• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Kepemilikan dan Distribusi dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Kepemilikan dan Distribusi dalam"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 Konsep Kepemilikan dan Distribusi dalam Ekonomi Islam untuk Mewujudkan

Keadilan dan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat: Komparasi Konsep Kepemilikan dan Distribusi

dalam Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Konvensional Farah Husaini Salamah, Prodi Keuangan dan Perbankan Syari’ah

e-mail: farah.suhartono@gmail.com (Hp: 085876291847)

STEI Hamfara Yogyakarta

Abstract

To Achieve economic well-being of society in the capitalist economic system and the economic system of Islam is different in both concept possession or distribution. Ownwership and distribution concept in a capitalist economy is the individual and to follow the market mechanism to minimize the interference of the state, while the concept ownwership Islamic economic system can be divided into by individuals, public and state and the distribution can be done by the individual and the state. In other words, only the Islamic economic system is applied to the economic welfare of the community.

Keyword: Islamic economic system, the economic system of capitalism, the welfare of society

Abstrak

Untuk Mewujudkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi islam berbeda baik dalam konsep kepemilikan atau distribusi. Konsep kepimilikan dan distribusi dalam ekonomi kapitalis adalah individu dan mengikuti mekanisme pasar dengan meminimalisir campur tangan negara, sedangkan dalam sistem ekonomi islam konsep kepimilikan dapat dibagi menjadi oleh individu, umum dan negara serta distribusi dapat dilakukan oleh individu dan negara. Dengan kata lain, hanya dengan sistem ekonomi islam yang diterapkan akan mewujudkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

(2)

2 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam SEI(Sistem Ekonomi Islam) kesejahteraan diukur berdasarkan prinsip pemenuhan kebutuhan setiap individu masyarakat, bukan atas dasar penawaran dan permintaan, pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa, nilai mata uang ataupun indeks harga-harga di pasar non-riil. Inilah SEI yang benar-benar akan menjamin kesejahteraan masyarakat dan bebas dari guncangan krisis ekonomi. Sistem ini terbukti telah mampu menciptakan kesejahteraan umat manusia, Muslim dan non-Muslim tanpa harus selalu berhadapan dengan krisis ekonomi yang secara berkala menimpa, sebagaimana dialami sistem ekonomi Kapitalisme.

Salah satu cabang syariah terpenting yang saat ini banyak dilupakan adalah syariah ekonomi, terutama terkait dengan ekonomi makro, pengurusan soal pemuasan kebutuhan dasar tiap individu di dalam masyarakat serta upaya mewujudkan kemakmurannya. Inilah obyek dari sistem ekonomi Islam. Dimana dalam Pilar Sistem Ekonomi Islam meliputi: (1) konsep kepemilikan; (2) pengelolaan kepemilikan; (3) distribusi kekayaan di antara individu, Islam mengatur sedemikian rupa kepemilikan yang memungkinkan individu untuk memuaskan kebutuhannya seraya tetap menjaga hak-hak masyarakat. Islam membagi kepemilikan menjadi 3: milik pribadi; milik umum; milik negara. Dengan kata lain, sistem ekonomi islam berprinsip pada dari mana mendapat harta, untuk siapa harta tersebut, dan akan kembali kemana harta yang telah di dapatkan.

Dalam sistem ekonomi kapitalis kemakmuran masyarakat dinilai berdasarkan banyaknya individu yang mempunyai modal besar tetapi distribusi tidak merata, sedangkan dalam sistem ekonomi islam yang dinyatakan masyarakat itu makmur ketika distribusi merata.

1.2. Ladasan Teori

Sebagai seorang pemikir dan praktisi, Chapra mendefinisikan ekonomi Islam sebagai berikut:

“Islamic economics may than be defined as a branch of knowledge which helps realize human well-being through an allocation and distribution of scarce resources that is in conformity with Islamic teachings without unduly curbing individual freedom or creating continued macroeconomic and ecological imbalances.” [1]

Kontribusi pemikiran al-Syatibi dalam bidang ekonomi adalah kemampuannya menghubungkan konsep maqashid al-syari'ah dengan konsep kepemilikan harta, perpajakan, kebutuhan produksi, distribusi, dan konsumsi. Ia meneropong konsep kepemilikan harta lewat maqashid al-syari'ah. Menurutnya, kepemilikan harta tidak boleh beredar hanya di kalangan aghniya' (kaya), agar terwujud keadilan sosial dan ekonomi di antara umat. [2]

(3)

As-3 Syari' (Allah SWT) terhadap zat tersebut, serta sebab-sebab pemilikannya. Jika demikian, maka pemilikan atas suatu zat tertentu, tentu bukan semata berasal dari zat itu sendiri. Ataupun dari karakter dasarnya yang memberikan manfaat atau tidak. Akan tetapi kepemilikan tersebut berasal dari adanya izin yang diberikan Allah SWT untuk memiliki zat tersebut, sehingga melahirkan akibatnya, yaitu adanya pemilikan atas zat tersebut menjadi sah menurut hukum Islam.(An-Nabhaniy (cetakan 1990)). [3]

Dalam system ekonomi kapitalis bahwa kemiskinan dapat diselesaikan dengan cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan pendapatan nasional (national income) adalah teori yang tidak dapat dibenarkan dan bahkan kemiskinan menjadi salah satu produk dari sistem ekonomi kapitalistik yang melahirkan pola distribusi kekayaan secara tidak adil Fakta empirik menunjukkan, bahwa bukan karena tidak ada makanan yang membuat rakyat menderita kelaparan melainkan buruknya distribusi makanan (Ismail Yusanto).

