• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK NPK BERLAPIS ZEO-HUKALSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH DI TANAH PASIR PANTAI BUGEL KULON PROGO The Effects of Zeo-Hucalci Coated-NPK on Growth and The Yield of Shallot on Coastal Sandy Soil, Bugel, Kulon Progo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PUPUK NPK BERLAPIS ZEO-HUKALSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH DI TANAH PASIR PANTAI BUGEL KULON PROGO The Effects of Zeo-Hucalci Coated-NPK on Growth and The Yield of Shallot on Coastal Sandy Soil, Bugel, Kulon Progo"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK NPK BERLAPIS ZEO-HUKALSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

DI TANAH PASIR PANTAI BUGEL KULON PROGO

The Effects of Zeo-Hucalci Coated-NPK on Growth and The Yield of Shallot on Coastal Sandy Soil, Bugel, Kulon Progo

Oleh:

Syukur, A., Sulakhudin dan B. H. Sunarminto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta

Alamat korespondensi: Sulakhudin (Sulakhudin@ugm.ac.id)

ABSTRAK

Tanah pasir pantai memiliki kesuburan yang rendah karena sebagian besar hara hilang akibat proses pelindian. Untuk mengurangi kehilangan hara di tanah pasir pantai dapat dilakukan dengan melapisi pupuk NPK dengan humat-kalsium dan zeolit. Penelitian ini merupakan percobaan pot yang dilakukan di rumah kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dari bulan September sampai Oktober 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk NPK yang dilapisi dengan zeolit dan humat-kalsium (pupuk NPK Zeo Hukalsi) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah di tanah pasir pantai dan menentukan dosis optimunnya. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor perlakuan yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah jenis pupuk NPK, terdiri dari NPK Zeo Hukalsi dan NPK konvensional (phonska). Faktor kedua adalah dosis pupuk terdiri dari 0%, 50%, 100%, dan 150% dosis rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk NPK Zeo Hukalsi dapat meningkatkan tinggi tanaman dengan dosis yang optimum adalah 50% rekomendasi. Sedangkan pengaruh NPK Zeo Hukalsi terhadap peningkatan berat basah dan kering trubus bawang merah optimum pada dosis 100% rekomendasi.

Kata kunci: pupuk NPK, humat, zeolit, bawang merah, tanah pasir pantai.

ABSTRACT

Coastal sandy soils, in general, have low fertility and are easier subject to leaching. To reduce nutrient loss in sandy soil NPK fertilizers can be coated with humic-calcium and zeolite. The objectives of these pot experiment conducted in glass house of Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Gadjah Mada University from September to Oktober 2009 were to study the effects of NPK coated with zeo-hucalsi dosages on growth and the production of shallot of coastal sandy soil and to determine its optimum dose. Experimental design used was completely randomized design. The first factor was the kinds of NPK fertilizer, consisted of Zeo Hucalsi coated NPK and noncoated NPK. The second factor was the fertilizer dosages consisted of 0%, 50%, 100%, and 150% of recommended doses, replicated three times. The results showed that Zeo Hucalsi coated NPK caused of increasing plant height with optimum recommended dosage was 50%. The study also found that Zeo Hucalci NPK fertilizer of 100% recomendated dosage increased the wet and dry weight of shallot.

Key words: NPK fertilizer, humic, zeolit, shallot, coastal sandy soil

PENDAHULUAN

Bawang merah termasuk 10

komoditas hortikultura unggulan nasional

yang sedang dipacu produksinya, tahun

2010 diperkirakan kebutuhan mencapai

976.284 ton (Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian, 2006). Selain mempunyai nilai

ekonomis tinggi, bawang merah

bermanfaat untuk penyedap dan bahan

obat tradisional yang dipercaya dapat

meningkatkan kesehatan (Mahmoudabadi

and Nasery, 2009). Target produksi nasional bawang merah antara tahun 2005

sampai tahun 2025 diperkirakan meningkat

(2)

(Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2005).

Upaya peningkatan produksi bawang

merah sangat tergantung pada penyediaan

hara tanaman berupa pupuk. Bawang

merah untuk tumbuh baik membutuhkan

sedikitnya 110 kg ha-1 nitrogen, kalium, dan kalsium, serta sulfur, fosfor dan

magnesium dalam jumlah yang lebih

sedikit (Sullvian et al., 2001). Untuk mencapai produksi yang tinggi, aplikasi

pupuk N dan P pada bawang merah di

tingkat petani sebesar 200 kg N dan 110 kg

P2O5/ha dan 100 kg K/ha melebihi

rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh

Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Lembang, yaitu 180 kg N dan 90 kg P2O5

per hektar (Asandhi, dkk., 2005)

Pemupukan di lahan pasir tingkat

efisiensinya rendah karena sekitar 40–70%

of nitrogen, 80–90% of phosphor, and 50–

70% kalium dari pupuk yang diberikan

hilang melalui pencucian, penguapan,

immobilisasi mikrobia tanah (Lan, et al., 2008). Sulakhudin et al. (2010) melaporkan bahwa pelindian N mencapai

29,48% dari pupuk urea yang diberikan di

tanah pasir pantai.

