PENGARUH PUPUK NPK BERLAPIS ZEO-HUKALSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH
DI TANAH PASIR PANTAI BUGEL KULON PROGO
The Effects of Zeo-Hucalci Coated-NPK on Growth and The Yield of Shallot on Coastal Sandy Soil, Bugel, Kulon Progo
Oleh:
Syukur, A., Sulakhudin dan B. H. Sunarminto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta
Alamat korespondensi: Sulakhudin (Sulakhudin@ugm.ac.id)
ABSTRAK
Tanah pasir pantai memiliki kesuburan yang rendah karena sebagian besar hara hilang akibat proses pelindian. Untuk mengurangi kehilangan hara di tanah pasir pantai dapat dilakukan dengan melapisi pupuk NPK dengan humat-kalsium dan zeolit. Penelitian ini merupakan percobaan pot yang dilakukan di rumah kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dari bulan September sampai Oktober 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk NPK yang dilapisi dengan zeolit dan humat-kalsium (pupuk NPK Zeo Hukalsi) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah di tanah pasir pantai dan menentukan dosis optimunnya. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor perlakuan yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah jenis pupuk NPK, terdiri dari NPK Zeo Hukalsi dan NPK konvensional (phonska). Faktor kedua adalah dosis pupuk terdiri dari 0%, 50%, 100%, dan 150% dosis rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk NPK Zeo Hukalsi dapat meningkatkan tinggi tanaman dengan dosis yang optimum adalah 50% rekomendasi. Sedangkan pengaruh NPK Zeo Hukalsi terhadap peningkatan berat basah dan kering trubus bawang merah optimum pada dosis 100% rekomendasi.
Kata kunci: pupuk NPK, humat, zeolit, bawang merah, tanah pasir pantai.
ABSTRACT
Coastal sandy soils, in general, have low fertility and are easier subject to leaching. To reduce nutrient loss in sandy soil NPK fertilizers can be coated with humic-calcium and zeolite. The objectives of these pot experiment conducted in glass house of Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Gadjah Mada University from September to Oktober 2009 were to study the effects of NPK coated with zeo-hucalsi dosages on growth and the production of shallot of coastal sandy soil and to determine its optimum dose. Experimental design used was completely randomized design. The first factor was the kinds of NPK fertilizer, consisted of Zeo Hucalsi coated NPK and noncoated NPK. The second factor was the fertilizer dosages consisted of 0%, 50%, 100%, and 150% of recommended doses, replicated three times. The results showed that Zeo Hucalsi coated NPK caused of increasing plant height with optimum recommended dosage was 50%. The study also found that Zeo Hucalci NPK fertilizer of 100% recomendated dosage increased the wet and dry weight of shallot.
Key words: NPK fertilizer, humic, zeolit, shallot, coastal sandy soil
PENDAHULUAN
Bawang merah termasuk 10
komoditas hortikultura unggulan nasional
yang sedang dipacu produksinya, tahun
2010 diperkirakan kebutuhan mencapai
976.284 ton (Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, 2006). Selain mempunyai nilai
ekonomis tinggi, bawang merah
bermanfaat untuk penyedap dan bahan
obat tradisional yang dipercaya dapat
meningkatkan kesehatan (Mahmoudabadi
and Nasery, 2009). Target produksi nasional bawang merah antara tahun 2005
sampai tahun 2025 diperkirakan meningkat
(Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2005).
Upaya peningkatan produksi bawang
merah sangat tergantung pada penyediaan
hara tanaman berupa pupuk. Bawang
merah untuk tumbuh baik membutuhkan
sedikitnya 110 kg ha-1 nitrogen, kalium, dan kalsium, serta sulfur, fosfor dan
magnesium dalam jumlah yang lebih
sedikit (Sullvian et al., 2001). Untuk mencapai produksi yang tinggi, aplikasi
pupuk N dan P pada bawang merah di
tingkat petani sebesar 200 kg N dan 110 kg
P2O5/ha dan 100 kg K/ha melebihi
rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Lembang, yaitu 180 kg N dan 90 kg P2O5
per hektar (Asandhi, dkk., 2005)
Pemupukan di lahan pasir tingkat
efisiensinya rendah karena sekitar 40–70%
of nitrogen, 80–90% of phosphor, and 50–
70% kalium dari pupuk yang diberikan
hilang melalui pencucian, penguapan,
immobilisasi mikrobia tanah (Lan, et al., 2008). Sulakhudin et al. (2010) melaporkan bahwa pelindian N mencapai
29,48% dari pupuk urea yang diberikan di
tanah pasir pantai.