“Berikanlah hak kerabat, fakir miskin, dan orang yang terlantar dalam perjalanan. Yang demikian itu lebih baik bagi mereka yang mencari wajah Allah dan merekalah yang akan berjaya. Dan uang yang kalian berikan untuk diperbungakan sehingga mendapat tambahan dari harta orang lain, tidaklah mendapat bunga dari Allah. Tetapi yang kalian berikan berupa zakat untuk mencari wajah Allah, itulah yang mendapat bunga. Mereka yang berbuat demikianlah yang beroleh pahala yang berlipat ganda.” (Ar Rum: 38-39).

Islam mengakui adanya hak milik pribadi (individu) dan memperbolehkan usaha-usaha serta inisiatif individu didalam menggunakan dan mengelola harta pribadinya. Islam juga telah memberikan batasan-batasan tertentu sesuai syari'at sehingga seseorang dapat menggunakan harta pribadinya tanpa merugikan kepentingan umum. Sebenarnya kerangka sistem Islam secara keseluruhan ini dibentuk berdasarkan kebebasan individu didalam mencari dan memiliki harta benda dan campur tangan pemerintah (intervensi) yang sangat terbatas hanya terhadap harta yang sangat diperlukan oleh masyarakat, selain itu tidak. Namun, ada beberapa kepentingan umum yang tidak bisa dikelola dan dimiliki secara perorangan (KA, POS, Listrik, Air, dan sebagainya), tapi semua itu menjadi milik dan dikelola oleh Negara untuk kepentingan umum. Kemudian terdapat perbedaan sifat hak milik, baik itu pribadi maupun umum, yang terdapat dalam Islam dengan kapitalis dan komunis. Didalam kapitalis, hak milik individu adalah mutlak tak terbatas. Dalam komunis, hak milik diabaikan sama sekali. Sedangkan didalam Islam, hak individu itu berada dalam keadaan norma, bukan tak terbatas seperti yang terdapat dalam kapitalis, ataupun ditekan sama sekali seperti yang terdapat dalam komunis. Inilah sisi kemoderatan Islam dalam memandang hak milik. [4]

(4)

4 dan gagasan ekonomi Islam. Gidens (dalam Friedman Thomas, 2005) menyebut koperasi dapat dikatagorikan sebagai ”The Third Way” atau ”Jalan Tengah” untuk melawan dan menandingi atau paling tidak sebagai penyeimbang dalam menghadapi hegemoni ekonomi kapitalistik. [5]

Contoh paling mudah dari sistem kapitalisme ini bisa digambarkan dari aktualitas Amerika Serikat yang meyakini bahwa mereka adalah penganut sistem ekonomi campuran (kapitalisme dan sosialisme), pada dasarnya mereka tetap tidak bisa lepas dari unsur kapitalis dalam prakteknya.

Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom Joseph A. Schumpeter sebagai ‘sistem destruksi kreatif’. Dimana menurutnya, setiap perusahaan dalam pasar kecil maupun pasar kompetitif, akan selalu dapat berjalan ke arah yang lebih baik setelah restrukturisasi, yaitu dengan selalu mengadakan pergantian pekerja dan pergantian modal, karena mereka akan selalu digantikan dengan yang lebih baik. Tiap individu juga diyakini mampu menghasilkan modal sendiri, tanpa perlu mencemaskan campur tangan pemerintah.

Sekilas cara pandang ini terlihat normal, dimana komponen-komponen pasar tersusun rapi dalam mekanisme yang jelas. Namun hasilnya akan muncul ketimpangan dan menimbulkan suatu masyarakat yang tidak egalitarian, dimana beberapa individu akan menjadi lebih kaya dari individu lain, dan yang miskin akan semakin miskin. Begitu juga dengan semakin meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas serta aksi anarki dimana-mana.

Menurut James Paulsen, kepala strategi investigasi di Wells Capital Management, Amerika Serikat sedang mengalami kebangkrutan kasat mata karena deficit keuangan negara adidaya tersebut. Tercatat defisit Amerika Serikat naik 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi USD 120 miliar atau Rp. 1.150 triliun, akibatnya Obama dan pihak legislative akan menaikkan pajak dan menurunkan belanja negara secara besar-besaran yang mulai diluncurkan per 1 Januari tahun ini.

Dalam kapitalisme, meskipun keuntungan yang didapat sangatlah besar, kemudian tercipta kompetisi sehat antar pasar tanpa risau terhadap campur tangan pemerintah, dan setiap pemilik modal bebas menentukan pekerjaan atau usaha apa yang akan mereka jalankan, tetap saja menciptakan beberapa nilai negative dan juga anomali. Kasus yang terjadi seperti perbedaan kelas ekonomi yang semakin nyata lantaran keuntungan sepihak yang hanya diperoleh kaum minoritas atau elitis saja, tanpa mengindahkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Adam Smith juga sempat mencetuskan sebuah istilah dalam kerangkan teori ekonomi yang dibangunnya, Invisible Hand. Yang dimaksud ‘tangan ghaib’ disini adalah semacam kekuatan kasat mata yang menjalankan roda ekonomi dengan sewajarnya sehingga tidak terjadi kekacauan dalam pasar. Mekanisme pasar yang terdiri dari supply and demand akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat sebaik-baiknya dan Invisible hand dalam mekanisme pasar itu akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara paling rasional, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

(5)

5 BAB II

METODOLOGI PENULISAN

2.1 Obyek Penelitian

Penelitian ini mengacu pada studi literatur sehingga objek penelitian ini adalah perbandingan sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi Islam itu sendiri yang terfokus pada konsep kepemilikan dan distribusi untuk mensejahterakan ekonomi masyarakat.