Beberapa penelitian menujukkan

bahwa penggunaan pupuk lepas terkendali

secara efektif dapat mengurangi

kehilangan pupuk (Jarosiewicz and Tomaszewska, 2003). Pupuk yang

terkandung dalam pupuk ini lepas seiring

dengan pertumbuhan tanaman (Jesus et al.,

2001; Ge et al., 2002). Pupuk ini secara fisik dibuat dengan melapisi pupuk buatan

dengan beberapa bahan yang dapat

mengurangi laju kelarutan pupuk

(Tomaszewska et al., 2002). Hasil penelitian Wu and Liu (2008)

menunjukkan pupuk NPK yang dilapisi

chitosan mempunyai sifat lepas terkendali

yang baik, yaitu tidak lebih dari 75% hara

yang terkandung selama 30 hari.

Bahan pelapis pupuk dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu

mineral-mineral anorganik dan polimer organik

(Zou et al., 2009). Salah satu polimer organik yang dapat digunakan sebagai

bahan pelapis pupuk adalah bahan humat.

Hasil penelitian Ahmed et al. (2006) menunjukkan bahwa pemberian asam

humat bersama urea dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman dan efisiensi

pemupukan N dibandingkan dengan

perlakuan pemberian urea saja. Sebelum

digunakan sebagai pelapis bahan humat

dikomplek terlebih dahulu dengan kalsium

(Ca2+) untuk menjembatani antara gugus fungsional bahan humat dengan NO3 -.

Nitrat yang merupakan bentuk N dari

pupuk yang terlarut bermuatan negatif

sedangkan korboksil dan hidroksi yang

merupakan gugus fungsional yang

dominan dalam bahan humat juga negatif

(3)

kation dalam hal ini ion kalsium

(Sulakhudin et al., 2010).

Selain masalah rendahnya efisiensi

pemupukan, bidang pertanian khususnya

budidaya pertanian pada musim kemarau

juga dilanda kekeringan yang

mengakibatkan gagal panen di beberapa

daerah. Untuk itu perlu dirakit suatu pupuk

NPK berlapis ganda yang selain dapat

melepaskan hara secara lepas terkendali

juga mampu menyediakan air bagi

tanaman serta menjaga kelembaban tanah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

pupuk yang dilapisi polimer superabsorban

misalnya poli (sodium acrylate) mampu

mengurangi jumlah air irigasi,

memperbaiki retensi pupuk di dalam tanah,

menurunkan laju kematian tanaman dan

meningkatkan pertumbuhan tanaman (Nge

et al., 2004). Namun permasalahannya bahan kimia tersebut (sodium acrylate)

cukup mahal dan tidak cocok pada daerah

yang mengandung kadar garam tinggi

(tanah salin) (Li et al., 2007).

Zeolit mampu bertindak sebagai

superabsorban dengan biaya produksi yang

relatif murah. Zeolit dari Gunung Kidul

mampu menyerap air sebanyak 12,92 –

17,54 % (Yuminti, 2005). Hasil penelitian

Soetanto dan Mohamad (2004)

menunjukkan pemberian zeolit dosis

11-15% berpengaruh terhadap efisiensi

penggunaan air paling optimum. Selain itu

sumber zeolit di Indonesia relatif banyak,

berdasarkan hasil penyelidikan Direktorat

Sumberdaya Mineral, jumlah cadangan

sumberdaya zeolit di Indonesia tidak

kurang dari 205.825.080 ton (Husaini,

2007). Kombinasi dari bahan pelapis

pupuk berupa humat-kalsium (hukalsi) dan

zeolit yang relatif murah dan mudah

diperoleh dapat menurunkan biaya

pemupukan, serta dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang

merah di tanah pasir pantai.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah

Kaca Fakultas Pertanian Universitas

Gadjah Mada dari bulan Mei 2009 sampai

dengan bulan Oktober 2009. Bahan-bahan

yang digunakann dalam penelitian ini

antara lain : benih bawang merah varietas

Tiron bibit tua dengan berat 4 – 6 gram per

umbi, tanah pasir pantai yang diambil dari

daerah Bugel, pupuk NPK Zeo-Hukalsi,

pupuk NPK phonska, pupuk kandang

sebagai pupuk dasar serta bahan-bahan lain

yang diperlukan untuk analisis tanah dan

tanaman di laboratorium. Sedangkan

peralatan yang dibutuhkan antara lain :

pot/polybag, ember, gayung, timbangan,

meteran, kantong plastik, alat tulis

menulis, serta alat-alat laboratorium untuk

analisis tanah maupun jaringan tanaman.