Beberapa penelitian menujukkan
bahwa penggunaan pupuk lepas terkendali
secara efektif dapat mengurangi
kehilangan pupuk (Jarosiewicz and Tomaszewska, 2003). Pupuk yang
terkandung dalam pupuk ini lepas seiring
dengan pertumbuhan tanaman (Jesus et al.,
2001; Ge et al., 2002). Pupuk ini secara fisik dibuat dengan melapisi pupuk buatan
dengan beberapa bahan yang dapat
mengurangi laju kelarutan pupuk
(Tomaszewska et al., 2002). Hasil penelitian Wu and Liu (2008)
menunjukkan pupuk NPK yang dilapisi
chitosan mempunyai sifat lepas terkendali
yang baik, yaitu tidak lebih dari 75% hara
yang terkandung selama 30 hari.
Bahan pelapis pupuk dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu
mineral-mineral anorganik dan polimer organik
(Zou et al., 2009). Salah satu polimer organik yang dapat digunakan sebagai
bahan pelapis pupuk adalah bahan humat.
Hasil penelitian Ahmed et al. (2006) menunjukkan bahwa pemberian asam
humat bersama urea dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan efisiensi
pemupukan N dibandingkan dengan
perlakuan pemberian urea saja. Sebelum
digunakan sebagai pelapis bahan humat
dikomplek terlebih dahulu dengan kalsium
(Ca2+) untuk menjembatani antara gugus fungsional bahan humat dengan NO3 -.
Nitrat yang merupakan bentuk N dari
pupuk yang terlarut bermuatan negatif
sedangkan korboksil dan hidroksi yang
merupakan gugus fungsional yang
dominan dalam bahan humat juga negatif
kation dalam hal ini ion kalsium
(Sulakhudin et al., 2010).
Selain masalah rendahnya efisiensi
pemupukan, bidang pertanian khususnya
budidaya pertanian pada musim kemarau
juga dilanda kekeringan yang
mengakibatkan gagal panen di beberapa
daerah. Untuk itu perlu dirakit suatu pupuk
NPK berlapis ganda yang selain dapat
melepaskan hara secara lepas terkendali
juga mampu menyediakan air bagi
tanaman serta menjaga kelembaban tanah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pupuk yang dilapisi polimer superabsorban
misalnya poli (sodium acrylate) mampu
mengurangi jumlah air irigasi,
memperbaiki retensi pupuk di dalam tanah,
menurunkan laju kematian tanaman dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Nge
et al., 2004). Namun permasalahannya bahan kimia tersebut (sodium acrylate)
cukup mahal dan tidak cocok pada daerah
yang mengandung kadar garam tinggi
(tanah salin) (Li et al., 2007).
Zeolit mampu bertindak sebagai
superabsorban dengan biaya produksi yang
relatif murah. Zeolit dari Gunung Kidul
mampu menyerap air sebanyak 12,92 –
17,54 % (Yuminti, 2005). Hasil penelitian
Soetanto dan Mohamad (2004)
menunjukkan pemberian zeolit dosis
11-15% berpengaruh terhadap efisiensi
penggunaan air paling optimum. Selain itu
sumber zeolit di Indonesia relatif banyak,
berdasarkan hasil penyelidikan Direktorat
Sumberdaya Mineral, jumlah cadangan
sumberdaya zeolit di Indonesia tidak
kurang dari 205.825.080 ton (Husaini,
2007). Kombinasi dari bahan pelapis
pupuk berupa humat-kalsium (hukalsi) dan
zeolit yang relatif murah dan mudah
diperoleh dapat menurunkan biaya
pemupukan, serta dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang
merah di tanah pasir pantai.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
Kaca Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada dari bulan Mei 2009 sampai
dengan bulan Oktober 2009. Bahan-bahan
yang digunakann dalam penelitian ini
antara lain : benih bawang merah varietas
Tiron bibit tua dengan berat 4 – 6 gram per
umbi, tanah pasir pantai yang diambil dari
daerah Bugel, pupuk NPK Zeo-Hukalsi,
pupuk NPK phonska, pupuk kandang
sebagai pupuk dasar serta bahan-bahan lain
yang diperlukan untuk analisis tanah dan
tanaman di laboratorium. Sedangkan
peralatan yang dibutuhkan antara lain :
pot/polybag, ember, gayung, timbangan,
meteran, kantong plastik, alat tulis
menulis, serta alat-alat laboratorium untuk
analisis tanah maupun jaringan tanaman.
