• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian, yaitu hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen, dimana dukungan spiritualitas mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat digambarkan seperti skema berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1 Kerangka Penelitian hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi.

Dukungan Spiritualitas : − Dukungan Spiritualitas Buruk − Dukungan Spiritualitas Baik Kecemasan Kriteria: − Ringan − Sedang − Berat

(2)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi

No Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Skala Hasil Ukur

1 Dukungan Spiritualitas Dukungan yang didapatkan oleh pasien baik dukungan spiritualitas umum maupun dukungan spiritualitas khusus Kuesioner yang digunakan berupa pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan tentang dukungan spiritualitas yang terdiri dari 16 butir pertanyaan. Dengan pilihan jawaban: 1. Tidak pernah 2. Kadang- Ordinal − Buruk (16-39) − Baik (40-64)

(3)

kadang 3. Sering 4. Selalu 2 Tingkat Kecemasan Kecemasan yang dirasakan pasien akibat efek samping yang ditimbulkan dari tindakan kemoterapi Kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan yang dimodifikasi dari Hamilton Anxiety Rating Scale dengan pilihan jawaban : 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Sering 4. Selalu Ordinal Cemas Ringan: 1-14 Cemas Sedang: 15-28 Cemas Berat: 29-42 3.3 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif atau hipotesis penelitian. Nursalam (2003) menyatakan hipotesis alternatif ini menunjukkan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau

(4)

Ha : Ada hubungan antara dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

(5)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek atau akibat yang terjadi pada suatu objek dan penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan (Notoadmojo, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Januari tahun 2015 hingga Oktober 2016 terdapat 558 pasien kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. (Sumber, Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi Medan).

(6)

4.2.2 Sampel

Adanya keterbatasan biaya, waktu pelaksanaan, tenaga, ruang lingkup penelitian dan sebab lain membuat peneliti hanya menggunakan sebagian dari populasi sebagai sumber data. Sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi disebut sebagai sampel. Pengambilan sampel harus dilakukan dengan benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2003).

Menurut Hidayat (2009), besar sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝑛𝑛

=

𝑁𝑁𝑑𝑑𝑁𝑁2+ 1

Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, yaitu 15%

𝑛𝑛= 558 (0,15)5582+ 1

𝑛𝑛= 558 (0,0225) + 1558

𝑛𝑛 = 13,555558

(7)

Berdasarkan perkiraan rumus di atas, didapatkan bahwa jumlah sampel yang dapat mewakili keseluruhan populasi adalah 41 orang.

Di dalam penelitian survei teknik sampling sangatlah penting dan harus diperhitungkan dengan benar sebab teknik pengambilan sampel yang tidak baik akan mempengaruhi validitas hasil penelitian tersebut (Notoadmojo, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Random (Non Probability Sampling) yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Di dalam teknik ini peneliti menggunakan metode Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan peneliti. Adapun yang menjadi syarat sampel dalam penelitian yaitu pasien kanker yang menjalani kemoterapi minimal dua kali, bersedia menjadi responden, pasien dalam keadaan sadar, dapat berkomunikasi dengan baik, dan dapat berbahasa Indonesia dengan baik.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Adapun alasan peneliti memilih RSUD Dr. Pirngadi Medan sebagai lokasi penelitian karena lokasinya yang berada di pusat kota dan dianggap memenuhi jumlah yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian tentang hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2017.

(8)

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan dan mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala RSUD Dr. Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, maka peneliti melaksanakan penelitiannya. Peneliti menyerahkan lembar persetujuan penelitian kepada responden, supaya responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan nama responden. Lembar persetujuan tersebut hanya diberi kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan apabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangi surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk lembar kuesioner yang berisi pernyataan tertutup yang harus diisi oleh responden. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoadmojo, 2013). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian yaitu data demografi, tingkat kecemasan pasien kemoterapi, dan dukungan spiritualitas pasien kemoterapi.

(9)

1 Data Demografi responden

Data demografi responden meliputi : kode responden, inisial nama, usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan per bulan, stadium kanker, frekuensi kemoterapi yang sudah dilakukan pasien.

