• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Sastra yang telah dilahirkan oleh para pengarang ini diharapkan dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. zaman. Sastra yang telah dilahirkan oleh para pengarang ini diharapkan dapat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap manusia merupakan individu unik yang memiliki karakter, watak, pengalaman, ide, perasaan, tempramen dan pandangan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat terlepas dari manusia lain. Pertemuan antara manusia satu dengan yang lainnya tidak jarang menimbulkan konflik, baik konflik antar individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manusia tidak terlepas dari realitas sosialnya (Nurdinawati, 2013: 1).

Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, serta perhatiannya terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman. Sastra yang telah dilahirkan oleh para pengarang ini diharapkan dapat memberikan kepuasan etik dan intelektual bagi masyarakat pembaca. Akan tetapi, sering terjadi bahwa karya sastra tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya oleh sebagian besar masyarakat pembaca. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian sastra agar hasil penelitiannya dapat dipahami dan dinikmati oleh masyarakat pembaca (Semi, 1994: 1).

Penelitian sastra adalah usaha pencarian dengan hati-hati dan kritis secara terus menerus terhadap masalah sastra (ibid.: 18). Dalam melakukan penelitian

(2)

terhadap karya sastra maka harus ditetapkan sudut pandang manakah yang akan digunakan untuk penelitian. Suatu karya sastra dapat diteliti dari berbagai sudut pandang pengetahuan, misalnya dari sisi sosial budaya, agama, psikologi, dan lain sebagainya. Cara memandang dan mendekati suatu objek disebut pendekatan (ibid.: 63).

Beberapa pendekatan yang biasa digunakan dalam penelitian sastra antara lain, pendekatan struktural, pendekatan psikologi, pendekatan semiotik, dan lain sebagainya. Salah satu pendekatan dalam bidang sastra tersebut adalah pendekatan psikologi. Pendekatan psikologi ini dilakukan apabila karya sastra yang diteliti banyak mengungkapkan aspek kejiwaan manusia.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menganalisis novel Amurita yang merupakan salah satu novel karya Yoshimoto Banana yang menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya.

Yoshimoto Banana lahir pada tanggal 24 Juli 1964 di Tokyo. Sebagian besar buku-buku Banana yang diterbitkan menjadi populer di Jepang dan diterjemahkan di seluruh dunia. Banana merupakan putra dari Yoshimoto Takaaki, seorang filsuf ternama di Jepang. Banana adalah lulusan Nihon University di bidang seni dan sastra. Karya pertamanya yang fenomenal adalah Kicchin, yang mendapatkan penghargaan Kaien keenam sebagai penulis pendatang baru terbaik pada bulan November 1987 (Titisari, 2010: 3). Tahun 1994 Banana menerbitkan novel yang berjudul Amurita

(3)

yang diterbitkan oleh penerbit Fukutake Shoten, Kadokawa Bunko, dan Shinchoo Bunko. Novel ini mendapatkan penghargaan The 5th Murasaki Shikibu Prize.

Novel ini bercerita mengenai kehidupan tokoh bernama Wakabayashi Sakumi. Sakumi merupakan seorang gadis yang kehilangan ingatannya. Sakumi hidup bersama dengan ibunya, Yukiko; adik laki-laki yang beda ayah, Yoshio; sepupunya, Mikiko; dan sahabat ibunya, Junko.

Meskipun perlahan-lahan ingatannya mulai kembali, kehilangan ingatan membuat Sakumi melihat hubungannya dengan orang-orang dengan sudut pandang baru.

Yoshio, adik laki-laki Sakumi yang duduk di kelas 4 SD juga memiliki masalahnya tersendiri. Oleh Sakumi, Yoshio digambarkan sebagai anak yang aneh. Seiring dengan perkembangan cerita, keanehan Yoshio semakin menjadi. Ia menjadi anak yang pendiam dan tidak mau keluar kamar. Kepada ibunya, Yoshio mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang penulis karena di dalam mimpinya ia mendapat pesan dari „Dewa‟ untuk menjadi penulis. Semakin lama Yoshio semakin menjadi „aneh‟. Ia bahkan tidak mau lagi masuk ke sekolah.

