i
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH
JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK IMPOR
DI KABUPATEN KUDUS
Skripsi
Oleh :
ISNI YUNIAR RISKA
H0808113
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH
JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK IMPOR
DI KABUPATEN KUDUS
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat S1 Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
Oleh :
ISNI YUNIAR RISKA
H0808113
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iii
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH
JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK IMPOR
DI KABUPATEN KUDUS
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Isni Yuniar Riska
H0808113
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal :
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua
Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP: 196506261990032001
Anggota I
D. Padmaningrum, SP. MSi NIP: 1972091519907022001
Anggota II
Mei Tri Sundari, SP. MSi NIP: 197805032005012002
Surakarta,
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertan ian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. NIP. 19560225 198601 1 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Buah
Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor di Kabuapten Kudus” sebagai salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertan ian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Nuning Setyowati, SP. M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukan dan motivasi bagi Penulis selama
penulisan skripsi.
5. Ibu D. Padmaningrum, SP. MSi selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini sekaligus
sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan masukan
selama studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Ibu Mei Tri Sundari, SP. MSi selaku Dosen Penguji Tamu yang telah banyak
memberikan kritik, saran, serta, masukan yang berguna dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi Agribisnis dan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu dan pelayanan yang
telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan Penulis di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
v
8. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat; Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah; Dinas Pertanian; Dinas Perdagangan dan
Pengelolaan Pasar; Badan Pusat Statistik di Kabupaten Kudus yang telah
memberikan ijin dan data-data penelitian.
9. Keluarga Penulis, Ibu Mahmudah, Bapak Ahmadi, Mbak Amrina H, Adik
Ivan Akmal U, Adik Amri Surya N, yang senantiasa memberi cinta dan kasih
sayang kepada Penulis, arahan, masukan, motivasi, waktu serta doanya, terima
kasih untuk semuanya. Senyum kalian adalah semangat buatku
10.Keluarga besar dan teman-teman Bursa Mahasiswa FP UNS, Kamagrista FP
UNS, terima kasih bersedia berbagi ilmu dan pengalaman yang dahsyat.
11.Keluarga besar Agribisnis angkatan 2008, yang telah berjuang bersama, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya selama
kuliah ini. Semoga kesuksesan selalu bersama kita. Am in ya Rabb.
12.Teman-temanku Endah Maharani, Funida R, Selly F, Ning JF yang telah
memberikan semangat, motivasi, dan senantiasa menguatkanku dalam meraih
mimpi. Jangan pernah menyerah menggapai setiap m impimu teman!
13.Teman-teman seperjuangan Elin, Ema, Fitri, Dwi, Hariyani, Dhewa, Ida
Bagus, Machalie, Sidiq, Fatahu,Tata, Hendra yang selalu ada saat suka dan
duka, dan sekaligus sebagai keluarga keduaku di kota perantauan ini.
14.Teman-teman Kos Filantropi dan Kos Safir yang telah menemani hidupku
selama ini.
15.Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan
penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu,
terima kasih atas bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan penulis serta
mengharap kritik dan saran yang membangun. Sebagai penutup semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
vi
G. Defin isi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 27
III.METODE PENELITIAN ... 29
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 43
5. Keadaan Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama... 44
C. Keadaan Sarana Perekonomian... 45
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
vii
1. Karakteristik Responden ... 47
2. Perilaku Pembelian Konsumen ... 53
3. Preferensi Konsumen Terhadap Atribut-Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor ... 62
4. Preferensi Konsumen Terhadap Kategori Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor ... 65
5. Kepercayaan dan Evaluasi Konsumen Terhadap Atribut-Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor ... 67
B. Pembahasan ... 70
1. Preferensi Konsumen Terhadap Atribut-Atribut dan Kategori Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor ... 70
2. Kepercayaan dan Evaluasi Konsumen Terhadap Atribut-Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor ... 74
3. Implikasi Hasil Penelitian ... 76
VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... ... 79
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. Presentase Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Buah-buahan
Sebulan, Indonesia Tahun 2006-2010 ... 1
Tabel 2. Konsumsi Rata-rata Per Kapita Seminggu Menurut Jenis Buah-Buahan dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Tahun 2009 ... 2
Tabel 3. Perkembangan Produksi Tanaman Buah Jeruk (ton) Tahun 2008-2010 ... 3
Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten Kudus Atas Dasar Harga Konstan 200 Tahun 2005-2009 ... 5
Tabel 5. Karakteristik Spesies Buah Jeruk di Indonesia ... 13
Tabel 6. Kandungan Vitamin dan Zat Mineral Lainnya Setiap100 gram Buah Jeruk ... 15
Tabel 7. Nama Pasar, Jumlah Pedagang Buah dan Jumlah Responden di Kabupaten Kudus ... 33
Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kudus Tahun 2006-2010 ... 40
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Kudus Menurut Jenis Kelam in Tahun 2005-2010 ... 41
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Kudus Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ... 42
Tabel 11. Banyaknya Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kudus Tahun 2011 ... 43
Tabel 12. Banyaknya Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Kudus Tahun 2011 ... 44
Tabel 13. Banyaknya Pasar Menurut Jenisnya di Kabupaten Kudus Tahun 2012 ... 45
Tabel 14. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelam in ... 47
Tabel 15. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur ... 48
Tabel 16. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan... 49
Tabel 17. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan ... 50
Tabel 18. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga per Bulan ... 51
ix
Tabel 19. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga... 53
Tabel 20 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat dan Alasan Pembelian di Kabupaten Kudus ... 54
Tabel 21. Distribusi Responden Menurut Frekuensi Pembelian di Kabupaten Kudus ... 57
Tabel 22. Ragam Konsumsi Buah-buahan yang Dikonsumsi di Kabupaten Kudus ... 59
Tabel 23. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pembelian Buah Jeruk Lokal di Kabupaten Kudus... 60
Tabel 24. Distribusi Responden Menurut Pengeluaran untuk Konsumsi Buah-buahan dalam Sebulan ... 61
Tabel 25. Banyaknya Responden yang Memillih Kategori Setiap Atribut
(fo) dan Responden yang Diharapkan dalam Kategori Atribut Buah Jeruk Lokal (fe) ... 62
Tabel 26. Hasil Analisis Chi Square Atribut Buah Jeruk Lokal... 63
Tabel 27. Banyaknya Responden yang Memillih Kategori Setiap Atribut
(fo) dan Responden yang Diharapkan dalam Kategori Atribut Buah Jeruk Impor (fe) ... 64
Tabel 28. Hasil Analisis Chi Square Atribut Buah Jeruk Impor ... 64
Tabel 29. Preferensi Konsumen Terhadap Buah Jeruk Lokal di Kabupaten di Kudus ... 66
Tabel 30. Preferensi Konsumen terhadap Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus ... 67
Tabel 31. Kepercayaan Konsumen (bi) terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor... 68
Tabel 32. Evaluasi Konsumen (ei) terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor... 69
Tabel 33. Sikap Konsumen terhadap Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus ... 70
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori pendekatan Masalah ... 26
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Identitas Reponden ... 82
Lampiran 2. Perilaku Beli Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus ... 86
Lampiran 3. Preferensi Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus ... 99
Lampiran 4. Keyakinan/Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal di Kabupaten Kudus ... 107
Lampiran 5. Keyakinan/Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus ... 111
Lampiran 6. Evaluasi Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal di Kabupaten Kudus ... 115
Lampiran 7. Evaluasi Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus ... 119
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Keyakinan dan Evaluasi Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal di Kabupaten Kudus. ... 123
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Keyakinan dan Evaluasi Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal di Kabupaten Kudus ... 124
Lampiran 10. Preferensi Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Lokal. ... 126
Lampiran 11. Preferensi Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk Impor .... 128
xii
RINGKASAN
Isni Yuniar Riska, H0808113. 2012. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, dibawah bimbingan Ibu Ir. Sugiharti Mulya H., MP, dan Ibu D. Padmaningrum, SP. MSi.
