• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Karekteristik Lahan Sawah Tadah Hujan

Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sumber air

pengairannya tergantung atau berasal dari curahan hujan tanpa adanya

bangunan-bangunan irigasi permanen. Hasil padi di lahan sawah tadah hujan biasanya lebih

tinggi dibandingkan dengan di lahan kering (gogo), karena air hujan dapat

dimanfaatkan dengan lebih baik (tertampung dalam petakan sawah). Lahan sawah

tadah hujan umumnya tidak subur (miskin hara), sering mengalami kekeringan,

dan petaninya tidak memiliki modal yang cukup, sehingga agroekosistem ini

disebut juga sebagai daerah miskin sumber daya (Pirngadi dan Mahkarim, 2006)

Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara untuk tanaman padi.Pada saat

tanah sawah tergenang, oksigen yang terdapat dalam pori-pori tanah dan air

dikonsumsi oleh mikroba tanah, sehingga menyebabkan terjadinya keadaan

anaerob. Menurut Prasetyo, dkk (2004) Penggenangan tersebut mengakibatkan

perubahan-perubahan kimia tanah sawah antara lain:

• Penurunan kadar oksigen dalam tanah

• Penurunan potensial redoks

• Perubahan pH tanah

• Reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn)

• Peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen

(2)

Ketersediaan unsur pada tanah sawah berkaitan dengan distribusi oksigen

pada lapisan olah. Pada saat tanah digenangi air, pertukaran udara yang terjadi

antara tanah, air, dan udara menjadi terhenti dan oksigen dari udara masuk ke

dalam tanah melalui genangan air dengan proses difusi. Laju difusi oksigen

tersebut adalah sangat rendah, yaitu 10 ribu kali lebih lambat dari pada melalui

pori yang berisi udara, sehingga keadaan tanah menjadi anaerob. Oksigen yang

terdapat dalam pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh jasad mikro tanah untuk

respirasi. Pada saat itu pula, kegiatan mikroba tanah aerob segera diganti oleh

mikroba tanah anaerob yang menggunakan energi dari senyawa-senyawa yang

mudah tereduksi seperti NO3-, SO42-, Fe3+, dan Mn4+. Senyawa-senyawa tersebut

segera direduksi menjadi S2- (sulfida), NO2- (nitrit), dan Mn2+ (mangano), dan

Fe2+ (ferro). Pada tanah dengan kadar besi tinggi, ion Fe2+ (ferro) yang larut dalam

air dapat meracuni tanaman. Pengaruh positif yang menguntungkan pada sistem

sawah, seperti yang dijelaskan oleh adalah terjadinya perubahan pH tanah menjadi

sekitar netral (6,5 – 7,50), ketersediaan beberapa unsur hara seperti N, P, K, Fe,

Mn, Si, dan Mo. Pengaruh yang merugikan adalah menurunnya kadar S, Zn, Cu

yang terikat pada sulfida yang mengendap dan hilangnya NO3- karena

denitrifikasi. pada tanah tereduksi, ketersediaan K menjadi meningkat karena

adanya pertukaran ion K di komplek jerapan oleh ion-ion Fe2+ dan Mn2+.

Meningkatnya unsur hara P, disebabkan oleh reduksi ion Fe3+ menjadi ion Fe2+

(3)
(4)

memperhatikan perubahan perilaku hara nitrogen pada lahan sawah agar

pemupukan lebih efisien (Prasetyo, dkk, 2004).

Unsur Hara Nitrogen (N)

Pertanian padi sawah sangat tergantung pada ketersediaan N dalam tanah.

Nitrogen adalah komponen penting dari asam amino, asam nukleat, nukleotida,

dan klorofil. Zat tersebut memicuh pertumbuhan (meningkatkan tinggi tanaman

dan jumlah anakan), meningkatkan luas daun, dan meningkatkan kandungan

protein beras. Kekurangan N menyebabkan anakan pada tanaman padi menjadi

sedikit, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, daun hijau kekuning-kunungan.

Sepanjang periode pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur N, namun yang

paling banyak diperlukan antara awal sampai pertengahan pembentukan anakan

(midtillering) dan tahap awal pembentukan malai. Suplai nitrogen selama proses

pemasakan diperlukan untuk memelihara fotosintesis selama pengisian biji dan

meningkatkan kadar protein dalam biji (Dobermann and Fairhurst, 2000).

