain. Jenis dukungan

sarana dan prasarana dapat berupa:  Jalan penghubung antar desa-kota

 Gudang penyimpanan Saprotan (sarana produksi pertanian)

 Tempat bongkar muat Saprotan

 Jalan antar desa - distrik

 Sarana penunjang air bersih untuk sarana prasarana.

2) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem usaha tani/ pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan

produksi usaha budi-daya pertanian: tanaman parigan, hortikultura,

perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Jenis dukungan

sarana dan prasarana dapat berupa:

 Jalan usaha tani (farm road) dan desa pusat ke desa hinterland

maupun antar desa hinterland yang menjadi pemasok hasil

pertanian.

 Penyediaan sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi

untuk mengairi dan menyirami lahan pertanian.

 Dermaga, tempat pendaratan kapal penangkap I kan, dan

tambatan perahu pada kawasan budi daya perikanan tangkapan,

balk di danau ataupun di laut.

 Sub terminal pengumpul pada desa-desa yang menjadi hinterland.

3) Dukungan sarana dan prasarana untuk mendukung subsistem

agribisnis hilir (down stream agribusiness) berupa industri-industri pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan sehingga mendapat

nilai tambah. Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:

 Sarana pengeringan hasil pertanian sepert i lantai jemur gabah,

(10)

 Gudang penyimpanan hasil pertanian, termasuk didalamnya sarana

pengawetan/ pendinginan (cold storage).

 Sarana pengolahan hasil pertanian seperti : tempat penggilingan,

tempat pengemasan, rumah potong hewan, tempat pencucian dan

sortir hasil pertanian, sarana industri-industri rumah tangga

termasuk food service, seperti : pembuatan kripik, dodol, jus,

bubuk/ tepung, produk segar supermarket, aero catering, dan

lain-lain

 Sarana pemasaran dan perdagangan hasil pertanian seperti pasar

tradisional, kios cendramata, pasar hewan, tempat pelelangan ikan

dan terminal agribisnis

 Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat barang,

termasuk subterminal agribisnis (STA)

 Sarana promosi dan pusat informasi pengembangan agribisnis

 Sarana kelembagaan dan perekonomian seperti bangunan koperasi

usaha bersama (KUB), perbankan, balai pendidikan dan pelatihan

agribisnis.

 Jalan antar desa-kota, jalan antar desa, jalan poros desa dan jalan

lingkar desa yang menghubungkan beberapa desa hinterland.

 Sarana penunjang seperti pembangkit listrik/ generator listrik,

telepon, sarana air bersih untuk pembersihan dan pengolahan hasil

pertanian, sarana pembuangan limbah industri dan sampah hasil

olahan.

b. Kelembagaan

Lingkup pedoman kelernbagaan adalah suatu ketentuan berupa sistem

pengelolaan yang menjembatani berbagai kepentingan antara instansi

terkait atau disebut protokol. Protokol diarahkan kepada pengaturan

hubungan antara pemangku kepentingan dan antar tingkat pemerintahan baik di pusat maupun daerah. Pihak-pihak stakeholders yang

berkepentingan dan terkait dengan pedoman ini diantaranya adalah:

 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

 Departemen Pertanian

 Departemen Kelautan dan Perikanan

 Departemen Perdagangan dan Perindustrian

 Departemen Dalam Negeri

 Departemen Perhubungan

 Departemen Kehutanan

 Kantor Menteri Muda Pengembangan Kawasan Timur I ndonesia

 Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan Bapedal

 Badan Pertanahan Nasional

 BPPT/ LI PI

 Badan Koordinasj Penanaman Modal (BKPM)

 Badan Koordinasj Penanaman Modal Daerah (BKPMD)

 BKTRN (Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional)

 TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah)

 Pemerintah Daerah Tingkat I

 Pemerintah Daerah Tingkat I I

 Perguruan Tinggi

 Lembaga Swadaya Masyarakat

 Dunia usaha

(11)

Gambar 3.5

Alur Pengembangan Agropolitan

Konsep pengembangan wilayah yang telah dikemukakan sebelumnya, membutuhkan

pengaturan ruang yang baik. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah untuk kawasan

dengan karakteristik kepulauan seperti ini menuntut adanya suatu pendekatan yang

holistik, terutama menyangkut pengaturan kawasan budidaya dan lindung secara

sinergis. Dalam konteks pemanfaatan ruang, maka aspek yang perlu dikemukakan

adalah konsep struktur ruang dan konsep pemanfaatan ruang.