Buah jeruk merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi dan mempunyai permintaan yang tinggi. Peningkatan kebutuhan konsumen terhadap buah jeruk tidak diimbangi dengan peningkatan produksi sehingga impor buah jeruk tidak dapat dihindari. Semakin banyaknya produk buah jeruk impor di pasar nasional, maka akan terjadi persaingan antara buah jeruk lokal dan buah jeruk impor. Buah jeruk impor banyak ditemui di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia termasuk di Kabupaten Kudus, oleh sebab itu diperlukan penelitian untuk mengetahui karakteristik dan perilaku serta preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengkaji atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor yang menjadi preferensi konsumen di Kabupaten Kudus. (2) Mengkaji atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus. Lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja di Toko Buah Sumber, Pasar Kliwon, Pasar Bitingan, Hypermart, Ramayana Mall, Ada Swalayan di Kabupaten Kudus dengan responden sebanyak 96 orang.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang membeli buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor didominasi oleh perempuan dengan mayoritas kisaran usia produktif yaitu antara 20 hingga 40 tahun (77,08%). Tingkat pendidikan mayoritas SLTA (39,58%). Pekerjaan mayoritas adalah pegawai swasta (29,17%). Tingkat pendapatan mayoritas adalah Rp 1.500.000,00 - Rp 2.499.000,00 (26,04%). Jumlah anggota keluarga mayoritas 4-5 orang (54,17%). Tempat pembelian yang sering dituju responden buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor adalah di pasar tradisonal. Berdasarkan analisis Chi Square terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap semua atribut-atribut yang ada buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, kecuali pada atribut warna buah jeruk impor tidak ada perbedaan preferensi. Buah jeruk lokal yang menjadi preferensi konsumen di Kabupaten Kudus adalah buah jeruk yang mempunyai rasa manis sedikit asam, warna buah kuning hijau, ukuran buah sedang (8-9 buah/kg), dan aroma buah yang segar. Sedangkan buah jeruk impor yang menjadi preferensi konsumen di Kabupaten Kudus adalah buah jeruk yang mempunyai rasa manis, warna buah oranye, ukuran sedang (8-9 buah.kg), dan aroma buah yang segar. Berdasarkan analisis Multiatribut Fishbein Atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor di Kabupaten Kudus berturut-turut adalah rasa buah, warna buah, ukuran buah, adan aroma buah. Saran yang bisa diberikan untuk tetap mempertahankan buah jeruk lokal adalah dengan perbaikan mutu dan ketersediaan buah jeruk lokal, serta perlu adanya pembatasan impor.
xiii SUMMARY
Isni Yuniar Riska,H0808113. 2012. An Analysis on Consumer’s Preference on Local and Imported Orange Fruits in Kudus Regency. Agriculture Facu lty of Surakarta Sebelas Maret University, under guidance of Ir. Sugiharti Mulya H, MP and D. Padmaningrum, Sp. MSi
Orange fruit is the most consumed and most demanded fruit. The increase in the consumer’s need for orange fruit is not compensated with the production increase so that orange fruit import is inevitable. The number of imported orange fruit increases in national market, therefore a competition occurs between the local and the imported orange fruits. Imported orange fruit can be found in many cities and regencies in Indonesia including Kudus Regency, for that reason, there should be a research to find out the consumer’s characteristics and behavior as well as preference on local and imported orange fruits in Kudus Regency.
The objectives of research are (1) to study the attribute of local and imported orange fruits the consumer prefers in Kudus Regency, and (2) to study the attribute most considered by the consumer in decision of buying local and imported orange fruits in Kudus Regency. The locations of research were selected intentionally including Sumber Fruit Store, Pasar Kliwon, Pasar Bitingan, Hypermart, Ramayana Mall, and Ada Department Store in Kudus Regency with 96 respondents.
The result of research showed that the respondents buying local and imported orange fruits were predominantly female with productive age ranging from 20 to 40 years (77.08%). The majority education level was Senior High School (39.58%). The majority occupation was private employees (29.17%). The majority income level was IDR 1,500,000.00 – IDR 2,4999,000.00 (26.04%). The majority family members were 4-5 persons (54.17%). The purchasing location the consumers frequently visited was traditional market. Considering the result of Chi Square analysis, there was a difference of consumer preference on all attributes existing in local and imported orange fruits, except on color attribute of imported orange fruit in wh ich there was no preference difference. The local orange fruit preferred by the consumers in Kudus Regency is the one with sweet to little sour taste, greenish color, medium size (8-9 pc/kg), and fresh aroma. Meanwhile the imported orange fruit preferred by the consumers in Kudus Regency was the one with sweet taste, orange co lor, medium (8-9 pc/kg), and fresh aroma. Considering the result of Fishbein’s multi-attribute analysis, the attributes the consumers considered in decision of buying either local or imported orange fruits in Kudus Regency were taste, color, size, and aroma, respectively. The recommendation could be given to maintain the local orange fruit by improving the quality and availability of local orange fruit and there should be an import restriction.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditas hortiku ltura merupakan komoditas potensial yang
mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah
Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan
berbagai jenis tanaman baik tanaman hortiku ltura tropis maupun hortikultura
subtropis. Pemerintah telah menetapkan sepuluh prioritas komoditas prioritas
hortikultura nasional, yaitu mangga, manggis, pisang, durian, jeruk, bawang
merah, cabe merah, kentang, rimpang, dan anggrek (BPPP Deptan, 2007:1).
Komoditas hortikultura buah-buahan, mempunyai prospek sangat baik
apabila dikembangkan secara intensif. Permintaan buah tropis meningkat baik
di pasar domestik maupun ekspor dalam bentuk buah segar maupun olahan.
Meningkatnya permintaan ini dapat dilihat dari meningkatnya presentase
pengeluaran rata-rata per kapita untuk konsumsi buah-buahan dari tahun 2006
hingga tahun 2010 seperti disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Presentase Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Buah-Buahan Sebulan, Indonesia, 2006-2010
Tahun Presentase pengeluraran Buah-buahan (%)
2006 2,1
2007 2,56
2008 2,27
2009 2,05
2010 2,49
Sumber: SUSENAS, BPS (2006-2010)
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
kecenderungan peningkatan konsumsi buah-buahan di Indonesia dari tahun
2006 hingga tahun 2010. Ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan
buah-buahan secara nasional dari tahun ke tahun. Salah satu komoditas yang
mempunyai prospek yang menguntungkan jika dikembangkan adalah buah
jeruk. Jeruk merupakan salah satu jenis buah yang menjadi komoditas
unggulan yang dikembangkan, karena mempunyai sebaran lokasi yang luas
(banyak ditanam), dan mempunyai arti ekonomi. Buah jeruk ini telah lama
1
mendapat perhatian masyarakat, selain rasa, aroma dan warnanya yang
menarik juga merupakan salah satu sumber vitam in C (Sukhrisna, 2007:1).
