1
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PEGAWAI DI UPTD BALAI PELATIHAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA
Klinsman Ch. Firda*, Nova H. Kapantow*, Nita R. Momongan** *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
ABSTRAK
Dalam darah memiliki zat glukosa yang buat menjadi energi atau kalori. Glukosa yang ada dalam darah berasal dari makanan yang kita makan. Di Indonesia prevalensi tingginya kadar gula darah dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), tahun 2013 yaitu 2,1%, Sulawesi Utara menempati urutan ketiga sebanyak 2,4%, lebih tinggi 0,4% dari prevalensi rata-rata di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan kadar gula darah pada pegawai di UPTD balai Pelatihan Kesehan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan penelitian Cross Sectional. Populasi adalah seluru pegawai yang ada di Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 52 orang dengan memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Analisis Bivariat menggunakan uji spearman dengan tingkat signifikan α=0,005. Hasil penelitian didapat nilai probabilitas adalah p-value = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,005 (p < 0,005) hubungannya sebesar (r=0,656). Berdasarkan hasil tersebut maka terdapat hubungan antara asupan energi dengan kadar gula darah pada pegawai di UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016.
Kata Kunci: Asupan Energi, Kadar Gula Darah
ABSTRACT
In the blood has glucose substance made into energy or calories. Existing in blood glucose comes from the food we eat. In Indonesia the prevalence of high blood sugar levels seen from basic health research 2013 is 2,1%. North Sulawesi ranks third as much as 2,4%, 0,4% higher than the everage prevalence in Indonesia. The purpose of the research was to know correlation between energy intake with blood sugar levels on the employees at Regional Technical Implementation Unit Health Training Hall Health Departement North Sulawesi Province. The type of reaserch is observational analytic with cross sectional study. The population are total employees at Regional Technical Implementation Unit Health Training Hall Health Departement North Sulawesi Province as 52 people which fulfilled the criteria inclusion and exclusion. Spearman test using bivariate analysis with a significant level of α = 0,005. The reaserch results. Obtained probability value is p value = 0,000 is smaller an the value of α = 0,005 conjunction (r = 0,656). Based on those results there are relationship between energy intake with blood sugar levels on the employees at Regional Technical Implementation Unit Health Training Hall Health Departement North Sulawesi Province Year 2016.
Keywords : Energy Intake, Blood Sugar Levels
PENDAHULUAN
Glukosa merupakan bahan bakar universal bagi sel-sel tubuh manusia dan berfungsisebagai sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya. Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk memperoleh energi.
(Djakani, dkk., 2013). Gula atau glukosa di perlukan tubuh dalam melakukan aktifitas sehari-hari, gula di dapat dari makanan yang dikonsumsi, jika gula tidak di penuhi maka tubuh akan merasa lelah berkepanjangan dan lemas tidak bertenaga, dengan terganggunya
2 produksi insulin juga maka tubuh akan sulit memiliki kadar gula darah normal, tetapi cenderung menjadi tinggi.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang timbul akibat kadar gula darah yang berlebih (Boby, 2011). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Diabetes mellitus terbagi atas 3 tipe yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa dan Diabetes pada ibu hamil (Riskesdas, 2013).
Hasil Riset yang telah dilakukan didunia jumlah penderita Diabetes Mellitus dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, hal ini tidak lepas dari beberapa faktor, yaitu jumlah populasi yang meningkat, kebutuhan hidup bertambah dan pola hidup modern yang tidak sehat (Rizky, dkk., 2015). Tahun 2003, WHO memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta. Di tahun yang sama International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi DM di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab
kematian urutan ke tujuh di dunia. (Awad, dkk., 2013), setelah di dilakukan penelitian kembali data dari studi global sudah menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (Trisnawati & Setyorogo, 2013) ini sudah melampaui perkiraan WHO mengenai penderita Diabetus Mellitus. Dari hasil penelitian 4,6 juta orang meninggal akibat penyakit Diabetes Mellitus.
Indonesia memilki presentase kadar glukosa darah yang tinggi. Indonesia menempati peringkat ke-enam negara dengan penderita DM terbanyak di dunia. (Betteng, dkk., 2014). Prevalensi tingginya kadar gula darah dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi DM di Indonesia yang dihitung dengan orang yang memiliki gejala DM yaitu 2,1 %. Untuk provinsi Sulawesi Utara menempati Urutan ketiga dengan prevalensi DM tertinggi Di Indonesia dengan prevalensi sebanyak 2,4% lebih Tinggi 0,3% dari prevalensi rata-rata penyakit DM di Indonesia.