Percobaan disusun dalam Rancangan
Acak Lengkap (RAL) menggunakan dua
pupuk dan 3 aras takaran pupuk, sehingga
ada 6 kombinasi perlakuan ditambah 1
perlakuan kontrol yang disusun secara
acak dengan 3 ulangan. Kombinasi
perlakuan pemupukan tersebut adalah:
Kontrol (K:Tidak diberi pupuk), N1T1
(Pupuk NPK phonska konsentrasi 50%
dosis 2,01 g/pot), N1T2 (Pupuk NPK
phonska konsentrasi 100% dosis 4,02
g/pot), N1T3 (Pupuk NPK phonska
konsentrasi 150% dosis 6,03 g/pot), N2T1
(Pupuk NPK Zeo Hukalsi konsentrasi 50%
dosis 3,99 g/pot), N2T2 (Pupuk NPK Zeo
Hukalsi konsentrasi 100% dosis 7,98
g/pot) dan (N2T3 : Pupuk NPK Zeo
Hukalsi konsentrasi 150% dosis 11,97
g/pot)
Tanah Pasir Pantai sebanyak 10 kg
kering angin dimasukkan ke dalam
polybag pot plastik dengan diameter 90 cm
dan tinggi 50 cm yang dilubangi bagian
bawahnya. Selanjutnya diberi pupuk
kandang sebanyak 100,5 gram/polybag
sebagai pupuk dasar dan diinkubasikan
selama 2 minggu. Pemupukan dilakukan
secara split (berlangsung selama dua
tahap) masing-masing setengah dosis
perlakuan pemupukan. Penanaman
tanaman bawang merah dilaksanakan
setelah masa inkubasi perlakuan pupuk
split pertama selesai (3 hari setelah
pemberian pupuk tahap 1). Penyiraman
dilakukan dua hari sekali pada kapasitas
lapang. Pemanenan dilakukan pada saat
tanaman bawang merah berumur 60 hari.
Setiap polybag tanaman bawang
merah diamati tinggi tanaman (satu
minggu sekali), jumlah anakan (satu
minggu sekali), jumlah daun (satu minggu
sekali), serta bobot basah dan bobot kering
(akar, trubus, dan umbi) pada saat panen.
Analisis tanah meliputi sifat kimia dan
fisika tanah asli dan tanah setelah
perlakuan. Sedangkan analisis jaringan
tanaman dilakukan untuk hara N, P, dan K.
Beberapa sifat kimia dan fisika diukur
dengan menggunakan metode standar.
Tekstur tanah ditentukan dengan metode
pipet, pH (H2O dan KCl), bahan organik
menggunakan metode Walkey and Black,
N total dengan metode Kjeldahl, P2O5 dan
K2O5 dengan 25% HCl, KTK tanah
ditentukan dengan ekstrak 1 M
ammonium. Analisa fisika dan kimia tanah
mengikuti metode yang tercantum dalam
Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk (Balai Penelitian
Tanah, 2005).
Data hasil percobaan dianalisis
dengan analisis sidik ragam untuk
mengetahui adanya perlakuan yang
berpengaruh nyata.Apabila pengaruhnya
berbeda nyata (F Hitung > F Tabel) maka
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan (DMRT) dengan jenjang nyata 5%
untuk mengetahui perlakuan mana yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah Pasir Pantai dan Pupuk Zeo-Hukalsi
Beberapa sifat kimia dan fisika tanah
yang digunakan dalam penelitian tertera
dalam Tabel 1. Tekstur tanah tergolong
pasir karena partikelnya didominasi oleh
fraksi pasir yang mencapai 96 %. BV tanah
pasir pantai sebesar 1,80g/cm3 termasuk tinggi (Hazelton and Murphy, 2007). Menurut Warrick (2002) nilai BV suatu
tanah tergantung pada susunan
partikel-partikel tanah membentuk suatu kumpulan
(pengepakan), partikel-partikel pasir dapat
tersusun lebih dekat satu dengan lainnya
sehingga mempunyai BV antara 1,4
sampai 1,9 g/cm3. BJ tanah pasir pantai
sebesar 2,78 g/cm3 (Tabel 1) lebih besar nilai BJ tanah pada umumnya, yaitu
sebesar 2,65 g/cm3 (Chesworth, 2008). Nilai BJ tanah pasir pantai yang tinggi
disebabkan karena tingginya kandungan
mineral-mineral besi yang berasal dari
bahan induknya, yaitu bahan volkanik
merapi muda berupa pasir hitam
(Mulyaningsih, dkk., 2006).