Sakumi yang merasa sedih dengan kondisi adiknya bertanya kepada Yoshio masalah apa yang sedang dialami oleh adiknya dan Yoshio menjawab bahwa ia sering mendengar „suara-suara‟ di kepalanya. Terkadang „suara-suara‟ itu tidak memiliki makna dan terdengar seperti sedang mengatakan sesuatu dari bahasa asing. Seringkali „suara-suara‟ tersebut hanya terus terucap berulang-ulang seperti sebuah

(4)

doa. Bahkan Yoshio merasa dirinya sudah gila. Namun, Sakumi tidak menggangap hal yang terjadi pada Yoshio adalah gejala gangguan kejiwaan. Setelah mengetahui penyebab „keanehan‟ yang terjadi pada adiknya, Sakumi berjanji untuk mencoba membantu Yoshio.

Selain bisa mendengar „suara-suara‟, Yoshio juga bisa meramalkan masa depan. Hal itu terjadi ketika Yukiko akan berlibur ke Bali bersama dengan kekasihnya, tiba-tiba saja Yoshio berteriak sambil menangis agar Yukiko membatalkan perjalanan itu. Ketika ditanya apa alasan Yoshio begitu menentang rencana liburan ibunya, Yoshio mengatakan kalau pesawat yang akan dinaiki oleh ibunya akan terjadi kecelakaan. Mendengar hal tersebut, timbul kecemasan dari Sakumi dan yang lain. Mikiko dan Junko akhirnya mengusulkan bahwa sebaiknya Yukiko menunda jadwal keberangkatan, tetapi ibu menolak, dan mengatakan kalau memang kecelakaan itu akan terjadi, berarti hal itu sudah menjadi takdirnya.

Akhirnya Yukiko dan kekasihnya tetap berangkat sesuai dengan rencana. Ternyata beberapa jam kemudian Yukiko menelepon ke rumah dan mengatakan kalau ibu dan kekasihnya berhasil sampai ke Bali dengan selamat. Yoshio merasa malu karena ternyata penglihatannya salah. Namun sekitar satu jam kemudian, Sakumi dan Yoshio melihat berita di TV yang memberitakan bahwa terjadi kecelakan pesawat di Australia. Ternyata pesawat tersebut adalah pesawat yang sebelumnya telah dinaiki oleh ibunya. Melihat hal tersebut, kekhawatiran Sakumi semakin bertambah dan berjanji dalam hatinya untuk membantu Yoshio.

(5)

Sakumi mengajak Yoshio berlibur selama beberapa hari di Kochi untuk mengganti suasana. Sepanjang liburan, Yoshio kembali menjadi anak-anak seperti pada umumnya. Setelah pulang dari Kochi, Yoshio mulai ingin masuk sekolah lagi.

Dari ringkasan cerita di atas, Sakumi dan anggota keluarga yang lain mempunyai tanggapan atau penilaian yang positif terhadap „keanehan‟ Yoshio. Penilaian seseorang kepada orang lain biasa disebut persepsi. Menurut Gibson dan Donely (via Handayani, 2009: 3), persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya (Depdiknas, 2001: 861).

Berdasarkan berbagai pengertian persepsi tersebut, dapat dikatakan bahwa Sakumi dan orang-orang di lingkungan keluarga Yoshio telah memunculkan suatu persepsi positif kepada Yoshio. Biasanya, jika dalam suatu keluarga terdapat anak yang mengalami masalah seperti yang terjadi pada Yoshio, kebanyakan dari mereka akan menertawakan, atau bahkan membawa anak tersebut kepada psikiater. Sikap tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh sang anak atau menganggap sang anak mengalami gangguan kejiwaan. Namun yang terjadi dalam novel Amurita adalah hal yang sebaliknya. Anggota keluarga Yoshio tidak ada yang menyangsikan apa yang dikatakan oleh Yoshio.

Beranjak dari masalah ini penulis memilih novel Amurita untuk dianalisis melalui pendekatan psikologi sosial, yang berusaha membahas mengenai persepsi dan

(6)

sikap. Bagaimana seseorang memunculkan persepsi terhadap orang lain, bagaimana dia mengartikan prilaku orang lain, serta bagaimana ia membentuk dan mengubah sikapnya. Dalam penelitian ini penulis memusatkan perhatian kepada adik laki-laki tokoh utama, Yoshio, dengan memaparkan kepribadiannya melalui teori psikologi perkembangan, persepsi dan sikap Sakumi dan anggota keluarga terhadap tokoh Yoshio serta pengaruh dari persepsi dan sikap tersebut terhadap kepribadian Yoshio sendiri.

