• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN SEMESTER I DI TK TRISULA SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN SEMESTER I DI TK TRISULA SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN SEMESTER I DI TK

TRISULA SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Dita Destari Iin Riski Indryani

1

, Ni Ketut Suarni

2,

,Putu Aditya antara

3 1,3

Jurusan Pendidikan Guru PAUD

2

Jurusan Bimbingan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Nditha_odow@yahoo.com

1

, niketut.suarni@undiksha.ac.id

2

,

putuaditya.antara@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial anak melalui kegiatan bermain peran pada anak usia 4-5 tahun di TK Trisula Singaraja. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun di kelompok A TK Trisula Singaraja dengan jumlah anak didik sebanyak 15 orang anak. Pengumpulan data menggunakan metode observasi.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sosial anak dari penerapan metode bermain peran mencapai 22,3%. Data ini didapat dari perbandingan antara data siklus I dan data siklus II, dimana nilai rata-rata skor persentase pada siklus I sebesar 61,35% dan terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 83,65% Jadi dari kedua tindakan tersebut keterampilan sosial anak dapat meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dari kondisi awal sampai siklus II kemampuan sosial anak mengalami peningkatan setelah penerapan metode bermain peran. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak usia 4-5 tahun semester I di Tk Trisula Singaraja.

Kata-kata kunci: anak usia dini, bermain peran, kemampuan sosial

Abstract

This study aims to improve the social skills of children through role play activities in

children aged 4-5 years in kindergarten of Trisula Singaraja. This type of research is a classroom action research, which was conducted in two cycles. The subjects of this study is children aged 4-5 years in group A kindergarten of Trisula Singaraja by the number of students as many as 15 children. Collecting data using the method of observation. Data analysis techniques used in this research is descriptive statistics and quantitative descriptive analysis method. The result showed that an increase in social skills of children from the application of methods play a role reached 22.3%. This data was obtained from a comparison between the data first cycle and the second cycle of data, where the value of the average percentage score in the first cycle of 61.35% and an increase in the second cycle is 83.65% So from both actions can increase a child's social skills , This can be evidenced by the results of the first condition to the second cycle of children's social skills has increased after the application of methods play a role. It can be concluded that the application of the method of playing the role can improve social skills of children aged 4-5 years emotional first semester at kindergarten of Trisula Singaraja

(2)

PENDAHULUAN

Masa kanak-kanak merupakan masa di mana anak-anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, mereka tumbuh, berkembang, berkreasi dan akan berdampak luar biasa serta menjadi pengalaman yang sangat berharga ketika anak mulai menjalani kehidupannya. Selain itu pada usia ini merupakan masa peka bagi anak,di mana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini dengan prinsip bermain seraya belajar. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan tidak dapat diabaikan karena merupakan dasar bagi keberhasilan pendidikan selanjutnya.

Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Tujuan pendidikan di Taman kanak-kanak adalah mengembangkan potensi dan semua aspek perkembangan anak usia dini melalui kegiatan dan pengalaman belajar yang menyenangkan (Depdiknas, 2006:1).

Taman Kanak-kanak diharapkan menjadi tempat untuk membangun dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, terutama perkembangan sosialnya. Penyelenggaraan pendidikan di Taman Kanak-kanak harus mampu menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik memperoleh kesempatan dan berbagai macam pengalaman untuk mengembangkan kemampuan sosial anak secara optimal.

Kemampuan sosial dapat diperoleh anak melalui proses sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Proses sosialisasi merupakan proses ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Rini Hildayani dkk, 2011: 10.3). Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Apabila seorang anak dapat melaksanakan proses sosialisasi dengan baik, maka

diharapkan anak memiliki kemampuan sosial yang lebih baik.

Dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, anak harus mampu berkomunikasi dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami orang lain, tidak egois sehingga dapat diterima lingkungan sosialnya. Salah satu cara yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan sosial anak adalah melalui contoh/ teladan serta penguatan yang diberikan oleh orangtua maupun pendidik yang ada di sekolah. Kemampuan sosial dapat dikembangkan melalui pembiasaan, lingkungan yang paling berperan adalah lingkungan keluarga karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sebagai seorang guru di Taman Kanak-kanak harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar peserta didik dapat menikmati kegiatan pembelajaran secara

menyenangkan. Untuk dapat

meningkatkan keterampilan sosial anak, diperlukan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga anak lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan sosial anak adalah metode bermain peran.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di TK Trisula Singaraja senantiasa berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak,khususnya mengenai upaya meningkatkan kemampuan sosial anak. Sehingga diharapkan kemampuan sosial anak akan mengalami peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik. Untuk itu, peneliti akan melakukan penelitian tindakan dengan judul “Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun Semester I di Tk Trisula Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017.