UPTD Balai Pelatihan Kesehatan DINKES provinsi Sulawesi Utara merupakan lembaga unit pelaksana teknis dinas kesehatan daerah
yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan berfungsi untuk meningkatkan
3 sumber daya manusia dengan jalan mendiklatkan setiap aparatur melalui pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi melalui : knowledge, attitude and skill.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional (potong lintang). Penelitian dilakukan di UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinkes Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus – Oktober 2016. Populasi yaitu semua pegawai UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinkes Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 52 pegawai. Sampel dalam penelitian ini yaitu total populasi yaitu sebanyak 45 responden pegawai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dan food recall, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Gula Darah
Pada tabel 1. menunjukkan terdapat 26 (83,9%) orang yang memiliki kadar gula yang baik, 1 (3,2%) orang yang memiliki kadar gula yang buruk dan 4 (12,9%) orang yang memilki kadar gula yang sangat tinggi.
Tabel 2. Distribusi Asupan Energi Responden Asupan Energi (%AKG) Jumlah n % Kurang 1 3,2 Cukup 27 87,1 Lebih 3 9,7 Total 31 100
Pada tabel 2. dapat dilihat asupan energi dari responden paling banyak terdapat asupan energi yang cukup yaitu 27 orang dengan persentase (87,1%), asupan energi kurang yaitu 1 orang dengan persentase (3,2%), dan asupan lebih 3 orang dengan persentase (9,7%).
Tabel 3. Hubungan Antara Asupan Energi dengan Kadar Gula Darah Responden Asupan
Energi
Kadar Gula Darah
Total
p - value Baik Tinggi Sangat tinggi
n % n % N % n % Kurang 1 3,2 0 0,0 0 0,0 1 3,2 0,000 Cukup 25 80,6 0 0,0 2 6,5 27 87,1 Lebih 0 0,0 1 3,2 2 6,5 3 9,7 Total 26 83,9 1 3,2 4 `12,9 31 100 Kadar gula darah Jumlah n % Sangat tinggi 4 12,8 tinggi baik 1 26 3,2 83,9 Total 31 100
4 Pada tabel 3 menunjukkan hubungan antara asupan energi dengan kadar gula darah pada pegawai UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. didapatkan responden yang memiliki asupan energi kurang dengan kadar gula darah baik terdapat 1 (3,2%) orang, respoden dengan asupan energy yang cukup dengan kadar gula darah baik terdapat 25 (80,6%) orang responden, dan juga terdapat 2 (6,5%) orang responden dengan nilai asupan energi yang cukup tapi kadar gula darah yang buruk, sedangkan untuk asupan energi lebih terdapat 1 (3,2%) orang responden yang memilki kadar gula darah sedang dan 2 (6,5%) orang responden yang memiliki kadar gula darah buruk.
Kadar Gula Darah
Hasil kadar gula darah responden dalam penelitian ini didapat dari pemeriksaan darah puasa yang dilakukan dengan uji laboratorium dengan cara pengambilan sampel darah sebelum darah responden diambil untuk dijadikan sampel, responden terlebih dahulu diminta untuk puasa makanan yang mengandung gula selama 10-14 jam. Setelah selesai pengukuran didapat 26 (83,9%) orang yang memiliki kadar gula yang baik, 1 (3,2%) orang yang memiliki kadar gula yang sedang atau cukup tinggi dan 4 (12,9%) orang yang memilki kadar gula
yang buruk atau sangat tinggi. Hasil dari pengukuran kadar gula darah dilihat juga dari penelitian sebelumnya (american diabetes association, 2012) kadar gula yang baik saat puasa yaitu 80-110 mg/dL dan puasa sesaat atau 2 jam setelah makan yaitu 140 mg/dL. pegawai dibapelkes ada 4 (12,9%) orang yang beresiko terkena penyakit Diabetes Mellitus, karena menurut (Khasanah, 2012) kadar gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL sudah sangat tinggi, dan 1 (3,2%) pre-diabetes.