Cerita ini dianggap menarik untuk diteliti karena cerita ini telah mendapat penghargaan Murasaki Shikibu ke-5. Selain itu, penggambaran tokohnya terutama tokoh Yoshio digambarkan secara gamblang sehingga mudah untuk dipahami.

1.2 Rumusan Masalah

Persepsi atau penilaian yang dilontarkan Sakumi dan anggota keluarganya yang lain terhadap „keanehan‟ Yoshio lebih menonjolkan penilaian positif. Mereka menerima apa yang dikatakan oleh Yoshio tanpa menyangsikan kebenaran atau apakah hal tersebut dapat diterima secara logika atau tidak. Sikap Yoshio yang awalnya menutup diri terhadap keluarganya bahkan sampai menolak untuk sekolah memunculkan beberapa pertanyaan;

1. Apa saja unsur-unsur instrinsik novel Amurita dan apakah ada keterjalinan antar unsur tersebut dalam membangun kesatuan makna?

(7)

2. Bagaimana persepsi dan sikap tokoh utama dan orang-orang sekitar terhadap perilaku tokoh Yoshio?

3. Bagaimana pengaruh dari persepsi dan sikap tersebut terhadap kepribadian tokoh Yoshio?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan praktis dan teoritis. Tujuan teoritis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan apa saja unsur-unsur instrinsik novel Amurita dan keterjalinan antar unsur tersebut dalam membangun kesatuan makna, untuk mengungkapkan kepribadian tokoh Yoshio berdasarkan teori psikologi perkembangan, untuk mengungkapkan persepsi tokoh utama dan orang sekitar terhadap kepribadian Yoshio serta pengaruh persepsi tersebut terhadap perubahan perilaku tokoh Yoshio berdasarkan teori psikologi sosial.

Adapun tujuan praktisnya yaitu untuk memperluas wawasan pembaca terhadap kesusastraan Jepang, khususnya novel karya Yoshimoto Banana yang berjudul Amurita ini. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan masyarakat dalam memahami karya sastra serta sebagai sumbangan bagi peningkatan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap karya sastra, khususnya karya sastra berbahasa Jepang.

(8)

1.4 Landasan Teori 1.4.1 Strukturalisme

Karya sastra merupakan struktur yang kompleks. Untuk dapat memahaminya, karya sastra harus dianalisis, diuraikan ke dalam unsur-unsurnya sehingga dapat ditangkap maknanya secara baik ataupun dapat diberi makna sepenuhnya, baik setiap unsurnya maupun secara keseluruhan (Pradopo, 1995: 117-118), dan karena sastra merupakan sebuah struktur, analisis yang digunakan adalah analisis struktural.

Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan berbagai unsur karya sastra yang secara bersamaan menghasilkan makna keseluruhan (Nurgiyantoro, 1995: 37). Teeuw (1984: 135), mengatakan bahwa pendekatan struktural karya sastra bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa karya sastra adalah suatu totalitas yang dibangun oleh unsur-unsurnya. Unsur-unsur tidak akan memiliki arti apabila terisolisasi tanpa dicari hubungan antara satu dengan yang lain, dalam rangka sumbangan terhadap keseluruhan makna. Oleh karena itu, analisis struktural tidak hanya sekedar mendata unsur-unsur dari sebuah karta sastra, misalnya plot, tokoh, latar, dan lain sebagainya, namun juga meneliti keterkaitan hubungan antar unsur tersebut.

(9)

Analisis yang digunakan pada penelitian ini meliputi unsur-unsur tema, tokoh dan penokohan, latar serta keterkaitan antar usurnya. Ketiga unsur tersebut dipilih karena tema merupakan unsur utama pembangun sebuah cerita, tokoh dan penokohan dipilih karena dari unsur inilah dapat diketahui psikologi tokoh-tokoh dalam sebuah cerita, sedangkan unsur latar dipilih karena dari unsur latar inilah dapat diketahui di mana, kapan serta kejadian sosial apa saja yang terjadi dalam sebuah cerita.