3.3.1 Konsep Struktux Tata Ruang

Struktur tata ruang mencerminkan kerangka dasar pola keterkaitan antara satu elemen

ruang dengan elemen ruang lainnya. Struktur tata ruang juga mencerminkan arah

pengembangan ruang wilayah yang bersangkutan. Dengan karakteristik wilayah

kepulauan, Kabupaten Raja Ampat membutuhkan suatu struktur tata ruang yang

kompak serta didukung oleh sistem transportasi regional yang handal. Untuk itu

dalam pengembangan struktur tata ruang Kabupaten Raja Ampat, sesuai kaidah penataan ruang kelautan nasional, perlu memperhatikan unsur-unsur pokok seperti:  Pusat-pusat pertumbuhan

 Pelabuhan sebagai simpul penghubung (Sistem Transportasi)

 Kawasan strategis

A. Pusat-pusat pertumbuhan di wilayah pesisir

Pengembangan pusat pertumbuhan di wilayah pesisir merupakan komponen

penting dalam membangun struktur ruang wilayah kepulauan. Dalam hal ini

pusat-pusat tersebut berfungsi sebagai tempat berkumpulnya berbagai aktivitas yang ada di suatu pulau. Pusat pertumbuhan di pesisir ini menjadi titik temu dan

aktivitas di wilayah daratan (hinterland) dengan aktivitas di wilayah lautan.

Dalam kerangka Struktur Tata Ruang Wilayah Nasional, dikenal 2 (dua) tipe

pusat pertumbuhan wilayah, yakni:

 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu kota di wilayah pesisir yang mempunyai

potensi sebagai pintu gerbang internasional; mampu mendorong

perkembangan daerah sekitarnya; serta berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang melayani kepentingan nasional

atau lebih dari satu propinsi, dan

 Pusat Kegiatan wilayah (PKW), yaitu kota di kawasan pesisir sebagai pusat

jasa, pusat pengolahan, dan simpul tnansportasi yang melayani beberapa

kabupaten yang berpotensi berkembang sebagai PKN.

Selanjutnya bila kedua tipe tersebut diturunkan pada skala kabupaten, maka

akan muncul tipe ketiga berupa PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Pusat ini berfungsi

melayani aktivitas di wilayahnya sendiri, terutama dalam konteks pergerakan barang dan jasa antar pulau-pulau di wilayah yang bersangkutan. Dalam struktur

tata ruang nasional, Kabupaten Raja Ampat belum dapat digolongkan pada level

PKN ataupun PKW Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional), sehingga

untuk tahap pengembangan pertama, kabupaten ini lebih difungsikan untuk

menjadi PKL di lingkungannya sendiri.

3

(12)

Selain pengembangan struktur ruang kelautan, dalam kaidah penataan ruang juga

dikenal dengan istilah konsep struktur pelayanan, terutama struktur pelayanan di

wilayah daratan. Konsep struktur pelayanan dimaksudkan untuk menciptakan

ruang yang efisien dan mudah terjangkau sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam pedoman penataan ruang. Struktur pelayanan harus mampu

memberikan tingkat pelayanan yang paling optimal kepada masyarakat. Untuk itu,

beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

 Struktur pelayanan kegiatan diatur agar membentuk sistem pelayanan yang

berjenjang, yaitu pusat kabupaten (Kota Waisai), pusat distrik, pusat

kelurahan, dan pusat lingkungan.

 Untuk sarana dan kegiatan pelayanan yang mempunyai tingkat pelayanan skala

kabupaten dikonsentrasikan dalam satu lokasi, yaitu di ibukota kabupaten sehingga membentuk Pusat Kegiatan Kota atau Central Business District.

 Sarana pelayanan dengan tingkat pelayanan distrik dikonsentrasikan di pusat

distrik guna melayani kegiatan yang ada di distrik tersebut.

 Sarana pelayanan dengan tingkat pelayanan yang lebih rendah disebarkan

menurut kebutuhannya.

Sistem pelayanan kegiatan diatur berdasarkan tata jenjang pelayanannya yang

berisi arahan mengenai kapasitas kegiatan, intensitas kegiatan dan terstruktur menurut lokasi serta jenis dan kegiatan pelayanan dalam lingkup kabupaten.

Pertimbangan utama dalam pendistribusian pusat-pusat pelayanan adalah:  Kebutuhan Penduduk

Pelayanan kegiatan wilayah sangat tergantung pada jumlah dan distribusi

penduduk yang akan dilayani. Semakin besar jumlah penduduk yang harus

dilayani, maka semakin besar pula kapasitas dan intensitas serta ragam bentuk

pelayanannya.

 Jangkauan Pelayanan

Besar kecilnya pelayanan kegiatan di suatu wilayah juga ditentukan oleh I uas

wilayah pelayanan yang hams dijangkau. Penentuan lokasi pelayanan

diintegrasikan dalam struktur tata ruang wilayah, sehingga pelayanannya dapat

menjangkau seluriih penduduk secara merata dan dilaksariakan secara efisien.  Tingkat Pencapaian

Lokasi jenis pelayanan kegiatan di suatau wilayah juga ditentukan oleh

tingkat kemudahan pencapaian (aksesibilitas) ke lokasi pelayanan tersebut.

Semakin tinggi tingkat pencapaian, semakin besar pula potensi untuk

menjadi pusat pelayanan stem peiayanan yang kebutuhan penduduk.