Tabel 1 menunjukkan bahwa porositas
tanah pasir pantai yang digunakan dalam
penelitian tergolong sangat tinggi, yaitu
mencapai 44,26 %. Porositas yang tinggi
akan menyebabkan air yang hilang sangat
besar, ini dapat dilihat dari nilai
permebialitasnya yang sangat tinggi, yaitu
sebesar 134,7 cm/jam. Banyaknya air yang
Tabel 1. Karakteristik Tanah Pasir Pantai Bugel, Panjatan, Kulon Progo.
Sifat-sifat Tanah Nilai Satuan Harkat
Fraksi tanah
Lempung 3,0 % -
Debu 7,0 % -
Pasir 90,0 % -
Kelas tekstur tanah Pasir -
BV 1,80 g/cm3 -
Bj (g/cm3) 2,78 g/cm3 -
Lengas tanah kapasitas lapangan 2,10 %
Porositas 44,26 % Sangat tinggi
Permeabilitas 134,7 cm/jam Sangat cepat
pH H2O 7,1 - Netral
pH KCl 5,3 - Agak masam
C organik 0,07 % Sangat rendah
Bahan organik 0,11 % Sangat rendah
N total 0,02 % Sangat rendah
N-NO3- 4,3 ppm Sangat rendah
N-NH4+ 0,7 ppm Sangat rendah
P2O5 (Olsen) 6,66 ppm Sangat rendah
K 0,10 cmol (+) kg-1 rendah
Ca 0,24 cmol (+) kg-1 Sangat rendah
hilang menyebabkan kandungan lengas
tanah pasir menjadi rendah sehingga
kandungan air dalam kondisi kapasitas
lapangan sangat rendah, yaitu hanya
2,10%. Kandungan lengas ini lebih kecil
dibandingkan tanah pasir pantai Oporto
Portugal yang mencapai 2,40 %
(Albergaria, et al., 2010). Menurut Tsoar
(2004) bahwa porositas tanah yang tinggi,
rendahnya air dalam kapasitas lapangan
dan ketersediaan air bagi tanaman yang
rendah disebabkan oleh tekstur pasir.
Porositas dan permeabilitas tanah
pasir pantai yang tinggi menyebabkan laju
pencucian unsur hara di dalam tanah
sangat tinggi. Tabel 1 menunjukkan
kandungan hara seperti N total (0,02 %), P
tersedia (6,66 ppm), Ca tersedia
(0,24cmol.kg-1). Kandungan N tersedia tanah pasir pantai lebih banyak dalam
bentuk nitrat (N-NO3- = 4,26 ppm) dari
pada ammonium (N-NH4+ = 0,70 ppm),
hal ini disebabkan pada kondisi keadaan
aeresi baik atau cukup tersedianya oksigen,
bakteri nitrifikasi mengoksidasi NH4+
menjadi NO3-, sehingga bentuk NO3
-menjadi lebih dominan di tanah pasir
(Wolkowski, et al., 2006). Kalium tersedia
di tanah pasir pantai sebesar 0,17 cmol.kg-1 tergolong rendah. Rosmarkan dan Yuwono
(2002) menyatakan bahwa umumnya tanah
pasiran cukup K hanya mungkin dalam
bentuk belum tersedia bagi tanaman, K
masih berada pada mineral primer seperti
feldspar dan mika pada partikel pasir.
Kandungan hara yang sangat rendah di
tanah pasir pantai juga disebabkan oleh
rendahnya tanah pasir pantai mengikat
hara, yang tercermin dari nilai Kapasitas
Pertukaran Kation (KPK) yang sangat
rendah yaitu 3,67 cmol.kg-1.
Harkat KPK yang sangat rendah
pada tanah ini disebabkan oleh beberapa
hal antara lain : (1) Rendahnya fraksi
lempung (0,90 %) yang merupakan sumber
muatan negatif baik pada kisi mineral
maupun pinggir mineral; (2) Kandungan
bahan organik sangat rendah yaitu 0,13 %.
Bahan organik tergantung derajad
humifikasinya, seperti senyawa humin,
asam humat dan asam fulvat dapat
menyumbang muatan negatif sampai 200
cmol.kg-1 melalui disosiasi H+ pada gugus karboksil dan fenol (Tan, 1998).
Berdasarkan uraian di atas, tanah pasir
pantai mempunyai tingkat kesuburan yang
rendah dengan permasalahan utama adalah
rendahnya ketersediaan hara karena
porositas dan permeabilitas yang tinggi.