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun. Karakteristik anak pada usia tersebut berbeda dengan karakteristik orang

(3)

dewasa. Pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, sehingga pelaksanaan pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik secara kelompok usia maupun secara individual (Suyanto, 2005:3-6 dan 30). Pada dasarnya anak memiliki ciri khas tertentu yang membedakan anak dengan orang dewasa. Pemberian stimulasi pada anak hendaknya disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini (Hartati, 2005:8-11).

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, keterampilan berbahasa dan berbicara serta bertingkah laku sosial (Ahmad Susanto,2011: 154). Pada masa ini perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial. Kemampuan sosial anak memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan

seorang anak karena akan

mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.

Pada saat berinteraksi dengan orang lain inilah akan terjadi berbagai macam peristiwa yang sangat bermakna bagi kehidupan anak yang nantinya akan membentuk kepribadiannya. Untuk merangsang kemampuan sosial anak dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari di lingkungan sosial dimana dia berada. Orang tua dapat memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan sosial, misalnya bersilaturahmi dengan tetangga, kerja bakti di lingkungan tempat tinggal, saling bertegur sapa bila bertemu dengan orang lain dan sebagainya. Dengan mengajak anak berperan serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan anak dapat memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya.

Perkembangan sosial anak prasekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak mulai melepaskan diri dari keluarga dan semakin mendekatkan diri kepada orang lain. Disamping teman sebaya, anak juga mulai

bergaul dengan guru yang mempunyai pengaruh sangat besar pada proses perkembangan sosial anak. Dalam periode prasekolah, hubungan yang dilakukan anak dengan anak lain mulai meningkat, mereka mulai belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kegiatan bermain. Bentuk perilaku sosial yang berkembang pada masa prasekolah merupakan hasil dari pengalaman sosial yang diperoleh dalam lingkungan keluarga pada masa sebelumnya. Landasan yang diberikan pada masa prasekolah akan menentukan cara anak menyesuaikan diri dengan situasi sosial yang ada.

Kemampuan sosial pada anak usia dini dapat dikembangkan melalui berbagai cara, antara lain: melalui kegiatan bermain, bercakap-cakap, mengerjakan proyek, bercerita, eksperimen serta bermain peran. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepekaan simpati dan empati, kemampuan bekerjasama, menghargai orang lain serta mampu berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh melalui proses sosialisasi, apabila anak berhasil dalam proses sosialisasi maka anak akan berhasil memiliki ketrampilan sosial yang baik bagi kehidupannya.

Menurut Ahmad Susanto (2011: 138) kemampuan sosial merupakan kecakapan dalam penyesuaian sosial yang memungkinkan anak dapat bergaul dengan teman-temannya. Agar dapat diterima di kelompok sosial, anak harus berperilaku sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan serta dapat menyesuaikan diri dengan aturan dalam kelompok sosial tersebut. Menurut Hurlock (1978: 287) penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mempelajari kemampuan sosial seperti menjalin hubungan dengan orang lain.

Kegiatan pembelajaran di Taman kanak-kanak harus disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak sehingga pembelajaran akan lebih

(4)

bermakna. Anak belajar dengan baik apabila dalam kondisi menyenangkan, tidak tertekan, berinteraksi dengan orang lain melalui lingkungan yang menantang, belajar dengan terlibat aktif melakukan dengan semua indera yang dimiliki serta sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Oleh karena itu pembelajaran yang sesuai dengan anak usia Taman kanak-kanak adalah melalui kegiatan bermain. Bermain merupakan sarana belajar anak karena melalui bermain inilah sesungguhnya anak belajar.

Bermain dapat membantu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Bermain bukan hanya memperoleh kesenangan saja melainkan juga sebagai sarana belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan perilaku dan bersosialisasi. Bermain sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, seperti yang dikemukakan oleh Moeslichatoen R (2004: 32-33) bahwa melalui bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dan bekerjasama dalam kelompok serta memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Salah satu kegiatan bermain yang dapat mengembangkan imajinasi anak adalah kegiatan bermain peran. Bermain dapat membantu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Bermain bukan hanya memperoleh kesenangan saja melainkan juga sebagai sarana belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan perilaku dan bersosialisasi.