Sesuai dengan standar dalam petunjuk perencanaan kawasan peruinahan kota

yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU), lingkungan

permukiman ditetapkan secara hirarkis sesuai dengan jtunlah penduduknya

seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Sumber : RTRW Kabupaten Raja Ampat

Guna mencapai nilai pelayanan tersebut seoptimal rnungkiLn sesuai Market Oriented, Level of Service, Economics of Scale dan Social Behaviour yang

berlaku, maka hirarki fungsi pusat pelayanan kegiatan wilayah perencanaan

dibagi atas empat tingkatan, yaitu:

 Pusat Pelayanan Kabupaten, dapat melayani penduduk pendukung sekitar

1.000.000 jiwa.

 Pusat Pelayanan Distrik, dapat melayani penduduk pendukung sekitar

120.000 jiwa.

 Pusat Pelayanan Kelurahan, dapat melayani penduduk pendukung sekitar

30.000 jiwa.

 Pusat Pelayanan Lingkungan, dapat melayani penduduk pendukung sebesar

sekitar 10.000 jiwa, dapat terdiri dan sekitar 4 RW dan terjangkau oleh

pejalan kaki dalam waktu kurang lebih 15 meniit atau jarak kurang lebih 5

(13)

Gambar 3.6

(14)

Secara diagramatik, konsep struktur pelayanan kegiatan w ilayah perencanaan

dapat diilustrasikan dalam Gambar 3.5 berikut.

Gambar 3.7

Konsep I majiner Struktur Pelayanan

Keterangan:

Pusat Pelayanan Kabupaten Raja Ampat

Pusat Pelayanan

Pusat Pelayanan Kelurahan

Pusat Pelayanan Lingkungan

Arah Onentasi Pergerakan Orang dan Barang/ Jasa

Beberapa prinsip dalam penyusunan kebijakan dasar pengembangan struktur

pelayanan kegiatan adalah:

 Menyebarkan sarana pelayanan secara merata sesuai dengan hirarki dan

sebaran penduduk dan kegiatan, serta kebutuhannya.

 Menyediakan sarana secara lengkap dan memadai sesuai dengan hirarki

pelayanannya.

 Memusatkan sarana yang setingkat di satu lokasi atau yang berdekatan untuk

mengefisiensikan dan mengefektifkan pelayanannya.

 Mengelompokkan kegiatan dengan pusat -pusat pada wilayah pengembangan

agar dapat berperan sebagai pemacu perkembangan dan daya dukung untuk

wilayah tersebut.

 Mengefisienkan sistem pelayanan aktivitas wilayah.

 Mengurangi beban fungsi pelayanan pusat aktivitas wilayah.

 Menyebarkan pusat-pusat pelayanan penduduk.

 Merangsang perkembangan bagian-bagian wilayah.

 Mengurangi arus lalu lintas dan pergerakan ke pusat aktivitas wilayah.

Dari gambar di atas terlihat bahwa dalam skala wilayah, hanya terdapat satu

pusat utama (orde I ) yang mempunyai skala pelayanan kabupaten. Sedangkan

yang lainnya adalah pusat -pusat pelayanan lama yang sampai saat ini masih

mengemban fungsi sebagai pusat pelayanan lokal.

Selama ini, pusat-pusat orde I I tersebut berorientasi ke Sorong yang waktu itu

berfungsi sebagai I bukota Kabupaten. Dengan pemisahan ini berarti bahwa

pusat utama (orde I ) seolah-olah berfungsi sebagai pengganti dan Kota Sorong.

Secara implisit, struktur pelayanan tersebut telah mengindikasikan tentang

adanya perbedaan fungsi dan masing-masing pusat-pusat pelayanan. Pembagian

fungsi kawasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Pembagian Fungsi Kaw asan

Orde Kawasan Pungai utama Pungsl pendukung I Pemerintahan Pusat pemerintahan • perdagangan

• jasa permukunan

Pusat koleksi dan distribusi III Produksi agro Pusat produksi • pertanian

(15)

• permukiman IV Wisata Pariwisata • jasa/akomodasi

• transportasi • permukiman • ruang terbuka hgau • fasilitas ke-pu-an V Riset dan konservasi Pusat penelitian

sumberdaya alam

Sistem transpontasi dalam struktur ruang inerupakan komponen penting yang

mutlak dipenlukart serta menjadi penentu tumbuh kembangnya stniktur ruang

wilayah yang bersangkutan. Dalam konteks pengembangan wilayah pesisir dan

kepulauari seperti Kabupaten Raja Ampat, rnaka sistem trartsportasi laut dan

udara memuliki peran yang sangat penting. 1. Sistem Transportasi Laut

Dalam rencana tata ruang kelautan nasional, sistem kepelabuhan di I ndonesia

terdiri dari tiga tipe, yaitu pelabuhan utama primer, pelabuhan utama sekunder

dan pelabuhan utama tersier. Selanjutnya hirarki pelabuhan tersebut dipadukan

dengan hirarki pusat pertumbuhan wilayah menjadi hirarki kota-kota dalam

struktur tata ruang kelautan nasional Berdasarkan hirarki tersebut, Kabupaten

Raja Ampat belum muncul sebagai suatu simpul tersendiri, Pusat Primer yang

paling dekat dengan Kabupaten Raja Ampat adalah Kota Sorong.