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat

(NO3-). Pupuk nitrogen yang diberikan pada tanaman padi sawah akan mengalami

berbagai proses trasformasi. Hal ini menyebabkan pemanfatan pupuk

Nitrogen oleh tanaman padi sawah jarang melampaui 30-40%. Menurut

Dobermann and Fairhurst (2000), Sekitar 60-70% aplikasi pupuk N kemungkinan

hilang dalam bentuk gas N, terutama karena volatelisasi dan Denitrifikasi NO3.

Proses trasformasi pupuk nitrogen N padah tanah sawah tergantung dari cara

pemberiannya. Apabila pupuk N diberikan pada tanah sawah dengan cara

(5)

dijumpai dalam bentuk NH4+ terlarut. Sebagian dari NH4+ terlarut akan teradsorpsi

(NH4+ teradsorpsi) dan terfiksasi (NH4+ terfiksasi). Teradsorpsi NH4+ dan

terfiksasi NH4+ dapat diserap oleh akar padi (Abdulrachman, dkk, 2009).

Sebagian besar N tanah berupa N organik baik yang terdapat dalam bahan

organik tanah maupun fiksasi N oleh mikroba tanah dan hanya sebagian kecil

(2-5%) berupa N anorganik yaitu NH4+ dan NO3- serta sedikit NO2-. Pada tanah

tergenang N merupakan hara yang tidak stabil karena adanya proses mineralisasi

bahan organik (amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi) oleh mikroba tanah

tertentu. Pada lapisan atas dimana oksigen masih cukup, proses mineralisasi akan

menghasilkan NO3-. Mineralisasi bahan organik.

Amonifikasi Denitrifikasi

N –organik NH4+ NO3-

O2

Sedangkan pada lapisan dibawahnya yang sifatnya reduktif (tanpa oksigen) maka

asimilasi akan berhenti sampai amonifikasi yaitu terbentuknya NH4+. Nitrat

(NO3-) yang terbentuk di lapisan atas (lapisan oksidasi) sebagian akan berdifusi ke

lapisan reduksi dan selanjutnya akan terjadi proses denitrifikasi, terbentuknya gas

N2O atau N2 yang hilang ke udara. Selain melalui proses denitrifikasi NO3-,

kehilangan N juga terjadi pada lapisan air yang pH nya tinggi melalui proses

volatilisasi NH3+. Oleh karena itu pemupukan N harus diberikan ke dalam lapisan

reduksi dengan beberapa kali pemberian untuk mengurangi kehilangan N

(6)
(7)

Fungsi utama dari unsur fosfor dalam tanaman padi adalah untuk

menyimpan dan mentransfer energi serta mempertahankan integritas membran.

Unsur P bersifat mobil dalam tanaman dan memicu pembentukan anakan,

perkembangan akar, serta mempercepat pembungaan dan pemasakan. Kekurangan

unsur P menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil, anakan sedikit,

dan kualitas gabah rendah karena banyak proporsi gabah hampa

(Dobermann and Fairhurst, 2000).

Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau

pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfat seperti mineral apatit.

Ketersediaan fosfor di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat dan ciri bahan

induk tanah, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia. Oleh karena itu

kandungan fosfor di dalam tanah hanya bersumber dan ditentukan

oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat pelapukannya

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Unsur hara P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortho fosfat, terutama

H2PO4- dan HPO4-2. Serapan P oleh akar tanaman hanya melelui mekanisme

intersepsi akar, difusi dalam jarak pendek (0,02 cm) dan aliran massa, sehingga

efisiensi P umumnya sengat rendah hanya sekitar 10-25 % dari jumlah pupuk

yang diberikan (Dobermann and Fairhurst, 2000). Pupuk P yang tidak diserap

tanaman hanya sedikit yang hilang tercuci bersama air perkolasi. Sejalan dengan

waktu, sebagian besar menjadi P nonlabil yang tidak tersedia bagi tanaman,

terfiksasi Al-P dan Fe-P pada tanah masam dan sebagai Ca-P paada tanah Alkalis

(8)

Menurut Prasetyo, dkk (2004) meningkatnya ketersediaan P pada awal

penggenangan disebabkan oleh:

(a) Reduksi FePO.2H2O menjadi Fe(PO4)2.8H2O

(b) Desorpsi akibat reduksi Fe3+ menjadi Fe2+

(c) Hidrolisis FePO4 dan AlPO4 pada tanah masam

(d) Pelepasan occluded P (P-tersemat)

(e) Pertukaran ion.