Percobaan disusun dalam Rancangan

Acak Lengkap (RAL) menggunakan dua

(4)

pupuk dan 3 aras takaran pupuk, sehingga

ada 6 kombinasi perlakuan ditambah 1

perlakuan kontrol yang disusun secara

acak dengan 3 ulangan. Kombinasi

perlakuan pemupukan tersebut adalah:

Kontrol (K:Tidak diberi pupuk), N1T1

(Pupuk NPK phonska konsentrasi 50%

dosis 2,01 g/pot), N1T2 (Pupuk NPK

phonska konsentrasi 100% dosis 4,02

g/pot), N1T3 (Pupuk NPK phonska

konsentrasi 150% dosis 6,03 g/pot), N2T1

(Pupuk NPK Zeo Hukalsi konsentrasi 50%

dosis 3,99 g/pot), N2T2 (Pupuk NPK Zeo

Hukalsi konsentrasi 100% dosis 7,98

g/pot) dan (N2T3 : Pupuk NPK Zeo

Hukalsi konsentrasi 150% dosis 11,97

g/pot)

Tanah Pasir Pantai sebanyak 10 kg

kering angin dimasukkan ke dalam

polybag pot plastik dengan diameter 90 cm

dan tinggi 50 cm yang dilubangi bagian

bawahnya. Selanjutnya diberi pupuk

kandang sebanyak 100,5 gram/polybag

sebagai pupuk dasar dan diinkubasikan

selama 2 minggu. Pemupukan dilakukan

secara split (berlangsung selama dua

tahap) masing-masing setengah dosis

perlakuan pemupukan. Penanaman

tanaman bawang merah dilaksanakan

setelah masa inkubasi perlakuan pupuk

split pertama selesai (3 hari setelah

pemberian pupuk tahap 1). Penyiraman

dilakukan dua hari sekali pada kapasitas

lapang. Pemanenan dilakukan pada saat

tanaman bawang merah berumur 60 hari.

Setiap polybag tanaman bawang

merah diamati tinggi tanaman (satu

minggu sekali), jumlah anakan (satu

minggu sekali), jumlah daun (satu minggu

sekali), serta bobot basah dan bobot kering

(akar, trubus, dan umbi) pada saat panen.

Analisis tanah meliputi sifat kimia dan

fisika tanah asli dan tanah setelah

perlakuan. Sedangkan analisis jaringan

tanaman dilakukan untuk hara N, P, dan K.

Beberapa sifat kimia dan fisika diukur

dengan menggunakan metode standar.

Tekstur tanah ditentukan dengan metode

pipet, pH (H2O dan KCl), bahan organik

menggunakan metode Walkey and Black,

N total dengan metode Kjeldahl, P2O5 dan

K2O5 dengan 25% HCl, KTK tanah

ditentukan dengan ekstrak 1 M

ammonium. Analisa fisika dan kimia tanah

mengikuti metode yang tercantum dalam

Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,

Tanaman, Air, dan Pupuk (Balai Penelitian

Tanah, 2005).

Data hasil percobaan dianalisis

dengan analisis sidik ragam untuk

mengetahui adanya perlakuan yang

berpengaruh nyata.Apabila pengaruhnya

berbeda nyata (F Hitung > F Tabel) maka

dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda

Duncan (DMRT) dengan jenjang nyata 5%

untuk mengetahui perlakuan mana yang

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanah Pasir Pantai dan Pupuk Zeo-Hukalsi

Beberapa sifat kimia dan fisika tanah

yang digunakan dalam penelitian tertera

dalam Tabel 1. Tekstur tanah tergolong

pasir karena partikelnya didominasi oleh

fraksi pasir yang mencapai 96 %. BV tanah

pasir pantai sebesar 1,80g/cm3 termasuk tinggi (Hazelton and Murphy, 2007). Menurut Warrick (2002) nilai BV suatu

tanah tergantung pada susunan

partikel-partikel tanah membentuk suatu kumpulan

(pengepakan), partikel-partikel pasir dapat

tersusun lebih dekat satu dengan lainnya

sehingga mempunyai BV antara 1,4

sampai 1,9 g/cm3. BJ tanah pasir pantai

sebesar 2,78 g/cm3 (Tabel 1) lebih besar nilai BJ tanah pada umumnya, yaitu

sebesar 2,65 g/cm3 (Chesworth, 2008). Nilai BJ tanah pasir pantai yang tinggi

disebabkan karena tingginya kandungan

mineral-mineral besi yang berasal dari

bahan induknya, yaitu bahan volkanik

merapi muda berupa pasir hitam

(Mulyaningsih, dkk., 2006).

Tabel 1 menunjukkan bahwa porositas

tanah pasir pantai yang digunakan dalam

penelitian tergolong sangat tinggi, yaitu

mencapai 44,26 %. Porositas yang tinggi

akan menyebabkan air yang hilang sangat

besar, ini dapat dilihat dari nilai

permebialitasnya yang sangat tinggi, yaitu

sebesar 134,7 cm/jam. Banyaknya air yang

Tabel 1. Karakteristik Tanah Pasir Pantai Bugel, Panjatan, Kulon Progo.