Menurut hasil SUSENAS (2009), buah jeruk merupakan buah yang
paling banyak dikonsumsi dibanding dengan jenis buah lain seperti pisang,
pepaya, rambutan dan apel dilihat dari konsumsi rata-rata per kapita seminggu
menurut jenis makanan dan golongan pengeluaran sebulan tahun 2009 seperti
disajikan pada Tabel 2 dibawah ini
Tabel 2. Konsumsi Rata-Rata Per Kapita Seminggu Menurut Jenis Buah-Buahan dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Tahun 2009
Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rp)
Konsumsi Jenis Buah-Buahan (Kg)
Jeruk Pisang Pepaya Rambutan Apel
< 100.000 - 0,030 - 0,001 -
100.000-149.999 0,008 0,042 0,010 0,011 0,000 150.000-199.999 0,023 0,048 0,018 0,019 0,002 200.000-299.999 0,050 0,056 0,027 0,029 0,004 300.000-499.999 0,096 0,067 0,042 0,038 0,012 500.000-749.999 0,163 0,076 0,050 0,040 0,029 750.000-999.999 0,214 0,084 0,082 0,035 0,053
>1000.000 0,263 0,096 0,082 0,028 0,101
Rata-rata per kapita 0.119 0,069 0,046 0,034 0,025
Sumber: SUSENAS (BPS, 2009)
Permintaan buah jeruk yang tinggi di Indonesia dibandingkan buah
jenis lain dikarenakan adanya kesadaran gizi masyarakat akibat peningkatan
pendapatan penduduk Indonesia. Dari Tabel 2 dapat dikatakan bahwa semakin
besar pendapatan penduduk maka proporsi konsumsi buah-buahan
dibandingkan total pengeluaran konsumsi makanan semakin meningkat,
dalam hal ini juga berlaku pada buah jeruk dimana semakin besar golongan
pengeluaran per bulan semakin besar pula pengeluaran konsumsinya.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, maka
kebutuhan buah jeruk nasional pada tahun 2010 untuk memenuhi berbagai
kebutuhan dalam negeri, mencapai 3.483.095 ton atau sekitar 1,5 kali dari
produksi nasional tahun 2005 (BPPP Deptan, 2007:1). Namun, peningkatan
kebutuhan konsumen terhadap buah jeruk tersebut tidak diimbangi dengan
peningkatan produksi khususnya buah jeruk lokal. Penurunan produksi buah
jeruk lokal dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Perkembangan Produksi Tanaman Buah Jeruk (ton) Tahun 2008-2010
Jenis Tanaman Jeruk Tahun
2008 2009 2010
Jeruk Siam/Keprok/Tangerine 2.391.011 2.025.840 1.937.773
Jeruk Besar/Pamelo 76.621 105.928 91.131
Total 2.467.632 2.131.768 2.028.904
Sumber: Statistik Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia, BPS (2008, 2009, 2010).
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa perkembangan
produksi buah jeruk lokal mengalam i penurunan dari tahun 2008 hingga tahun
2010 sedangkan permintaan buah jeruk mengalami peningkatan dilihat dari
meningkatnya konsumsi dan pengeluaran rata-rata per kapita seminggu
mencapai 0,069 kg pada tahun 2008 menjadi 0,080 kg per m inggu pada tahun
2010 (Susenas, BPS 2008: 32, 2010:32). Produksi yang semakin menurun
dengan permintaan yang semakin meningkat pada tahun 2008 hingga 2010
mengindikasikan bahwa buah jeruk lokal belum mampu mencukupi
kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri, sehingga masih diperlukan impor
jeruk yang semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan banyaknya buah jeruk
impor maka akan mempengaruhi penawaran, permintaan dan keputusan
konsumen dalam memilih jeruk.
Pada tahun 2009 impor buah jeruk segar mencapai 19.586 ton
sedangkan pada tahun 2010 mencapai 31.344 ton (Statistik Perdagangan Luar
Negeri (Import) BPS 2009, 2010 :43-44). Dalam waktu satu tahun kenaikan
impor buah jeruk segar ini adalah sebesar 37,5 %. Impor buah jeruk yang
semakin meningkat ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang
menetapkan Bea Masuk (BM) yang rendah, yaitu 5 % untuk produk buah
jeruk (Lampiran Menkeu, RI 2005:20) berdasarkan skema Most Favored
Nation (MFN), sebagai wujud kerja sama multilateral dalam World Trade
Organization (WTO).
Dilihat dari tingginya impor buah jeruk, maka terjadi persaingan dalam
mengonsumsi buah jeruk lokal dan buah jeruk impor. Menurut Harmon dalam
Pantas Freddy (1997:8) mengemukakan, ada tiga faktor utama menurut
pandangan konsumen yang merupakan permasalahan buah di Indonesia, yaitu
ketersediaan (availability), tampilan (appearance) dan harga (price).
Ketersediaan, kontinuitas, dan kuantitas buah lokal bermutu yang dihasilkan
masih terbatas. Ini mendorong masuknya buah impor dalam jumlah yang
besar dan mutu yang relatif lebih baik. Penampilan buah lokal umumnya
warna tidak seragam (uniformity), ukuran tidak seragam dan rasa juga yang
tidak seragam. Permasalahan ini juga terjadi pada buah jeruk lokal. Sehingga
keberadaan buah jeruk impor ini akan menjadi tantangan bagi para produsen
buah jeruk lokal untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan buah
jeruk lokal khususnya di pasar nasional.
Semakin banyaknya produk buah jeruk impor di pasar nasional, maka
akan terjadi persaingan antara buah jeruk lokal dan buah jeruk impor.
Semakin beragamnya komposisi, selera dan gaya hidup penduduk maka akan
mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian
buah jeruk lokal dan buah jeruk impor. Atribut-atribut yang dimiliki oleh buah
jeruk lokal dan buah jeruk impor inilah yang akan menjadi pertimbangan
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Atribut buah jeruk ini di
antara lain meliputi harga, rasa buah, ukuran buah, warna buah, kondisi
kesegaran, aroma buah, kandungan vitamin, dan lain sebagainya.
Buah jeruk impor ini sudah banyak ditemui baik di pasar tradisional,
toko-toko buah dan pasar swalayan di berbagai kota dan kabupaten di
Indonesia. Tidak terkecuali di Kabupaten Kudus yang merupakan daerah
industri dan perdagangan dimana sektor perdagangan merupakan penyangga
perekonomian kedua. Kontribusi sektor Industri Pengolahan untuk PDRB
tahun 2009 atas dasar harga berlaku sebesar 63,55 persen merupakan sektor
utama, diikuti oleh komoditas perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,00
persen (Kudus dalam Angka 2011:484).
Sektor perdagangan yang didukung dengan meningkatnya jumlah
sarana perdagangan di Kabupaten Kudus memungkinkan ketersed iaan untuk
produk-produk pertanian akan selalu tersedia seperti buah-buahan. Begitu
juga untuk buah jeruk impor yang semakin menggeser buah jeruk lokal.
Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten
Kudus, pada tahun 2010, terdapat 3 departemen store, 21 pasar swalayan dan
23 pasar tradisional.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan per kapita di
Kabupaten Kudus, maka kesadaran masyarakat akan kesehatan juga
meningkat, sehingga konsumsi makanan yang bergizi seperti buah-buahan
akan semakin meningkat. Hal tersebut didukung dengan data yang disajikan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten Kudus Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009
No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pendapatan per kapita (Rp)
1. 2005 736.239 7.623.845
2. 2006 742.040 7.825.470
3. 2007 747.488 7.611.474
4. 2008 752.921 7.899.416
5 2009 759.249 8.020.537
Sumber : Kudus dalam Angka 2011
Berdasarkan Tabel 4 di atas maka dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk semakin meningkat dengan pendapatan yang semakin meningkat.
Peningkatan ini akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat khususnya di
Kabupaten Kudus. Sehingga dapat diasumsikan kebutuhan makanan sehat
dalam hal ini buah-buahan khususnya buah jeruk juga akan semakin
meningkat. Ketersediaan buah jeruk impor yang melimpah di pasaran,
masyarakat dihadapkan pada pilihan membeli buah jeruk lokal atau buah jeruk
impor. Oleh sebab itu diperlukan penelitian untuk mengetahui karakteristik
dan perilaku serta preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal dan buah
jeruk impor di Kabupaten Kudus.
B. Perumusan Masalah
Buah jeruk merupakan buah yang paling banyak disukai oleh
konsumen karena mengandung banyak vitam in. Meningkatnya impor
buah-buahan, terutama buah jeruk, yang biasanya didominasi buah jeruk yang
berasal dari Cina menyebabkan melimpahnya pasokan buah jeruk impor di
pasar nasional. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan dengan jeruk
lokal. Agar dapat bersaing dengan jeruk impor, produsen jeruk lokal harus
memperhatikan preferensi dan keinginan konsumen karena konsumen adalah
pengguna akhir dari buah jeruk. Jeruk impor dapat menarik perhatian
konsumen karena penampilannya. Dengan demikian, konsumen memiliki
keleluasaan dalam memilih buah jeruk sesuai dengan selera masing-masing.
Keberadaan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus semakin banyak
dijumpai di pasar baik di kios buah, pasar tradisional, maupun departemen
store. Menurut keterangan dari Kepala Dinas Perdagangan dan Pengelolaan
Pasar Kabupaten Kudus menyatakan bahwa produk-produk impor hampir
ditemukan di setiap pusat perbelanjaan baik itu traditional maupun modern.
Produk-produk impor yang mendominasi dari produk pakaian, asesoris hingga
buah-buahan. Total buah impor yang masuk ke Kabupaten Kudus mencapai
70% dari total buah-buahan yang tersedia.
Ketersediaan buah impor yang melebihi buah jeruk lokal di Kabupaten
Kudus menyebabkan konsumen dihadapkan pada pilihan antara membeli buah
jeruk lokal atau buah jeruk impor. Konsumen dalam melakukan pembelian
buah jeruk lokal atau buah jeruk impor mempertimbangkan berbagai faktor
salah satunya adalah atribut yang dimiliki oleh buah jeruk itu sendiri. Atribut
tersebut antara lain meliputi warna, rasa, ukuran dan aroma buah. Dengan
mengetahui atribut-atribut buah jeruk baik itu jeruk lokal maupun jeruk impor
yang menjadi pertimbangan konsumen khususnya di Kabupaten Kudus, maka
akan membantu para pemasar untuk menentukan strategi pemasaran yang
tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor apa saja yang menjadi
preferensi konsumen di Kabupaten Kudus?
2. Atribut manakah yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan
membeli buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor yang menjadi
preferensi konsumen di Kabupaten Kudus.
2. Mengkaji atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan
membeli buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti serta sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi pemasar buah jeruk, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan tentang preferensi konsumen buah jeruk lokal dan
impor yang dapat dijadikan sebagai informasi dalam penetapan strategi
pemasaran yang tepat.
3. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran atau
pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan khususnya dalam
mensukseskan program “Gemar Buah Produk Indonesia” di Kabupaten
Kudus.
4. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk
penelitian yang sejenis.
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Yakobus (2006) menggunakan analisis dekriptif, analisis
regresi logistik, dan analisis Fishbein. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
dapat diketahui bahwa karakteristik responden jeruk Mandarin adalah
mayoritas berjenis kelamin perempuan, usia berkisar 26-40 tahun, pekerjaan
pegawai swasta dengan jumlah anggota keluarga lebih dari lima, status
menikah, pendidikan Sarjana (S1), dengan kisaran pendapatan dari Rp.
2.000.000 lebih–Rp. 5.000.000 lebih, tempat pembelian paling dominan di
supermarket, frekuensi konsumsi 2 kali seminggu dan alasan mengkonsumsi
karena faktor kesehatan. Pada jeruk Medan, mayoritas konsumen berjenis
kelamin perempuan, usia 26-40 tahun, pekerjaan pegawai swasta, jumlah
anggota keluarga 3-5 orang, status menikah pendidikan Diploma, dengan
pendapatan mulai Rp. 500.000 lebih–Rp.2.000.000 tempat pembelian di toko
buah, frekuensi konsumsi satu kali seminggu dengan alasan mengonsumsi
lainnya seperti faktor kebiasaan, pencuci mulut dan selalu tersedia. Hasil
analisis Fishbein menunjukkan bahwa pada jeruk Mandarin maupun jeruk
Medan, tidak adanya perbedaan sikap antara konsumen yang mengonsumsi
jeruk Mandarin dan jeruk Medan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
konsumsi jeruk di Kota Bogor adalah status pernikahan, tempat pembelian,
pendapatan, dan alasan mengonsumsi. Pola konsumsi jeruk Mandarin dan
jeruk Medan umumnya tidak berbeda dimana pola konsumsi tersebut
tergantung dari variabel-variabel seperti frekuensi konsumsi, alasan
mengonsumsi, jumlah anggota keluarga, dan tempat pembelian.
Penelitian Desi (2007) menunjukkan bahwa atribut yang paling
menentukan konsumen di Surakarta dalam membeli buah jeruk keprok siam
Pontianak berdasarkan tingkat kepentingannya adalah rasa, baru kemudian
ukuran, dan harga. Sedangkan kombinasi atribut yang paling dipertimbangkan
oleh konsumen di Surakarta dalam membeli buah jeruk keprok siam
8
Pontianak adalah buah rasa manis, berukuran kecil (10-11 buah/kg) dan
memiliki harga yang paling murah yaitu Rp. 5000,00/kg.
