• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF DI TEMPAT KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF DI TEMPAT KERJA"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

DI TEMPAT KERJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Desta Risdiyanto

Nim : 029114056

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

AMSAL 23: 18

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang

ANDA BERPIKIR SUKSES MAKA ANDA SUKSES

ANDA BERPIKIR MALU MAKA ANDA MALU

ANDA BERPIKIR GAGAL MAKA ANDA GAGAL

ANDA BERPIKIR BISA MAKA ANDA BISA

“Ada dua cara menghadapi kehidupan.

Yang satu adalah seolah-olah

mukjizat itu tak pernah ada.

Yang lain adalah seolah-olah

segala sesuatunya merupakan mukjizat.”

(5)

Penulis mempersembahkan karya sederhana dan penuh perjuangan ini untuk :

Yang selalu menjagai hidupku, memberi berkat dan anugerah,

my savior “Jesus Christ”

‘Thanks God’

Bapak Sukartojo dan Ibu Sularsih

Bapak Sugiyanto dan Ibu Suwartini

“never ending love”

“I love you, Dad - I love you, Mom“

Iwilda Prasadyantho dan Renaldo Andreyanto

“adik-adikku”

“I love you all“

Yunita Kurniasari

“wanita terhebatku” - thanks

(6)
(7)

ABSTRAK

Hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja.

Desta Risdiyanto (029114056)

Program Studi Psikologi, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Emosi cukup berperan dalam kehidupan manusia. Kecerdasan emosi perlu dimiliki oleh seseorang dalam mengambil keputusan di tempat kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja.

Subjek dalam penelitian ini adalah 39 karyawan di PT. Raja Gajah Oya Yogyakarta yang berusia di atas 21 tahun. Penelitian ini menggunakan metode penyebaran skala sikap yang diisi oleh setiap subjek. Alat pengumpulan data berupa Skala Kecerdasan Emosi dan Skala Pengambilan Keputusan yang Efektif. Uji reliabilitas terhadap kedua skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,931 untuk Skala Kecerdasan Emosi dan 0,924 untuk Skala Pengambilan Keputusan yang Efektif. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedua skala tersebut reliabel.

Hasil penelitian dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari

(8)

ABSTRACT

Correlation between emotional intelligence and effective decision making in the work place.

Desta Risdiyanto (029114056)

Psychology Program, Psychology Department, Psychology Faculty Sanata Dharma University Yogyakarta

The purpose of this research is to find out the correlation between emotional intelligence and effective decision making in the work place. The emotion is role in human live. The official employees should have the emotional intelligence to take effective decision making at work. Based on this premises, the researcher has conducted a research to find out if there is a positive correlation between emotional intelligence and effective decision making in the work place.

Subjects of the research were 39 official employees in the age above 21 years old. The instrument that has been used to measure the correlation was Emotional Intelligence and Effective Decision Making scale. The reliability coefficient for Emotional Intelligence Scale was 0,931. Reliability coefficient for Effective Decision Making Scale was 0,924. Based on the values, both of scales were reliable.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya pengetahuan penulis.

Pembuatan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang dengan rela memberiklan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas berkat karunia yang Kau berikan kepadaku.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi yang memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. MM. Nimas Eki Suprawati, S.Psi., Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan, menyediakan banyak waktu dan memberikan masukan yang berharga kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

4. Semua dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan. Staf Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gik), yang telah membantu kelancaran penulis selama menjalankan studi di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

(10)

penulis untuk bimbingan di tengah kesibukan kerja. Tidak lupa pula Pak Toni dan Ibu Pratiwi yang juga ikut memberikan dorongan dan semangat. Terima kasihku untuk P2TKP yang telah membawaku keliling Indonesia (keliling Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali), kapan Sulawesi dan Papua menyusul ??? he..he… Thanks God.

6. Teman-teman Asisten P2TKP (kobo, adi, obeth, elvin, ina, tita, otik, abe) terima kasih buat dukungannya. Tidak lupa juga mantan Asisten P2TKP (cawet, eko, lisna, katrin, tyo, etik, desi, nita) yang menjadi semangat untuk segera lulus.

7. Bapak Pratitis Mubita Aji (General Affairs Supervisor PT. GIA Yogyakarta) dan Bapak Emi Susanto (Kabag. Departemen Sampel & Designer PT. Raja Gajah Oya) yang banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di perusahaan ini.

8. Karyawan PT. Garuda Indonesia Yogyakarta dan PT. Raja Gajah Oya yang menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasinya dalam mengisi skala penelitian ini.

9. Keempat orang tuaku (Pak. Toyo & Bu. Sih, Pak. Anto & Bu. Tini) yang selalu berdoa, memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan, kebaikan, dan perlindungan yang tak berujung. Terima kasih atas semua yang diberikan. Maaf Pak..Bu... kalau skripsinya baru selesai sekarang.

(11)

11. Wanita terhebatku, Aik. Makasih atas semua cinta, dukungan, semangat, perhatian, dan pengertian yang telah diberikan. Sampai saat ini engkau belum tergantikan.

12. Keluarga besarku (Om Ijo, Bulik Beti, Ilin, Pakde Jar, Budhe Yatmi, Mas Dias, Mas Dedek, Dedi, Om hirto, Bulik Surani, Feni, Lia, Mbak Ida, Mbak Kris) yang selalu memperhatikan dan memberikan dorongan. Terima kasih. 13. Keluarga besar Brotoyudono (Bapak & Ibu, Mas Wahyu & Mbak Tina) yang

sering menanyakan, ‘ketuk bab piro, Ta ?’. he..he.. Terima kasih untuk tegurannya.

14. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menguatkanku: Ebenhaezer Bible Club (ony, sulis, mbak retno, santo, dll), KOMPA (si mey, mas pipin, idus, dll), Shine (tava, ido, wewe, julius, patar), Psikologi 02 (adi, roni, tias, ellen, si bee, sani, wedha, thea, dll). Maaf, tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

15. Yang tidak kalah pentingnya adalah ‘my guitar’ yang selalu kupetik untuk menghiburku disaat akau sedih, sendiri, dan saat aku tidak bisa berpikir. Terima kasih untuk nada-nada indah dari pita suaraku. Ini adalah karunia terindah. Tidak lupa juga untuk ‘emosi’ yang aku pahami selama ini. Aku sudah menemukan rahasia terbesarmu. Ini adalah berkat tak terduga.