2 Tingkat kecemasan pasien kemoterapi. Kuesioner tingkat kecemasan ini disusun berdasarkan modifikasi dari Hamilton Anxiety Rating Scale yang terdiri dari 14 pernyataan. Pernyataan ini menggambarkan tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi. Kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan tertutup dengan menggunakan model skala Likert. Menurut Arikunto (2009), Skala likert merupakan pernyataan perilaku dengan menggunakan respon sebagai penentuan nilai skalanya. Adapun jumlah alternatif respon yang digunakan dalam skala likert yaitu 4 jenis. Dengan menggunakan alternatif respon Tidak Pernah (TP), Kadang-Kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan yaitu tidak pernah dengan skor 0, kadang-kadang dengan skor 1, sering dengan skor 2, selalu dengan skor 3. Kuesioner kecemasan ini terdiri dari 14 pernyataan dengan nilai tertinggi 42 dan nilai terendah 1 sehingga rentang sebesar 41, dengan kategori yaitu cemas ringan, sedang dan berat. Hasil pengukuran yang didapatkan pada tingkat kecemasan ringan yaitu 1-14, tingkat kecemasan sedang 15-28, dan tingkat kecemasan berat 29-42. 3 Dukungan spiritualitas pasien kemoterapi. Kuesioner ini terdiri dari 16

(10)

Pernyataan positif terdiri dari nomor 1,2,3,4,6,7,8,10,13,14,15,16 dan pernyataan negatif terdiri dari nomor 5,9,11,12. Kuesioner spiritualitas pasien kemoterapi ini menggunakan skala Likert dalam 4 alternatif jawaban yaitu tidak pernah (TP), kadang-kadang (KK), sering (SR), selalu (SL). Untuk pernyataan positif bobot nilai yang diberikan TP = 1, KK = 2, SR = 3, SL = 4, sedangkan untuk pernyataan negatif nilai yang diberikan TP = 4, KK = 3, SR = 2, SL = 1. Hasil pengukuran dari kuesioner dukungan spiritualitas ini adalah tidak baik dan baik. Dukungan spiritualitas tidak baik dengan rentang skor (16-39), dukungan spiritualitas baik dengan rentang skor (40-64).

4.6 Validitas dan Reabilitas

4.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2013). Untuk mengetahui keakuratan isi dari instrumen ini, maka peneliti melakukan uji validitas isi. Instrumen yang digunakan sudah divalidkan oleh dosen Keperawatan USU dengan hasil valid instrumen dukungan spiritualitas adalah 1 dan instrumen tingkat kecemasan adalah 0,985. Berdasarkan uji validitas isi tersebut, pertanyaan dan pilihan jawaban dalam kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan

(11)

dengan item-item pernyataan yang mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan tinjauan pustaka dan kerangka konsep.

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ulut untuk mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai ulang. Uji reliabilitas dilakukan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji Cronbach Alpha dengan menggunakan program komputerisasi. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel jika nilai alpha (α) lebih besar atau sama dengan 0,70

(Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil komputerisasi didapat koefisien reliabilitas kuesioner dukungan spiritualitas pada pasien yang menjalani kemoterapi sebesar 0,806 dan koefisien reliabilitas kuesioner tingkat kecemasan pasien kemoterapi didapatkan sebesar 0,871.

4.7 Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan setelah memperoleh surat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengirimkan surat izin ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti melakukan pengumpulan data.

(12)

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner, sebelum menanyakan kesediaan untuk ikut terlibat sebagai responden. Kemudian peneliti melakukan pendekatan terhadap calon responden lainnya. Calon responden yang bersedia diminta menandatangani lembar persetujuan. Setelah itu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan menjadi responden, peneliti mulai menjelaskan cara pengisian kuesioner. Peneliti menemani responden saat pengisian kuesioner untuk memastikan bahwa responden dapat mengisi kuesioner dengan benar dan tepat.

Apabila responden sudah selesai menjawab semua pernyataan kuesioner, selanjutnya peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari responden agar apabila ada jawaban yang kurang lengkap peneliti dapat meminta responden untuk melengkapi jawabannya. Kemudian peneliti melakukan pengambilan data, dan mengucapkan terimakasih kepada responden serta bernjanji tetap menjaga kerahasiaan dan menggunakan data tersebut sebagaimana mestinya. Setelah semua data terkumpul maka peneliti mulai mengolah dan menganalisa data.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Peneliti memeriksa kembali semua kuesioner satu persatu yakni identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, kemudian peneliti memberi kode terhadap setiap kuesioner untuk mempermudah dalam melakukan

(13)

tabulasi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan teknik komputerisasi, kemudian melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang dientri untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Adapun analisa data dalam penelitian ini melalui dua tahapan. Tahap pertama, yaitu analisa univariat yang bertujuan untuk menganalisa variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.