Menurut Depdiknas (2006: 13) Metode bermain peran adalah cara memberikan pengalaman kepada anak melalui bermain peran, yaitu anak diminta memainkan peran tertentu, misalnya: bermain jual beli sayur di pasar, bermain menolong anak yang jatuh, bermain menyayangi keluarga dan sebagainya. Sedangkan menurut Gilstrap dan Martin (dalam Winda Gunarti, Lilis Suryani dan Azizah Muis, 2008: 10.9) bermain peran adalah memerankan karakter/ tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang

diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian masa kini atau situasi imajinatif. Dalam kegiatan bermain peran, anak-anak mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami dan menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengan karakter tokoh yang telah ditentukan.

Bermain sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, seperti yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004) bahwa melalui bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dan bekerjasama dalam kelompok serta

memperoleh pengalaman yang

menyenangkan. Salah satu kegiatan bermain yang dapat mengembangkan imajinasi anak adalah kegiatan bermain peran.

Dalam menyajikan kegiatan pembelajaran, bermain peran makro dan bermain peran mikro dapat divariasikan. Kedua jenis bermain peran ini sangat menarik bagi anak karena kegiatan bermain peran yang dilakukan bersama teman akan menjadi pengalaman berharga bagi perkembangan sosial anak. Melalui kegiatan bermain peran diharapkan sifat egosentris anak akan semaki berkurang dan secara bertahap akan berkembang menjadi anak yang dapat bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Kegiatan bermain peran dapat memberikan kesempatan pada anak untuk memainkan peran-peran yang beragam. Pengalaman yang diperoleh anak ketika berinteraksi dengan orang lain dapat menjadi bekal bagi anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu kegiatan bermain peran diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial anak.

Kegiatan pertama yaitu anak diminta untuk bermain peran makro dimana anak secara langsung memainkan peran-peran yang telah ditentukan oleh guru. Pada saat bermain peran makro anak diberi kebebasan untuk berdialog sesuai dengan imajinasinya. Hal ini diharapkan dapat mendorong anak untuk

(5)

dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-temannya. Dalam kegiatan ini anak akan belajar mentaati aturan permainan yang telah disepkati, sabar menunggu giliran, mau berbagi dengan teman dan bekerjasama dengan teman.

Pada kegiatan kedua, anak bermain peran mikro yaitu anak berperan sebagai dalang untuk memainkan alat permainan yang telah disiapkan seolah-olah sebagai dirinya. Pada kegiatan ini anak diberi kebebasan

untuk mengembangkan

kreativitasnya.Bermain peran mikro dapat melatih kecakapan anak untuk menyampaikan ide-idenya, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran adalah kegiatan memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar

anak dengan tujuan untuk

mengembangkan imajinasi anak. Bermain peran memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan pengertian mereka tentang dunia sekitarnya melalui peran-peran yang dimainkan, mulai dari lingkungan terdekatnya sampai lingkungan sekitarnya. Kegiatan bermain peran merupakan praktek anak dalam kehidupan nyata yang membolehkan anak untuk membayangkan dirinya di masa depan.

Pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan bermain peran dapat

mendukung dan meningkatkan

kemampuan bersosialisasi anak.Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial anak. Melalui bermain peran, kemampuan anak dalam berbagi, kepedulian terhadap orang lain, sabar menunggu giliran dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan semakin terasah dan berkembang optimal yang pada akhirnya anak akan semakin pandai menemukan banyak cara dalam menyelesaikan masalah yang ada ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

METODE

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, Agung (2010:24) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”.Pada penelitian ini, tahap tindakan dan observasi dilakukan dalam waktu bersamaan karena kegiatan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi. Apabila siklus I belum berhasil, maka dapat dilakukan siklus II dan seterusnya sampai diperoleh hasil yang memuaskan.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak kelompok A di TK Trisula Singaraja yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Anak-anak tersebut berada pada rentang usia 4-5 tahun. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Variabel bebasnya adalah metode bermain, dan variable terikatnya adalah kemampuan sosial. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikanatau menggambarkan kenyataan atau fakta yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial anak melalui kegiatan bermain peran.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:27).

Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera

(6)

penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan sosial pada anak.