Dalam lingkup internal yang lebih kecil seperti Kabupaten Kepulauan Raja

Ampat, maka pengembangan sistem transportasi juga mutlak diperlukan. Hal

terpenting yang perlu dikembangkan dalam sistem transportasi di wilayah ini

adalah keterpaduan sistem transportasi darat, laut dan udara dengan sistem

transportasi laut dan udara sebagal inti utamanya. Untuk itu pola

pengembangan pelabuhan antar pulau menjadi prioritas pembangunan

tranportasi laut jangka pendek dan menengah. Hal ini sangat signifikan dengan kebutuhan untuk mengembangkan wilayah-wilayah yang saat ini terisolasi dan

mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil budidaya wilayahnya.

Pengembangan sistem kepelabuhan yang dikembangkan tidak akan berfungsi

bila tidak didukung oleh sistem transportasi darat yang handal. Oleh karena

itu pengembangan sistem transportasi darat menjadi komponen penting

pembangunan transportasi di wilayah ini.

2. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi Darat

Komponen sistem transportasi darat yang paling dasar adalah sistem

jaringan jalan. Untuk wilayah dengan karakteristik kepulauan, maka konsep

pengembangan jaringan jalan yang akan dikembangkan sedemikian rupa,

sehingga setiap pulau memiliki peran penting dalam struktur ruang yang

terbentuk. Konsep pengembangan struktur wilayah pelayanan di Kabupaten

Raja Ampat dikembangkan sistem jaringan jalan yang mendukung

pengembangan wilayah dengab pola “multiple nuclei” atau “wilayah dengan banyak pusat pertumbuhan/ pusat aktivitas”. Pola ini lebih memungkinkan

terciptanya pola pergerakan yang lebih merata serta mendukung

pengembangan pulau secara sinergis.

Gambar 3.8

(16)

Pola jaringan jalan akan dibentuk dengan memprioritaskan pengembangan

jalur-jalur penghubung pusat-pusat pengembangan wilayah serta membangun

sistem jaringan pendukung yang memungkinkan pergerakan melalui darat yang

lebih fleksibel. Dengan pola tersebut setiap pusat memiliki akses yang baik ke semua arah yang bertujuan ke pusat -pusat lainnya.

Adapun, sesuai ketentuan pengembangan jaringan jalan, maka komponen

jaringan jalan yang dikembangkan meliputi:

 Jaringan jalan utama (arteri) dengan ROW jalan utama mi adalah 30 m.

 Jaringan jalan kokktor dengan ROW 20 dikembangkan untuk menjadi jalan

lingkar mengelihingi pulau.

 Jalan lokal dengan ROW 12 dikembangkan untuk melayani pergerakan

lokal.

3. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi Udara

Seperti halnya pengembangan sistem transportasi laut, pengembangan sisteni

transportasi udara membutuhkan simpul-simpul pergerakan, dalam hal ini

berupa bandara. Untuk wilayah kepulauan seperti Kepulauan Raja Ampat,

sangatlah sulit untuk membangun simpul pergerakan tiap pulau yang ada, oleh

karena itu pengembangan sistem transportasi udara difungsikan untuk

(17)

Gambar 3.9

(18)

C. Kawasan Strategis

Dalam konteks pengembangan struktur ruang wilayah, kawasan strategis adalah

kawasan yang memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan

wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya. Peran kawasan ini dapat berupa peran ekonomi, sosial, politik maupun ketahanan wilayah. Keberadaan kawasan ini

sangat mempengaruhi arah perrkembangan wilayah di masa yang akan datang.

Oleh karena itu kawasan strategis ini perlu mendapatkan posisi yang penting

dalam struktur ruang, baik pada tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten.

Definisi formal yang mendekati pengertian kawasan strategis dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3.4

Definisi Formal Kaw asan Strategis

No Sumber Kawasan Strategis Pengertian

1 UU 24/1992

Kawasan Tertentu Kawasan yang ditetapkan secara nasional memiliki nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan

2 PP 47/1997

Kawasan Tertentu Politik-Hankam

Kawasan Tertentu Ekonomi Nasional

Kawasan yang diperuntulcan untuk memelihara Hankam Negara

Kawasan ekonomi yang ber-SDA strategis, Teknologi tinggi, skala besar Kawasan pelestarian adat-istiadat dan budaya nasional

Kawasan tempat perlindungan SDA Naslonal

Kawasan yang perkembangannya tertinggal dan wilayah lain karena kendala pembangunan yang dimilikinya Kawasan yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan aekitaranya serta mendorong terwujudnya

Wilayah strategis yang mudah ada dan berkembang saat ini

Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang potensial cepat tumbuh berdasarkan

kondisi keunggulan geografis don produk unggulan daerah yang berorientasi pada pasar lokal, regional dan global.