Dengan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN MOTTO………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vi

ABSTRAK ..……… vii

ABSTRACT ……… viii

KATA PENGANTAR ……… ix

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ………... 1

B. RUMUSAN MASALAH ……….. 6

C. TUJUAN PENELITIAN ……… 6

D. MANFAAT PENELITIAN ………... 6

1. Manfaat Praktis ……….. 6

2. Manfaat Teoritis ………. 7

BAB II LANDASAN TEORI………. 8

(13)

1. Keputusan ……….. 8

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif ……… 9

3. Dasar Pengambilan Keputusan ………. 10

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Di Tempat Kerja ……….……… 13

5. Aspek Pengambilan Keputusan Yang Efektif………. 15

B. KECERDASAN EMOSI ………. 16

1. Pengertian Kecerdasan ………... 16

2. Jenis-Jenis Kecerdasan ……….. 17

3. Pengertian Emosi ……… 20

4. Macam-Macam/ Penggolongan Emosi ……….. 21

5. Pengertian Kecerdasan Emosi ……… 22

6. Pengaruh Kecerdasan Emosi………. ….. 24

7. Indikator Kecerdasan Emosi ……….. 25

C. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF DI TEMPAT KERJA ………... 28

D. HIPOTESIS ……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 33

A. JENIS PENELITIAN ………. 33

B. VARIABEL PENELITIAN ………. 33

1. Variabel Bebas ……… 33

(14)

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN…… 34

1. Kecerdasan Emosi ……….. 34

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif ……… 35

D. SUBJEK PENELITIAN ……….. 37

E. METODE PENGUMPULAN DATA ………. 38

1. Kecerdasan Emosi ……….. 40

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif ……… 41

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENELITIAN… 42 1. Validitas ………. 42

2. Reliabilitas ……….. 43

G. ANALISIS DATA ……….. 44

BAB IV PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN…….. ……… 45

A. PERSIAPAN PENELITIAN ……… 45

1. Uji Coba Alat Ukur ………. 45

2. Uji Kesahihan Item dan Reliabilitas Skala Try Out……… 46

B. PELAKSANAAN PENELITIAN ………. 50

C. HASIL PENELITIAN ……….. 51

1. Deskripsi Subjek Penelitian……….. 51

2. Deskripsi Data Penelitian ……… 51

3. Hasil Analisis Data Penelitian ……… 53

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 59

A. KESIMPULAN ……… 59

B. SARAN ………. 59

1. Bagi Perusahaan ………. 59

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ………... 59

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Blue Print Kecerdasan Emosi………. 40 2. Blue Print Pengambilan Keputusan Yang Efektif……… 41 3. Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Kecerdasan Emosi Setelah

Uji Coba……….. 47

4. Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Pengambilan Keputusan

Yang Efektif Setelah Uji Coba……… 49 5. Perbandingan Skor Empirik dan Skor Teoritik antara Variabel

Kecerdasan Emosi dengan Variabel Pengambilan Keputusan yang

Efektif……….. 52

6. Uji Normalitas (Kolmogorov - Smirnov Test)……… 54

7. Uji Linearitas………... 55

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Skala Try Out ……… 63

Lampiran B : Skala Penelitian ………. 72

Lampiran C : Skor Item Sebelum Digugurkan ……… 79

Lampiran D : Skor Item Setelah Digugurkan ……….. 115

Lampiran E : Reliabilitas Sebelum Item Digugurkan ………. 129

Lampiran F : Reliabilitas Setelah Item Digugurkan ……… 137

Lampiran G : Uji Normalitas ………... 145

Lampiran H : Uji Linearitas ……… 146

Lampiran I : Uji Korelasi ………... 149

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup dan mereka berusaha untuk memenuhinya. Begitu beragamnya kebutuhan tersebut, sehingga untuk memenuhinya seseorang dituntut untuk melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Seorang ahli filsafat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk kerja dan ciri khas utama manusia adalah kerjanya (Lahaye, 1983).

Pada dasarnya bekerja adalah hakikat hidup manusia serta merupakan bagian paling esensial dari kehidupan manusia yang akan memberinya status dalam masyarakat yang ada di lingkungannya. Anorogo & Suyati (1995), mengatakan bahwa bekerja adalah aktivitas manusia baik fisik maupun mental yang merupakan bawaan dan memiliki tujuan untuk mendapatkan kepuasan.

(19)

Menurut Atmosudirdjo (1979) keputusan merupakan pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional. Di samping itu, keputusan merupakan suatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut hari depan, masa mendatang, yang efeknya akan berlangsung cukup lama. Menurut Heller (2005), suatu keputusan umumnya mengandung risiko, walaupun tingkatnya tidak sama. Kerugian-kerugian yang dialami perusahaan dapat disebabkan akibat keputusan buruk sebelumnya. Contohnya, suatu perusahaan mengurangi jumlah staf karena adanya krisis keuangan. Keputusan ini belum tentu tepat apabila merusak pelayanan terhadap konsumen.

Aktivitas pengambilan keputusan dilakukan individu untuk memecahkan berbagai masalah, mulai dari masalah sederhana sampai masalah yang lebih kompleks, baik persoalan yang menyangkut kehidupan pribadi maupun persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak/ publik (Supriyatno & Guritnaningsih, 2005). Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sistematis untuk memecahkan suatu masalah dengan mengumpulkan fakta dan data, menentukan alternatif, serta mengambil tindakan menurut perhitungan yang paling tepat (Siagian, 1974).

(20)

Dari penjelasan sebelumnya pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu sistem, berupa tindakan yang sistematis untuk memecahkan masalah. Aspek pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Byrnes di atas merupakan suatu proses. Oleh karena itu, bila seseorang mengambil suatu keputusan berdasarkan proses di atas diprediksikan pengambilan keputusan tersebut akan efektif. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang dalam mengambil suatu keputusan tidak melewati proses tersebut, diprediksikan pengambilan keputusan yang dilakukan menjadi tidak efektif.

(21)

Seorang yang dapat mengelola dan mengendalikan emosinya dapat berpikir dengan jernih sehingga penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan. Misalnya pada contoh di atas, saat karyawan merasa tertekan ia mencoba mengelola emosinya dengan baik. Ia akan melihat tujuan akhir atas pekerjaannya yaitu menghasilkan furniture yang mempunyai kualitas baik. Kalaupun pesanan sudah menumpuk, ia bisa mendahulukan yang penting dulu atau memberi pengertian pada klien tentang keadaan tersebut. Karyawan dapat juga berbicara dengan pimpinan untuk memberikan waktu dan pengertian, melihat tujuan bahwa untuk mendapatkan kualitas yang baik maka harus dikerjakan dengan baik pula. Pertimbangan ini sangat berguna untuk mengambil keputusan dan setelah itu mengevaluasinya.