Analisis struktural dalam hal ini digunakan untuk mendeskripsikan unsur-unsur tersebut yang kemudian dipakai lebih lanjut sebagai pendukung analisis psikologi kepribadian dan analisis psikologi sosial.

1.4.2 Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara otogenetik, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri, baik perubahan dalam struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life-span) (Desmita, 2006: 153). Dalam penelitian ini mengkhususkan pada masa pertengahan dan akhir anak-anak.

Anak-anak di usia 7-11 tahun hampir 40% waktu mereka akan dihabiskan dengan teman sebaya. Anak-anak pada periode ini lebih banyak melakukan interaksi dengan teman sebaya dalam grup atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut dengan “periode kelompok”. Pada masa ini, anak tidak lagi puas bermain sendirian di

(10)

rumah, atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama dengan teman-temannya (ibid.: 185).

1.4.2 Psikologi Sosial

Untuk menganalisis teks sastra yang mengandung perasaan dan emosi pengarang diperlukan bantuan ilmu psikologi. Dengan demikian, untuk mengungkapkan unsur-unsur psikologis dalam karya sastra, diperlukan bantuan teori-teori psikologi (Wright via Sangidu, 2005: 30). Penelitian ini membahas mengenai bagaimana seseorang mempersepsi orang lain dan pengaruh persepsi tersebut terhadap perubahan perilaku yang merupakan lingkup pembahasan psikologi sosial. Karenanya penelitian ini menggunakan teori psikologi sosial.

Psikologi sosial merupakan usaha sistematik untuk mempelajari perilaku sosial (social behaviour). Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial, bagaimana kita bereaksi terhadap orang lain dan bagaimana mereka bereaksi terhadap kita, dan secara umum bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial. Psikologi sosial berusaha memahami masalah pembentukan kesan, konformitas, perubahan sikap, agresi, kepatuhan, dan perilaku menolong. Pada umumnya dimulai dengan pembahasan mengenai persepsi dan sikap, bagaimana seseorang mempersepsi orang lain, bagaimana dia mengartikan perilaku orang lain serta bagaimana ia membentuk dan mengubah sikapnya. Dengan kata lain, psikologi

(11)

sosial mempelajari perasaan subjektif yang biasanya muncul dalam situasi interpersonal, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu (Handayani, 2009: 7).

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah urutan-urutan bagaimana suatu kegiatan penelitian dilakukan oleh peneliti (Nazir via Sangidu, 2005: 51). Penelitian ini menggunakan metode diskriptif-kualitatif, yaitu metode penelitian yang cara analisisnya dengan menjelaskan dan menggambarkan. Data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka (Semi, 1994:24).

Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini:

1. Menentukan objek material penelitian dan objek formal penelitian. Objek material dari penelitian ini adalah novel Amurita karya Yoshimoto Banana, sedangkan objek formal dari penelitian ini adalah mengenai persepsi dan sikap, serta perngaruh dari persepsi dan sikap di lingkungan keluarga terhadap kepribadian tokoh Yoshio.

2. Mengumpulkan data penelitian yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa novel Amurita karya Yoshimoto Banana. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi buku-buku, jurnal, karya tulis yang mengulas tentang novel, kepengarangan

(12)

Yoshimoto Banana, serta teori struktural, teori psikologi perkembangan dan teori psikologi sosial.

3. Menganalisis struktur novel Amurita dengan teori struktural. Unsur-unsur intrinsik yang dianalisis adalah tema, tokoh dan penokohan, latar, serta keterkaitan antar unsurnya.

4. Menganalisis tokoh Yoshio dalam novel Amurita dengan teori psikologi perkembangan yaitu dengan mengidentifikasikan perilaku dan kepribadian tokoh Yoshio.

5. Menganalisis persepsi dan sikap orang lain terhadap perilaku tokoh Yoshio serta pengaruh persepsi dan sikap tersebut terhadap perilaku tokoh Yoshio sendiri melalui teori psikologi sosial.

6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.