Sifat-sifat Tanah Nilai Satuan Harkat

Fraksi tanah

Lempung 3,0 % -

Debu 7,0 % -

Pasir 90,0 % -

Kelas tekstur tanah Pasir -

BV 1,80 g/cm3 -

Bj (g/cm3) 2,78 g/cm3 -

Lengas tanah kapasitas lapangan 2,10 %

Porositas 44,26 % Sangat tinggi

Permeabilitas 134,7 cm/jam Sangat cepat

pH H2O 7,1 - Netral

pH KCl 5,3 - Agak masam

C organik 0,07 % Sangat rendah

Bahan organik 0,11 % Sangat rendah

N total 0,02 % Sangat rendah

N-NO3- 4,3 ppm Sangat rendah

N-NH4+ 0,7 ppm Sangat rendah

P2O5 (Olsen) 6,66 ppm Sangat rendah

K 0,10 cmol (+) kg-1 rendah

Ca 0,24 cmol (+) kg-1 Sangat rendah

(6)

hilang menyebabkan kandungan lengas

tanah pasir menjadi rendah sehingga

kandungan air dalam kondisi kapasitas

lapangan sangat rendah, yaitu hanya

2,10%. Kandungan lengas ini lebih kecil

dibandingkan tanah pasir pantai Oporto

Portugal yang mencapai 2,40 %

(Albergaria, et al., 2010). Menurut Tsoar

(2004) bahwa porositas tanah yang tinggi,

rendahnya air dalam kapasitas lapangan

dan ketersediaan air bagi tanaman yang

rendah disebabkan oleh tekstur pasir.

Porositas dan permeabilitas tanah

pasir pantai yang tinggi menyebabkan laju

pencucian unsur hara di dalam tanah

sangat tinggi. Tabel 1 menunjukkan

kandungan hara seperti N total (0,02 %), P

tersedia (6,66 ppm), Ca tersedia

(0,24cmol.kg-1). Kandungan N tersedia tanah pasir pantai lebih banyak dalam

bentuk nitrat (N-NO3- = 4,26 ppm) dari

pada ammonium (N-NH4+ = 0,70 ppm),

hal ini disebabkan pada kondisi keadaan

aeresi baik atau cukup tersedianya oksigen,

bakteri nitrifikasi mengoksidasi NH4+

menjadi NO3-, sehingga bentuk NO3

-menjadi lebih dominan di tanah pasir

(Wolkowski, et al., 2006). Kalium tersedia

di tanah pasir pantai sebesar 0,17 cmol.kg-1 tergolong rendah. Rosmarkan dan Yuwono

(2002) menyatakan bahwa umumnya tanah

pasiran cukup K hanya mungkin dalam

bentuk belum tersedia bagi tanaman, K

masih berada pada mineral primer seperti

feldspar dan mika pada partikel pasir.

Kandungan hara yang sangat rendah di

tanah pasir pantai juga disebabkan oleh

rendahnya tanah pasir pantai mengikat

hara, yang tercermin dari nilai Kapasitas

Pertukaran Kation (KPK) yang sangat

rendah yaitu 3,67 cmol.kg-1.

Harkat KPK yang sangat rendah

pada tanah ini disebabkan oleh beberapa

hal antara lain : (1) Rendahnya fraksi

lempung (0,90 %) yang merupakan sumber

muatan negatif baik pada kisi mineral

maupun pinggir mineral; (2) Kandungan

bahan organik sangat rendah yaitu 0,13 %.

Bahan organik tergantung derajad

humifikasinya, seperti senyawa humin,

asam humat dan asam fulvat dapat

menyumbang muatan negatif sampai 200

cmol.kg-1 melalui disosiasi H+ pada gugus karboksil dan fenol (Tan, 1998).

Berdasarkan uraian di atas, tanah pasir

pantai mempunyai tingkat kesuburan yang

rendah dengan permasalahan utama adalah

rendahnya ketersediaan hara karena

porositas dan permeabilitas yang tinggi.

Salah satu cara untuk untuk

meningkatkan kandungan hara tanah pasir

pantai adalah dengan menambahkan pupuk

NPK Zeo Hukalsi. Pupuk NPK Zeo

Hukalsi adalah pupuk NPK Phonska yang

dilapisi dengan humat-kalsium (hukalsi)

sebagai pelapis yang pertama, kemudian

sebagai pelapis keduanya adalah zeolit.

(7)

digunakan Z4H3, yaitu pupuk NPK yang

dilapisi hukalsi 30% dan zeolit 100%.