Dalam revisi RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional), tipe-tipe kawasan

strategis yang telah ditetapkan antara lain terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Jenis Kaw asan Strategis Nasional

No Jenis Kawasan Kriteria Penetapan 1 Kawasan strategis dalam skala

besar untuk kegiatan industri

o Kawasan budidaya yang didalamnya terdapat

kegiatan-kegiatan produksi yang memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ekonomi kawasan maupun nasional

o Mempunyai kegiatan produksi yang mempunyai skala

besar dan berperan secara nasional

o Mempunyai nilai tambah dan memberikan efek

terhadap kegiatan ekonomi kawasan dan nasional

o Mempunyai fungsi sebagai pusat pertumbuhan yang

berperan sebagai pendorong pengembangan wilayah

o Berpeluang untuk menghasilkan produk-produk

barang dan jasa yang berorientasi pasar serta mampu bersaing

2 Kawasan strategis dalam skala besar untuk kegiatan pariwisata

o Kawasan budidaya yang didalamnya terdapat

kegiatan-kegiatan pariwisata yang memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ekonomi kawasan maupun nasional

o Mempunyai kegiatan pariwisata yang memiliki skala

besar dan berperan secara nasional

o Mempunyai nilai tambah dan memberikan efek

terhadap kegiatan ekonomi kawasan dan nasional 3 Kawasan strategis dalam skala

besar untuk kegiatan suaka alam

o Kawasan yang memiliki ekosistem khas dan bernilai

dunia karena kelangkaannya

o Memberikan perlindungan bagi perkembangan hewan

dan bernilai dunia karena kelangkaannya

4 Kawasan perbatasan o Kawasan budidaya dan non budidaya yang secara

geografis berbatasan langsung dengan negara tetangga

o Jauh dari pusat-pusat permukiman

o Mempunyai akses lebih tinggi kepada negara

tetangga

o Mempunyai aksesibilitas dan hubungan kerjasama

dengan negara tetangga

5 Kawasan daerah latihan militer o Kawasan budidaya dan non budidaya yang sangat

(19)

o Memiliki aturan-aturan khusus

6 Kawasan andalan pengembangan

o Terdapat lebih dari 3 aglomerasi kota didalamnya o Memberikan kontribusi terhadap PDB > 2,5%

o Presentasi penduduknya > 3% dari penduduk

provinsi

o Memiliki prasarana dasar jaringan jalan, pelabuhan

laut, dan /atau bandar udara, prasarana listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain

o Memiliki sumberdaya alam dalam jumlah yang cukup

besar

o Memiliki sektor unggulan nasonal yang sudah

berkembang 7 Kawasan andalan perospektif

untuk pengembangan

o Terdapat 1 – 2 aglomerasi kota di dalamnya o Memberikan kontribusi terhadap PDB 0,5%- 2,5% o Presentasi penduduknya > 0,5% - 2% dari penduduk

provinsi

o Prasarana dasar jaringan jalan belum lengkap,

kondisi pelabuhan laut sedang atau kurang, dan prasarana lainnya belum cukup

o Memiliki sumberdaya alam dalam jumlah yang cukup

besar

o Memiliki kemungkinan mengembangkan sektor

unggulan

8 Kawasan andalan laut o Merupakan kawasan yang memiliki potensi sumber

laut maupun kawasan yang sumberdaya lautnya sudah berkembang

o Mempunyai pusat pengolahan hasil laut yang dapat

dikembangkan

o Mempunyai akses yang tinggi ke pasar (kota maupun

outlet) 9 Kawasan pengembangan

ekonomi terpadu

Kapet adalah kawasan andalan yang dipilih oleh Pemerintah Daerah dan ditetapkan oleh Keppres Adapun kriteria-kriterianya:

o Kawasan yang memiliki potensi sektor atau komoditi

unggulan dengan kriteria:

Kawasan skala pelayanan eksport

Mempunyai potensi memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB

Mempunyai pengaruh terhadap perekonomian daerah belakangnya

Pengembangan sektor atau komoditi terkait dengan kegiatan ekonomi kecil/kerakyatan

o Berpotensi untuk cepat tumbuh dan serta dapat

menggerakan kegiatan ekonomi di sekitarnya dan memiliki potensi pengembalian investasi yang besar

o Dan investasi yang besar dan ada multiplier yang

cepat

o Adanya dukungan infrastruktur dengan status on

going dan comited berupa:

Prasarana jalan minimal untuk kapasitas berat 8 ton

Dapat mengakses langsung menuju outlet distribusi komoditi dengan mudah berupa ; terminal peti kemas, pelabuhan laut, pelabuhan udara.