Penelitian Sukhrisna (2007) yang berjudul menggunakan analisis data
berupa analisis deskriptif, analisis regresi logistik (logit), dan Importance
Performance Anaysis (IPA). Sebanyak 77 persen responden menyatakan
atribut rasa yang paling mempengaruhi keputusan pembelian. Berdasarkan
hasil analisis IPA, atribut-atribut yang dimiliki buah jeruk dinilai penting oleh
konsumen. Penempatan atribut pada diagram kartesius untuk jeruk lokal di
kuadran prioritas utama adalah atribut rasa, kebersihan kulit, warna kulit, dan
tekstur buah, sedangkan untuk jeruk impor tidak ada atribut yang berada pada
kuadran ini. Atribut yang berada di kuadran pertahankan prestasi untuk jeruk
lokal adalah ketersediaan buah, sedangkan untuk jeruk impor adalah rasa,
tekstur daging buah, kandungan air, dan kebersihan kulit. Atribut yang berada
di kuadran prioritas rendah untuk jeruk lokal adalah aroma, tekstur daging
buah, daya tahan penyimpanan, sedangkan untuk jeruk impor adalah aroma,
tekstur buah, derajat kematangan, ada tidaknya biji, dan daya tahan
penyimpanan. Atribut yang berada di kuadran berlebihan untuk jeruk lokal
adalah kandungan air, derajat kematangan, dan ada tidaknya biji, sedangkan
untuk jeruk impor adalah ketersediaan buah dan warna kulit. Perbedaan yang
mencolok terletak pada kuadran prioritas utama yang menunjukkan kualitas
jeruk lokal lebih rendah dibandingkan jeruk impor. Upaya peningkatan
kualitas jeruk lokal merupakan tugas dari pelaku agribisnis dalam rantai
agribisnis jeruk lokal
Penelitian Esthi (2008) menggunakan metode analisis data dengan
menggunakan Analisis Faktor. Hasil faktor analisis menunjukkan bahwa ada 4
faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli buah jeruk pada
pasar swalayan di Surakarta. Keempat faktor tersebut berdasarkan prioritasnya
adalah faktor produk (22,89%). Faktor tempat (15,60%), faktor harga (9,44%)
dan faktor promosi (7,16%). Sedangkan variabel-variabel yang dominan
dipertimbangkan konsumen dalam membeli buah jeruk pada pasar swalayan
di kota Surakarta untuk tiap-tiap faktor adalah faktor produk yaitu variabel
rasa, faktor tempat yaitu variabel kenyamanan, faktor harga yaitu variabel
harga, serta faktor promosi yaitu variabel promosi.
Berdasarkan penelitian di atas bahwa yang mempengaruhi preferensi
konsumen dalam membeli buah jeruk baik jeruk lokal maupun jeruk impor
dapat diketahui dengan melihat penilaian terhadap atribut-atribut yang
melekat pada buah jeruk. Sedangkan alat analisis yang digunakan untuk
menguji atribut-atribut pada buah jeruk lokal dan jeruk impor adalah uji chi
square untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap jeruk lokal dan jeruk
impor dan analisis multiatribut Fishbein untuk mengetahui variabel-variabel
jeruk lokal dan jeruk impor yang dipertimbangkan dalam keputusan
pembelian. Menurut Sukhrisna Indhira Shanti (2007:105) atribut yang melekat
pada buah jeruk lokal adalah atribut rasa, kebersihan kulit, warna kulit, dan
tekstur buah dan jeruk impor adalah aroma, tekstur buah, derajat kematangan,
ada tidaknya biji, dan daya tahan penyimpanan. Sehingga pada penelitian
preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal dan jeruk impor atribut-atribut
yang akan diteliti antara lain, rasa buah, ukuran buah, warna buah, dan aroma
buah sebagai atribut yang perlu diteliti.
B. Tinjauan Pustaka
1. Budidaya Jeruk
Jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia,
terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah
terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman
di pekarangan (Soelarso, 1996:11). Buah jeruk merupakan salah satu jenis
buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan, jika perkembangan tanaman jeruk pada
dekade 1970 hingga 1980 mengalam i perubahan populasi yang cukup
tajam. Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun, karena tanaman jeruk
tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Di samping itu tanaman
jeruk dapat ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran
tinggi.
Walaupun populasi tanaman mengalami peningkatan yang tajam,
namun, sampai saat ini produk buah jeruk belum memenuhi harapan. Hal
ini d isebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para petani dalam hal
bercocok tanam jeruk yang benar. Kendala lain yang menyebabkan produk
buah jeruk di Indonesia belum memenuhi harapan adalah adanya serangan
penyakit CVPD sehingga banyak tanaman menjadi musnah
(AAK, 1994:13).
Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga
Citrus dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk
pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar,
meskipun banyak di antara anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa
masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi
terkandung pada semua anggotanya. Jeruk sangatlah beragam dan
beberapa spesies dapat saling bersilangan dan menghasilkan hibrida antar
spesies ('interspecific hybrid) yang memiliki karakter yang khas, yang
berbeda dari spesies tetuanya. Keanekaragaman ini seringkali menyulitkan
klasifikasi, penamaan dan pengenalan terhadap anggota-anggotanya,
karena orang baru dapat melihat perbedaan setelah bunga atau buahnya
muncul. Akibatnya tidak diketahui dengan jelas berapa banyak jenisnya
(Anonim, 2011).
Tanaman jeruk yang banyak dibudidayakan orang tergolong salah
satu anggota suku jeruk-jerukan (Rutaceae), yang beranggotakan tak
kurang dari 1.300 jenis tanaman. Dalam ilmu botani semua anggota suku
ini dikelompokkan dalam 7 sub family (anak suku) dan 130 genus (marga).
Yang menjadi induk tanaman jeruk adalah sub family Aurantioidae yang
beranggotakan 33 genus (Sarwono, 1993:3).
Tanaman jeruk (Citrus sp) mempunyai sistematika sebagai berikut:
Division : Spermatophyte
Subdivisio : Angiospermae
Clasis : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Species : Citrus sp. (Soelarso, 1996:13)
Di Indonesia terdapat beberapa spesies jeruk yang dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu kelompok mandarin, kelompok lime
dan lemon, kelompok pummelo dan grapefruit, kelompok orange atau
jeruk manis, serta kelompok citroen. Masing-masing kelompok ini
mempunyai spesies tersendiri, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Karakteristik Spesies Buah Jeruk di Indonesia
No Kelompok Spesies Karakteristik
1. Kelompok - kandungan gula cukup tinggi jeruk siem
(C. reticulata Blanco)
- berwarna hijau, kulitnya tipis,dan agak lengket - kandungan asam relatif rendah 2. Kelompok
- hanya Jeruk Nambangan yang berkembang pesat dan menguasai pasar jeruk besar di Jakarta dan sekitarnya Grapefruit - tidak berkembang karena
kurangnya permintaan pasar
Jeruk Manis Valencia - paling banyak diproduksi di dunia tetapi tidak terlalu berkembang
- cocok untuk daerah subtropika Jeruk Baby Pacitan - warna kulit hijau
- bentuk oval
- kandungan gula tinggi dan kandungan asam sangat rendah
5. Kelompok Citroen (C. medica)
Jeruk Sukade - disebut jeruk pepaya karena bentuk buahnya seperti pepaya - kulit buah yang tebal
digunakan untuk membuat jam atau manisan
- tidak berkembang
Sumber: Pracaya (2002) dalam Sukhrisna 2007
2. Kualitas danKandungan Gizi Jeruk
Buah jeruk merupakan buah non klimakterik dimana tingkat
kematangannya tidak dapat dipacu, sehingga pemanenan buah harus
dilakukan pada tingkat ketuaan optimal atau buah masak. Buah jeruk yang
dipanen pada saat belum masak akan menghasilkan mutu yang rendah
terutama berkaitan dengan rasa buah. Indikator kualitas buah jeruk dapat
dilihat dari rasa buah, rasio gula asam, nilai jus buah, kandungan vitam in
C, dan warna buah (Retno P. et al, 2005:179-181).