Pupuk Zeo-Hukalsi ini merupakan pupuk

Zeo-Hukalsi terbaik dari 12 jenis pupuk

NPK Zeo-Hukalsi yang telah diuji dengan

pengujian kemampuan absorbs air,

pelepasan hara dan kapasitas menyimpan

air di tanah pasir pantai (Syukur, dkk.,

2010). Kandungan hara N, P, dan K dalam

pupuk NPK Zeo-Hukalsi berturut-turut

sebesar 7,56 % N, 7,71 %P2O5, dan 9,68

%K2O. Kandungan hara pupuk NPK

Zeo-Hukalsi lebih rendah dari pupuk asalnya

yaitu NPK phonska yang kandungan hara

N,P, dan K masing-masing 15%.

Penurunan kandungan hara ini disebabkan

karena adanya tambahan bahan pelapis

pupuk yaitu hukalsi dan zeolite dan karena

proses pemanasan yang dilakukan pada

pupuk selama proses pelapisan.

Pengaruh Macam dan Takaran Pupuk NPK terhadap Ketersediaan Hara N, P, dan K di Tanah Pasir Pantai

Pengaruh perlakuan terhadap

perubahan beberapa sifat kimia tanah pasir

pantai dapat dilihat pada Tabel 2.

Pemberian pupuk NPK maupun NPK zeo

hukalsi cenderung menurunkan pH tanah

pasir pantai. Pada takaran 150 % NPK dan

NPK zeo hukalsi menunjukkan adanya

penurunan pH yang nyata dibandingkan

kontrol. Hasil penelitian Sarno (2009)

melaporkan hal yang sama bahwa

pemberian NPK menurunkan pH tanah

secara sangat nyata dibandingkan dengan

kontrol. Penurunan pH tanah disebabkan

adanya pengaruh pemasaman tanah akibat

pemberian pupuk N (Hati et al., 2008). Hara N yang terkandung dalam pupuk

NPK akan terlepas ke tanah dalam bentuk

amonium (NH4+), sebagian ion amonium

akan teroksidasi menjadi amonia dengan

melepaskan ion H+ (Jones et al., 2007; Liu et al., 2010). Ion H+ yang akan menyebabkan pH tanah pasir pantai

menjadi menurun.

Tabel 2 menunjukkan perlakuan

pemberian pupuk NPK maupun NPK Zeo

Hukalsi meningkatkan ketersediaan

kandungan N, P, K dan Ca tersedia.

Kandungan NH4+ di tanah pasir meningkat

dengan semakin meningkatnya takaran

pupuk pupuk NPK maupun NPK Zeo

Hukalsi. Hal ini sesuai dengan penelitian

Syukur dan Harsono (2007) yang

melaporkan bahwa pupuk NPK dapat

melepaskan N anorganik seperti NH4+dan

NO3-, sehingga semakin tinggi dosis pupuk

yang diberikan maka kandungan

bentuk-bentuk N tersebut akan semakin

meningkat. Kandungan NO3- pada

perlakuan pemberian pupuk NPK Zeo

Hukalsi takaran 150% lebih rendah dari

takaran 100%. Hal ini diduga zeolit dalam

pupuk takaran NPK Zeo Hukalsi takaran

150% mempunyai pengaruh negatif

terhadap kandungan NO3-. Menurut Al

Jabri (2008) zeolit dapat menghambat 30 –

(8)

Tabel 2. Beberapa sifat kimia tanah pasir pantai yang diberi berbagai dosis pupuk NPK dan NPK Zeo Hukalsi

Perlakuan pH

H2O

N-NH4+

(ppm)

N-NO3

-(ppm)

P tersedia

(ppm)

K tersedia (cmol(+) Kg-1)

Ca tersedia

(cmol(+) Kg-1) Kontrol 6,70 a 2,57 b 2,11 c 27,79 d 0,69 d 0,66 a NPK 50% 6,38 ab 3,74 b 7,72 ab 43,37 cd 1,04 cd 0,65 a NPK 100% 6,09 ab 11,23 ab 7,49 ab 57,45 abc 1,41 bc 0,83 a NPK 150% 5,82 b 11,47 ab 6,08 b 72,00 a 2,09 a 0,89 a NPK Zeo-Hukalsi 50% 6,53 ab 3,76 b 6,06 b 64,31 ab 0,77 d 0,93 a NPK Zeo-Hukalsi 100% 6,52 ab 10,07 ab 8,43 a 58,85 abc 1,12 bcd 0,96 a NPK Zeo-Hukalsi 150% 5,87 b 33,50 a 7,4 ab 53,37 bc 1,56 b 1,37 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata dengan uji DMRT 5 %

Kandungan P tersedia dan K

tersedia pada pemberian pupuk NPK

maupun NPK zeo Hukalsi meningkat

dengan nyata dibandingkan kontrol. Tabel

2 menunjukkan P tersedia pada perlakuan

pemberian pupuk NPK lebih tinggi dari

pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi. Hal

ini disebabkan Ca tersedia pada perlakuan

pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi lebih

tinggi, sehingga lebih banyak P yang

terfikasasi oleh Ca membentuk ikatan Ca-P

yang bersifat sukar larut (Nursyamsi dan

Setyorini, 2009).