Sedangkan tahap kedua, yaitu analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi. Setelah data diolah, maka didapatkan data dalam bentuk skala ordinal. Analisis antar variabel menggunakan uji statistik Spearman rho’s dengan menggunakan bantuan komputerisasi.

(14)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan Dukungan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan”, terhadap 41 responden yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei – 2 Juni 2017 di ruangan kemoterapi tulip 2 lantai 6 gedung A RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat dan bivariat sebagai berikut :

5.1.1 Analisa Univariat

Hasil dari analisa univariat menampilkan tabel distribusi frekuensi dan presentase dari karakteristik responden, dukungan spiritualitas dan tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

5.1.1.1 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan per bulan, stadium kanker dan frekuensi kemoterapi. Dari 41 responden yang terkumpul sebagian besar responden berada pada usia 46-55 tahun (n=16; 39,0%), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (n=33; 80,5%), mayoritas responden menikah

(15)

(n=36; 87,8%), sebagian besar respoden berpendidikan SMA (n=22 53,7%), sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga (n= 19; 46,3%), sebagian besar berpenghasilan <Rp 1.000.000 per bulan, sebagian besar responden berstadium 2 (n=18; 43,9), sebagian besar frekuensi kemoterapi responden sebanyak 5 kali (n=13; 31,7%).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Pasien Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 (N=41)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) (n=responden) Usia − 17-25 tahun 1 2,4 − 26-35 tahun 2 4,9 − 36-45 tahun 9 22,0 − 46-55 tahun 16 39,0 − 56-65 tahun 10 24,4 − >66 tahun 3 7,3 Jenis Kelamin − Laki-laki 8 19,5 − Perempuan 33 80,5 Status Pernikahan − Belum Menikah 1 2,4 − Menikah 36 87,8 − Janda 4 9,8 Pendidikan − Tidak Sekolah 2 4,9 − SD 8 19,5 − SMP 7 17,1 − SMA 22 53,7 − Diploma 1 2,4 − Sarjana 1 2,4 Pekerjaaan − PNS 2 4,9 − Swasta 2 4,9

(16)

− Lain-lain 18 43,9 Penghasilan/bulan − <1.000.000 23 56,1 − 1.000.000-1.500.000 11 26,8 − 1.500.000-2.000.000 5 12,2 − >3.000.000 2 4,9 Stadium − 1 6 14,6 − 2 18 43,9 − 3 15 36,6 − 4 2 4,9 Kemoterapi ke − 2 3 7,3 − 3 7 17,1 − 4 7 17,1 − 5 5 12,2 − 6 13 31,7 − 7 1 2,4 − 8 1 2,4 − 9 1 2,4 − 10 1 2,4 − 16 1 2,4 − 20 1 2,4

5.1.1.2 Tingkat Kecemasan Pasien yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa mayoritas responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan mengalami cemas ringan sebanyak 39 responden (95,1%) dan yang mengalami cemas sedang sebanyak 2 responden (4,9%).

Penjelasan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan (N=41)

No Tingkat Kecemasan Pasien Frekuensi (n) Persentase (%) 1 Cemas Ringan 39 95,1%

(17)

5.1.1.3 Dukungan Spiritualitas Pasien yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pingadi Medan

Dukungan Spiritualitas pada pasien yang menjalani kemoterapi dibagi menjadi 2 kategori yaitu buruk dan baik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dukungan spiritualitas pasien kemoterapi seluruhnya adalah baik sebanyak 41 responden (100%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Spiritualitas pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pingadi Medan Tahun 2017 (N=41)

No Dukungan Spiritualitas Frekuensi Persentase 1 Baik 41 100%

5.1.2 Analisa Bivariat

5.1.2.1 Hubungan Dukungan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Hasil dari analisa bivariat ini menampilkan tabel 5.4 yaitu untuk mengetahui hubungan antara dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(18)

Tabel 5.4 Hasil Analisa Hubungan Dukungan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 (N=41)

Variabel yang dikorelasi r Nilai p

Dukungan Spiritualitas dan tingkat kecemasan -0,703 0,000 pasien kemoterapi

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa penggunaan uji Spearman untuk melihat hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan, nilai p sebesar 0,000 < dari nilai level of significance ( ) yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan nilai r (koefisien korelasi) -0,703 yang menunjukkan korelasi negatif tinggi, hubungan negatif dengan interpretasi kuat. Nilai negatif (-) menunjukkan arah hubungannya terbalik, yakni jika X naik maka Y turun artinya jika pasien mendapatkan dukungan spiritualitas baik maka tingkat kecemasan pasien kemoterapi ringan, begitu sebaliknya.