Dukungan jaringan air bersih listrik dan telepon

Ketersediaan lahan pengembangan komoditas atau sektor sesuai dengan kapasitas pengembangan, tersedianya kawasan permukiman, sumberdaya manusia dan fasilitas termasuk fasilitas institusi keuangan

Berdasarkan RTRWN tersebut, Kabupaten Raja Ampat termasuk salah satu

kawasan andalan laut. Sedangkan berdasarkan Struktur Tata Ruang Kelautan

Nasional yang dikeluarkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun

(20)

Gambar 3.10

(21)

Gambar 3.11

(22)

Dalam konteks penyusunan rencana struktur ruang kawasan Kabupaten Raja

Ampat, maka kawasan satrategis yang dikembangkan mengacu pada konsep

pengembangan wilayahnya yang menekankan pada budidaya kelautan yang

terintegrasi dengan pemanfaatan sumberdaya wilayah daratannya. Untuk itu, maka pengembangan kawasan strategis di wilayah ini akan terdiri dari beberapa

kawasan tertentu seperti kawasan khusus budidaya kelautan, kawasan khusus

wisata bahari, kawasan lindung laut dan darat, kawasan khusus pengembangan

agropolitan dan kawasan-kawasan khusus lain yang dikembangkan untuk

rnenciptakan kemajuan wilayah secara berkelanjutan.

3.3.2 Konsep Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang adalah suatu aktivitas yang memanfaatkan ruang-ruang yang

terbentuk berdasarkan struktur ruang yang telah dikembangkan serta bergantung pada daya dukung lingkungan dan keharmonisan dengan ekosistem setempat.

Konsep pemanfaatan ruang di wilayah ini juga sangat ditentukan oleh konsep

pengembangan wilayah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan Konsep MI DI

yang telah dikembangkan, maka konsep pemanfaatan ruangnya juga harus

mengakomodasi ruang laut dan darat secara sinergis.

Dalam konsep pengembangan pemanfaatan ruang yang dikembangkan di wilayah

Kabupaten Raja Ampat, maka pola pemanfaatan ruangnya menyesuaikan dengan pola sebaran sumber daya alam yang menjadi unggulan masing-masing pulau.

Kajian tentang potensi sebaran sumber daya alam di wilayah Kabupaten Raja

Ampat telah dibahas, namun untuk mempertajam konsep pengembangan, berikut

akan diulas kembali sebaran potensi tersebut yang dikutip dan Arahan

Pengembangan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata, tahun 2003:

 Kepulauan Raja Ampat (KRA) terletak di ujung barat Pulau Papua tepat di

bagian kepala burung. Kepulauan ini memiliki empat pulau utama yang bergunung-gunang - Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool serta ratusan

pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kawasan ini memiliki potensi pariwisata yang luar

biasa, baik bentang alamnya, keanekaragaman hayati daratan dan lautan,

potensi pesisir, budaya dan adat masyarakat setempat.

 Kawasan karst yang terdiri dari ratusan pulau-pulau kecil merupakan salah

satu fenomena alam terindah yang belum terganggu. KRA dengan luas

sekitar 43.000 km2, merupakan “jantung segi tiga terumbu karang” (Coral

Triangle) yang terdiri dari I ndonesia, Filipina, Papua Nugini, Jepang dan

Australia. Kawasan tersebut mendukung kehidupan keanekaragaman hayati

laut terkaya di dunia, yang umumnya berpusat di habitat - habitat karang

yang luas, bakau dan padang lamun (Mc.Kenna. S. Allen.G.R and Suiyadi S.

2002).

 Hasil Rapid Assesment Progam (RAP) Conservation I nternational pada tahun

2001, menunjukkan bahwa KRA sangat kaya akan organisme laut dan dihuni

terumbu karang paling ash dalam kondisi sangat baik di I ndonesia. Tercatat

456 jenis karang yang berarti lebih dan separuh jumlah kanang di dunia. Tenidentifikasi sebanyak 699 jenis moluska serta tercatat ada 1074 jenis ikan

karang. I kan komersial 196 jenis.

 Empat dan enam lokasi yang terkaya dengan spesies ikan tersebut terletak di

Kofiau. Selanjutnya, jumlah spesies yang tertinggi yang terhitung dalam

sekali penyelaman yakni 284 spesies tercatat di Teluk Wambong. Hitungan

tertinggi sebelumnya yakni 283 spesies yang tercatat dalam survey RAP yang

dilakukan oleh CI di kawasan Raja Ampat tahun 2001 adalah di Pulau Kri. Jumlah total 200 spesies ikan atau lebih pada umumnya dianggap sebagai

patokan untuk kategori jumlah ikan sangat baik (excellent count) untuk satu

areal pengamatan. Jumlah ini ditemukan di 50 persen lokasi survei di Raja

Ampat, yang merupakan persentasi tertinggi untuk semua kawasan yang

pernah disurvei di kawasan “Segitiga Karang” (Coral Triangle).