Pengaruh Macam dan Takaran Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Tanah Pasir Pantai

Pengaruh jenis dan takaran pupuk

NPK terhadap komponen pertumbuhan

bawang merah berupa tinggi tanaman dan

jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tinggi tanaman pada 21 hari setelah tanam

(hst) perlakuan kontrol lebih tinggi

dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini

diduga kebutuhan hara tanaman bawang

merah masih dapat dipenuhi oleh pupuk

kandang. Pada 35 hst mulai

nampakpeningkatan tinggi tanaman

perlakuan pemberian pupuk NPK dan NPK

Zeo Hukalsi. Peningkatan tinggi tanaman

terus berlanjut sampai hari 56 hst, yang

menunjukkan perlakuan pemberian pupuk

NPK dan NPK Zeo Hukalsi lebih tinggi

dari kontrol. Perlakuan kontrol mempunyai

pertumbuhan awal yang cepat, pada 56 hst

mulai melambat dan daunnya mulai

mengering. Hal ini menunjukkan bahwa

unsur hara di dalam tanah yang hanya

diberi pupuk kandang sudah tidak

mencukupi untuk pertumbuhannya.

Tabel 3 menunjukkan perlakuan

pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi

takaran 50% paling tinggi dibandingkan

perlakuan lainnya dan berbeda nyata

dengan kontrol. Pupuk NPK Zeo Hukalsi

(9)

Tabel 3. Pengaruh beberapa dosis dan jenis pupuk NPK terhadap pertumbuhan bawang merah

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) 21 HST 35 HST 56 HST 21 HST 35 HST 56 HST Kontrol 30,13 a 34,53 ab 31,17 b 16,00 a 22,33 a 24,00 a NPK 50% 25,30 b 30,93 b 33,47 ab 17,66 a 24,33 a 26,67 a NPK 100% 29,43 a 33,07 b 34,50 ab 20,33 a 28,33 a 32,33 a NPK 150% 25,10 b 30,73 b 31,40 b 18,66 a 23,66 a 27,00 a NPK Zeo-Hukalsi 50% 30,07 a 37,33 a 39,13 a 16,00 a 25,66 a 29,00 a NPK Zeo-Hukalsi 100% 26,37 ab 32,53 b 35,57 ab 19,00 a 29,66 a 35,33 a NPK Zeo-Hukalsi 150% 25,00 b 30,77 b 32,80 ab 17,66 a 26,33 a 28,67 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata dengan uji DMRT 5 %

Tabel 4. Pengaruh beberapa dosis dan jenis pupuk NPK terhadap hasil bawang merah

Perlakuan Berat Basah (gram) Berat Kering (gram)

Akar Trubus Umbi Akar Trubus Umbi Kontrol 1,65 a 14,58 ab 5,74 a 0,30 a 1,43 bc 2,36 a NPK 50% 1,22 a 16,52 a 8,47 a 0,17 a 1,75 abc 4,08 a NPK 100% 0,84 a 14,93 ab 9,35 a 0,16 a 1,95 ab 5,05 a NPK 150% 0,46 a 9,14 b 5,30 a 0,11 a 1,01 c 1,46 a NPK Zeo-Hukalsi 50% 0,86 a 13,5 ab 6,17 a 0,15 a 1,3 bc 2,42 a NPK Zeo-Hukalsi 100% 1,43 a 17,49 a 6,90 a 0,20 a 2,28 a 2,29 a NPK Zeo-Hukalsi 150% 1,04 a 10,33b 6,34 a 0,18 a 1,33 bc 2,65 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata dengan uji DMRT 5 %

hara secara terkendali, pada hari ke-30

hara N, P dan K yang terlepas

berturut-turut sebanyak 62,30%, 85,75% dan

51,58% (Syukur dkk., 2010). Pelepasan hara yang terkendali dapat mengurangi

hara yang hilang, sehingga dapat

mencukupi kebutuhan hara bagi bawang

merah dalam jangka waktu yang lebih

lama dibandingkan pupuk NPK.

Kehilangan hara yang lebih kecil dari

pupuk NPK Zeo Hukalsi menyebabkan

takaran 50% sudah optimum bagi

pertumbuhan bawang merah di tanah pasir

pantai.

Perlakuan takaran pupuk NPK dan

NPK Zeo Hukalsi tidak berbeda nyata

untuk parameter akar dan umbi bawang

merah dalam keadaan basah maupun

kering. Tabel 4 menunjukkan berat basah

maupun berat kering umbi bawang merah

terbanyak pada perlakuan pemberian

pupuk NPK takaran 100%. Jika

dibandingkan dengan pupuk NPK Zeo

Hukalsi pada takaran yang sama, maka

pupuk NPK memberikan hasil umbi kering

dua kali lebih banyak. Hal ini diduga hara

P dari pupuk NPK Zeo Hukalsi banyak

yang tidak tersedia karena diikat oleh Ca

yang berasal dari hukalsi maupun zeolit

membentuk ikatan Ca-P. Menurut Suwardi

dan Suryaningtyas (1995), bahwa

(10)

Ca yang dapat dipertukarkan. Kehadiran

kation Ca ini mengakibatkan adanya

pengikatan anion H2PO4- sehingga unsur

P menjadi sukar tersedia. Namun demikian

unsur hara yang dijerap ini diharapkan

merupakan cadangan unsur hara untuk

tanaman berikutnya.