Hal di atas menunjukkan bahwa emosi memainkan peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Patton (1998) yang mengatakan bahwa emosi juga menjadi sangat berarti kalau kita sedang mengambil keputusan, memecahkan masalah dan menggunakan anugerah intelektual kita untuk mencapai suatu tujuan. Pada saat-saat seperti ini memiliki kecerdasan emosi menjadi modal yang utama. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk memanajemen suasana hati/ mood, mengenali diri, memotivasi diri, mengendalikian impulsi/ desakan diri, ketrampilan mengendalikan orang.

(22)

dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.

Kecerdasan emosi diperlukan saat seseorang menghadapi suatu masalah yang dapat membuatnya tertekan, sehingga orang tersebut dapat mengendalikan emosi yang dimilikinya dan dapat menghadapi masalah tersebut dengan baik. Pendapat di atas didukung oleh Patton (1998) yang mengemukakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi akan mampu menghadapi kemalangan dan mempertahankan semangat hidup, kecerdasan emosi akan membuat perbedaan bagaimana memberi tanggapan terhadap konflik dan ketidakpastian. Kecerdasan emosi diperlukan untuk mengatasi masalah kehidupan dan merupakan dasar penting untuk menjadikan seseorang menjadi manusia yang penuh tanggung jawab, penuh perhatian, penuh cinta kasih, produktif, dan optimis menghadapi dan menyelesaikan masalah.

(23)

emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Dengan demikian, dapat dilihat seberapa besar peran kecerdasan emosi dalam pengambilan keputusan yang efektif yang dilakukan seseorang khususnya di tempat kerja.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fakta-fakta penelitian terdahulu, maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

“Apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja“.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis

(24)

mengambil keputusan di tempat kerja yang berkaitan dengan kecerdasan emosi.

2. Manfaat Teoretis

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

1. Keputusan

Menurut Syamsi (1989) keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu di antara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Davis (dalam Syamsi, 1989) yang mengatakan bahwa keputusan adalah hasil pemecahan masalah. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah telah ditetapkan sebelumnya.

Keputusan itu sendiri menurut Atmosudirdjo (1979) merupakan pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional. Di samping itu keputusan merupakan suatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut hari depan, masa mendatang, yang efeknya akan berlangsung cukup lama.

(26)

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (Terry, dalam Syamsi 1989). “Decision making can be defined as the selection of one behavior alternative from two or more possible alternatives”. Pendapat di atas diperkuat oleh Kreitner & Kinicki (1995) bahwa pengambilan keputusan memerlukan identifikasi dan pemilihan alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah. Prosesnya dimulai dengan masalah dan berakhir saat solusi sudah dipilih.

Menurut Syamsi (1989) pengambilan keputusan adalah tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sistematis untuk memecahkan suatu masalah dengan mengumpulkan fakta dan data, menentukan alternatif, serta mengambil tindakan menurut perhitungan yang paling tepat (Siagian, 1974).

(27)

Menurut Atmosudirdjo (1979) pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, walaupun merupakan suatu keputusan pribadi sekali pun yang menyangkut suatu masalah pribadi pula. Sistem dimana proses pengambilan keputusan itu berlangsung terdiri atas berbagai unsur/ elemen atau bagian, dan masing-masing merupakan suatu faktor yang ikut menentukan segala apa yang terjadi atau akan terjadi.

Unsur/ elemen tersebut, menurut Byrnes (dalam Miller, V. A., & Drotar, D., 2006) dijelaskan sebagai komponen dari pengambilan keputusan yang efektif, yaitu: menentukan tujuan, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

Dari pengertian-pengertian tentang pengambilan keputusan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan yang efektif adalah pengambilan keputusan yang melalui suatu proses yang berlangsung dalam suatu sistem, berupa tindakan yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menentukan tujuan, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

3. Dasar Pengambilan Keputusan

(28)

semata-mata, dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio. Bahkan tidak mustahil bahwa dalam instansi pemerintah maupun perusahaan, keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya (Syamsi, 1989).

Dalam prakteknya, pengambilan keputusan itu sangat tergantung dari macam permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat tergantung pada individu yang membuat keputusan. Mungkin suatu keputusan dipecahkan dengan menggunakan intuisi. Ada kalanya keputusan lebih tepat jika didasarkan rasio. Mungkin juga keputusan diambil berdasarkan pengalaman waktu yang lalu mengingat permasalahannya sama sedangkan situasi dan kondisinya tidak jauh berbeda.

Dasar pengambilan keputusan menurut Terry (dalam Syamsi, 1989) adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi.

(29)

b. Pengambilan keputusan rasional.

Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya guna. Masalah-masalah yang dihadapinya juga merupakan masalah-masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan yang rasional itu lebih bersifat objektif.

c. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta.

Pengambilan keputusan ini didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Istilah fakta di sini perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan data itu merupakan bahan mentahnya informasi. Dengan demikian maka data harus diolah lebih dulu menjadi informasi, kemudian informasi inilah yang dijadikan dasar pengambilan keputusan.

d. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman.

(30)

panyelesaian yang dianggap paling baik di antara bermacam-macam alternatif pemecahan masalah.

e. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang.

Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority)

yang dimilikinya. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang berhasil guna dan berdaya guna. Keputusan yang berdasarkan atas wewenang mempunyai beberapa keuntungan antara lain: banyak diterima bawahan; memiliki otentisitas (otentik); sifatnya lebih permanen. Sebaliknya keputusan atas dasar wewenang pun ada kelemahannya, yaitu: akan menimbulkan sifat rutin, terkesan diktator, dan dapat mengaburkan pemecahan masalah.

Dari pengertian di atas penulis membagi dasar pengambilan keputusan menjadi 5 hal, yaitu: pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, pengambilan keputusan berdasarkan rasional, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, pengambilan keputusan berdasarkan wewenang.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Di

Tempat Kerja

(31)

a. Faktor internal (dari dalam individu). a) Faktor emosional.

Menurut Terry (dalam Syamsi, 1989), pengambilan keputusan tidak terlepas dari emosi. Dalam menghadapi suatu masalah, antara orang yang satu dengan yang lain memunculkan reaksi emosi yang berbeda-beda. Hal ini jelas bahwa emosi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

b) Faktor rasional.

Milet (dalam Syamsi, 1989) menyatakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam mengumpulkan data dan fakta, kemampuan menganalisis dan menginterpretasi, kemampuan menggunakan konsep yang cukup luas untuk memprakirakan perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik.

c) Jenis kelamin.

(32)

b. Faktor eksternal (dari luar individu). a) Tujuan organisasi.

Terry (dalam Syamsi, 1989) menyatakan bahwa setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.

b) Kepentingan organisasi.

Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi. Hal ini dikemukakan oleh Terry (dalam Syamsi, 1989).

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan di tempat kerja berasal dari dalam individu (faktor emosional, faktor rasional, dan jenis kelamin) dan dari luar individu yang berupa karakteristik perusahaan/ instansi (tujuan organisasi dan kepentingan organisasi).