Instrumen dalam penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti pada saat melaksanakan penelitian karena instrumen dapat digunakan sebagai alat untuk memantau berbagai perkembangan anak yang harus tercatat secara autentik (Harun Rasyid, Mansyur dan Suratno, 2009: 189). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi digunakan agar peneliti lebih terarah dalam melakukan observasi sehingga data yang diperoleh mudah diolah. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan sosial anak melalui kegiatan bermain peran.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan kenyataan atau fakta yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial anak melalui kegiatan bermain peran.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian dilaksanakan di TK Trisula Singaraja pada anak usia 4-5 tahun (kelompok A) semester I tahun pelajaran 2016/2017. Kegiatan penelitian ini menerapkan metode bermain peran dengan jumlah siswa15orang, yang terdiri dari 5 orang perempuan, dan 10 orang laki-laki. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung selama penelitian telah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang disusun sebelumnya.

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 11 juli hingga 1 September 2016 dalam dua siklus, siklus I terdiri dari 6 pertemuan, sedangkan siklusII terdiri dari 6 pertemuan. Dimana setiap siklus menghasilkan data berupa peningkatan kemampuan sosial emosional anak dengan penerapan metode bermain peran.Data yang dihasilkan dari setiap siklus

selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Data yang dikumpulkan adalah mengenai kemampuan sosial anak kelompok A dengan penerapan metode bermain peran.Penelitian siklus 1 dilaksanakan dari tanggal 22 agustus- 27 agustus 2016 yakni sebanyak 6 kali pertemuan dengan anak kelompok A semester I di Tk Trisula Singaraja yang berjumlah 15 anak.

Data kemampuan sosial anak pada metode bermain peran disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Mean

(M), median (Md), Modus (Mo), grafik

Polygon dan membandingkan rata-rata atau

mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bermain peran dengan menggunakan 5 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan diberi bintang yakni 4 (berkembang sangat baik), bintanng 3 (berkembang sesuai harapan), bintang 2 ( mulai berkembang ), bintang 1 (belum berkembang). Skor total yang diperoleh masin-masing anak di bagi dengan bobot maksimal dikali 100.

.

Gambar 1. Gambar grafik tentang

kemampuan sosial

emosional anak pada siklus I

Nilai rata-rata persen dari siklus I adalah 61,35%. Nilai rata-rata persen jika dikonversikan kedalam PAP skala lima rata-rata persen berada pada tingkat penguasaan 55-64% yang berarti bahwa

0 2 4 6 10 11 12 13 14 Fr ekuensi Skor

f

X

Mo = 11 Md = 12 Mean = 12,27

(7)

kemampuan sosial anak dengan penerapan metode bermain peran kelompok A pada siklus I berada pada kriteria rendah.

Gambar 2. Gambar grafik tentang kemampuan sosial anak pada siklus II

Nilai rata-rata persen dari siklus II adalah 83,65%. Nilai rata-rata persen jika dikonversikan kedalam PAP skala lima rata-rata persen berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa kemampuan sosial anak dengan penerapan metode bermain peran pada anak usia 4-5 tahun pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, memberikan gambaran bahwa penerapan metode bermain peran pada kanak usia 4-5 tahun di Tk Trisula Singaraja mengalami peningkatan. Hasil analisis tindakan kelas mengenai kemampuan sosial anak dari siklus I hingga siklus II akan dipaparkan sebagai berikut. Hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif menunjukkan perolehan rata-rata skor persentase kemampuan sosial anak. Analisis skor observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan sosial anak sebelum diterapkan metode bermain peran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan sosial anak dari sebelum hingga sesudah penerapan tindakan kelas dilakukan. Sementara itu setelah dilakukan analisis terhadap hasil penelitin tindakan kelas pada siklus I diperoleh nilai rata-rata Mean (M) sebanyak

yaitu 12,27, Median (Md) sebanyak yaitu 12, dan Modus (Mo) sebanyak yaitu 11.

Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat Mo<Md<M (11<12<12,27). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan sosial anak pada siklus I merupakan kurve juling positif. Ini berarti skor perkembangan sosial anak semester I tahun pelajaran 2016/2017 cendrung rendah. Sementara itu setelah dihitung rata-rata skor persentase kemampuan sosial anak diperoleh sebesar 61,35%. Nilai 61,35% apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima maka nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 55-64% yang berarti bahwa nilai 61,35% termasuk kedalam kriteria rendah. Sehingga perlu dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II.