KESIMPULAN

1. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi

secara nyata dapat meningkat tinggi

tanaman bawang merah di tanah pasir

pantai dengan dosis optimum adalah

50% rekomendasi.

2. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi

belum dapat meningkatkan jumlah

daun bawang merah di tanah pasir

pantai.

3. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi

secara nyata dapat meningkat berat

trubus bawang merah di tanah pasir

pantai dengan dosis optimum adalah

100% rekomendasi.

4. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi

belum dapat meningkatkan berat akar

dan umbi bawang merah di tanah pasir

pantai secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, O.H., H. Aminuddin and M.H.A. Husni. 2006. Effects of urea, humic acid and phosphate interactions in fertilizer microsites on ammonia volatilization and soil ammonium and nitrate contents. Int. J. Agric. Res., 1: 25-31.

Albergaria, J. T., M. Conceição, M. A. Ferraz, M. Cristina and F. D. Matos. 2010. Estimation of Pollutant Partition In Sandy Soils With Different Water Contents. Environ Monit Assess. DOI 10.1007/s10661-009-1269-y.

Al Jabri. M. 2008. Tantangan dan peluang pengembangan pembenah tanah zeolit pada lahan terdegradasi untuk peningkatan produksi tanaman pangan. Prosiding seminar nasional dan dialog sumberdaya lahan pertanian. Buku II: Teknologi pengelolaan sumberdaya lahan. Bogor, 18-20 November 2008. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. pp. 533-550

Asandhi, A. A., N. Nurtika, dan N. Sumarni. 2005. Optimasi pupuk dalam usahatani LEISA bawang merah di dataran rendah. J. Hort., 15(3): 199-207.

Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. 2005. Prospek dan arah

pengembangan agribisnis bawang

merah. Departemen Pertanian.

Jakarta.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 136p.

Chesworth, W. 2008. Encyclopedia of soil science. Springer Dordrecht, Berlin, Heidelberg, New York. 902p.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2006. Road map pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil bawang merah. Departemen Pertanian, Jakarta.

(11)

physical properties and organic carbon content of an alfisol. Geoderma, 148: 173–179.

Hazelton, P. A. and B. Murphy. 2007. Interpreting soil test results: what do all the numbers mean? [2nd ed.]. CSIRO Publishing. Collingwood VIC 3066 Australia. 152 p.

Husaini. 2007. Karakteristik dan deposit pembenah tanah zeolit di indonesia. Puslitbang teknologi mineral dan batubara bandung. Dipresentasikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat Pupuk, Mendukung Peningkatan Produksi Beras, Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air, Deptan. Bekerjasama dengan konsorsium Pembenah Tanah Indonesia pada 5 April 2007 di Jakarta.

Jarosiewicz, A. and M. Tomaszewska. 2003. Controlled-release NPK fertilizer encapsulated by polymeric membranes. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 51: 413-417. Jesus, N., I. R. Maria and M. A. Jose.

2001. Controlled release of manganese into water from coated experimental fertilizer. Laboratory Characterization. J. Agric. Food Chem. 49: 1298.

Jones, C. A., R. T. Koenig , J. W. Ellsworth , B. D. Brown , and G. D. Jackson. 2007. Management of urea fertilizer to minimize volatilization. U.S. Department of Agriculture. New York.

Lan, W., M. Liu and R. Liang. 2008. Preparation and properties of a double-coated slow-release NPK compound fertilizer with superabsorbent and water-retention. Bioresource Technology, 99: 547– 554.

Li, A., J. Zhang and A. Wang. 2007. Utilization of starch and clay for the preparation of superabsorbent

composite. Bioresource Technology, 98: 327–332.

Liu, E. K., C.Yan , X. Mei, W. H, S. H. Bing, L. Ding, Q. Liu, S. Liu and T.

Fan. 2010. Long-term effect of

chemical fertilizer, straw, and manure on soil chemical and biological properties in Northwest China. Geoderma.

Mahmoudabadi, A. Z. and M. K. G. Nasery. 2009. Anti fungal activity of shallot, Allium ascalonicum Linn. (Liliaceae). Journal of Medicinal Plants Research, 3(5): 450-453. Mulyaningsih, S., Sampurno, Y. Zaim, D.

J. Puradimaja, S. Bronto dan D. A. Siregar. 2006. Perkembangan geologi pada kuarter awal sampai masa sejarah di Dataran Yogyakarta. Jurnal Geologi Indonesia. 1(2): 103-113.