Hasil yang ditemukan pada saat penelitian, responden yang berusia kurang dari 35 tahun terdapat 2 orang yang mempunyai kadar gula darah yang baik dan 1 orang mempunyai kadar gula yang sangat tinggi, pada umur 36-50 tahun terdapat 18 orang yang memiliki kadar gula baik dan 3 orang memilki kadar gula sangat tinggi, dan pada umur >50 tahun 6 orang memiliki kadar gula yang baik dan 1 orang dengan kadar gula tinggi. Saat penelitian responden yang berusia 36-50 yang paling banyak memilki kadar gula darah yang sangat tinggi yaitu 3 orang, hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan (Zahtamal, dkk., 2011) bahwa rata-rata seseorang terkena diabetes mellitus pada usia 45 tahun karena biasanya pada usia tersebut seseorang sudah mengurangi aktifitas berat sehari-hari, yang menimbulkan lemak dalam
5 tubuh sehingga terjadi resintensi insulin (Betteng, dkk., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh the nurse’s health study II pada usia 22-44 tahun menemukan bahwa peningkatan konsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula seperti minuman bersoda yang memiliki kandungan pemanis.
Responden didapatkan jenis kelamin untuk laki-laki yang memilki kadar gula yang yang baik yaitu sebanyak 13 orang dan 3 orang memiliki kadar gula yang buruk yaitu sebanyak 3 orang sedangkan untuk perempuan 13 orang memilki kadar gula yang baik, kadar gula tinggi sebanyak 1 dan 1 orang memilki kadar gula sangat tinggi. Hasil yang didapat bahwa laki-laki lebih banyak menderita kadar gula yang buruk dibandingkan dengan perempuan hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan (Tera, 2011) yaitu Laki-laki cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak sehingga kadar gula pada laki-laki biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Penelitian lain juga dilakukan perempuan lebih banyak memilki kandungan lemak tubuh yang bisa menimbulkan obesitas, akan tetapi perempuan lebih banyak mengkonsumsi sayuran yang mengandung serat dan biasanya rajin melakukan aktifitas sedangkan pada laki-laki biasanya adalah perokok dan karena kesibukan
kerja sehingga jarang malakukan aktifitas fisik.
Asupan Energi
Saat penelitian yang dilakukan di UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulut dilihat bahwa asupan energi dari responden paling banyak terdapat asupan energi yang cukup yaitu 27 orang dengan persentase (87,1%), asupan energi kurang yaitu 1 orang dengan persentase (3,2%), dan asupan lebih 3 orang dengan persentase (9,7%). Hasil ini didapatkan dengan wawanccara menggunakan metode food recall 2 kali 24 jam. Hasil diukur dari AKG (Supariasa, et al., 2002) antara lain asupan energi lebih yaitu lebih dari 110 % total asupan energi/hari, asupan energi cukup yaitu 80% sampai 110% total asupan energi/hari, sedangkan asupan energi kurang yaitu kurang dari 80% total asupan energi/hari.
Penelitian yang dilakukan oleh (Anis, 2015) asupan energi yang berlebih sudah sangat banyak pada jaman modern saat ini makanan-makanan cepat saji yang biasanya mengandung banyak gula sangat mudah didapat dalam porsi besar dijumpai di restoran, tempat makan cepat saji, bioskop, mall, supermarket, maupun kantin kampus. Pola makan pada yang makin tinggi memengaruhi pertumbuhan dan dapat berdampak pada penyakit kronis di kemudian hari tentunya
6 Ketidakseimbangan antara asupan energi dapat menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang seperti penelitian yang dilakukan oleh (Inda, et al., 2015) di kabupaten minahasa bahwa banyak anak yang sudah berstatus gizi lebih.
Hubungan Antara Asupan Energi Dengan Kadar Gula Darah
Penelitian yang dilakukan yaitu melihat hubungan antara asupan energi dengan kadar gula darah pada pegawai UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Didapatkan responden yang memiliki asupan energi kurang dengan kadar gula darah baik terdapat 1 (3,2%) orang, respoden dengan asupan energi yang cukup dengan kadar gula darah baik terdapat 25 (80,6%) orang responden, dan juga terdapat 2 (6,5%) orang responden dengan nilai asupan energi yang cukup tapi kadar gula darah yang sangat tinggi, sedangkan untuk asupan energi lebih terdapat 1 (3,2%) orang responden yang memilki kadar gula darah tinggi dan 2 (6,5%) orang responden yang memiliki kadar gula darah sangat tinggi.
Hasil analisis statistik perhitungan menggunakan uji spearman dengan alpha (α) 0,005 maka didapat nilai probabilitas adalah p-value = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,005 (p < 0,05)
hubungannya sebesar (r=0,656). Berdasarkan hasil tersebut maka terdapat hubungan antara asupan energi dengan kadar gula darah pada pegawai di UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Trisnawati & Setyorogo, 2013) menyatakan bahwa demografi, faktor perilaku dan gaya hidup, serta keadaan klinis atau mental berpengaruh terhadap kadar gula dalam tubuh, pola makan termasuk dalam gaya hidup yang kurang baik sehingga asupan energi yang masuk ke dalam tubuh tidak teratur.