(19)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Secara rinci pada tabel 5.1 sebagian besar responden kanker yang menjalani kemoterapi berumur 46-55 tahun yaitu sebanyak 16 orang (39%). Menurut WHO (2011) menyatakan bahwa 80% pasien kanker berada pada umur di atas 50 tahun dan sekitar 24% di bawah 70 tahun. Menurut Ariani (2014), umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan hingga berulang tahun. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya semakin baik.

Sebagian besar responden mempunyai latar belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak 22 orang (53,7%). Sesuai dengan pendapat Ariani (2014), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada perkembangan orang lain untuk menuju ke arah cita-cita tertentu untuk mengisi kehidupan sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Dimana makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki sehingga lebih mudah untuk

(20)

mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan segala hal yang di alami setiap individu.

Sebagian besar bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 19 orang (46,3%) dan berpenghasilan <Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 23 orang (56,1%). Menurut Ariani (2014), pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan, kecemasan dan depresi, dimana seseorang yang bekerja akan berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sudah menikah dan masih memiliki pasangan yaitu sebanyak 36 orang (87,8%), dengan adanya dukungan dari keluarga seperti suami atau istri, responden merasa lebih nyaman dan tenang saat menghadapi pengobatan kemoterapi dan efek samping yang akan ditimbulkan.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini telah menjalani pengobatan kemoterapi ke-6 sebanyak 13 orang (31,7%). Peneliti berasumsi responden mengalami cemas ringan disebabkan responden sudah lebih dari 1 kali menjalani kemoterapi, sehingga responden sudah mempunyai pengalaman dalam menghadapi kemoterapi dan menjalani efeknya.

(21)

5.2.2 Dukungan Spiritualitas Pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Dukungan spiritualitas adalah suatu sistem yang diberikan oleh “seseorang” sebagai “alat” untuk mengalirkan kekuatan yang dipercaya bersumber dari Tuhan yang dapat menyembuhkan penyakit dengan menyelaraskan fungsi dari tubuh, pikiran dan jiwa manusia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa dukungan spiritualitas pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan seluruhnya dalam kategori baik sebanyak 41 orang (100%). Menurut peneliti, hal ini kemungkinan disebabkan karena responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini mendapat dukungan spiritualitas yang baik dari lingkungan sekitarnya oleh sebab itu responden tidak terlalu cemas dalam menjalani pengobatannya dan merasa bahwa keberadaannya sangat dibutuhkan oleh lingkungan sekitarnya sehingga mereka memiliki harapan untuk sembuh dari penyakitnya. Penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian Mutia (2013) mengenai dukungan keluarga dengan kecemasan pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh menemukan bahwa pasien kanker yang menjalani kemoterapi biasanya akan mengalami perubahan fisik akibat efek samping dari kemoterapi sehingga mempengaruhi hubungan interpersonal orang lain, pasangan hidup dan keluarga. Adanya dukungan keluarga akan sangat membantu pasien dalam menjalani pengobatan, menurunkan kecemasan pasien, meningkatkan semangat hidup serta memberi kekuatan, rasa

(22)

Taylor (2002 dalam Young, 2007) menyatakan bahwa keluarga merupakan salah satu sumber yang memiliki peran dalam memberikan dukungan spiritualitas yaitu dengan memberikan bantuan doa, membacakan buku atau bernyanyi, menghibur, serta memberi dukungan tertentu yang tak mampu disediakan orang lain oleh sebab itu keluarga merupakan bagian penting dalam proses penyembuhan pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Hamid (2008) yang menyatakan bahwa ketika seseorang merasa stress, takut dan cemas maka individu tersebut akan berusaha mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti. Dukungan spiritual berarti memberikan spirit, dalam hal ini diberikan melalui sistem yang berfungsi sebagai penghubung klien dengan perawat (Bambang, 2000). Menurut Taylor (2002 dalam Young, 2007) dukungan spiritualitas terbagi menjadi dua bagian yaitu : dukungan spiritualitas umum (generalis) yang terdiri dari perawat, dokter, dan pekerja sosial dan dukungan spiritualitas spesialis terdiri dari pemuka agama, guru spiritual, keluarga dan sahabat.