Nge, T., et al. 2004. Swelling behavior of chitosan/poly (acrylic acid) complex. Journal of Applied Polymer Science, 92: 2930-2940.

Nurhayati, A. Said, dan Junaidi. 2007. Proseding Seminar Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian dalam Pembangunan Berkelanjutan. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Bandung. pp. 251 – 258.

Nursyamsi, D. dan D. Setyorini. 2009. Ketersediaan p tanah-tanah netral dan alkalin. Jurnal Tanah dan Iklim, 30.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sarno. 2009. Pengaruh kombinasi NPK dan pupuk kandang terhadap sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman caisim. J. Tanah Trop., 14(3): 211-219.

(12)

kakao di tanah pasiran. Pelita Perkebunan, 20(3): 123-131.

Sulakhudin, A. Syukur, D. Shiddieq, and T. Yuwono. 2010. Effect of coated urea with humic-calcium on transformation of nitrogen in coastal sandy soil: a soil column method. J Trop Soils.,15(1): 11-18.

Sullivan, D.M., et al. 2001. Nutrient management for onions in the Pacific Northwest. Pacific Northwest Extension publications, pp. 2–7.

Suwardi dan Suryaningtyas, D.T. 1995. Pengaruh pemberian zeolit terhadap Kapasitas Tukar kation (KTK) tanah dan produksi tanaman tomat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 5(2):82-88.

Syukur, A dan E. S. Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK terhadap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 8(2): 138-145 Syukur, A., B.H. Sunarminto dan

Sulakhudin. 2010. Pengaruh zeolit dan hukalsi terhadap daya retensi air dan pelepasan hara pupuk NPK. pp.107-114. Dalam: Prosiding Seminar Hasil Penelitian UGM. Kluster Agro. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM.

Tan, K.H. 1998, Principle of soil Chemistry. Third Edition, Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc. madison Avenue. New York. 521p.

Tomaszewska, M., Anna, J., and Krzysztof, K. 2002. Physical and chemical characteristics of polymer coatings in CRF formulation. Desalination, 146(3): 19-323.

Tsoar, H. 2004. Sand dune. In encyclopedia of soils in the environment. 1 edition. Academic Press, Columbia University New York. p. 462-471.

Warrick, A. W. 2002. Soil physics companion. CRC Press LLC. 2000 N.W. Corporate Blvd., Boca Raton, Florida. 389p.

Wolkowski, R.P., K.A. Kelling, and L.G. Bundy. 2006. Nitrogen management on sandy soils.(on-line). http://www. learningstore. uwex.edu. diakses 23 Januari 2006.

Wu, L. and M. Liu. 2008. Preparation and properties of chitosan-coated NPK compound fertilizer with controlled-release and water-retention. Carbohydrate Polymers, 72: 240-247.

Yuminti, S. 2005. Karakteristik dan potensi batuan yang mengandung zeolit di daerah Banteng Wareng Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Saintifika Gadjah Mada, 2(1): 40-50.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Tanah Pasir Pantai Bugel, Panjatan, Kulon Progo.
Tabel 2. Beberapa sifat kimia tanah pasir pantai yang diberi berbagai dosis pupuk NPK dan NPK Zeo Hukalsi
Tabel 3. Pengaruh beberapa dosis dan jenis pupuk NPK terhadap pertumbuhan bawang merah

Referensi

Dokumen terkait

mencapai budaya perubahan, maka akan lebih baik mengaitkan evaluasi kinerja dengan imbalan kerja (rewards) dalam pelaksanaan pengembangan SDM (Adie E. Tujuan pengembangan

Berdasarkan tabel dan grafik rerata perubahan yang terjadi pada hepar setiap kelinci terhadap perlakuan menunjukkan bahwa, infiltrasi lemak dan sel radang pada

Dengan menggunakan dasar teori agensi, stakeholder, sinyal, dan legitimasi yakni mengenai ukuran perusahaan yang besar, adanya cross listing , tingkat risiko yang tinggi,

Bagaimana kontribusi penerimaan PBB terhadap pendapatan daerah pada pemerintah daerah Kota Padang dari tahun 2006 sampai dengan 2010 ?... Berdasarkan rumusan masalah

pada bahan komposit tersebut rendah, maka tidak akan mampu menahan tekanan yang lebih besar sehingga menyebabkan retakan (cracking). Keretakan juga dapat diakibatkan dari

Secara umum ada 3 pertanyaan ilmiah yang akan dianalisis dalam penelitian pengembangan ini, yaitu (1) Bagaimana rancang bangun e-learning berbasis Schoology untuk

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui padat tebar terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup dalam pemeliharaan Ikan Bawal Air Tawar adalah perlakuan

Pengaruh pembenah tanah terhadap sifat fisika tanah dan hasil bawang merah pada lahan pasir Pantai Bugel, Kabupaten Kulon Progo. Pengaruh