5. Aspek Pengambilan Keputusan Yang Efektif

Menurut Byrnes (dalam Miller, V. A., & Drotar, D., 2006) aspek dari pengambilan keputusan yang efektif adalah:

a. Menentukan tujuan.

Merumuskan tujuan yang hendak dicapai dengan mengumpulkan banyak data.

b. Mengidentifikasi pilihan-pilihan.

(33)

c. Mengevaluasi pilihan-pilihan.

Mengevaluasi untung rugi setiap alternatif pilihan yang ada, jika tidak sesuai dapat merubah tujuan dan sasaran sesuai kebutuhan. d. Mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan.

Memilih pilihan dengan berbagai pertimbangan yang ada dan melaksanakan hasil keputusan yang telah dibuat.

e. Mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

Mau menerima semua hasil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan tersebut.

Kelima aspek ini akan menjadi indikator pengambilan keputusan yang efektif.

B. KECERDASAN EMOSI

1. Pengertian Kecerdasan

Menurut Gardner (dalam Armstrong, 2002) kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Azwar (2002) bahwa masyarakat umum mengenal istilah kecerdasan sebagai gambaran tentang kepintaran atau kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.

(34)

pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (Azwar, 2002).

Di tahun 1961 Lewis Madison Terman mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak, sedangkan H.H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan kecerdasan sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang (Azwar, 2002).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah gambaran tentang kepintaran atau kemampuan untuk memecahkan/ menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi serta untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.

2. Jenis-Jenis Kecerdasan

(35)

a. Kecerdasan visual/ spasial.

Orang yang memiliki tingkat kecerdasan visual/ spasial tinggi memiliki mata “super”. Mereka biasanya memiliki daya pengamatan yang tinggi dan kemampuan untuk berpikir dalam bentuk gambar. Mereka mampu menciptakan mahakarya atau memecahkan permasalahan rumit di bidang fisika, kadang-kadang tanpa perlu susah payah. Jenis pekerjaan yang cocok adalah sebagai arsitek, seniman, ahli animasi, kartunis, perancang interior, ahli fotografi, kurator museum, dll.

b. Kecerdasan verbal/ liguistik.

Kecerdasan di bidang bahasa bekerja bagaikan generator kata dan bahasa. Ini termasuk kepekaan dalam memahami struktur, arti, dan penggunaan bahasa, baik tertulis maupun lisan. Orang yang memiliki kecerdasan ini akan banyak terlibat dalam membaca, menulis, berbicara, dan mendengar. Jenis pekerjaan yang cocok adalah sebagai pengarang, guru, penyiar radio, penulis iklan, pemandu wisata, pengacara, pustakawan, penulis, pelawak, penerjemah, dll. c. Kecerdasan musik.

(36)

paduan suara, guru seni suara, ahli patologi suara, ahli terapi musik, kritikus musik, dll.

d. Kecerdasan kinestetis.

Kecerdasan olah tubuh merangsang kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara ahli, atau untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan. Ini termasuk kemampuan untuk menangani suatu benda dengan cekatan dan membuat sesuatu. Orang yang memiliki kecerdasan ini bisa memilih karier sebagai penari, atlet, pencipta tari, pembuat patung atau barang dari tembikar, ahli tenun, tukang las, guru olah raga, ahli terapi fisik, tukang sulap, tukang kayu, dll.

e. Kecerdasan logis/ matematis.

Kecerdasan ini mengatur pola pikir induktif dan deduktif, bekerja dengan angka dan pola abstrak, serta mampu berpikir logis. Orang yang memiliki kecerdasan ini bisa menjadi ahli matematika, ahli astronomi, ahli forensik, epistemolog (ahli dalam bagian ilmu filsafat yang mempelajari sifat-sifat ilmu pengetahuan), ahli keuangan, ahli gempa, penaksir kerugian asuransi, dll.

f. Kecerdasan interpersonal.

(37)

kecerdasan ini biasanya pandai bergaul, mempunyai banyak teman, cintai damai, seorang pengamat yang baik. Mereka bisa menjadi ulama, pendeta, guru, pedagang, ahli terapi, pekerja sosial, ahli genetika, pengelola panti asuhan, pengacara, ahli melobi, manajer sumber daya manusia, dll.

g. Kecerdasan intrapersonal.

Orang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal biasanya tidak cepat puas dengan hasil pekerjaan sendiri. Mereka memiliki pengetahuan tentang dirinya terutama kepekaan terhadap nilai, tujuan, dan perasaan mereka. Sifat tersebut membuat mereka mandiri, penuh percaya diri, punya tujuan, dan disiplin. Kecerdasan ini dapat menuntun mereka menjadi filosof, peneliti, ahli kearsipan, ahli agama, ahli kebudayaan, ahli purbakala, ahli etika kedokteran, pengamat perilaku binatang, dll.

Jadi jenis-jenis kecerdasan adalah: kecerdasan visual, kecerdasan verbal, kecerdasan musik, kecerdasan kinestetis, kecerdasan matematis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal.

3. Pengertian Emosi

(38)

Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Menurut Goleman (2003) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas yang dialami seseorang yang muncul dalam dirinya.

4. Macam-Macam/ Penggolongan Emosi

Menurut Goleman (2003) para peneliti terus berdebat tentang emosi mana yang benar-benar dapat dianggap sebagai emosi primer/ dasar. Sejumlah teoretikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, meskipun tidak semua sepakat tentang golongan-golongan itu. Macam-macam penggolongan emosi adalah sebagai berikut:

a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggug, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat adalah tindak kekerasan dan kebencian patologis.

b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis dapat depresi berat.

(39)

d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, dan batas ujungnya adalah mania. e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih. f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.

g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah. h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati

hancur lebur.

5. Pengertian Kecerdasan Emosi

Menurut Patton (1998) kecerdasan emosi artinya sederhana, yaitu menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Patton juga berpendapat bahwa kecerdasan emosi bukanlah faktor genetik yang tidak dapat berubah yang kita bawa sejak lahir. Kecerdasan emosi dapat disempurnakan dengan kesungguhan, latihan, pengetahuan, dan kemauan. Dasar untuk memperkuat kecerdasan emosi adalah dengan memahami diri sendiri.

(40)

ini sangat penting bagi perubahan kepribadian dan saat menghadapi berbagai aspek diri sendiri yang tidak menyenangkan.

John Mayer (dalam Cooper & Sawaf, 2002) mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri. Lebih lanjut pakar psikologi Cooper dan Sawaf (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Salovey (Shapiro, 1997) kecerdasan emosi merupakan himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memantau perasaan dan emosi sendiri dan orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan, termasuk diantaranya yaitu kemampuan untuk tetap bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.