5.2.3 Tingkat Kecemasan Pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan sekitar 95,1% pasien mengalami cemas ringan dalam menjalani kemoterapi. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lasma (2014) mengenai Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi

(23)

yang dialami oleh pasien adalah cemas ringan yaitu sekitar 62,2% hal ini disebabkan oleh pasien yang menjalani kemoterapi lebih dari satu kali memiliki tingkat kecemasan jauh lebih berkurang dibandingkan ketika mereka pertama kali menjalani kemoterapi. Pasien yang telah mendapatkan pengobatan kemoterapi dalam waktu yang lama lebih mampu mengendalikan diri mereka sendiri dengan baik. Burns (1998 dalam Safaria dan Saputra, 2012) mengemukakan emosi ataupun rasa cemas yang dirasakan oleh individu disebabkan oleh adanya dialog internal dalam pikiran individu yang mengalami kecemasan ataupun perasaan cemas. Menurut Safaria dan Saputra (2012) terjadinya kecemasan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh individu tersebut sehingga respon yang akan ditimbulkan tergantung seberapa baik penilaian individu untuk mengenali situasi tersebut, dan tergantung seberapa baik individu tersebut dapat mengendalikan dirinya. Hal ini sejalan dengan teori Blackburn dan Davidson (1994 dalam Safaria dan Sapitura, 2012) menyatakan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kecemasan dapat berupa pengetahuan yang telah dimiliki subjek tentang situasi yang sedang dirasakan, apakah sebenarnya mengancam/tidak mengancam, serta pengetahuan tentang kemmpuan dirinya untuk mengendalikan dirinya (termasuk keadaan emosi maupun fokus ke permasalahannya) dalam menghadapi situasi. Menurut Lazarus (2003 dalam Safaria dan Saputra, 2012) menyatakan apabila kita mampu mengenali situasi yang mengancam dan kita mampu mengendalikan emosi dan permasalahannya adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi emosi megatif, seperti rasa bosan, marah, takut maupun kecemasan. Ramaiah (2003 dalam Safaria dan Saputra) menyatakan bahwa

(24)

individu yang mendapatkan dukungan yakni dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat memberikan kesembuhan terhadap kecemasan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul (2015) mengatakan keluarga dapat memberikan dukungan dan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit untuk mengurangi beban psikologi yang dialami oleh pasien akibat penyakitnya tersebut. Dukungan yang bisa diberikan keluarga kepada anggota keluarga yang sakit dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan emosional sehingga dengan adanya dukungan keluarga yang tinggi maka tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani kemoterapi akan semakin rendah bahkan tidak mengalami kecemasan sama sekali.

5.2.4 Hubungan Dukungan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi

Analisa data yang digunakan adalah spearman yang bertujuan untk mencari kekuatan hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan uji statistik hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi diperoleh nilai r = -0,703 dan nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antar variabel dengan hubungan negatif. Arah korelasi yang negatif menunjukkan jika dukungan spiritualitas pasien baik maka tingkat kecemasan pasien rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(25)

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Febi (2010) mengenai hubungan dukungan emosional keluarga dengan kecemasan pasien yang menghadapi kemoterapi, menunjukkan bahwa dari 50 responden penelitian, 30 responden (60%) berada dalam kategori dukungan emosional keluarga yang tinggi dan rata-rata responden mengalami kecemasan yang rendah. Menurut Taylor (2002 dalam Young, 2007) keluarga merupakan salah satu sumber yang merupakan bagian dari dukungan spiritualitas spesialis. Keluarga memiliki peran penting dalam proses penyembuhan pasien dikarenakan keluarga memiliki ikatan sejarah hidup dengan pasien, mereka mampu memberi dukungan tertentu yang tak mampu disediakan oleh orang lain.