2.2Data Yang Dibutuhkan

2.2.1 Data sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan dalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data semacam ini sudah dikumpulkan oleh pihak lain untuk tujuan tertentu yang demi bukan keperluan riset yang sedang dilakukan peneliti saat ini secara spesifik.

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sumber-sumber literatur yang menjelaskan teori sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi islam. Sebagian besar data yang dipakai adalah data sekunder dari berbagai sumber buku – buku pengantar ekonomi islam yang berhubungan dengan konsep kepemilikkan dan distribusi serta jurnal-jurnal ekonomi dan website tentang sistem ekonomi dan lainnya.

2.2.2 Teknik memperoleh data

Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu dalam melakukan interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literatur dapat membantu dalam penyusunan teori dan melakukan validasi data.

Studi literatur dilakukan dengan melakukan pengumpulan bahan-bahan dari perpustakaan STEI HAMFARA Yogyakarta. Selain itu penulis mendapatkan literatur dari berbagai website. Literatur yang digunakan berupa buku, jurnal, dan lain-lain seperti tertera pada pembahasan data sekuder.

2.2.3 Metode Penelitian [6]

(6)

6 BAB 111

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini adalah konsep kepemilikan dan distribusi ekonomi islam yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan konsep kepemilikan dan distribusi ekonomi kapitalis.

3.1 Konsep kepemilikan dalam ekonomi islam [7]

Konsep kepemilikan dalam ekonomi islam didasarkan pada kepemilikan individu, umum dan negara.

3.1.1 Kepemilikan Individu (Milkiyah Fardiyah)

Untuk memudahkan pemahaman terhadap kerangka dari kepemilikan individu ini, maka kita dapat melihat gambar skema dari penjabaran dan pembagian dari kepemilikan individu tersebut.

Gambar 3.1. Skema kepemilikan individu

3.1.2 Distribusi dalam ekonomi islam

Distribusi dalam ekonomi islam dilakukan oleh individu dan negara.

Sumber : Dwi Condro Triono, Ph.D. Ekonomi Islam Madzhab Hamfara,jilid 1 falsafah ekonomi islam, hal 318.

Pemilikan individu dapat didefinisikan sebagai hukum syariat yang berlaku bagi zat atau manfaat tertentu, yang memungkinkan bagi yang memperolehnya untuk memanfaatkannya secara langsung atau mengambil kompensasi dari barang tersebut.

Kepemilikan Individu

Sebab kepemilikan individu

1. Bekerja

2. Waris

3. Kebutuhan harta untuk menyambung hidup 4. Pemberian harta negara

kepada rakyat

5. Harta yang diperoleh tanpa kopensasi tenaga dan harta

1. Menghidupkan tanah

mati

2. Menggali kandungan

bumi

3. Berburu

4. Samsarah (makelar)

5. Mudharabah

6. Musaqat

(7)

7 3.1.2. Sebab-sebab Kepemilkikan Individu

Sebab kepemilikan individu adalah sebab yang menjadikan seseorang memiliki harta tersebut, yang sebelumnya tidak menjadi hak miliknya. Kepemilikan individu mensyaratkan manusia yang hendak memiliki harta tidak menggunakan harta yang dimiliki sebelumnya untuk memperolehnya.

3.1.2.1. Bekerja

Kekayaan alam yang disediakan Allah SWT di bumi ini ada bermacam-macam. Ada yang dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia seperti buah-buahan yang dapat langsung dipetik dari pohonnya, ada juga yang memerlukan usaha berupa “kerja” oleh manusia, seperti membua roti, tahu, tempe dsb.

Dari sinilah kerja dari manusia itu muncul. Ada banyak pekerjaan yang dapat dilakukan oleh manusia, namun Allah SWT idak membiarkan manusia secara bebas untuk melakukan pekerjaan tersebut, ada pekerjaan yang dihalalkan dan diharamkan. Bentuk-bentuk kerja yang di halalkan dalam islam adalah

3.1.2.1.1. Menghidupkan tanah mati

Tanah mati adalah tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak di manfaatkan satu orangpun. Sedangkan yang dimaksud menghidupkan tanah yang mati adalah mengolahnya dan menanaminya, baik dengan tanaman ataupun dengan bangunan diatasnya. Dengan adanya usaha tersebut berarti telah menjadikan tanah tersebut menjadi miliknya. Islam memberikan ancaman kepada pemilik tanah yang mentelantarkan tanahnya selama tiga tahun berturut-turut maka akan di ambil oleh negara dan akan diberikan kepada orang yang mampu memanfaatkannya. Dalil yang dapat di jadikan rujukan “ Siapa saja yang menghidupkan tanah mati, maka tanah tersebut adalah miliknya “ (H.R. Imam Bukhari, dari Umar bin Khatab).