(41)

Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.

6. Pengaruh Kecerdasan Emosi

Patton (1998) menyatakan bahwa kecerdasan emosi dapat menjadi penentu seberapa berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu perusahaan. Contoh bahwa kecerdasan emosi tidak ada dalam suatu organisasi adalah pegawai toko membiarkan saja pelanggannya, dan asyik mengobrol bersama sesama pekerja sampai pelanggan harus memanggilnya saat membutuhkan bantuan. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya, kurangnya empati dan pertimbangan. Contoh lain pengaruh emosi negatif adalah terdapat turnover (pergantian karyawan) yang tinggi, tidak disiplin, hilangnya produktifitas, dsb.

(42)

7. Indikator Kecerdasan Emosi

Patton (1998) mengemukakan bahwa indikator kecerdasan emosi mencakup 5 hal, yaitu:

a. Kesadaran diri.

Mengenali dan merasakan emosi diri sendiri dan mampu memahami penyebab perasaan yang timbul.

b. Manajemen suasana hati (mood).

Dapat mengungkapkan amarah dengan tepat, tidak mudah frustrasi. c. Motivasi diri.

Memiliki perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, mempunyai semangat.

d. Pengendalian impulsi/ desakan diri.

Mampu menerima sudut pandang orang lain, lebih menguasai diri. e. Keterampilan (mengendalikan) orang.

Memiliki kemampuan menganalisis dan memahami hubungan dengan orang lain, terampil dalam berkomunikasi dan mudah bergaul.

Goleman (2003) mengungkapkan 5 (lima) indikator kecerdasan emosi, yaitu :

a. Mengenali emosi diri.

(43)

timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri sendiri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga ketidakpekaan terhadap perasaan yang sesungguhnya dapat berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.

b. Mengelola emosi.

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila: mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

c. Memotivasi diri.

(44)

cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

d. Mengenali emosi orang lain.

Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

e. Membina hubungan dengan orang lain.

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.

(45)

C. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF DI TEMPAT

KERJA

Pengambilan keputusan yang efektif adalah pengambilan keputusan yang melalui suatu proses yang berlangsung dalam suatu sistem, berupa tindakan yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menentukan tujuan, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan. Di dalam setiap organisasi/ perusahaan sering terjadi perubahan-perubahan sehingga memunculkan dinamika yang beragam. Masalah yang dihadapi setiap organisasi/ perusahaan sangat kompleks, sehingga untuk memecahkan masalah-masalah ini diperlukan pengambilan keputusan.

(46)

Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan emosi dapat dilihat melalui indikatornya, yaitu: mengenali emosi diri/ kesadaran diri, mengelola emosi/ manajemen suasana hati, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain/ pengendalian impulsi diri, membina hubungan dengan orang lain.

(47)

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi dapat memotivasi diri sendiri. Ia mampu untuk memusatkan dan menaruh perhatian pada tugas yang sedang dikerjakan sehingga dalam mengambil keputusan ia dapat mengevaluasi pilihan-pilihan dengan baik. Dengan demikian, ia dapat melihat untung rugi setiap alternatif pilihan yang ada dan mampu mengubah tujuan/ sasaran sesuai kebutuhan.

Kemampuan memotivasi diri diri sendiri menjadikan seseorang mampu memusatkan dan menaruh perhatian pada tugas yang sedang dikerjakan, sehingga sebelum seseorang mengimplementasikan pilihan dalam tindakan ia dapat memilih pilihan dengan berbagai pertimbangan yang ada. Perasaan positif terhadap diri sendiri dan lingkungan kerja dapat menjadi modal dalam melaksanakan hasil keputusan yang telah dibuat.

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi dapat mengenali emosi orang lain sehingga ia mau menerima sudut pandang yang berbeda dan peka terhadap perasaan orang lain. Setelah menentukan tujuan seseorang perlu mengidentifikasi pilihan-pilihan untuk membandingkan akibat yang akan terjadi. Seringkali pada tahap ini seseorang menerima masukan dari orang lain, atau bahkan seseorang meminta masukan dari orang lain untuk memperkaya data. Saat masukan-masukan dari orang lain itu berbeda dengan pendapatnya, ia dapat menerima sudut pandang orang lain sehingga hubungan personal tetap terjaga baik.

(48)

seseorang mampu bergaul dengan siapa saja. Hal ini juga berguna dalam menentukan tujuan sebelum seseorang mengambil keputusan, seseorang dapat mengumpulkan banyak data dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Seandainya seseorang mengalami kesulitan saat menentukan tujuan, ia dapat meminta bantuan temannya untuk mengumpulkan data-data dan merumuskan tujuan yang mau dicapai.

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi dapat mengenali emosi diri sendiri, sehingga ia mampu merasakan dan memberi penilaian pada perasaan atau emosinya pada suatu situasi. Kemampuan ini berperan untuk mengevaluasi konsekuensi dari keputusan yang diambil. Saat mengevaluasi konsekuensi seseorang mau menerima semua hasil keputusan dan mampu bertindak sesuai dengan keputusan tersebut. Seandainya kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dapat membuat seseorang sedih bahkan putus asa, tetapi seorang yang memiliki kecerdasan emosi mampu memahami penyebab perasaannya dan memberi penilaian terhadap dirinya sendiri. Hal ini menjadikannya mau menerima semua hasil keputusan dengan baik dan bertindak sesuai dengan keputusan tersebut.

(49)

akan kesulitan untuk mengenali emosi diri sendiri, kesulitan dalam mengatur suasana hati, sulit memotivasi diri sendiri, kesulitan mengenali emosi orang lain, dan tidak dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain. Hal ini bisa mempengaruhi keefektifan pengambilan keputusan yang dilakukan.

D. HIPOTESIS

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Azwar (1999) menegaskan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti. Jika ada, berapa eratnya hubungan serta berarti tidaknya hubungan itu, untuk mengetahui hubungan tersebut digunakan teknik korelasi. Besarnya atau tingginya hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini memiliki dua variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas : Kecerdasan emosi.

(51)

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.

Kecerdasan emosi seseorang ditandai dengan perolehan skor skala kecerdasan emosi. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi kecerdasan emosinya dan sebaliknya, semakin rendah skor berarti semakin rendah pula kecerdasan emosinya. Kecerdasan emosi diukur dengan suatu skala kecerdasan emosi yang dibuat oleh peneliti, meliputi lima aspek kecerdasan emosi yang diambil dari teori Goleman (2003) dan Patton (1998), yaitu:

a. Mengenali emosi diri/ kesadaran diri.

1) Mampu merasakan dan memberi penilaian pada perasaan atau emosi diri sendiri pada suatu situasi.