Hasil analisis penelitian tindakan kelas siklus II memperoleh nilai Modus (Mo)sebanyak yaitu 18, Median (Md)

sebanyak yaitu 17, dan nilai Mean (M) sebanyak yaitu 16,73. Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat Mo>Md>M

(18>17>16,73). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan sosial anak pada siklus II merupakan kurve juling negatif. Sementara itu nilai rata-rata skor persentase kemampuan sosial anak sebesar 83,65%. Nilai 83,65% apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima maka nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti nilai 83,65% sudah mencapai harapan ketuntasan yaitu berada pada kriteria tinggi. Ini berarti terjadi peningkatan persentase rata-rata skor kemampuan sosial anak sebanyak 22,3% dari siklus I ke siklus II. Dari hasil yang signifikan tersebut terdapat satu anak yang memiliki gangguan atau anak berkebutuhan khusus, tetapi anak tersebut mampu mengikuti kegiatan walaupun mengerjakannya tidak sampai selesai. Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan di atas memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan dengan penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan sosial anak pada usia 4-5 tahun semester I tahun pelajaran 2016/2017 di TK Trisula Singaraja Singaraja.

Md= 17

Mo= 18 M= 16,73

(8)

Berdasarkan uraian di atas maka penerapan metode bermain peran mengalami peningkatan kemampuan sosial anak tersebut menjadi bukti bahwa metode pembelajaran bermain peran sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya perubahan sikap anak setelah bermain peran. Perubahan yang terjadi secara bertahap mulai dari anak belum mengenal bermain peran, terlihat berkelompok tetapi berkegiatan sendiri-sendiri kemudian anak mulai tertarik dengan bermain peran, bermain dengan teman, bermain dengan komunikasi aktif hingga muncul ekspresi yang bervariasi dan kreatifitas dalam bermain peran serta keberanian anak semakin meningkat. Hal tersebut terlihat bahwa anak-anak mulai menyukai bermain dengan teman daripada bermain sendiri meskipun harus melalui proses penyesuaian dengan teman. Dari situ anak belajar untuk mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai teman, mengenal sifat-sifat dan kebiasaan teman sehingga dia dapat menyesuaikan diri dengan teman.

Anak belajar berbagai hal dari lingkungan teman dan akan mengikuti dengan cepat segala hal yang dilakukan temannya, anak-anak juga terlihat senang dan nyaman berada disekitar teman-temannya, bermain bebas tanpa tekanan dan paksaan karena anak-anak lebih mudah dan cepat belajar dari teman-temannya, sebagaimana pendapat Hurlock (1998: 252) bahwa anak berusaha disukai dan diterima oleh orang lain. Semakin meningkat usia anak semakin meningkat pula interaksinya dengan teman dan semakin berkurang interaksi bermusuhan dengan anggota kelompok teman sebaya. Anak mulai menyadari kebutuhan untuk bersosialisasi dengan teman dan berusaha untuk diterima dalam kelompok sosialnya. Kegiatan bermain peran dapat membantu anak dalam proses sosialisasi. Ditinjau dari dimensi sosial, metode ini memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi-situasi sosial terutama hubungan antar pribadi mereka.

Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui metode bermain peran untuk meningkatan kemampuan sosial anak usia 4-5 tahun di Tk Trisula Singaraja.

Adapun temuan-temuan peningkatan yang dilihat selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:

1) Anak sudah dapat melaksanakan tugas kelompok dengan baik, ini terlihat dari bagaimana mereka dapat memerankan peranannya masing-masing, dan bisa bekerjasama dengan lawan mainnya.

2) Anak mulai antusias dalam bermain peran ini terlihat dari interaksi anak, antara pemain yang satu dengan yang lainnya.

3) Anak sudah mau menaati aturan permainan, sehinggga proses pembelajaran sudah mulai berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang ada pada skenario.

4) Anak sudah mulai memiliki kepercaya diri dalam memerankan tokoh yang diperankannya, ini terlihat saat anak memainkan peranannya anak sudah tidak malu-malu lagi, sehingga anak bisa bertanggung jawab akan tugasnya dalam kelompok.