Salah satu cara untuk untuk
meningkatkan kandungan hara tanah pasir
pantai adalah dengan menambahkan pupuk
NPK Zeo Hukalsi. Pupuk NPK Zeo
Hukalsi adalah pupuk NPK Phonska yang
dilapisi dengan humat-kalsium (hukalsi)
sebagai pelapis yang pertama, kemudian
sebagai pelapis keduanya adalah zeolit.
digunakan Z4H3, yaitu pupuk NPK yang
dilapisi hukalsi 30% dan zeolit 100%.
Pupuk Zeo-Hukalsi ini merupakan pupuk
Zeo-Hukalsi terbaik dari 12 jenis pupuk
NPK Zeo-Hukalsi yang telah diuji dengan
pengujian kemampuan absorbs air,
pelepasan hara dan kapasitas menyimpan
air di tanah pasir pantai (Syukur, dkk.,
2010). Kandungan hara N, P, dan K dalam
pupuk NPK Zeo-Hukalsi berturut-turut
sebesar 7,56 % N, 7,71 %P2O5, dan 9,68
%K2O. Kandungan hara pupuk NPK
Zeo-Hukalsi lebih rendah dari pupuk asalnya
yaitu NPK phonska yang kandungan hara
N,P, dan K masing-masing 15%.
Penurunan kandungan hara ini disebabkan
karena adanya tambahan bahan pelapis
pupuk yaitu hukalsi dan zeolite dan karena
proses pemanasan yang dilakukan pada
pupuk selama proses pelapisan.
Pengaruh Macam dan Takaran Pupuk NPK terhadap Ketersediaan Hara N, P, dan K di Tanah Pasir Pantai
Pengaruh perlakuan terhadap
perubahan beberapa sifat kimia tanah pasir
pantai dapat dilihat pada Tabel 2.
Pemberian pupuk NPK maupun NPK zeo
hukalsi cenderung menurunkan pH tanah
pasir pantai. Pada takaran 150 % NPK dan
NPK zeo hukalsi menunjukkan adanya
penurunan pH yang nyata dibandingkan
kontrol. Hasil penelitian Sarno (2009)
melaporkan hal yang sama bahwa
pemberian NPK menurunkan pH tanah
secara sangat nyata dibandingkan dengan
kontrol. Penurunan pH tanah disebabkan
adanya pengaruh pemasaman tanah akibat
pemberian pupuk N (Hati et al., 2008). Hara N yang terkandung dalam pupuk
NPK akan terlepas ke tanah dalam bentuk
amonium (NH4+), sebagian ion amonium
akan teroksidasi menjadi amonia dengan
melepaskan ion H+ (Jones et al., 2007; Liu et al., 2010). Ion H+ yang akan menyebabkan pH tanah pasir pantai
menjadi menurun.
Tabel 2 menunjukkan perlakuan
pemberian pupuk NPK maupun NPK Zeo
Hukalsi meningkatkan ketersediaan
kandungan N, P, K dan Ca tersedia.
Kandungan NH4+ di tanah pasir meningkat
dengan semakin meningkatnya takaran
pupuk pupuk NPK maupun NPK Zeo
Hukalsi. Hal ini sesuai dengan penelitian
Syukur dan Harsono (2007) yang
melaporkan bahwa pupuk NPK dapat
melepaskan N anorganik seperti NH4+dan
NO3-, sehingga semakin tinggi dosis pupuk
yang diberikan maka kandungan
bentuk-bentuk N tersebut akan semakin
meningkat. Kandungan NO3- pada
perlakuan pemberian pupuk NPK Zeo
Hukalsi takaran 150% lebih rendah dari
takaran 100%. Hal ini diduga zeolit dalam
pupuk takaran NPK Zeo Hukalsi takaran
150% mempunyai pengaruh negatif
terhadap kandungan NO3-. Menurut Al
Jabri (2008) zeolit dapat menghambat 30 –
Tabel 2. Beberapa sifat kimia tanah pasir pantai yang diberi berbagai dosis pupuk NPK dan NPK Zeo Hukalsi
Perlakuan pH
H2O
N-NH4+
(ppm)
N-NO3
-(ppm)
P tersedia
(ppm)
K tersedia (cmol(+) Kg-1)
Ca tersedia
(cmol(+) Kg-1) Kontrol 6,70 a 2,57 b 2,11 c 27,79 d 0,69 d 0,66 a NPK 50% 6,38 ab 3,74 b 7,72 ab 43,37 cd 1,04 cd 0,65 a NPK 100% 6,09 ab 11,23 ab 7,49 ab 57,45 abc 1,41 bc 0,83 a NPK 150% 5,82 b 11,47 ab 6,08 b 72,00 a 2,09 a 0,89 a NPK Zeo-Hukalsi 50% 6,53 ab 3,76 b 6,06 b 64,31 ab 0,77 d 0,93 a NPK Zeo-Hukalsi 100% 6,52 ab 10,07 ab 8,43 a 58,85 abc 1,12 bcd 0,96 a NPK Zeo-Hukalsi 150% 5,87 b 33,50 a 7,4 ab 53,37 bc 1,56 b 1,37 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT 5 %
Kandungan P tersedia dan K
tersedia pada pemberian pupuk NPK
maupun NPK zeo Hukalsi meningkat
dengan nyata dibandingkan kontrol. Tabel
2 menunjukkan P tersedia pada perlakuan
pemberian pupuk NPK lebih tinggi dari
pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi. Hal
ini disebabkan Ca tersedia pada perlakuan
pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi lebih
tinggi, sehingga lebih banyak P yang
terfikasasi oleh Ca membentuk ikatan Ca-P
yang bersifat sukar larut (Nursyamsi dan
Setyorini, 2009).