2) Mampu memahami penyebab perasaan yang timbul. b. Mengelola emosi/ manajemen suasana hati.

(52)

c. Memotivasi diri sendiri.

1) Mampu memusatkan dan menaruh perhatian pada tugas yang sedang dikerjakan.

2) Memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri dan lingkungan kerja.

d. Mengenali emosi orang lain/ pengendalian impulsi diri. 1) Mampu menerima sudut pandang orang lain.

2) Mampu memahami dan peka terhadap perasaan orang lain. e. Membina hubungan dengan orang lain.

1) Mampu bergaul dengan siapa saja.

2) Mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif

Pengambilan keputusan yang efektif adalah pengambilan keputusan yang melalui suatu proses yang berlangsung dalam suatu sistem, berupa tindakan yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menentukan tujuan, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan - pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

(53)

dengan suatu skala pengambilan keputusan yang efektif yang dibuat oleh peneliti, meliputi lima komponen pengambilan keputusan yang efektif yang diambil dari teori Byrnes (dalam Miller, V. A., & Drotar, D., 2006), yaitu:

a. Menentukan tujuan.

1) Mampu mengumpulkan banyak data.

2) Dapat merumuskan tujuan yang hendak dicapai. b. Mengidentifikasi pilihan-pilihan.

1) Mampu membandingkan akibat-akibat yang diramalkan. 2) Mampu memilih alternatif pilihan mana yang terbaik. c. Mengevaluasi pilihan-pilihan.

1) Dapat melihat untung rugi setiap alternatif pilihan yang ada. 2) Mampu mengubah tujuan dan sasaran sesuai kebutuhan. d. Mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan.

1) Memilih pilihan dengan barbagai pertimbangan yang ada. 2) Melaksanakan hasil keputusan yang telah dibuat.

e. Mengevaluasi konsekuensi dari keputusan. 1) Mau menerima semua hasil keputusan.

(54)

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian dipilih melalui purposive sample atau sampel bertujuan yaitu pengambilan subjek yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Adanya keterbatasan waktu dan tenaga untuk penelitian, peneliti tidak dapat mengambil sampel yang jauh dan besar, sehingga pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang telah diketahui sebelumnya.

Kriteria subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sudah bekerja minimal 2 tahun dengan anggapan karyawan itu telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang pekerjaannya serta mengetahui kondisi-kondisi yang ada dalam perusahaan tempat ia bekerja.

2. Usia 21 tahun, dengan pertimbangan subjek sudah dewasa sehingga ia dapat melakukan penyesuaian diri, memiliki emosi yang matang, dan dapat mengambil keputusan secara mandiri khususnya di dalam pekerjaan (Hurlock, 1999).

(55)

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala merupakan alat ukur psikologis dalam bentuk kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang disusun sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor & kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 1999). Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua buah skala, yaitu skala kecerdasan emosi dan skala pengambilan keputusan yang efektif. Skala kecerdasan emosi dan skala pengambilan keputusan yang efektif disusun dengan menggunakan metode summated ratting (rating yang dijumlahkan) yaitu metode penskalaan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 1999).

Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis skala Likert. Dalam skala Likert ini dimodifikasi menjadi tipe skala dengan menyajikan hanya empat alternatif jawaban. Modifikasi ini berdasarkan pendapat Hadi (1991) bahwa alternatif ketiga bisa dikatakan netral, kadang-kadang tidak, jarang sekali, dan ragu-ragu. Selain itu, jawaban tengah dapat menimbulkan central tendency effect. Oleh sebab itu, skala penelitian ini hanya terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

(56)

skala. Sebelum digunakan pada penelitian yang sebenarnya, skala diuji cobakan terlebih dahulu pada sekelompok responden untuk mengetahui validitas isi dan reliabilitas alat ukur. Suatu alat ukur yang telah memenuhi kualifikasi validitas isi dan reliabilitas inilah yang akan digunakan dalam penelitian dengan asumsi bahwa alat ukur tersebut secara tepat dapat mengungkap apa yang ingin diukur serta konsisten dalam pengukuran (Azwar, 1999).

Skala kecerdasan emosi dan skala pengambilan keputusan yang efektif disajikan dalam pernyataan favorabel dan pernyataan unfavorabel. Pernyataan favorabel menunjukkan indikasi mendukung teori yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavorabel menunjukkan indikasi tidak mendukung teori yang diungkap.

Dalam menilai jawaban (memberi skor) untuk pernyataan favorabel bergerak dari 4 sampai 1, pilihan Sangat Sesuai (SS) diberi nilai 4, pilihan Sesuai (S) diberi nilai 3, pilihan Tidak Sesuai (TS) diberi nilai 2, dan pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi nilai 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorabel bergerak dari 1 sampai 4, pilihan Sangat Sesuai (SS) diberi nilai 1, pilihan Sesuai (S) diberi nilai 2, pilihan Tidak Sesuai (TS) diberi nilai 3, dan pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi nilai 4.

(57)

1. Kecerdasan emosi

Skala ini disusun untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang di tempat kerja. Skala ini disusun dalam 60 item pernyataan, yang terdiri dari 30 item favorabel dan 30 item pernyataan unfavorabel. Dibawah ini disajikan blue print melalui tabel spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 1

Blue Print Kecerdasan Emosi

No Aspek Kecerdasan Emosi Favorable Unfavorabel Total

1 Mengenali emosi diri sendiri.

a. Mampu merasakan dan memberi penilaian

pada perasaan atau emosi diri sendiri pada

suatu situasi.

b. Mampu memahami penyebab perasaan yang

timbul.

a. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap

kecemasan.

3 Memotivasi diri sendiri.

a. Mampu memusatkan dan menaruh perhatian

pada tugas yang sedang dikerjakan.

b. Memiliki perasaan yang positif terhadap diri

sendiri dan lingkungan kerja.

4 Mengenali emosi orang lain.

a. Mampu menerima sudut pandang orang lain.

b. Mampu berempati dan peka terhadap perasaan

orang lain.

a. Mampu bergaul dan bertenggang rasa dengan

(58)

2. Pengambilan keputusan yang efektif

Skala ini disusun untuk mengukur efektif tidaknya pengambilan keputusan yang diambil seseorang di tempat kerja. Skala pengambilan keputusan yang efektif disusun dalam 60 item pernyataan, yang terdiri dari 30 item favorabel dan 30 item pernyataan unfavorabel. Dibawah ini disajikan blue print melalui tabel spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 2

Blue Print Pengambilan Keputusan Yang Efektif

No Indikator Pengambilan Keputusan Yang Efektif

Favorabel Unfavorabel Total

1 Menentukan tujuan.

a. Mampu mengumpulkan banyak data.

b. Dapat merumuskan tujuan yang hendak

a. Mampu membandingkan akibat-akibat

yang diramalkan.

b. Mampu memilih alternatif pilihan mana

yang terbaik.

a. Dapat melihat untung rugi setiap alternatif

pilihan yang ada.

