Halaman | 1
Sosiologi Umum (KPM 130) 31 Maret 2017
Praktikum 10 RK. TL 2.03
KEKUASAAN DAN WEWENANG
TERJADINYA PEMUSATAN KEKUASAAN
Catatan untuk Bachrun Martosukarto
Sulardi Harian
PENGGULINGAN KEKUASAAN : ANTARA ORLA DAN ORBA
Panji Semirang
SAMPANG DAN TRADISI PERLAWANAN
Anwar Hudijono
Dini Hanifa
I34130145
Edo Adianto Ramadhan / A14160074
Resume 1
TERJADINYA PEMUSATAN KEKUASAAN Catatan untuk Bachrun Martosukarto
Oleh : Sulardi Harian
Republika pada hari Jumat 24 April 1998 menurunkan tulisan Saudara Bachrun Martosukarto (SBM) berjudul Upaya Menghindari Pemusatan Kekuasaan. Tulisa n tersebut berpendapat bahwa perjalanan bangsa ini mengarah pada suatu Negara otoriter dengan pemusatan kekuasaan pada presiden. Adanya ketidakseimba nga n antara kekuasaan presiden dan DPR menunjukkan bahwa bangsa ini masih terengah engah dalam meciptakan bangunan hukum yang kokoh dan demokratis. Bahkan penyusunan peraturan perundangan cenderung mengarah pada semakin besarnya kekuasaan presiden. Awal orde baru dirancang bangunan untuk menuju masa depan yang pilihan utamanya pada pembangunan sektor ekonomi. Namun, ketika pertumbuhan ekonomi sudah mulai membaik, pemerintah tidak segera mengalihka n kemudi pembangunan ekonomi dari pertumbuhan ke arah pemerataan. Situasi
selanjutnya adalah pernyataan bahwa presiden adalah “mandataris” MPR, karena
Halaman | 2
Resume 2
PENGGULINGAN KEKUASAAN : ANTARA ORLA DAN ORBA
Oleh: Panji Semirang
Orde lama adalah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara zaman Presiden Soekarno dan tatanan penggantinya yang berusaha melakukan koreksi adalah Orde Baru dan Orde Baru dikoreksi lagi oleh Orbaba. Pada saat penggantian orde, sering terjadi pertumpahan darah. Saat pergantian Orla dilakukan oleh PKI, pergantian Orba dilakukan oleh orang-orang bersenjata terhadap pendemo di Universitas Trisakti (12/05) dan dua hari setelah itu kerusuhan dahsyat terjadi dengan korban 1000 jiwa. Persamaan tersebut terlihat dari mahasiswa yang melakukan aksi atas nama moral. Korban jiwa yang jatuh pada waktu demo di depan Istana Merdeka tahun 1966, yaitu Arief Rahman Hakim dan Zubaidah yang waktu itu tengah melantik kabinet 100 menteri. Jatuhnya korban di Universitas Trisakti memicu aksi reformasi selanjut nya. Kemungkinan penembak adalah pasukan pengawal presiden, yang hingga kini tidak diusut pelakunya. Hal tersebut membuat geram masyarakat, sehingga mereka melakukan kerusuhan di mana mana. Pada demo 1966, militer ada pro dan kontra, Letjen Suharto, Jendral Kemal Idris, Umar Wirahadikusumah, Sarwo Edy, dan HR Dharsono berada pada pihak demonstran sedangkan Resimen Cakrabirawa dan beberapa kesatuan lain mendukung Presiden Soeharto. Pada demo 1998, militer berdiri pada jalur undang-undang, tidak melihat langsung pendukung demo. Selain itu media massa sudah mulai terbuka menyiarkan aksi demonstrasi sehingga memudahka n pendemo. Pada tahun 1966 jumlah korban tidak sebanyak tahun 1998 yang mencapai 1000 jiwa dengan kerugian lebih dari lima triliun rupiah. Presiden Soekarno akhirnya mundur melalui dua proses. Proses pertama menyerahkan semacam mandat melalui SUPERSEMAR. Kedua, partai-partai Islam di DPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soekarno turun. Kemudian berlangsung Sidang Istimewa MPRS tahun 1967 yang menurunkan Presiden Soekarno, sedangkan Presiden Soeharto hanya diturunka n setelah mahasiswa dan pimpinan DPR mengultimatumkan agar wakil rakyat mengadakan sidang. Peristiwa tragis sejarah ini seperti berulang kembali terhadap para penguasanya.
Resume 3
SAMPANG DAN TRADISI PERLAWANAN
Oleh : Anwar Hudijono
Halaman | 3