1.6 Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, belum ditemukan penelitian yang berkaitan dengan tema yang diteliti. Namun ada penelitian yang menggunakan novel Amurita sebagai objek materialnya. Penelitian tersebut berupa tesis oleh Eunjeong Lee (2010) dengan judul: Transforming Japan : Banana Yoshimoto’s Amrita. Tesis tersebut membahas mengenai masalah globalisasi yang terjadi di Jepang dengan menganalisis novel Amurita dengan menggunakan teori postmodernisme. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Yoshimoto memberikan pandangan yang positif kepada masa

(13)

depan Jepang dengan memunculkan keberhasilan Sakumi dalam penyembuhan dirinya, dengan mencari jati dirinya dari masa lalu, kematian, dan hubungan dengan orang-orang.

Ada pula penelitian yang menggunakan teori tentang psikologi sosial sebagai landasan teorinya, yaitu penelitian berupa skripsi oleh Sri Handayani (2009) dengan judul : Pengaruh Persepsi Ayah Terhadap Kepribadian Tokoh Utama Dalam Cerpen Seebe To Hyootan Karya Shiga Naoya : Sebuah Kajian Psikologi Sosial. Skripsi tersebut membahas mengenai pengaruh presepsi atau penilaian orang di luar tokoh utama terhadap perilaku tokoh dengan menggunakan pendekatan teori interpersonal Heider. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan mengenai persepsi ayah Seebe dan guru Seebe terhadap kegemaran mengoleksi labu memberikan pengaruh terhadap perilaku Seebe. Seebe menjadi pendiam dan tertutup (introvert). Secara psikologis, anak seusia Seebe berada dalam masa senang bermain dengan teman sebayanya, namun tidak demikian bagi Seebe, dia lebih gemar menyendiri untuk mengurusi labu-labu kesenangannya.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini tidak akan berfokus kepada persepsi dan pengaruh dari persepsi tersebut melalui pendekatan psikologi sosial saja, tetapi juga akan membahas mengenai sikap dan perilaku anak-anak di usia pertengahan melalui pendekatan psikologi perkembangan.

(14)

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab I berupa pendahuluan yang berisi Latar Belakang; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Tinjauan Pustaka; Landasan Teori; Metode Penelitian; dan Sistematika Penyajian. Bab II berupa landasan teori yang berisi teori strukturalisme, teori psikologi perkembangan, dan teori psikologi sosial. Bab III berisi analisis struktural novel Amurita yang terdiri dari sinopsis novel, analisis tema, tokoh dan penokohan maupun latar dalam novel Amurita serta keterkaitan antar unsur. Bab IV berupa analisis kepribadian Yoshio melalui teori psikologi perkembangan; bagaimana lingkungan keluarga mempersepsi dan memberikan reaksi terhadap perilaku tokoh Yoshio serta pengaruh persepsi dan sikap tersebut terhadap perilaku tokoh Yoshio melalui teori psikologi sosial. Kemudian, yang terakhir adalah bab V yang berisi kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

Mampu melakukan tindakan kebidanan yang telah direncanakan pada. kesehatan reproduksi Ny.S umur 47 tahun

Bahwa, Pemohon dalam perihal ini mengajukan Perohonan dengan mendasarkan selisih perolehan suara perolehan 21.516 Suara atau memiliki presentase selisih sebesar 31.91%,

masyarakat di kecamatan kademangan kota Probolinggo. Penerapan sistem informasi ini sangat penting mengingat informasi untuk masyarakat kademangan bisa dirasakan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi obat oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat, mengetahui pengaruh pemberian informasi obat

pH optimum yang digunakan untuk menentukan kapasitas adsorbsi dari kitin dan kitin termodifikasi L-sistein dalam menyerap logam Cd adalah pH 6. Kitin termodifikasi L-sistein

4 Bagi masyarakat yang mempunyai hak eigendom verponding, dan pemerintah melalui kantor pertanahan (BPN) masih melayani konversi eigendom verponding menjadi sertifikat

Jaminan bebas cacat mutu ini berlaku sampai dengan 12 (dua belas) bulan setelah serah terima Barang atau jangka waktu lain yang ditetapkan dalam SSKK. PPK akan

Hasil uji tarik sambungan las, bahan pelat baja ST 42 KS BKI grade A dalam kondisi normal ( tidak cacat ) dan tanpa perlakuan panas ( raw ), kekuatan tarik rata