4 Mengimplementasikan pilihan tersebut dalam

tindakan.

a. Memilih pilihan dengan barbagai

pertimbangan yang ada.

b. Melaksanakan hasil keputusan yang telah

(59)

5 Mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

a. Mau manerima semua hasil keputusan.

b. Mampu bertindak sesuai dengan keputusan

tersebut.

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENELITIAN

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1999). Uji validitas akan dilakukan untuk skala pengambilan keputusan yang efektif yaitu untuk melihat tingkat ketepatan alat ukur ini dalam mengungkap pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Untuk skala kecerdasan emosi, untuk melihat tingkat ketepatan alat ukur ini dalam mengungkap kecerdasan emosi seseorang di tempat kerja.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Item-item tes diharapkan dapat mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh mana aitem-aitem tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi), (Azwar, 2001).

(60)

menimbulkan respek dari responden atau subjeknya. Validitas tampang ini penting artinya guna membangun kredibilitas tes dan selanjutnya meningkatkan motivasi individu untuk menjawab tes.

Skala pengukuran yang dibuat oleh peneliti dikemas dengan tampilan sederhana. Walaupun demikian, dari segi format penampilan diupayakan dengan pengemasan secara rapi dan pengetikan serta tata letak yang jelas. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan sekaligus memberi motivasi kepada responden atau subjek agar dapat memberikan jawaban dangan serius sehingga diharapkan data yang diperoleh merupakan data yang valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, kestabilan konsistensi dan sebagainya. Namun, ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran tersebut relatif konsisten. Suatu hasil penelitian hanya dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 1999).

(61)

memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar, 1999). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Uji reliabilitas dilakukan pada skala kecerdasan emosi dan skala pengambilan keputusan yang efektif yaitu untuk melihat keajegan alat ukur yang digunakan dalam mengungkap kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan yang efektif dengan memakai uji statistik Analisis Varians dalam SPSS 12.0 for Windows.

G. ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan bantuan SPSS versi 12.0

(62)

BAB IV

PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN PENELITIAN,

HASIL, DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

1. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba alat penelitian atau biasa disebut dengan try out. Uji coba alat penelitian dilakukan untuk melihat kesahihan butir yang diukur dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya.

(63)

Jumlah subjek yang mengembalikan skala dan telah memenuhi persyaratan pengisian sebanyak 63 orang.

2. Uji Kesahihan Item dan Reliabilitas Skala Try Out

Setelah peneliti melakukan pengujian alat ukur, hasilnya adalah sebagai berikut:

a. Skala kecerdasan emosi

1) Uji kesahihan item skala kecerdasan emosi

Uji kesahihan butir skala ini dilihat dari Corrected Item – Total Correlation. Dari 60 item diperoleh korelasi item antara 0,005 sampai 0,682. Dari hasil analisis 60 item terdapat 17 item yang dinyatakan gugur karena memiliki korelasi yang rendah (< 0, 30) terhadap skor total.

(64)

Tabel 3

Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba

No Aspek Favorabel Unfavorabel Total

1 Mengenali emosi diri sendiri.

a. Mampu merasakan dan memberi

penilaian pada perasaan atau emosi diri

sendiri pada suatu situasi.

b. Mampu memahami penyebab perasaan

yang timbul.

a. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap

kecemasan.

3 Motivasi diri sendiri.

a. Mampu memusatkan dan menaruh

perhatian perhatian pada tugas yang

sedang dikerjakan.

b. Memiliki perasaan yang positif terhadap

diri sendiri dan lingkungan kerja.

4, 28

4 Mengenali emosi orang lain.

a. Mampu menerima sudut pandang orang

a. Mampu bergaul dengan siapa saja.

b. Mampu beradaptasi dengan lingkungan

(65)

2) Reliabilitas skala kecerdasan emosi

Reliabilitas skala kecerdasan emosi dihitung setelah item-item yang gugur dibuang. Nilai reliabilitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik Koefisien Reliabilitas Alpha dari Cronbach dari program SPSS for Windows versi 12.0. Dari perhitungan tersebut diperoleh reliabilitas sebesar 0,931. Hal ini menunjukkan bahwa skala tersebut memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi.

b. Skala pengambilan keputusan yang efektif.

1) Uji kesahihan item skala pengambilan keputusan yang efektif. Uji kesahihan butir skala ini dilihat dari Corrected Item – Total Correlation. Dari 60 item diperoleh korelasi item antara 0,113 sampai 0,656. Dari hasil analisis 60 item terdapat 16 item yang dinyatakan gugur karena memiliki korelasi yang rendah (< 0, 30) terhadap skor total.

Untuk menyeimbangkan perbandingan per aspek dalam skala pengambilan keputusan yang efektif ini, peneliti menggugurkan item no 36 yang memiliki korelasi item 0,328 dan memasukkan item no 54 yang memiliki kerelasi item 0,279 sebagai gantinya.

(66)

Tabel 4.

Distribusi Butir-butir Pernyataan

Skala Pengambilan Keputusan yang Efektif Setelah Uji Coba

No Aspek Favorabel Unfavorabel Total

1 Menentukan tujuan.

a. Mampu mengumpulkan banyak data.

b. Dapat merumuskan tujuan yang hendak dicapai.

1, 16

a. Mampu membandingkan akibat-akibat yang

diramalkan.

a. Dapat melihat untung rugi setiap alternatif pilihan

yang ada.

4 Mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan.

a. Memilih pilihan dengan barbagai pertimbangan

yang ada.

b. Melaksanakan hasil keputusan yang telah dibuat.

40, 44

5 Mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

a. Mau manerima semua hasil keputusan.

b. Mampu bertindak sesuai dengan keputusan

tersebut.

2) Reliabilitas skala pengambilan keputusan yang efektif

(67)

perhitungan tersebut diperoleh reliabilitas sebesar 0,924. Hal ini menunjukkan bahwa skala tersebut memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan di PT. Raja Gajah Oya

(Flying Elephants) Yogyakarta.

PT. Raja Gajah Oya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

export furniture dan handicraft. Bahan dasar untuk membuat handicraft

adalah dari natural fiber/ serat alam, terracotta/ gerabah, stone/ batu, bambu, kayu, dan lain-lain. Negara tujuan export adalah Amerika (70%), Eropa (20%), lain-lain (10%). PT. Raja Gajah Oya pertama kali berdiri di Bali sekitar tahun 1989, dan sekarang memiliki 2 cabang yaitu di Yogyakarta dan di Lombok. Kantor cabang di Yogyakarta mulai berdiri pada tahun 1996 dan memiliki kurang lebih 90 karyawan baik karyawan tetap maupun kontrak.