Pengaruh Macam dan Takaran Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Tanah Pasir Pantai
Pengaruh jenis dan takaran pupuk
NPK terhadap komponen pertumbuhan
bawang merah berupa tinggi tanaman dan
jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 3.
Tinggi tanaman pada 21 hari setelah tanam
(hst) perlakuan kontrol lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini
diduga kebutuhan hara tanaman bawang
merah masih dapat dipenuhi oleh pupuk
kandang. Pada 35 hst mulai
nampakpeningkatan tinggi tanaman
perlakuan pemberian pupuk NPK dan NPK
Zeo Hukalsi. Peningkatan tinggi tanaman
terus berlanjut sampai hari 56 hst, yang
menunjukkan perlakuan pemberian pupuk
NPK dan NPK Zeo Hukalsi lebih tinggi
dari kontrol. Perlakuan kontrol mempunyai
pertumbuhan awal yang cepat, pada 56 hst
mulai melambat dan daunnya mulai
mengering. Hal ini menunjukkan bahwa
unsur hara di dalam tanah yang hanya
diberi pupuk kandang sudah tidak
mencukupi untuk pertumbuhannya.
Tabel 3 menunjukkan perlakuan
pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi
takaran 50% paling tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya dan berbeda nyata
dengan kontrol. Pupuk NPK Zeo Hukalsi
Tabel 3. Pengaruh beberapa dosis dan jenis pupuk NPK terhadap pertumbuhan bawang merah
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) 21 HST 35 HST 56 HST 21 HST 35 HST 56 HST Kontrol 30,13 a 34,53 ab 31,17 b 16,00 a 22,33 a 24,00 a NPK 50% 25,30 b 30,93 b 33,47 ab 17,66 a 24,33 a 26,67 a NPK 100% 29,43 a 33,07 b 34,50 ab 20,33 a 28,33 a 32,33 a NPK 150% 25,10 b 30,73 b 31,40 b 18,66 a 23,66 a 27,00 a NPK Zeo-Hukalsi 50% 30,07 a 37,33 a 39,13 a 16,00 a 25,66 a 29,00 a NPK Zeo-Hukalsi 100% 26,37 ab 32,53 b 35,57 ab 19,00 a 29,66 a 35,33 a NPK Zeo-Hukalsi 150% 25,00 b 30,77 b 32,80 ab 17,66 a 26,33 a 28,67 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT 5 %
Tabel 4. Pengaruh beberapa dosis dan jenis pupuk NPK terhadap hasil bawang merah
Perlakuan Berat Basah (gram) Berat Kering (gram)
Akar Trubus Umbi Akar Trubus Umbi Kontrol 1,65 a 14,58 ab 5,74 a 0,30 a 1,43 bc 2,36 a NPK 50% 1,22 a 16,52 a 8,47 a 0,17 a 1,75 abc 4,08 a NPK 100% 0,84 a 14,93 ab 9,35 a 0,16 a 1,95 ab 5,05 a NPK 150% 0,46 a 9,14 b 5,30 a 0,11 a 1,01 c 1,46 a NPK Zeo-Hukalsi 50% 0,86 a 13,5 ab 6,17 a 0,15 a 1,3 bc 2,42 a NPK Zeo-Hukalsi 100% 1,43 a 17,49 a 6,90 a 0,20 a 2,28 a 2,29 a NPK Zeo-Hukalsi 150% 1,04 a 10,33b 6,34 a 0,18 a 1,33 bc 2,65 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT 5 %
hara secara terkendali, pada hari ke-30
hara N, P dan K yang terlepas
berturut-turut sebanyak 62,30%, 85,75% dan
51,58% (Syukur dkk., 2010). Pelepasan hara yang terkendali dapat mengurangi
hara yang hilang, sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hara bagi bawang
merah dalam jangka waktu yang lebih
lama dibandingkan pupuk NPK.