3.1.2.1.2. Menggali kandungan bumi

Menggali kandungan bumi termasuk dalam kategori bekerja. Ketentuan islam dalam membolehkan menggali kandungan bumi adalah yang masih dalam kategori jumlah yang terbatas, tidak sampai mencapai jumlah yang biasa di butuhkan oleh umum. Keentuan yang lain adalah, jika yang didapatkan berupa harta yang pernah dibuat manusia (misalnya adalah harta karun peninggalan manusia masa lampau), maka hal itu di kategorikan rikaz (harta tenuan) dan akan dikenai kewajiban membayar khumus (1/5 dari rikaz).

(8)

8 3.1.2.1.3. Berburu

Berburu termasuk dalam kategori bekerja, baik untuk buruan di darat maupun di laut. Dalilnya dalam Q.S. Al-Maidah: 96 “ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan, dan di haramkan atasmu (menangka) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalahkepada Allah yang kepada -Nya lah kamu akan di kumpulkan”.

3.1.2.1.4. Makelar (samsarah)

Samsarah (makelar) adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan upah, baik untuk keperluan menjual maupun membeli sesuatu. Dalilnya “ Kami, pada masa Rasulullah SAW biasa disebut (orang) dengan sebutan “samasirah”. Kemudian (suatu keika) kami bertemu dengan Rasulullah SAW, lalu beliau menyebut kami dengan sebutan yang lebih pantas dari sebutan tadi. Kemudian beliau bersabda:’ Wahai para pedagang, sesungguhnya jual beli itu bisa mendatangkan yang bukan-bukan dan sumpah palsu, maka kalian harus memperbaikinya dengan kejujuran’”. (HR. Abu Dawud).

Dari hadist diatas Rasulullah SAW sangat tajam dalam menjelaskan perdagangan mereka, sampai Beliau mengatakan dengan sebutan laghwun (perkataan yang bukan-bukan), karena terkadang perdagangan itu disertai dengan sumpah palsu untuk melariskan dagangannya. Rasul SAW memerintahkan agar perdagangan disertai dengan kejujuran agar selamat dari pengaruh-pengaruh tersebut.

3.1.2.1.5. Mudharabah

Mudharabah adalah perseroan anatara dua orang atau lebih dalam suatu perdagangan (usaha), satu pihak sebagai pemodal dan pihak lain sebagai pekerja. Dengan kata lain, mudharabah adalah meleburnya tenaga dan harta. Dalilnya dari Abu Hurairah yang mengatakan: Nabi SAW bersabda: “ Allah SWT berfirman:’ Aku adalah pihak ketiga (yang akan melindungi) dua orang yang bersyirkah, selam diantara mereka tidak mengkhianati temannya, maka aku keluar dari keduanya’”...

Ketentuan dalam sebab kepemilikan di dalam mudharabah tentu hanya berlaku bagi pihak pengelolanya (mudharibnya) saja. Sebab, di dalam mudharabah pihak pengelola tidak memerlukan harta sama sekali untuk melakukan syirkah mudharabah.

Hal itu berbeda dengan pihak pemilik modal (shahibul maal) dia mengharuskan adanya harta yang wajib disertakan dalam syirkah mudharabah ini. Oleh karena itu, jika dalam syirkah mudharabah ini mendapatkan keuntungan, maka bagian yang diperoleh pengelola dapat dianggap sebagai sebab kepemilikan.

3.1.2.1.6. Musaqah

(9)

9 Ketentuan dalam sebab kepemilikan di dalam musaqah ini sama dengan ketentuan mudharabah seperti diatas, yaitu berlak hanya pada pengelolanya saja. Sebab di dalam musaqah,pihak pengelola juga tidak memerlukan harta sama sekali untuk melakukan syirkah musaqah.

Hal itu berbeda dengan pemilik kebun, dia mengharuskan adanya harta yang wajib disertakan dalam syirkah musaqah ini, yaitu berupa kebun yang sudah ada tanamannya. Oleh karen itu, jika dalam syirkah musaqah ini mendapatkan keuntungan, maka bagian yang diperoleh pengelola dapat di anggp sebagai sebab kpemilikan.

3.1.2.1.7. Ijarah

Ijarah adalah pemilikan jasa dari seorang ajir (orang yang di kontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak tenaganya). Dengan kata lain Ijarah adalah transaksi jasa tertentu yang disertai kompensasi (upah). Dalil dalam Alqur’an QS. Ath-Thalaq :6, Allah berfirman “ Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anakmu untukmu, maka berikanah kepada mereka upahnya”. 3.1.2.2. Waris

Waris termasuk dalam kategori sebab bagi individu untuk dapat memiliki harta. Penetapan waris didasarkan pada nash Qur’an yang qat’i, bersifat tauqifi dan tidak disertai dengan illat. Dalil tentang ketentuan waris dalam QS. An-nisa : 11 “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, ma ka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana “.

Dari firman Allah di atas kita dapat memahami beberapa hukum mengenai waris. Hukum-hukum syariat tersebut dapat difahami dari makna umum yang telah disebutkan oleh ayat di atas. Dengan hukum-hukum ini seorang ahli waris berhak untuk mendapatkan harta waisan yang ada. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa waris merupakan salah sau sebab kepemilikan harta.