Program intensifikasi telah dilaksanakan pemerintah melalui program

Bimas, Inmas, Insus dan Supra Insus, sejak akhir tahun enam puluhan. Takaran

pupuk N, P dan K yang digunakan cukup tinggi. Sebagai akibat pemupukan fosfat

terus menerus dalam jangka waktu lama, diduga pada beberapa lokasi sawah

intensifikasi di Jawa telah terjadi akumulasi P dalam tanah, karena sebagian besar

pupuk P yang diberikan terikat dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan

efisiensi pupuk fosfat pada tanah sawah sangat rendah, hanya sekitar 10-25% dari

jumlah pupuk yang diberikan (Dobermann and Fairhurst, 2000). Penelitian status

hara P pada lahan sawah intensifikasi dan kalibrasinya telah dilaksanakan oleh

Pusat Penelitian Tanah (Puslittan) di Jawa sejak tahun 1987. Hasil evaluasi

kebutuhan P untuk padi sawah tahun 1987/1988 selama 2 musim tanam pada

lahan intensifikasi, menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah di Jawa dan

Madura yang berstatus P sedang sampai tinggi tidak tanggap terhadap pemupukan

fosfat. Takaran pemupukan untuk lahan sawah berstatus P tinggi dan sedang dapat

diturunkan masing-masing menjadi 50% dan 75% dari takaran anjuran

(9)

Status hara tanah dapat dibuat bila telah disusun kriteria klasifikasi status

hara berdasarkan hasil-hasil penelitian uji tanah, mulai dari penjajagan hara, studi

korelasi kalibrasi sampai penyusunan rekomendasi. Hasil penelitian uji tanah yang

telah dilaksanakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat

(Puslitbangtanak) menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak HCl 25% untuk

penetapan P potensial mempunyai korelasi yang baik dengan hasil tanaman padi

sawah (Nursyamsi, dkk, 1994). Hal ini didukung oleh Supardi, dkk ( 1993)

melaporkan dari pemilihan etraksi P tanah sawah, diperoleh HCl 25% sebagai

pengekstrak terbaik.

Kadar P dalam tanah 20 mg P2O5 (100 g)-1 tanah merupakan batas kritis

untuk tanaman padi sawah. Berdasarkan hasil penelitian ditetapkan bahwa tanah

yang mempunyai kadar <20 mg P2O5 (100 g)-1, 20 – 40 mg P2O5 (100 g)-1, dan

>40 mg P2O5 (100 g)-1 tanah termasuk kelas rendah, sedang, dan tinggi

(Sofyan et al, 2004).

Unsur Hara Kalium

Unsur Kalium merupakan hara ketiga yang dibutuhkan tanaman padi

dalam jumlah yang cukup besar setelah N dan P. Sehingga jika kekurangan unsur

K maka produksi akan menurun. Unsur K memiliki peranan yang penting dalam

tanaman padi, diantaranya adalah berfungsi dalam metabolisme karbohidrat,

metabolisme nitrogen dan sitesa protein, menetrelisasi asam asam organik yang

penting bagi proses fisiologi, mengatur bebagai aktifitas unsur mineral,

mengaktifkan bebagai enzim (invertase, peptase, diatase, dan katalase)

(10)

menjaga tekanan turgor dalam tanaman, menambah resisten tanaman terhadap

serangan hama dan penyakit. Tanaman yang kekurangan K, ujung daun berubah

menjadi kekunin gangejala mulai tampak mulai dari ujung daun kemudian

kepinggir daun hingga kebagian dasar daun hingga daun menjadi berwarna coklat.

(Dobermann and Fairhurst, 2000).

Sumber Kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral

yang mengandung K seperti mineral mika, biotit atau muskofit. Mineral tersebut

apabila terlapuk melepaskan K kelarutan tanah atau terjerapan tanah dalam bentuk

K-tukar. Letak Kalium dalam koloid umumnya dalam permukaan dakhil (internal

surface) yang sering diduduki oleh ion Mg2+, Fe3+, Al3+ dan molekul H2O.

Perubahan mineral karena pelepasan K dari mika menjadi montmorilonit sebagai

berikut:

Mika Hidratmik Ilit Mineral Transisi Vermikulit/Montmorilonit

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kalium (K) merupakan hara mobil, diserap tanaman dalam bentuk ion K+

dari larutan tanah. Dalam tanah K yang terdapat dalam larutan tanah berada dalam

bentuk keseimbangan dengan K yang diadsorpsi liat. Penurunan Eh akibat

penggenangan akan menghasilkan Fe2+ dan Mn2+ dalam jumlah besar yang dapat

menggantikan K yang diadsorpsi liat sehingga K dilepaskan ke dalam larutan dan

tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu penggenangan dapat meningkatkan

ketersediaan K tanah (Prasetyo, dkk, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketersediaan hara K bervariasi,

bergantung pada kedalaman lapisan olah tanah, pemupukan dan pola tanam. K

(11)

bunga, kemudian menurun pada saat panen. Aplikasi pupuk kandang dan

pengembalian sisa tanaman mengurangi kehilangan karena pencucian hara akibat

curah hujan, menahan air pada palawija, dan meningkatkan produktivitas tanah. K

dapat dipertukarkan dan serapan K oleh tanaman menunjukkan berkorelasi positif

pada tahun pertama sampai ketiga, namun tidak ada korelasi pada tahun keempat

dan kelima karena curah hujan tinggi (Tirtoutomo, et al, 2000).