Kehilangan hara yang lebih kecil dari
pupuk NPK Zeo Hukalsi menyebabkan
takaran 50% sudah optimum bagi
pertumbuhan bawang merah di tanah pasir
pantai.
Perlakuan takaran pupuk NPK dan
NPK Zeo Hukalsi tidak berbeda nyata
untuk parameter akar dan umbi bawang
merah dalam keadaan basah maupun
kering. Tabel 4 menunjukkan berat basah
maupun berat kering umbi bawang merah
terbanyak pada perlakuan pemberian
pupuk NPK takaran 100%. Jika
dibandingkan dengan pupuk NPK Zeo
Hukalsi pada takaran yang sama, maka
pupuk NPK memberikan hasil umbi kering
dua kali lebih banyak. Hal ini diduga hara
P dari pupuk NPK Zeo Hukalsi banyak
yang tidak tersedia karena diikat oleh Ca
yang berasal dari hukalsi maupun zeolit
membentuk ikatan Ca-P. Menurut Suwardi
dan Suryaningtyas (1995), bahwa
Ca yang dapat dipertukarkan. Kehadiran
kation Ca ini mengakibatkan adanya
pengikatan anion H2PO4- sehingga unsur
P menjadi sukar tersedia. Namun demikian
unsur hara yang dijerap ini diharapkan
merupakan cadangan unsur hara untuk
tanaman berikutnya.
KESIMPULAN
1. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi
secara nyata dapat meningkat tinggi
tanaman bawang merah di tanah pasir
pantai dengan dosis optimum adalah
50% rekomendasi.
2. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi
belum dapat meningkatkan jumlah
daun bawang merah di tanah pasir
pantai.
3. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi
secara nyata dapat meningkat berat
trubus bawang merah di tanah pasir
pantai dengan dosis optimum adalah
100% rekomendasi.
4. Pemberian pupuk NPK Zeo Hukalsi
belum dapat meningkatkan berat akar
dan umbi bawang merah di tanah pasir
pantai secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, O.H., H. Aminuddin and M.H.A. Husni. 2006. Effects of urea, humic acid and phosphate interactions in fertilizer microsites on ammonia volatilization and soil ammonium and nitrate contents. Int. J. Agric. Res., 1: 25-31.
Albergaria, J. T., M. Conceição, M. A. Ferraz, M. Cristina and F. D. Matos. 2010. Estimation of Pollutant Partition In Sandy Soils With Different Water Contents. Environ Monit Assess. DOI 10.1007/s10661-009-1269-y.
Al Jabri. M. 2008. Tantangan dan peluang pengembangan pembenah tanah zeolit pada lahan terdegradasi untuk peningkatan produksi tanaman pangan. Prosiding seminar nasional dan dialog sumberdaya lahan pertanian. Buku II: Teknologi pengelolaan sumberdaya lahan. Bogor, 18-20 November 2008. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. pp. 533-550
Asandhi, A. A., N. Nurtika, dan N. Sumarni. 2005. Optimasi pupuk dalam usahatani LEISA bawang merah di dataran rendah. J. Hort., 15(3): 199-207.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 2005. Prospek dan arah
pengembangan agribisnis bawang
merah. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 136p.
Chesworth, W. 2008. Encyclopedia of soil science. Springer Dordrecht, Berlin, Heidelberg, New York. 902p.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2006. Road map pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil bawang merah. Departemen Pertanian, Jakarta.
physical properties and organic carbon content of an alfisol. Geoderma, 148: 173–179.
Hazelton, P. A. and B. Murphy. 2007. Interpreting soil test results: what do all the numbers mean? [2nd ed.]. CSIRO Publishing. Collingwood VIC 3066 Australia. 152 p.
Husaini. 2007. Karakteristik dan deposit pembenah tanah zeolit di indonesia. Puslitbang teknologi mineral dan batubara bandung. Dipresentasikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat Pupuk, Mendukung Peningkatan Produksi Beras, Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air, Deptan. Bekerjasama dengan konsorsium Pembenah Tanah Indonesia pada 5 April 2007 di Jakarta.
Jarosiewicz, A. and M. Tomaszewska. 2003. Controlled-release NPK fertilizer encapsulated by polymeric membranes. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 51: 413-417. Jesus, N., I. R. Maria and M. A. Jose.