 Kekayaan alam pada bagian darat kepulauan tidak kalah menanik. Terutama

pada pulaupulau besar, tempat berbagai jenis burung termasuk burung

cendrawasih merah dan cendrawasih botak, dapat dijumpai. Bahkan pada tahun 2000 di Waigeo ditemukan kembali satu jenis burung megapoda Maleo

Waigeo (Aepypodius bruijnii), yang terakhir tercatat dijumpai pada tahun

1938 oleh para pengamat burung dari barat. Beragam satwa Marsupilia

(Bandikut, Walabi, Kanguru pohon, Oposum) endemik Papua juga menghuni

(23)

 Survei botani di wilayah ini menentukan prionitas konservasi berdasarkan

endemisme (endemism). Vegetasi ultrabasik dan kapur memiliki nilai tertinggi

di kawasan Raja Ampat. Seperti yang diketahui saat itu, ultrabasik

mengandung lebih banyak spesies endemik dibandingkan dengan lainnya. Lokasi yang memiliki nilai tertinggi adalah karst Misool dan Waigeo.

Kebanyakan hutan di Raja Ampat, ditumbuhi oleh kayu yang utamanya

dipasarkan untuk diekspor. Meskipun, areal konsesi yang dikelola saat ini

merupakan habitat yang baik untuk pertumbuhan pohon, namun karst

ultrabasik dan kapur hanya ditumbuhi oleh tumbuhan yang memiliki nilai

ekonomis rendah bukan merupakan target penebangan dan juga mem iliki

resiko ekonomis yang kecil.

 Pulau Gag memiliki potensi tarnbang nikel yang cukup besar, dengan

dikeluarkannya Perpu No 1 tahun 2004, maka wilayah ini berpotensi untuk

berkembang menjadi wilayah pentambangan mengikuti permintaan pasar.  Kawasan Raja Ampat berdasarkan hasil survei dan kajian, jelas merupakan

jantung dan keanekaragaman hayati laut, yang mengandung hampir 60%

karang pembentuk terumbu di dunia (lebih dari 500 spesies yang telah

diidentifikasi) dan paling sedikit 1,074 jenis spesies ikan. Konservasi

keanakaragaman hayati laut di kawasan ini merupakan prioritas utama dan kepentingan masyarakat dunia. Empat kawasan yang memiliki nilai konservasi

dan prioritas utama diidentifikasi yakni kepulauan di bagian timur dan selatan

Misool, Kofiau, Sayang dan Pulau Ai, dan Kepulauan Wayag.

Berdasarkan sebaran potensi tersebut, maka konsep pengembangan struktur dan

pola pemanfaatan ruang di wilayah ini dapat dikembangkan mengikuti pola

(24)

Gambar 3.12

Konsep Pengembangan Struktur Dan Pola Pemanfaatan Ruang KRA

(25)

Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang menggambarkan unsur-unsur pembentuk

rona lingkungan alam, linglungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk struktur

ruang kabupaten. I si Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi

hirarki pusat pelayanan wilayah seperti sistem pusat -pusat perkotaan dan

perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana, sistem jaringan

transportasi seperti sistem jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan kelas

terminal. Struktur ruang wilayah merupakan representasi dan visi pengembangan

wilayah yang dituangkan dalam bentuk keterkaitan antar pusat-pusat

pengembangan di wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian rencana struktur ruang adalah suatu bentuk keterkaitan wilayah secara fisik maupun non-fisik yang

ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Sedangkan unsur utama pembentuk

struktur ruang wilayah adalah pusat-pusat pelayanan, sistem transportasi dan

kawasan-kawasan strategis, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.

3.4.1 Rencana Pengembangan Sistem Pusat- Pusat Pengembangan Wilayah

Pendekatan yang lazim dalam menentukan pusat -pusat pengembangan wilayah

adalah berdasarkan perhitungan yang rinci mengenai akumulasi penduduk, tingkat

perkembangan ekonomi, ketersediaan sarana dan prasarana, kapasitas sumber daya alam, dan daya dukung lingkungan. Namun untuk wilayah dengan

karakteristik wilayah seperti Kabupaten Raja Ampat yang masih sangat jarang

penduduknya, maka pendekatan yang dapat dilakukan lebih kepada kajian

kapasitas sumber daya alam, daya dukung lingkungan serta aspek lokasi dan

wilayah-wilayah yang strategis.

Telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya berdasarkan potensi sumberdaya

alamnya, Kabupaten Raja Ampat sedikitnya memiliki 8 (delapan) pulau yang dapat

dikembangkan dalam bentuk cluster-cluster pengembangan wilayah. Klaster-klaster

tersebut dlharapkan dapat berkembang menjadi pusat -pusat pertumbuhan baru

yang saling berinteraksi dan bersinergi membentuk pertumbuhan wilayah

kabupaten secara berkelanjutan.

Selanjutnya untuk membangun struktur ruang tersebut, maka minimal ada 2

(dua) hal harus diupayakan pengembangannya yalta pengembangan dan

pemerataan infrastruktur serta peningkatkan kapasitas ekonomi di beberapa

wilayah prioritas. Pengembangan dan pemerataan infrastruktur di wilayah ini

mutlak perlu diprioritaskan. Hal ini disebabkan masth rendahnya tingkat

pelayanan infrastruktur dasar di semua wilayah sehingga berdampak pada terbatasnya kemampuan penduduk setempat dalani mengembangkan potensi

sumber daya yang dimiliki. Dampak I ebih lanjut adalah kapasitas ekonomi di

wilayah mi tidak mampu mencapai taraf yang memungkinkan untuk

melaksanakan pola pergerakan barang dan jasa yang lebih seimbang antar satu

kawasan dengan kawasan lainnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka disusun rencana pengembangan struktur

pengembangan hirarki pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Raja Ampat.