Studi crossectional yang dilakukan oleh (Yekti & Fitri, 2012) pasien DM tipe 2 dilaporkan bahwa asupan energi berhubungan dengan kadar gula darah.2 Makanan tinggi energi berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin sehingga dapat memacu peningkatan kadar gula darah. Beban glikemik memberikan gambaran tentang respon kadar gula darah terhadap makanan, terutama jumlah dan jenis karbohidrat tertentu di dalam makanan, Jumlah asupan karbohidrat dari makanan utama dan selingan mempengaruhi peningkatan kadar gula darah.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di UPTD Balai Pelatihan
7 Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. terdapat 26 (83,9%) orang yang memiliki kadar gula yang baik, 1 (3,2%) orang yang memiliki kadar gula yang tinggi 4 (12,9%) orang yang memilki kadar gula yang sangat tinggi.
2. asupan energi dari responden paling banyak terdapat asupan energi yang cukup yaitu 27 orang dengan persentase (87,1%), asupan energi kurang yaitu 1 orang dengan persentase (3,2%), dan asupan lebih 3 orang dengan persentase (9,7%). 3. Terdapat hubungan antara asupan
energi dengan obesitas pada pegawai di UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
SARAN
1. Bagi Pegawai UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara a. Untuk meningkatkan aktivitas fisik untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit degenaratif seperti berolaraga.
b. Membatasi konsumsi makanan yang menghasilkan kalori tinggi dan mengandung gula tinggi selalu mmengontrol jumlah asupan gizi yang dikonsumsi.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan agar dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang sama ataupun variabel lainnya yang berhubungan dengan kadar gula darah baik ataupun juga di tempat penelitian lainnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan sumbangan untuk ilmu pengetahuan bagi
DAFTAR PUSTAKA
American diabetes association, 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes. DIABETES CARE. Anis, P., 2015. hubungan frekuensi
makan diluar rumah dengan jumlah uang jajan dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswi di surakarta.
surakarta: PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET.
Awad, N., Langi, Y. A. & Pandelaki, K., 2013. GAMBARAN FAKTOR RESIKO PASIEN DIABETES MELITUS TIPE. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, p. 46. Betteng, R., Pangemanan, D. & Mayulu,
N., 2014. ANALISIS FAKTOR
RESIKO PENYEBAB
8 e-Biomedik (eBM), Volume 2, p. 405.
Boby, G., 2011. Relationship Between Age and Diabetic Treatment Type on the Frequency of Hyperglycemic Episodes Monitored by Continuous Glucose Monitoring. Hypoglycemia – Causes and Occurrences.
Djakani, H., Masinem, T. V. & Mewo, Y. M., 2013. gambaran kadar gula darah puasa pada laki-laki usia 40-59 tahun. eBM, Volume 1.
Inda, V., Fatimawali & Aaltje, E., 2015. gambaran kadar LDL pada remaja obes di minahasa. Jurnal e-Biomedik.
Khasanah, N., 2012. WASPADAI
BERAGAM PENYAKIT
DEGENARIF AKIBAT POLA MAKANAN. In: bacaan kesehatan lengkap dan praktis. yogyakarta: laksana, p. 83.
Rizky, T. M., Nasution, E. & Jumira, 2015. gambaran pola makan dan dukungan keluarga pada penderita Diabetes Melitus yang menjalani Rawat Jalan di RSU Dr. pirngadi Medan Tahun 2015. food pattern, family support, DM patient, p. 1. Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I.,
2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Tera, B. H. A., 2011. DETERMINAN
KETIDAKPATUHAN DIET.
Artikel Penelitian, p. 1.
Trisnawati, S. K. & Setyorogo, S., 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 5, p. 6.
WHO, W. H. O. & IASO, I. A. F. T. S. O. O., 2000. The Asia Pacific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment. Australia: Health Communications Australia Pty Limited on behalf of the Steering Committee.
Yekti, W. & Fitri, R., 2012. Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, Beban Glikemik,Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. MEDIA MEDIKA.
Zahtamal, Fifia, C., Suyanto & Tuti, R., 2011. faktor-faktor resiko pasien diabetes. Berita Kedokteran Masyarakat.