2001. Controlled release of manganese into water from coated experimental fertilizer. Laboratory Characterization. J. Agric. Food Chem. 49: 1298.
Jones, C. A., R. T. Koenig , J. W. Ellsworth , B. D. Brown , and G. D. Jackson. 2007. Management of urea fertilizer to minimize volatilization. U.S. Department of Agriculture. New York.
Lan, W., M. Liu and R. Liang. 2008. Preparation and properties of a double-coated slow-release NPK compound fertilizer with superabsorbent and water-retention. Bioresource Technology, 99: 547– 554.
Li, A., J. Zhang and A. Wang. 2007. Utilization of starch and clay for the preparation of superabsorbent
composite. Bioresource Technology, 98: 327–332.
Liu, E. K., C.Yan , X. Mei, W. H, S. H. Bing, L. Ding, Q. Liu, S. Liu and T.
Fan. 2010. Long-term effect of
chemical fertilizer, straw, and manure on soil chemical and biological properties in Northwest China. Geoderma.
Mahmoudabadi, A. Z. and M. K. G. Nasery. 2009. Anti fungal activity of shallot, Allium ascalonicum Linn. (Liliaceae). Journal of Medicinal Plants Research, 3(5): 450-453. Mulyaningsih, S., Sampurno, Y. Zaim, D.
J. Puradimaja, S. Bronto dan D. A. Siregar. 2006. Perkembangan geologi pada kuarter awal sampai masa sejarah di Dataran Yogyakarta. Jurnal Geologi Indonesia. 1(2): 103-113.
Nge, T., et al. 2004. Swelling behavior of chitosan/poly (acrylic acid) complex. Journal of Applied Polymer Science, 92: 2930-2940.
Nurhayati, A. Said, dan Junaidi. 2007. Proseding Seminar Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian dalam Pembangunan Berkelanjutan. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Bandung. pp. 251 – 258.
Nursyamsi, D. dan D. Setyorini. 2009. Ketersediaan p tanah-tanah netral dan alkalin. Jurnal Tanah dan Iklim, 30.
Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sarno. 2009. Pengaruh kombinasi NPK dan pupuk kandang terhadap sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman caisim. J. Tanah Trop., 14(3): 211-219.
kakao di tanah pasiran. Pelita Perkebunan, 20(3): 123-131.
Sulakhudin, A. Syukur, D. Shiddieq, and T. Yuwono. 2010. Effect of coated urea with humic-calcium on transformation of nitrogen in coastal sandy soil: a soil column method. J Trop Soils.,15(1): 11-18.
Sullivan, D.M., et al. 2001. Nutrient management for onions in the Pacific Northwest. Pacific Northwest Extension publications, pp. 2–7.
Suwardi dan Suryaningtyas, D.T. 1995. Pengaruh pemberian zeolit terhadap Kapasitas Tukar kation (KTK) tanah dan produksi tanaman tomat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 5(2):82-88.
Syukur, A dan E. S. Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK terhadap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 8(2): 138-145 Syukur, A., B.H. Sunarminto dan
Sulakhudin. 2010. Pengaruh zeolit dan hukalsi terhadap daya retensi air dan pelepasan hara pupuk NPK. pp.107-114. Dalam: Prosiding Seminar Hasil Penelitian UGM. Kluster Agro. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM.
Tan, K.H. 1998, Principle of soil Chemistry. Third Edition, Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc. madison Avenue. New York. 521p.
Tomaszewska, M., Anna, J., and Krzysztof, K. 2002. Physical and chemical characteristics of polymer coatings in CRF formulation. Desalination, 146(3): 19-323.
Tsoar, H. 2004. Sand dune. In encyclopedia of soils in the environment. 1 edition. Academic Press, Columbia University New York. p. 462-471.
Warrick, A. W. 2002. Soil physics companion. CRC Press LLC. 2000 N.W. Corporate Blvd., Boca Raton, Florida. 389p.
Wolkowski, R.P., K.A. Kelling, and L.G. Bundy. 2006. Nitrogen management on sandy soils.(on-line). http://www. learningstore. uwex.edu. diakses 23 Januari 2006.
Wu, L. and M. Liu. 2008. Preparation and properties of chitosan-coated NPK compound fertilizer with controlled-release and water-retention. Carbohydrate Polymers, 72: 240-247.
Yuminti, S. 2005. Karakteristik dan potensi batuan yang mengandung zeolit di daerah Banteng Wareng Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Saintifika Gadjah Mada, 2(1): 40-50.