Sjaifullah dalam Abu Bakar Tawali dkk (2004:16) mengemukakan
bahwa jeruk mandarin atau lokam yang bermutu baik adalah :
· Bentuk buah : bulat sampai agak lonjong
· Ukuran buah : sedang dengan berat kurang lebih 190 g
· Kulit buah masak : relatif halus, ketebalan sedang sampai tebal dan
banyak mengandung minyak.
· Warna kulit kuning jingga.
· Daging buah : kuning jingga, rasa manis agak asam segar dan berair
banyak
Tanda tanda buah yang bermutu rendah atau sudah rusak adalah
sebagai berikut:
· Bekas tangkai buah pada kulit menjadi coklat, hijau atau melunak.
Kelunakan buah tidak merata sebab ada bagian yang mengeras
· Terdapat bercak-bercak coklat kehitaman keh itaman · Kulit terlalu longgar, telihat keriput atau layu · Beraroma tidak sedap.
Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk
kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antar varietas,
tetapi berkisar antara 27-49 mg/100 g daging buah. Sari buah jeruk
mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung pada jenisnya.
Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungan vitamin
C-nya, tetapi semakin manis rasanya. Vitam in C terdapat pada sari buah,
daging, dan kulit. Seperempat bagian dari total kandungan vitamin C buah
jeruk terdapat di dalam sari buahnya. Betakaroten (provitamin A), yang
membentuk vitamin A banyak terdapat di dalam kulit dan sari buah jeruk.
Vitamin C berperan dalam proses penyerapan zat besi non organik (zat
besi dan makanan non hewani) sehingga dapat mencegah dan membantu
penyembuhan anemia (lesu darah). Vitamin C juga memiliki kemampuan
sebagai antioksidan, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel akibat
aktivitas moleku l radikal bebas (Anonim, 2011).
Jeruk dikenal sebagai buah dengan rasa segar dan bergizi. Selain
kaya vitam in dan mineral, buah ini juga mengandung serat makanan yang
esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh normal. Kandungan
senyawa dalam jeruk manis yang kaya vitam in C, potassium, dan folid
acid, dapat berfungsi untuk menghambat sel-sel kanker. Selain kaya serat,
buah berwarna kuning ini juga mengandung hesperidin yang mampu
menurunkan resiko penyakit jantung, mencegah kolesterol, serta
menurunkan tekanan darah. Dalam satu buah jeruk manis ukuran sedang
terdapat 16 gram karbohidrat yang mengandung 70 kalori. Karbohidrat ini
penting sebagai sumber energi tubuh, terutama untuk otak. Nilai serat
dalam sebuah jeruk manis setara dengan 12 persen yang dibutuhkan per
hari (Bakulatz, 2011).
Tabel 6. Kandungan Vitamin dan Zat Mineral Lainnya Setiap 100 gram Buah Jeruk
Kandungan Kadar Jenis Jeruk
Keprok Manis Nipis Grapefruit Vitamin A (I.U.) 400,00 200,00 - -
Vitamin B (I.U.) 60,0 60,0 60,0 60,0 Vitamin C (I.U.) 60,0 30,0 40,0 50,0
Protein (gram) 0,5 0,5 0,5 0,5
Lemak 0,1 0,1 - -
Hidrat arang 8,0 10,0 3,0 4,0
Besi (mgr) - 0,3 0,1 0,1
Kapur (mgr) 40,0 40,0 10,0 20,0
Phospor (mgr) 20,0 20,0 10,0 20,0
Sumber: (AAK, 1994:17)
3. Pemasaran
Pemasaran secara luas adalah proses sosial dan manajerial d imana
pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam
konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup menciptakan
hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang
menguntungkan. Karena itu, definisi pemasaran (marketing) sebagai
proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan
membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya
(Kotler dan Armstrong, 2008:6).
Inti dari pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Pemasaran adalah memenuhi
kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Sedangkan manajemen
pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan
menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan
yang unggul (Kotler dan Keller, 2009:5).
Bauran adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi
empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat
unsur tersebut adalah penawaran produk, struktur harga, kegiatan promosi,
sistem distribusi. Meskipun bauran pemasaran hampir seluruhnya dapat
dikendalikan oleh manajemen perusahaan tapi beberapa kekuatan
lingkungan ekstern masih bisa menjadi kendala. Bauran ini juga masih
dipengaruhi dan didukung oleh sumberdaya non-pemasaran dalam
perusahaan (Stanton dan Lamarto, 1984:45-46).
4. Perilaku konsumen
Perilaku (behaviors) adalah tindakan khusus yang ditujukan pada
beberapa objek target. Perilaku selalu muncul dalam suatu konteks
situasional atau lingkungan dan pada waktu tertentu. Pada dasarnya
keinginan berperilaku (behavior intention-BI) adalah suatu proposisi yang
menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang. Keinginan
berperilaku tercipta melalui proses pilihan/keputusan dimana kepercayaan
tentang dua jenis konsekuensi sikap konsumen untuk terlibat pada perilaku
tersebut dan norma subjektif dipertimbangkan serta diintegrasikan untuk
mengevaluasi perilaku alternarif dan memilih salah satu diantaranya
(Peter dan Olson 1999:149).
Perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat
keputusan baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat
keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu
produk dan mengkonsumsinya (Prasetijo dan Ihalauw, 2005:9). Perilaku
konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa,
ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka
(Kotler dan Keller, 2009:166).
Perilaku konsumen terbagi dua bagian, yang pertama adalah
perilaku yang tampak, variabel-variabel yang termasuk ke dalamnya
adalah jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa dan
bagaimana konsumen melakukan pembelian. Yang kedua adalah perilaku
yang tak tampak, variabel-variabelnya antara lain adalah persepsi, ingatan
terhadap informasi, dan perasaan kepemilikan oleh konsumen
(Umar,2000:50).
Perilaku pembelian konsumen (consument buyer behavior)
mengacu pada perilaku pembelian konsumen akhir, perorangan dan rumah
tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Semua
konsumen ini bergabung membentuk pasar konsumen (consumer market).
Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap hari. Apa yang
akan dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa
banyak yang dibeli, kapan membeli dan mengapa harus membeli
(Kotler dan Armstrong, 2008:158).
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya,
sosial, pribadi, dan psiklogis. Budaya adalah penentu kenginan dan
perilaku seseorang yang paling mendasar. Budaya meliputi nilai-nilai
dasar, persepsi preferensi, dan perilaku yang dipelajari seseorang dari
keluarga dan institusi penting lainnya. Faktor sosial juga mempengaruhi
perilaku pembeli. Keluarga, teman-teman, organisasi sosial, asosiasi
profesional mempengaruhi pilihan produk dan merek yang kuat. Usia
pembeli, tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, dan
karaktersitik pribadi lainnya mempengauhi keptusan pembelian. Perilaku
pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat fakor psikologi yaitu
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta sikap
(Kotler dan Armstrong, 2008:159-176).