Menurut Ramiah (2003 dalam Safaria dan Saputra) kecemasan dapat terhindar jika individu tersebut mendapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungan di sekitarnya salah satunya adalah dukungan spiritualitas. Dukungan spiritualitas merupakan pemberian bantuan pada pasien untuk melaksanakan otonomi; otonomi dalam kaitan dengan dukungan spiritual berarti membantu pasien sesuai dengan kebutuhan spiritual mereka tanpa mempengaruhi apa yang diyakini oleh pasien (McSherry dan Cash, 2000, dalam Young, 2008). Dukungan spiritualitas yang diberikan dalam suasana kasih, bela rasa, hangat, dan murah hati pada pasien memungkinkan mereka merasa mendapatkan tempat yang aman “menyerahkan diri, membangun kedekatan pribadi, dan menjadi pribadi seperti yang mereka kehendaki (Leetun, 1996, dalam Young, 2008). Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki dukungan spiritualitas yang baik maka

(26)

terhindar dari berbagai masalah emosional dan psikologi yang dialami oleh individu tersebut.

(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

6.1.1 Sebagian besar responden adalah berumur 46-55 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan, mayoritas status pernikahan sudah menikah, sebagian besar berpendidikan SMA, sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga (IRT), sebagian besar berpenghasilan <1.000.000, dan sebagian besar frekuensi kemoterapi ke 6 kali.

6.1.2 Mayoritas dukungan spiritualitas pasien yang menjalani kemoterapi adalah baik yaitu sebanyak 41 responden (100%).

6.1.3 Mayoritas responden yang memiliki kecemasan ringan yaitu 39 responden (95,1%), dan kecemasan sedang sebanyak 2 responden (4,9%).

6.1.4 Analisa data yang digunakan adalah Spearman Rho’s yang digunakan untuk mencari kekuatan hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(28)

6.1.5 Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Rho’s hubungan antara dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi didapatkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antar dua variabel dengan hubungan negatif. Arah korelasi negatif menunjukan bahwa jika dukungan spiritualitas responden baik maka tingkat kecemasan responden rendah. Sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti dapat menyusun beberapa saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan dalam memberikan pelayanan dan mengurangi tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi adalah:

6.2.1 Untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat sehingga meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat dalam memberikan dukungan spiritualitas baik itu dukungan spiritualitas umum maupun dukungan spiritualitas spesialis kepada pasien yang sedang menjalani kemoterapi sehingga menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi.

(29)

6.2.2 Petugas/Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas pelayanan kesehatan yang berperan penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat memberikan dukungan spiritualitas secara maksimal sehingga pasien yang sedang menjalani kemoterapi tidak mengalami kecemasan.

6.2.3 Pendidikan

Diharapkan pihak pendidikan lebih memperkaya kurikulum pembelajaran mengenai dukungan spiritualitas yang harus ditanamkan dalam diri perawat sehingga perawat tidak terfokus hanya memberikan pelayanan pada kebutuhan biologis pasien, tetapi perawat tersebut harus menyadari bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien itu meliputi kebutuhan bio, psiko, sosial, dan spiritual.

6.2.4 Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis. Dan diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi tambahan, serta memberikan masukan dari keterbatasan penelitian yang telah dilakukan yang meliputi keterbatasan sampel penelitian dan pengawasan dalam pengisian kuesioner serta waktu dalam melakukan penelitian sehingga untuk kedepannya akan menjadi lebih baik lagi.

Gambar

Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat  kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi
Tabel 5.1  Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi             Responden Pasien Kemoterapi di RSUD Dr
Tabel 5.2  Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pasien yang  menjalani kemoterapi di RSUD Dr

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode survei untuk memudahkan peneliti dalam mengetahui seberapa tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya terhadap logo baru

Hasil penelitian menjelaskan bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak di desa dengan baik atau kinerjanya mencapai target..

commit to user.. 18 meningkatkan kesadaran publik yakni perusahaan harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat terkait penggunaan air di DAS yang membutuhkan

Gaya belajar adalah penilaian keluarga tentang cara anak untuk menyerap dan mengolah informasi yang tertangkap oleh indra anak usia sekolah dengan menggunakan segala pengalaman

Investasi pemilik akan meningkatkan jumlah modal dari suatu entitas bisnis, yang merupakan hasil perpindahan dari entitas lain sehingga memberikan nilai atau

Peneliti menggunakan alat ukur dukungan sosial dan work-family balance yang sudah ada, hasil validitas dari pengukuran penelitian sebelumnya adalah dukungan sosial

Penelitian ini fokus pada perilaku komunikasi masyarakat sunda pada nilai budaya someah Penelitian ini fokus pada perilaku komunikasi masyarakat .dengan menggunakan

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pengaruh