3.1.2.3. Kebutuhan Harta Untuk Menyambung Hidup

(10)

10 (ditanggung baitul ma). Allah SWT berfirman “ Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”. (QS. Al-Ma’arij: 24-25).

Ayat di atas menunjukkan hak yang wajib diberikan orang-orang kaya kepada orang-orang yang miskin. Allah berfirman “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60).

Apabila negara ternyata melalaikan kewajiban ini, dan tidak ada yang mengoreksinya, maka islam memberikan ketentuan dengan di boehkannya orang tersebut mengambil apa saja sebatas untuk menyambung hidupnya, diamanapun dia temukan, baik milik pribadi maupun negara.

Ekonomi Islam selain menjamin hak eseorang untuk memiliki harta dalam rangka untuk mempertahankan hidup, ekonomi islam juga memberikan pembinaan trhadpa mereka yang memiliki kelebihan harta.

3.1.2.4. Pemberian Harta Negara Kepada Rakyat

Pemberian harta kepada rakyat yang di ambilkan dari baitul mal utuk memenuhi hajat hidup atau untuk memanfaatkan kepemilikanmereka (misalnya: modal untuk menggarap sawah) termasuk dalam kategori sebab kepemilikan individu. Pemberian ini bersifat memindahkan kepemilikan, sehingga harta yang telah diberikan kepada rakyat adalah sah menjadi miliknya, tanpa adanya beban untuk mengembalikan dengan mengangsur atau mencicil.

3.1.2.4.1. Harta yang diperoleh individu tanpa kompensasi harta atau tenaga

Harta yang diperoleh individu tanpa kompensasi harta atau tenaga, di akui oleh ilam sebagai sebab kepemilikan individu diantaranya adalah :hadiah, hibbah, wasiat, mahar, diyat, luqatah, maupun santunan dari negara.

3.1.2. Kepemilikan Umum [8]

(11)

11 Gambar 3.2. Skema kepemilikan umum

Sumber : Dwi Condro Triono, Ph.D. Ekonomi Islam Madzhab Hamfara,jilid 1 falsafah ekonomi islam, hal 333.

Berdasarkan gambar diatas, maka kita dapat mengetahui bahwa kepemilikan umum menurut pandangan Sistem Ekonomi Islam dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

3.1.2.1. Barang kebutuhan umum.

Barang kebutuhan umum adalah segala barang atau harta yang masuk kategori fasilitas umu, yang jika tidak ada dalam suau negeri atau dalam suatu komunitas tertentu, maka akan sengketa dalam mencarinya. Dengan kata lain, barang kebutuhan umu adalah apa saja yang di anggap sebagai kepentingan manusia secara umum, seperi sumber-sumber air, padang gembalaan, kayu-kayu bakar, nergi listrik dsb.

Dalil yang dapat dijadikan rujukan ialah “Rasulullah SAW bersabda;’ Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal, yaitu air,padang gembalaan dan api”. (HR. Abu Daud), dari hadist tersebut ada kalimat tambahan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dari Ibnu Abbas, yang berbunyi: “...dan harganya adalah haram”(HR. Imam Ibnu Majjah).makna dari tambahan kaliamat hadist diatas adalah mengambil tsaman, yaitu keuntungan dari harga yang diambil dengan menjual ketiga komoditas tersebut kepada rakyat hukumnya adalah haram.

Larangan Rasulullah SAW, sesungguhnya bukan terletak pada larangan memiliki ketiga jenis barang tersebut, melainkan dari segi sifatnya, yaitu dari segi apakah barang tersebut dibutuhkan oleh orang banyak dalam suatu komunitas tertentu ataukah tidak.

Kepemilikan Umum (Milkiyah ‘Ammah)

Barang kebuuhan umum

Barang tambang besar Sumber daya alam

(12)

12 3.1.2.2. Barang tambang yang besar.

Barang tamabang dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu barang tambang yang jumlahnya terbatas dan barang tambang yang jmlahnya besar.

Barang tambng yang terbatas jumlahnya termasuk kepemilikan pribadi tau boleh dimiliki secara pribadi. Terhadap barng tambang yang jumlahnya kecil akan diberlakukan hukum rikaz, yaitu di dalamnya ada seperlima bagian harta yang harus di keluarkan zakatnya.

Adapun barang tambang yang besar atau tambang tidak terbatas jumlahnya, yang tidak mungkin di habiskan adalah termasuk kepemilikan umum. Oleh karena itu, tambang-tambang yang besar seperti : emas, perak, tembaga, timah, nikel, besi, minyak bumi dsb. Diatur oleh sistem ekonomi islam agar menjadi milik umum. Pengelolanya diserahkan kepada negara dan hasilnya harus di distribusikan kepada rakyat.

3.1.2.3. Sumber daya alam, yang sifat pembentuannya menghalangi untuk dimiliki individu.

Sumber daya alam yang dimaksud disini adalah sumber dya alam yang mencegah untuk dimiliki secara pribadi. Oleh karena itu status kepemillikan umumnya di tinjau dari segi faktnya, bahwa barang –barang ini adalah barang yang tidak mungkin dimiliki oleh individu. Misalnya adalah jalan atau jembatan, dari segi faktanya memang tidak mungkin di miliki individu.

Yang termasuk kelompok ini adalah benda-benda yang mencakup kemanfaatan umum, seperti jalan, sungai laut, tanah-tanah umum, masjid, sekolah, rumah sakit, lapangan, teluk, selat dsb.