Peneliti menggunakan surat keterangan perijinan yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Peneliti juga meminta ijin kepada Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk memudahkan melakukan penelitian di Perusahaan ini.

(68)

memudahkan pembagian skala, peneliti di bantu oleh Kabag Departemen Sample dan Designer. Peneliti menyerahkan 60 skala kepada Kabag. Dept. Sample & Designer untuk dibagikan kepada karyawan. Hal ini dilakukan karena ada beberapa aturan perusahaan yang tidak memungkinkan untuk peneliti menyebar skala sendiri secara langsung. Skala yang sudah dibagikan boleh dibawa pulang atau diisi di rumah dan dalam 1 minggu skala tersebut harus dikembalikan kepada Kabag. Dept. Sample & Designer. Dari 60 skala yang dibagikan terdapat 39 skala yang memenuhi persyaratan dan akan diolah secara statistik

C. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini sebanyak 39 orang. Berdasarkan data yang diperoleh, karyawan yang berusia 21 tahun ke atas memiliki mean 35 dan SD 3,67. Karyawan dengan masa kerja minimal 2 tahun memiliki mean 24 dengan SD 3,33. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 30 orang laki-laki (76,92 %) dan 9 orang perempuan (23, 08 %).

2. Deskripsi Data Penelitian

(69)

Tabel 5

Perbandingan skor empirik dan skor teoritik antara variabel

kecerdasan emosi dengan variabel pengambilan keputusan yang

efektif

Skor empirik Skor teoritik

Variabel

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa mean empirik variabel kecerdasan emosi lebih besar daripada mean teoritik. Mean empirik yang diperoleh variabel kecerdasan emosi sebesar 136,41 sedangkan mean teoritik yang diperoleh sebesar 107,5. Data tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian, dalam hal ini karyawan PT. Raja Gajah Oya, memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.

(70)

3. Hasil Analisis Data Penelitian

a. Hasil uji asumsi

Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan uji asumsi untuk memeriksa apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk sebuah korelasi, yaitu adanya normalitas sebaran data penelitian dan linearitas hubungan antara variabel penelitian. Untuk memenuhi kedua persyaratan tersebut, maka dilakukan uji normalitas sebaran dan uji linearitas terhadap data. 1) Hasil uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan tergantung bersifat normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS versi 12.0 for Windows dengan Kolmogorov - Smirnov Test.

(71)

mempunyai distribusi normal. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6

Kolmogorov-Smirnov Test

Pengambilan keputusan yang efektif

Kecerdasan emosi

Kolmogorov-Smirnov Z 1.302 1.063

Asymp. Sig (2-tailed) 0.067 0.208

2) Hasil uji linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor variabel kecerdasan emosi dan variabel pengambilan keputusan yang efektif merupakan garis lurus atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan program SPSS versi 12.0 for Windows dengan Test for Linearity.

(72)

Tabel 7 Linearitas

F Sign.

(Combined) 5.481 0.000

Linearity 41.471 0.000

Between Groups

Deviation from linearity 3.364 0.005

b. Hasil uji hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi

Product Moment Pearson melalui program SPSS versi 12.0 for Windows.

Dari hasil analisis diketahui bahwa koefisien korelasi (r) untuk veriabel kecerdasan emosi dan variabel pengambilan keputusan yang efektif adalah 0,591 dengan p = 0,000 (signifikansi 1 ekor) yang berarti nilai p hasil korelasi lebih kecil dari 0,01 (syarat p < 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang semakin efektif pula pengambilan keputusan yang dilakukan, sehingga hipotesis penelitian ini diterima.

D. PEMBAHASAN

(73)

efektif di tempat kerja. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki karyawan akan semakin efektif pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Hal ini menunjukkan bahwa aspek kecerdasan emosi memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan yang efektif. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kecerdasan emosi karyawan PT. Raja Gajah Oya cukup tinggi. Karyawan di Perusahaan ini mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini dibutuhkan oleh seseorang dalam mengambil keputusan yang efektif.

(74)

sangat berarti kalau karyawan sedang mengambil keputusan, memecahkan masalah dan untuk mencapai suatu tujuan.

Kemampuan-kemampuan inilah yang membuat karyawan di PT. Raja Gajah Oya dapat mengambil keputusan yang efektif di tempat kerja. PT. Raja Gajah Oya bergerak di bidang export furniture dan handicraft, yang tentunya setiap hari berhubungan dengan orang asing. Tekanan yang dialami karyawan di Perusahaan ini juga tinggi karena mereka dikejar deadline dan harus bisa menyediakan barang sesuai permintaan pembeli. Semua department (department produksi, department sample, department shipping, department packing) memiliki tekanan masing-masing sesuai bidang kerjanya dan tentunya tidak terlepas dari masalah. Tekanan yang sering dialami menuntut karyawan dapat mengambil keputusan sendiri, tidak semua bergantung pada pimpinan.

Tidak mudah mengambil keputusan yang efektif karena harus melalui proses yang berlangsung dalam suatu sistem, berupa tindakan yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menentukan tujuan, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengambilan keputusan yang dilakukan karyawan PT. Raja Gajah Oya efektif. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan melakukan proses pengambilan keputusan.

(75)

menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memberikan sumbangan efektif sebesar 34,9 % terhadap variabel pengambilan keputusan yang efektif. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa peran kecerdasan emosi dalam pengambilan keputusan yang efektif cukup besar.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jikalau pengenalan kita hanya sebatas Allah yang Maha Kasih, maka kita akan lebih mudah menjadi seperti seorang anak manja yang hanya menuntut/meminta kasih dari Allah

permasalahan di atas maka telah dilakukan penelitian tentang kedapatan populasi siput semak pada tanaman sawi putih di areal tanam yang memakai mulsa dengan

kujelajahi. Mereka banyak mengambil tema-tema sosial seperti kehidupan urban, keluarga kampung kota, anak-anak, dan benda-benda yang berserakan di sepanjang trotoar yang

Sambungan yang longgar - Pada Pipa Drainase dinding, pipa. Elemen Jembatan Material / Bahan Pembentuk Jembatan Material / Bahan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini setelah melalui perjuangan

Pengaturan syarat-syarat kerja melalui pembuatan peraturan perusahaan sangat strategis karena diwajibkan kepada semua perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10

Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu. dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total

Suatu produk yang ditawarkan ke konsumen oleh perusahaan akan bertahan di pasaran jika atribut dari produk tersebut diterima, atribut produk adalah suatu komponen yang