Untuk meningkatkan kemampuan sosial anak melalui kegiatan bermain peran dapat dilakukan melalui bermain peran makro maupun bermain peran mikro. Pada awalnya anak masih merasa bingung dalam melaksanakan kegiatan bermain peran, namun setelah diberi penjelasan anak dapat bermain peran dengan baik. Menurut pengamatan peneliti anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya melalui cara berkomunikasi ketika menjadi peran tertentu, memiliki kreatifitas yang tinggi sehingga benda apapun yang tadinya tidak akan dipakai untuk kegiatan bermain peran justru dapat dimanfaatkan oleh anak untuk bermain peran. Setelah dilakukan tindakan, anak-anak semakin percaya diri ketika harus berinteraksi dengan temannya. Ketika ada teman yang tidak

(9)

tertib, mereka saling mengingatkan melalui cara yang santun dan dapat dikatakann mampu meningkatkan kemampuan sosial khususnya interaksi sosial anak dengan teman sebayanya

.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial anak. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak usia 4-5 tahun semester I di Tk Trisula Singaraja. Hal ini terlihat dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sosial anak dari penerapan metode bermain peran mencapai 22,3%. Data ini didapat dari perbandingan antara data siklus I dan data siklus II, dimana nilai rata-rata skor persentase pada siklus I sebesar 61,35% apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima maka nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 55-64% yang berarti bahwa nilai 61,35% termasuk dalam kriteria rendah.

Terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 83,65% apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima maka nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti nilai 83,65% sudah mencapai harapan ketuntasan yaitu berada pada kriteria tinggi. Jadi dari kedua tindakan tersebut keterampilan sosial anak dapat meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dari kondisi awal sampai siklus II kemampuan sosial anak mengalami peningkatan setelah penerapan metode bermain peran.

Bagi Guru, Kegiatan bermain peran yang telah dilaksanakan terbukti mampu meningkatkan kemampuan sosial anak,. oleh karena itu guru hendaknya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode lain yang lebih menarik untuk

meningkatkan seluruh aspek

perkembangan anak.Bagi Sekolah,

hendaknya dapat memberikan fasilitas bermain yang beragam agar anak dapat berinteraksi sosial dengan teman-tamannya sehingga dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna bagi kehidupannya.

Bagi Peneliti Selanjutnya, kemampuan sosial merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan anak, oleh sebab itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat penelitian mengenai keterampilan sosial anak melalui metode lain yang lebih menarik.

DAFTAR RUJUKAN

Agung. A. A. Gede. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK”). Makalah disajikan Pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Singaraja 27 September 2010.

Aisyah, Siti. dkk. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arriyani, Neni dan Wismiarti. (2010). Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD, Sentra Main Peran. Jakarta: Pustaka Al-Falah.

Depdiknas. (2006). Pedoman

Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. ______. (2009). Permendiknas Nomor 58

tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini. Hartati. (2005). Perkembangan Belajar

Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Hurlock (1978). Perkembangan Anak. Terjemahan: Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

(10)

Hildayani Rini, dkk. (2011). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Maimunah Hasan. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press. Mansyur, Harun Rasyid dan Suratno.

(2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo

Moeslichatoen, R. (2004). Metode pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, Ali & Yeni Rachmawati. (2011). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudijono. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suharsimi Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Suharsimi Arikunto. (2008). Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryati Sidharta dan Rita Eka Izzaty. (2009). Program Pembelajaran Untuk Menstimulasi Kemampuan Sosial Anak Bagi Pendidik Taman Kanakkanak. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Suyanto. (2005). Konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti. Susanto Ahmad. (2011). Perkembangan

Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Media Group.

Wardhani & Kuswaya Wihardit. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.

Sujiono. (2009). Konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Gambar

Gambar  1.  Gambar  grafik  tentang
Gambar  2.  Gambar  grafik  tentang  kemampuan  sosial  anak  pada siklus II

Referensi

Dokumen terkait

,engingatkan kembali ke&#34;ada ibu tentang &#34;ers/nal $ygiene &#34;ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Jika dilihat lagi, metafora hässlich wie die Nacht memang mengandung kriteria dari kedua jenis metafora tersebut, yaitu terdapat kata wie yang merupakan ciri

Adanya fenomena ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan darah sisa transfusi yang digunakan untuk bahan baku pembuatan media BAP pada isolasi

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.. Field guide for fishery purposes: The marine fishery resources

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Partisipasi siswa dalam pembelajaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas) dan ukuran

Untuk menguji permasalahan kedua yaitu untuk mengetahui ramalan penjualan pertahun dari penjualan kopi rakyat di Desa Sidomulyo dan Desa Garahan digunakan analisa trend