3.1.3. Kepemilikan Negara (Milkiyah Daulah) [9]

(13)

13 Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Skema Kepemilikan Negara

Sumber : Dwi Condro Triono, Ph.D. Ekonomi Islam Madzhab Hamfara,jilid 1 falsafah ekonomi islam, hal 339.

Dari gambar skema di atas dapat kita memahami bahwa yang dapat di masukkan kedalam harta kepemilikan negara ada enam jenis.

3.1.3.1. jizyah

Jizyah adalah hak yang diberikan Allah kepada kaum muslimin dri orang kafir karena ada ketundukan kepada pemerintah islam. Harta ini akan di bagikan untuk kemaslahatan seluruh rakyat dan wajib diambil setelah melewati satu tahun. Jizyah dapat dipungut dari orang-orang kafir, selama mereka tetap dalam kekafirannya. Namun, apabila mereka telah memeluk islam, maka jizyah akan gugur atas mereka. Jizyah itu dikenakan terhadap orang, bukan terhadap harta.

3.1.3.2. Ghanimah

Ghanimah yaitu hak yang diberikan oleh Allah SWT kepada kaum muslimin dari kaum kuffar dengan jalan perang (jihad. Dalil tentang harta ghanimah dapat kita lihat melalui firman Allah SWT: “ Ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnussabil (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-anfal: 41).

Dari ayat di atas kita dapat memahami bahwa harta hasil rampasan perang (ghanimah) seperlimanya adalah untuk Allah, Rasul dan seterusnya. Maksudnya adalah bahwa seperlima harta tersebut wajib diserahkan kepada Rasul SAW yang pada saat itu bertindak sebagai kepala negara, sehingga harta tersebut menjadi milik negara, untuk kemudian didistribusikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, sebagaimana yang telah terperinci dalam ayat di atas.

Kepemilikan Negara ( Milkiyah daulah)

1. Jizyah 2. Ghanimah 3. Fa i 4. Kharaj

5. usyur

(14)

14 Sedangkan sisanya, yaitu empat perlima-nya akan dibagikan kepada para mujahidin (anggota pasukan tentara) yang ikut berperang dalam rangka futuhat (pembebasan) tersebut.

3.1.3.3. Fa’i

Fa’i adalah hak yang iberikan Allah SWT kepada kaum muslimin dari kaum kuffar tanpa melalui peperangan (musuh melarikan diri). Dapat kita lihat dalam firman Allah “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota -kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS. Al-Hasyr:7).

Dari ayat di atas kita dapat memahami bahwa cara pembagian harta fa’i berbeda dengan harta ghanimah. Untuk pembagian harta fa’i semuanya diserhkan kepada Rasul SAW yang pada saat itu bertindak sebagai kepala negara, sehingga harta tersebut menjadi milik negara, untuk keudian ditasharufkan (didistribusikan) kepada orang-orang yang berhak menerimanya, ebagaimana yang telah diperinci dalam ayat di atas.

3.1.3.4. Kharaj

Kharaj adalah hak yang diberikan Allah SWT kepada kaum Muslimin dari kaum kuffar. Kharaj adalah baik yang dikenakan atas lahan tanah yang telah dirampas dari tangan kaum kuffar, baik dengan cara perang maupun damai. Jumlah kharaj yang harus diambil atas tanah tersebut dihitung berdasarkan kandungan tanahnya.

Haraj, ghanimah dan fa’i sesungguhnya berasal dari sumber yang sama, yaitu harta yang telah dirampas dari tangan kaum kuffar. Namun, yang membedakan adalah bahwa ghanimah dan fa’i itu adalah harta rampasan dari kaum kuffar atas barang-barang yang bergerak, seperti kuda, unta, baju besi, pnah, pedang, tombak dsb. Sedangkan kharaj adalah khusus untuk harta yang tidak bergerak, yaitu yang berupa tanah atau lahan.

Seluruh tanah dari wilayah yang telah di taklukkan oleh kaum muslimin akan menjadi tanah kharajiyah dan statusnya adalah menjadi tanah milik negara, yang boleh dibagikan kepada rakyat, yang kewenangan pembagiannya ada di tangan kepala nnegara (khilafah).

Bagi rakyat yang mendapatkan tanah kharajiyah ini wajib baginya untuk membayar kharaj , yang akan menjadi bagian dari harta milik negara. Besarnya kharaj yang harus dipungut oleh negara, ketentuannya juga ditetapkan oleh kepala negara.

3.1.3.5. ‘Usyur

(15)

15 besarnya pungutan bagi tanah ‘usyriyah, maka islam telah menetapkan besarny zakat hasil pertanian adalah 10%. Ketentuan ini berlaku untuk tanah ‘usyriyah yang pengairannya hanya mengandalkan tadah hujan, mata air atau air tanah. Sedangkan untuk tanah ‘usyriyah yang pengairannya menggunakan irigasi teknis, maka pungutan zakatnya adalah 5%.

Hasi zakat pertanian dari tanah ‘usyriyah tersebut akan masuk dalam kas negara, untuk kemudian diditribusikan oleh khalifah kepada orang yang berhak menerima zakat, yang terbagi kedalam delapan asnaf.