5. Sikap konsumen
Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari (learned
predisposition). Predisposisi disebut juga kecenderungan umum. Dalam
sikap, ada kecenderungan umum yang dipelajari atau dibentuk dan karena
itu sikap memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong konsumen
kepada perilaku tertentu. Dalam terapan pemasaran, sikap yang relevan
terhadap perilaku beli terbentuk dari pengalaman langsung menggunakan
produk, dari informasi yang diperoleh dari orang lain atau dari media
massa. Pengertian tentang bagaimana sikap terbentuk dan bagaimana sikap
bisa berubah merupakan implikasi penting dalam kiat-kiat pemasaran
(Prasetijo dan Ihalauw, 2005:104).
Sikap berguna bagi pemasaran dalam banyak cara. Sebagai contoh
sikap kerap digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran.
Sikap dapat pula membantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum
dilaksanakan di dalam pasar. Sikap juga sangat berhasil dalam membentuk
pangsa pasar dan memilih pangsa pasar target. Sikap terhadap produk
tentu saja hanyalah salah satu dari banyak jenis sikap yang berbeda yang
harus menjadi perhatian pemasar (Engel et al, 1994:336-338).
Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:111), model multi atribut
Fishbein mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi sikap.
Faktor pertama adalah atribut utama atas sebuah objek oleh konsumen,
faktor kedua adalah tingkat kepercayaan konsumen bahwa objek memiliki
atribut tersebut, dan faktor ketiga adalah tingkat positif dan negatif dimana
atribut tersebut dievaluasi. Model Multiatribut Fishbein dirumuskan
sebagai berikut :
å
=
=
n iei
bi
A
1
0
.
Dimana :
A0: Sikap konsumen terhadap objek
bi : tingkat keyakinan konsumen bahwa objek memiliki atribut tertentu
(atribut ke-i)
ei : dimensi evaluatif konsumen terhadap variabel ke-i yang dimiliki objek
Sikap konsumen menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap
berbagai atribut dan manfaat dari suatu produk. Setiap produk memiliki
berbagai macam atribut yang melekat. Konsumen dalam melakukan
pembelian selalu memperhatikan dan mempertimbangkan atribut-atribut
yang ada pada produk atau objek tertentu yang sesuai dengan kesukaan
mereka untuk memperoleh kepuasaan.
6. Preferensi
Preferensi konsumen menurut Simatupang dan Ariani dalam
Mardiyah Hayati et al (2009:451-452) adalah konsepsi abstrak yang
menggambarkan peta peningkatan kepuasan yang diperoleh dari
kombinasi barang dan jasa sebagai cerminan dari selera pribadinya.
Dengan kata lain preferensi konsumen merupakan gambaran tentang
kombinasi barang atau jasa yang lebih disukai konsumen apabila ia
memiliki kesempatan untuk memperolehnya. Seorang konsumen
diasumsikan mampu membedakan semua jenis komoditi yang ia hadapi,
komoditi mana yang ia pilih, komoditi mana yang sama saja bila dip ilih
dengan komoditi lainnya atau dengan kata lain dalam teori preferensi
konsumen diasumsikan setiap konsumen mampu membuat daftar urutan
Menurut Simamora (2004:17-18), proses evaluasi dari dalam diri
pembeli hingga menjadi suatu keputusan dapat dijelaskan melalui
asumsi-asumsi sebagai berikut:
· Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai
sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang
berbeda tentang atribut apa yang relevan.
· Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masing-masing.
· Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang
letak produk pada setiap atribut.
· Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam
sesuai dengan perbedaan atribut.
· Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang
berbeda melalui prosedur evaluasi.
Analisis chi-square dengan menggunakan teknik goodness of fit
dapat digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara banyak
yang diamati (observed) dari objek atau jawab yang masuk dalam
masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan (expected) berdasarkan
hipotesis nol (frekuensi yang diharapkan adalah merata). Menurut
Djarwanto (1996:247) goodness of fit berarti perbandingan antara
observed frequencies dengan expected frequencies. Semua pengujian yang
menggunakan chi square distribution adalah termasuk dalam persoalan
“goodness of fit”. Yang akan dibicarakan adalah “goodness of fit” suatu
distribusi frekuensi hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi teoritis
yang didasarkan pada mean dan deviasi standar dari distribusi frekuensi
pengamatan. Disini dilakukan pengujian apakah distribusi frekuensi hasil
pengamatan sesuai dengan expected normal curve frequencies dengan
menggunakan chi square distribution. Analisis Chi Square dinyatakan
dalam rumus :
fe = frekuensi yang diharapkan pada penelitian
i…k = kategori atribut dalam variabel
Dimana :
dan tidak suka, karena terbentuknya sikap konsumen terhadap suatu
produk. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
melakukan tindakan pembelian, sehingga sikap konsumen merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian.
7. Atribut produk
Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin
dimiliki atau tidak dimiliki objek. Atribut intrinsik adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan sifat aktual produk, sedangkan atribut ekstrinsik
adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti
nama, merek, kemasan, dan label. Akhirnya manfaat adalah hasil positif
yang diberikan atribut pada konsumen. Pentingnya atribut didefinisikan
sebagai penilaian umum sesorang terhadap signifikansi atribut atas produk
atau jasa jenis tertentu. Pentingnya atribut secara langsung dipengaruhi
oleh perhatian konsumen terhadap atribut spesifik. Jadi semakin besar
perhatian yang diarahkan pada atribut, semakin penting atribut itu. Empat
unsur yang menentukan perhatian konsumen yang diarahkan pada sebuah
atribut adalah (1) karakteristik penerima pesan (2) karakteristik pesan (3)
faktor-faktor yang mempengaruhi peluang tanggapan penerima dan (4)
karakteristik produk (Mowen dan Minor, 2002:312-316).
Atribut menentukan skala paling kuat yang dapat digunakan untuk
mengukur karakteristik. Ini selalu berlaku dalam pengukuran.
Karakteristik dan kualitasnya menentukan batas-batas bagi angka-angka
yang dikenakan untuk objek. Tergantung ada prosedur yang digunakan,
selalu mungkin menghasilkan angka atribut yang lemah, akan tetapi
ukuran tidak akan pernah bisa melompati hakikat alamiah atribut. Jadi,
penting untuk terlebih dahulu mengenali atribut itu sendiri sebelum
mengenakan angka-angka ke atribut dengan menggunakan prosedur
pengukuran tertentu (Churchill, 2005:430).
Pendekatan-pendekatan berdasarkan atribut mengandalkan
penilaian karakteristik-karakteristik dari berbagai objek dengan
menggunakan skala rating atau peringkat objek untuk setiap item
pertanyaan kemudian dianalisis dengan menggunakan berbagai teknik
statistik dalam rangka mendefinisikan dimensi-dimensi atau atribut-atribut
kunci apa saja yang digunakan konsumen untuk membedakan objek.
(Churchill, 2005:477). Salah satu keunggulan pendekatan ini adalah pada
saat merancang peta persepsi membuat tugas penamaan dimensi menjadi
lebih mudah digunakan oleh responden.
Konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
dicari dan memuaskan kebutuhan tersebut. Konsumen bersikap
berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut produk yang dianggap relevan atau
menonjol. Mereka akan memberikan paling banyak perhatian pada atribut
yang akan memberikan manfaat yang dicari. Pasar dari suatu produk
sering dapat disegmentasikan menurut atribut-atribut yang menonjol bagi
kelompok konsumen yang berbeda. Atribut yang paling menonjol
mungkin bukan atribut yang paling penting. Beberapa atribut mungkin
menonjol karena konsumen baru saja berkontak dengan iklan yang
membicarakan iklan tersebut. Disamping itu atribut yang tidak menonjol
mungkin mencakup beberapa hal yang dilupakan konsumen tetapi akan
diketahui bila disebutkan. Para pemasar harus lebih memperhatikan
kepentingan atribut daripada kemenonjolannya. Mereka harus mengukur
bobot kepentingan yang digunakan konsumen pada berbagai atribut.
Konsumen diasumsikan mempunyai suatu fungsi utilitas untuk setiap
atribut. Fungsi utilitas menjelaskan bagaimana kepuasan produk konsumen
bervariasi pada tingkat yang berbeda dari setiap atribut
(Kotler dan A.B Susanto, 2000:248).
Multi atribut produk agribisnis dapat dilihat berdasarkan ‘kriteria
mutu’ produk agribisnis (misalnya buah) seperti yang dikemukakan oleh
Poerwanto, Susanto, dan Setyati dalam Sudiyarto (2009:239) meliputi : 1.
Mutu visual atau penampakan, 2. Mouthfeel (rasa di mulut), 3. Nilai Gizi
dan Zat Berkhasiat (mutu fungsional), 4. Keamanan Konsumsi, 5.
Kemudahan penanganan, dan 6. Sifat mutu lainnya. Dalam penelitian
Mardiyah Hayati et al (2009:452) menyebutkan bahwa konsumen buah
jeruk mendapatkan kepuasan dengan mempertimbangkan atribut-atribut
yang melekat pada buah jeruk seperti rasa, aroma, keadaan fisik buah
maupun harga. Selain itu bisa juga mempertimbangkan rupa atau
penampilan dari buah jeruk, derajat kematangan, serta warna buah dan
ukuran buah (jumlah per kg).
Atribut ukuran buah dibedakan menjadi kecil, sedang, dan besar
dengan ukuran untuk buah yang kecil adalah sebanyak 10-11 buah per kg,
ukuran sedang sebanyak 8-9 buah per kg, dan ukuran besar sebanyak 6-7
buah per kg. Menurut Sarwono (1993:26) berdasarkan diameter dan berat
buah, jeruk dibagi dalam 4 kelas, yaitu:
1. Kelas A : buah mempunyai diameter 7,1 – 8,0 cm dan bobot buah
lebih dari 151 gram per buah.
2. Kelas B : buah mempunyai diameter 6,1 – 7,0 cm dan bobot buah
antara 101-150 gram per buah.
3. Kelas C : buah mempunyai diameter 5,1 – 6,0 cm dan bobot buah
antara 51-100 gram per buah.
4. Kelas D : buah mempunyai diameter 4,1 – 5,0 cm dan bobot buah
kurang dari atau sama dengan 50 gram per buah.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Konsumsi buah jeruk nasional mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah penduduk,
pendapatan, dan kesadaran akan pentingnya hidup sehat. Perubahan pola
konsumsi masyarakat yang ditandai dengan m eningkatnya kebutuhan akan
gizi yang seimbang termasuk kebutuhan gizi yang bersumber dari
buah-buahan khususnya buah jeruk. Apabila tidak diimbangi dengan ketersediaan
yang cukup dari produksi buah jeruk dalam negeri, maka impor buah jeruk
menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat in i.
Adanya jeruk impor di pasar nasional menyebabkan terjadi persaingan
antara jeruk lokal dan jeruk impor, sehingga konsumen dihadapkan pada
pilihan, mengkonsumsi jeruk lokal atau jeruk impor. Pilihan konsumen yang
semakin cermat dalam proses pengambilan keputusan dalam pembelian tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor intern maupun ekstern. Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh
karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Konsumen memandang
setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan
tersebut. Pada pembelian buah jeruk atribut yang diduga berpengaruh antara
lain rasa buah, ukuran buah, warna buah, dan kondisi kesegaran. Preferensi
konsumen terhadap atribut-atribut ini akan berbeda antara produk satu dengan
yang lain. Dalam hal ini adalah buah jeruk lokal dan buah jeruk impor.
Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis Chi Square dan
model Multiatribut Fishbein. Untuk mengetahui perbedaan preferensi
konsumen buah jeruk lokal dan buah jeruk impor serta mengetahui
atribut-atribut apa yang menjadi preferensi konsumen dalam penelitian ini digunakan
analisis Chi-Square dengan mengunakan teknik goodness-of fit. Metode
analisis ini dapat digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara
banyak yang diamati dari obyek atau jawab yang masuk dalam masing-masing
kategori dengan banyak yang diharapkan. Model Multiatribut Fishbein dalam
penelitian ini digunakkan untuk mengetahui atribut yang paling dominan
dipertimbangkan oleh konsumen.Secara lebih jelas kerangka teori pendekatan
masalah akan dijelaskan pada bagan di bawah ini:
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Jumlah Penduduk dan Pendapatan Meningkat
Analisis Multiatribut Fishbein Kesadaran Masyarakat akan
Nilai Kesehatan Meningkat
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Peningkatan Konsumsi Buah-Buahan (Buah Jeruk
Lokal dan Impor)
Penyediaan Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor dengan Atribut :
- Rasa - Ukuran - Warna - Aroma
Preferensi Konsumen
Analisis Chi Square
Atribut yang Menjadi Preferensi Konsumen Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor
Atribut yang Paling Dipertimbangkan Konsumen
Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor
D. Asumsi-Asumsi
1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian buah jeruk
lokal dan buah jeruk impor
2. Keputusan diambil responden secara rasional dengan mempertimbangkan
berbagai kombinasi atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor yang
diteliti.
3. Harga tidak menjadi kendala bagi konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian buah jeruk lokal dan buah jeruk impor
E. Hip otesis.
1. Diduga terdapat perbedaan perbedaan preferensi konsumen terhadap buah
jeruk lokal dan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus
2. Diduga atribut yang menjadi preferensi atau kesukaan konsumen dalam
membeli buah jeruk lokal di Kabupaten Kudus yaitu warna buah kuning
kehijauan, rasa buah manis sedikit asam, ukuran sedang dan aroma buah
segar, sedangkan buah jeruk impor yaitu warna buah oranye, rasa buah
manis, ukuran sedang dan aroma buah segar.
3. Diduga atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor yang paling
dipertimbangkan oleh konsumen berturut-turut adalah rasa buah, warna
buah, ukuran buah, dan aroma buah.
F. Pembatasan Masalah
1. Buah jeruk yang dijadikan obyek penelitian adalah buah jeruk lokal dan
buah jeruk impor.
2. Konsumen yang diteliti adalah konsumen akhir yang tidak bertujuan untuk
menjual kembali.
3. Atribut buah jeruk lokal dan jeruk impor yang diteliti adalah, rasa buah,
ukuran buah, warna buah, aroma buah.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada supermarket, toko buah dan pasar
tradisonal di Kabupaten Kudus bulan Mei – Juli 2012.