Penjelasan dan konsep tersebut adalah sebagai berikut:

 Untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan wilayah kabupaten yang lebih

berimbang, maka sesuai dengan konsep MI DI yang dikembangkan,

direncanakan dibangun 8 kluster yang bersifat unik. Kedelapan cluster ini diharapkan mampu menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang

secara keseluruhan bersinergi secara positif menghasilkan struktur ruang

ekonomi (Economic Space Structure) yang mantap.

 Selanjutnya setiap cluster tersebut memiliki minimal 1 (satu) pusat pelayanan

wilayah dengan skala pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan

karaktenistik wilayah. Pusat pelayanan diharapkan menjadi simpul-simpul

utama dan sistem transportasi dan komunikasi antar cluster.

 Berdasarkan statusnya, dapat dibedakan dua tipe pusat pelayanan yang

dikembangkan yaitu pusat pelayanan yang bersifat formal-administratif dan

pusat pelayanan yang bersifat fungsional.

3

(26)

 Pusat pelayanan formal administratif adalah pusat pelayanan yang secara

formal telah melekat pada sistem pemerintahan daerah berdasarkan aturan

perundang-undangan. Pusat yang dimaksud adalah pusat -pusat yang menjadi

pusat pemerintahan distrik. Pusat jenis ini umumnya telah memiliki standar pelayanan wilayah yang baku dengan sistem pembiayaan pembangunan yang

lebih kontinu. Dalam konsep struktur ruang yang dikembangkan, direncanakan

ada sebanyak 8 (delapan) kiaster yang terdiri dan 10 pusat pengembangan dan

3 (tiga) pusat fungsional.

Tabel 3.6

Cluster Pengembangan Kaw asan di Kabupaten Raja Ampat

No Cluster Arahan Pengembangan

1. Pulau Waigeo dan sekitarnya

1. Pusat Pemerintahan

2. Kawasan Pengembangan Agroindustri 3. Kawasan Pengembangan dan riset Sumber Daya alam hayati

sekitarnya 1. Pengembangan wisata danriset kelautan

6. Pulan Mansuar dan sekitarnya

I . Pengambangan kawasan pendukung kegiatan wisata bahari

7. Pulau Deer dan sekitarnya

1. Pengembangan pusat riset ekoistem perariran 2. Pengembangan budidaya pertanian dan perikanan

 Pusat fungsional adalah suatu pusat pelayanan yang bersifat spesifik sesuai

kebutuhan dan fungsi pengembangan wilayah yang bersangkutan. Pusat

fungsional ini dikembangkan di wilayah-wilayah yang secara fungsional

memiliki potensi pengembangan yang cukup strategis tetapi bukan merupakan pusat distrik/ adminsitratif lainnya. Dalam pusat fungsional ini

dikembangkan beberapa fasilitas dan utilitas yang sesuai dengan aktivitas

utama di kluster yang bersangkutan. Dalam konsep struktur ruang yang

dikembangkan di atas terdapat 3 (tiga) pusat fungsional sebagai pelengkap

dan sistem keterkaitan wilayah di Kabupaten Raja Ampat.

 Untuk mendukung tercapainya struktur ruang dibut uhkan adanya sistem

(27)

Gambar 3.13

Konsep Pengembangan Struktur Dan Pola Pemanfaatan Ruang KRA

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 3.2Gambar 3.3
Gambar 3.4Konsep Pengembangan Agropolitan
Gambar 3.5pengembangan ruang wilayah yang bersangkutan. Dengan karakteristik wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada sesi kali ini, pengukuran skala yang dilakukan menunjukkan skor.. 233 dengan kode T3, naik 4 angka

All of owners or employees from Pempek Api Ahyong, Pempek Akiun, Kemplang & Kerupuk Maulana 88, RM Ayam Kalasan Udin, Pecel Lele Mas Imam, Bakoel Durian, Bakso Solo

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh pembaptisan dalam kematian, supaya, seperti halnya Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh

Rekening buku besar yang sudah diisi selama periode akuntansi, tapi akhir periode harus ditutup dan kemudian dibukukan kembali pada awal periode berikutnya.Menutup buku

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

54 D3004054 Kimia SMP* 2 Mata Kuliah ini membahas tentang bahan kima dalam kehidupan sehari-hari, zat aditif dan zat adiktif, penggunaan bahan kimia dalam bidang industri,

Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak

11. Penerjemah adalah orang yang telah diambil sumpahnya oleh Mahkamah Konstitusi yang bertugas membantu Majelis Hakim Konstitusi dalam menerjemahkan bahasa Iain kedalam