3.1.3.5. Khumus (seperlima) dari Rikaz

Rikaz adalah harta yang diperoleh dari aktivitas menggali kandungan bumi. Bagi mereka yang memiliki pertambangan yang berskala kecil (yang boleh dimili individu), maka apabila memperoleh harta yang berharga, seperti emas, perak, tembaga dsb, maka berlaku ketentuan khumus. Barang tersebut wajib dikeuarkan zakatnya.

3.2 Konsep kepemilikan dalam ekonomi kapitalis

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasakan kepentingan pribadi, dimana nilai produksi dan konsumsi semata-mata untuk menggaet profit. Sistem kapitalisme sama sekali tidak mengindahkan kesejahteraan sosial, kepentingan bersama, kepemilikan bersama ataupun yang semacamnya. Asas kapitalisme adalah kepuasan sepihak, alias setiap keuntungan adalah milik pribadi.

Contoh paling mudah dari sistem kapitalisme ini bisa digambarkan dari aktualitas Amerika Serikat yang meyakini bahwa mereka adalah penganut sistem ekonomi campuran (kapitalisme dan sosialisme), pada dasarnya mereka tetap tidak bisa lepas dari unsur kapitalis dalam prakteknya.

Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom Joseph A. Schumpeter sebagai ‘sistem destruksi kreatif’. Dimana menurutnya, setiap perusahaan dalam pasar kecil maupun pasar kompetitif, akan selalu dapat berjalan ke arah yang lebih baik setelah restrukturisasi, yaitu dengan selalu mengadakan pergantian pekerja dan pergantian modal, karena mereka akan selalu digantikan dengan yang lebih baik. Tiap individu juga diyakini mampu menghasilkan modal sendiri, tanpa perlu mencemaskan campur tangan pemerintah.

Sekilas cara pandang ini terlihat normal, dimana komponen-komponen pasar tersusun rapi dalam mekanisme yang jelas. Namun hasilnya akan muncul ketimpangan dan menimbulkan suatu masyarakat yang tidak egalitarian, dimana beberapa individu akan menjadi lebih kaya dari individu lain, dan yang miskin akan semakin miskin. Begitu juga dengan semakin meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas serta aksi anarki dimana-mana.

(16)

16 Dalam kapitalisme, meskipun keuntungan yang didapat sangatlah besar, kemudian tercipta kompetisi sehat antar pasar tanpa risau terhadap campur tangan pemerintah, dan setiap pemilik modal bebas menentukan pekerjaan atau usaha apa yang akan mereka jalankan, tetap saja menciptakan beberapa nilai negative dan juga anomali. Kasus yang terjadi seperti perbedaan kelas ekonomi yang semakin nyata lantaran keuntungan sepihak yang hanya diperoleh kaum minoritas atau elitis saja, tanpa mengindahkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Adam Smith juga sempat mencetuskan sebuah istilah dalam kerangkan teori ekonomi yang dibangunnya, Invisible Hand. Yang dimaksud ‘tangan ghaib’ disini adalah semacam kekuatan kasat mata yang menjalankan roda ekonomi dengan sewajarnya sehingga tidak terjadi kekacauan dalam pasar. Mekanisme pasar yang terdiri dari supply and demand akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat sebaik-baiknya dan Invisible hand dalam mekanisme pasar itu akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara paling rasional, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

Meskipun Adam Smith tidak menyebutkan istilah ‘kapitalisme’ di dua bukunya; The Theory of Moral Sentiments dan The Wealth of Nations, tetapi metafora Invisible Hand jelas merujuk kepada kompetisi sehat pada sebuah transaksi antara produsen dan konsumen, yang mengarah kepada keuntungan untuk kedua belah pihak dengan frekuensi tetap sehingga mampu menimbulkan barang produksi yang semakin berkualitas tetapi harga semakin rendah. Dari sini, tentu pola yang dimaksud terdapat pada sistem ekonomi kapitalis.

Lebih lanjut, ada beberapa ciri kapitalisme yang perlu kita perhatikan dan kerap muncul di sekitar kita tanpa disadari. Beberapa ciri tersebut bisa diringkas menjadi:

- Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu. - Barang dan jasa diperdagangkan bebas yang bersifat kompetitif.

Pemilik modal bebas untuk menggunakan cara apa saja untuk meningkatkan keuntungan maksimal, dengan mendayagunakan sumber produksi dan pekerjanya. Sehingga modal kapitalis seringkali diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba. Aktivitas ekonomi secara bebas hanya ditentukan oleh penjualan dan pembelian.

Pengawasan atau campur tangan pemerintah diupayakan seminimal mungkin. Tetapi jika dianggap riskan, negara sewaktu-waktu dapat mengeluarkan kebijakan yang melindungi lancarnya pelaksanaan sistem kapitalisme.

Riset menduduki posisi yang penting dan menentukan dalam mendorong persaingan. Tujuan kapitalisme yang hanya berasas pada biaya produksi yang murah dan keuntungan yang tinggi realitanya berkebalikan dengan Islam, yang menganjurkan agar seorang muslim tidak sekedar menimbun uang dan menghimbau agar menyedekahkannya untuk kemaslahatan sosial, kapitalisme justru akan membentuk tatanan masyarakat yang egois, materialis dan konsumeris.

3.2.1 Distribusi dalam ekonomi kapitalis

(17)

17 Tetapi jika dianggap riskan, negara sewaktu-waktu dapat mengeluarkan kebijakan yang melindungi lancarnya pelaksanaan sistem kapitalisme.

Dalam sistem ekonomi kapitalis kemakmuran masyarakat dinilai berdasarkan banyaknya individu yang mempunyai modal besar tetapi distribusi tidak merata, sedangkan dalam sistem ekonomi islam yang dinyatakan masyarakat itu makmur ketika distribusi merata.

3.3. Perbandingan Sistem Ekonomi Islam dan Ekonomi Kapitalis Tabel 3.4 perbandingan S.E.I dan S.E.K [10]

Asa Ekonomi Sistem Ekonomi Islam Sistem Ekonomi Kapitalis

Kepemilikan 1. Individu (mobil, rumah, laptop dll) 2. Umum (barang

tambang, pulau, jalan, dll).

3. Negara (jizyah, ghanimah, fa’i, kharaj,

dharibah,dsb)

Individu

Pemanfaatan kepemilikan

Berdasarkan asas halal-haram

Berdasarkan asas manfaat

Distribusi Kekayaan

1. Individu (hukum islam tentang mudharabah, bai’, ijarah dll.)

2. Negara (Non Ekonomi)

Individu (mekanisme pasar) meminimalisir campur tangan Negara

(18)

18 BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan komparasi konsep kepemilikan dan distribusi dalam sistem ekonomi islam dan kapitalis adalah, bahwa dapat dilihat dengan jelas sistem ekonomi islam lebih berpedoman sesuai dengan prinsip keadilan dan untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat, sedangkan kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasakan kepentingan pribadi, dimana nilai produksi dan konsumsi semata-mata untuk menggaet profit. Dan hanya sistem ekonomi isamlah yang dapat mensejahterakan ekonomi masyarakat.

Dalam sistem ekonomi kapitalis kemakmuran masyarakat dinilai berdasarkan banyaknya individu yang mempunyai modal besar tetapi distribusi tidak merata, sedangkan dalam sistem ekonomi islam yang dinyatakan masyarakat itu makmur ketika distribusi merata.

(19)

19 DAFTAR PUSTAKA

[1] M. Umer Chapra, What is Islamic Economics?, (Jeddah, Saudi Arabia: IRTI – IDB, 1996), hlm. 33; M. Umer Chapra, The Future of Economics...., hlm. 125.

[2] Mansyur, Zaenuddin, 2007. Konsep Ekonomi Islam Dalam Konsep Maqashid Al-Syari'ah Al-Syatibi. jurnal istinbath, Vol 4, No 2.

[3] Hidayatullah Muttaqin, SE, MSI, 2011. Konsepsi Ekonomi Islam untuk Pembangunan Ekonomi, dari http://www.jurnal-ekonomi.org/konsepsi-ekonomi-islam-untuk-pembangunan-ekonomi/, diunduh 26 Oktober 2013.

[4] Syahmiruddin Pane, S.Sos, M.A, 2012. Pengembangan dan Pemanfaatan Hak Milik, dari

http://syahmiruddinpane.blogspot.com/2012/08/pengembangan-dan-pemanfaatan-hak-milik.html, diunduh 26 Oktober 2013.

[5] Santosa, Ery Wibowo Agung, 2012. " Ekonomi Islam Dalam Konteks Ke-Indeonesia-an ( Prespektif Jalan ke Tiga ) ", jurnal.unimus.ac.id. hal 11-12.

[6] Murtiyani,Siti.2010.Materi kuliah Metodologi Penelitian.Yogyakarta:STEI Hamfara.

[7] Triono, Dwi Condro. 2011. Ekonomi IslamMadzhab Hamfara. Yogyakarta, Irtikaz.317-332.

[9] Yusanto, Ismail dan Arif Yunus, 2009. Pengantar Ekonomi Islam, Bogor, al-Azhar Press,hal : 143-146.

Gambar

Gambar 3.1. Skema kepemilikan individu
Gambar 3.2. Skema kepemilikan umum
Gambar 3.3 Skema Kepemilikan Negara
Tabel 3.4 perbandingan S.E.I dan S.E.K [10]

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sistem ekonomi kapitalis bahwa kemiskinan dapat diselesaikan dengan cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan pendapatan nasional ( national income ) adalah

Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensial.Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah

Sistem Ekonomi Kapitalis dan Islâm: Suatu Kajian Komparatif Jika dilihat dari tujuan dan prinsip ekonomi, memang tidak ada perbedaan antara sistem ekonomi Islâm dengan

Dari sini dapat dipahami bahwa yang menjadi titik awal atau tingkatan pertama dalam sistem ekonomi Islam adalah distribusi, bukan produksi sebagaimana dalam

Konsep kepemilikan dalam ekonomi islam membantu menghilangkan ketidakadilan dalam penguasaan harta seseorang oleh individu, umum dan negara sehingga tiap golongan

 Perhatian utamanya adalah hubungan antar berbagai agama dunia dengan perkembangan sistem ekonomi kapitalis yang hanya terjadi di Barat..  Weber tertarik pada sistem gagasan

Berdasarkan persoalan di atas dalam penulisan ini penulis akan mengungkap bagaimana sistem ekonomi Kapitalis, Sosialis, dan Islam dalam menyelesaikan

• Para pakar ekonomi Kapitalis dan pemegang kebijakan ekonomi harus realistis dalam menentukan berapa target pertumbuhan ekonomi jika dilihat keadaan ekonomi dari sisi potensi