Ketersediaan unsur K dalam tanah mempengaruhi rencana penggunaan

pupuk pada budidaya tanaman padi sawah. Karena itu penetapan kandungan unsur

K di dalam tanah merupakan kebutuhan pokok dalam menduga respon

pertumbuhan tanaman akibat pemupukan K. Untuk mengetahui ketersediaan

unsur K di dalam tanah perlu digunakan ekstraksi yang memiliki respon terbaik

terhadap serapan K dan produksi tanaman padi. Suyono, dkk (1990) melaporkan

bahwa ekstraksi NH4OAc 1 N pH 7 merupakan ekstraksi terbaik dalam menduga

kandungan K tanah pada lahan sawah, karena hampir semua jenis tanah

berkolerasi nyata dengan serapan dan hasil gabah tanaman padi.

Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi dihasilkan 1,5 ton jerami

yang mengandung 9 kg N, 2 kg P, 25 kg K, 2 kg Si, 6 kg Ca dan 2kg Mg (Makarim, dkk, 2007).

Batas kritis K-dd berkisar antara 0,20-0,40 cmol K/kg, bergantung pada

jenis tanaman, tanah, dan lingkungannya. Tanaman sangat respons terhadap

(12)

0,20-0,40 cmol K/kg, dan tidak respons jika nilai K-dd > 0,40 cmol K/kg

(Aljabri, 2007).

pH Tanah Sawah

Penggenangan pada tanah sawah mengakibatkan terjadinya peningkatan

pH tanah mendekati netral pada tanah masam dan menurunkan pH mendekati

netral pada tanah basa/alkalis. Pada saat penggenangan. pH tanah akan menurun

selama beberapa hari pertama hingga mencapai titik minimum, setelah beberapa

minggu kemudian pH akan meningkat kembali untuk mencapai nilai pH netral

yaitu sekitar 6,7–7,2. Penurunan pH awal disebabkan oleh akumulasi CO2 dan

terbentuknya asam organik. Kenaikan pH berikutnya ditentukan oleh, pH awal

dari tanah, macam dan kandungan komponen tanah teroksidasi terutama besi dan

mangan, serta macam dan kandungan bahan organik (Prasetyo, dkk, 2004).

pH tanah pada tanah sawah sangat mempengaruhi ketersedian dari unsur

hara terutama unsur P. pada kondisi masam (pH< 5,5) P terfiksasi oleh Al dan Fe

membentuk Al-p dan Fe-P, sedang pada kondisi alkalis (pH >6,5) terfiksasi

sebagai Ca-P. Bentuk fiksasi P ini bersifat nonlabil (Abdulrachman, dkk, 2009).

Reaksi kemasaman (pH) air genangan tanah sawah dipengaruhi oleh

konsentrasi karban dioksida (CO2) dalam air. Jika kadar CO2 dalam air berada

pada titik kesetimbangan dengan kadar CO2 di atmosfir, ini berarti pH-nya

mendekati 7,0 atau mendekati netral. pH larutan tanah pada tanah tereduksi

mungkin stabil pada pH antara 6,5 sampai 7,00. Perubahan ini, terutama

disebabkan oleh reduksi besi (Fe3+ menjadi Fe2+) atau komponen tanah lainnya

(13)

kemasaman. Peningkatan pH pada tanah masam dapat menguntungkan bagi padi,

diantaranya: menekan keracunan alumunium, mangan, besi, karbon dioksida, dan

asam organik; meningkatkan ketersediaan P, Si, dan Mo; serta mendukung proses

mikroorganisme yang melepaskan berbagai nutrisi (Prasetyo dkk, 2004).

Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L)

Pertumbuhan tanam padi dibagi ke dalam tiga fase: (1) Vegetatif (awal

pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif

(primordial sampai pembungaan), dan (3) pematangan (pembungaan sampai

gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ

vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan

luas daun. Lama fase ini beragam, yang menyebabkan adanya perbedaan umur

tanaman. Fase reprodukrif ditandai dengan :

a) Memanjangnya beberaparuas teratas batang tanamn

b) Berkurangnya jumlah anakan (matinya anak tidak produktif

c) Munculnya daun bendera

d) Bunting, dan

e) Pembungaan

Inisiasi pramodia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading (keluarnya

bunga atau malai) dan waktunya hampir bersamaan dengan perpanjangan

ruas-ruas batang, yang terus berlanjut sampai berbunga. Oleh sebab itu stedia

reproduktif disebut juga stedia perpanjangan ruas. Di daerah tropis fase

reproduktif umumnya 35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan

(14)

Sebagai contoh IR64 matang dalam waktu 110 hari dengan fase vegetatif 45 hari,

sedang IR28 yang matang dalam 130 hari fase vegetatifnya 65 hari

(Makarim dan Suhartatik, 2009).

Penanaman padi dapat dilakukan menanam 2-3 batang bibit padi

perrumpun dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Jarak penanaman padi akan

berpengaruh pada pertumbuhan gulma. Jarak tanam yang dekat akan dapat

menekan pertumbuhan gulma sehingga gangguan gulma dapat diperkecil, namun

jika jarak tanam terlalu dekat pertumbuhan padi juga akan terhambat

(Puspita dkk, 2005).

Tinggi tanaman adalah sifat baku (keturuhan), adanya perbedaan tinggi

suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat

tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya 80-120 cm. Tanaman

padi memiliki pola anakan berganda (anak-beranak). Tanaman pindah

(transplanting) dapat menghasilkan sekitar 10-30 anakan sedang tanam sebar

langsung hanya menghasilkan anakan sekitar 2-5 (Makarim dan Suhartatik, 2009).

Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk

pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan

tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk

pertumbuhannya, tanaman padi sawah memerlukan suplai hara yang berasal dari

berbagai sumber. Untuk setiap ton padi yang dihasilkan dibutuhkan sekitar 14,7

kg N, 2,6 kg P, dan 14,5 kg K/Ha yang diperoleh dari tanah, air irigasi, sisa

tanaman atau dari pupuk (organik dan/atau anorganik) yang ditambahkan.

(15)

Sejak dicanangkannya Program Intensifikasi padi sawah, secara umum

takaran pemberian pupuk untuk padi sawah berkisar antara 200-250 kg urea/ha,

SP-36 100-150 kg/ha dan KCl 75-100 kg/ha (Setyorini dkk, 2004). Rekomendasi

pemupukan lahan sawah yang berstatus P rendah, sedang dan tinggi yang

dianjurkan adalah 100, 75 dan 50 kg (TSP)/ha/musim/. Lahan sawah yang

berstatus hara K rendah direkomendasikan untuk dipupuk 50 kg KCl /ha/ musim,

sedangkan yang berstatus sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk K tetapi

jerami dikembalikan ke tanah sebagai sumber bahan organik dan K

(Sofyan et al , 2004).

Tanaman padi memiliki potensi hasil genetik, yaitu hasil tertinggi yang

merupakan batas kemampuan suatu varietas padi dalam memproduksi gabah

(Produktivitas), yang dapat dicapai hanya pada iklim terbaik dan tanpa ada

pembatas dari faktor lingkungan tumbuh tanaman apapun. Hasil padi tertinggi

yang pernah dicapai untuk daerah trofik adalah 10-11 ton/Ha, sedangkan didaerah

Referensi

Dokumen terkait

640 nm (dalam daerah merah), lebih kecil dari laser pada CD player (sebesar 780 nm, dalam daerah infra-merah), sehingga membuat DVD laser mampu difokuskan pada ‘pits’

Dari hasil uji skala Lickert, sebesar 81.3% masuk kategori sangat setuju, maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi sistem pakar yang dibangun sudah sesuai dengan tujuannya

(yang biasa Anda lakukan jika Anda merasa tak pernah merasa puas), merupakan rujukan utama. Disamping buku-buku tersebut penulis mengambil literatur-literatur pelengkap

Masalah bahasa berkaitan dengan pengaruh bahasa kolonial terhadap bahasa terjajah, cara pengungkapan poskolonialitas dalam teks sastra Indonesia, dan cara yang digunakan oleh

Penelitian Safwan, dkk (2018) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berfungsinya pasar tradisional (Studi kasus: Pasar Lamgapang Kecamatan Ulee Kareng Kota

Dalam kajian ini autoritatif merujuk kepada gaya yang di amalkan oleh ibu bapa dalam mendidik anak-anak serta kesannya terhadap pencapaian akademik

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data rekam medik penderita osteoartritis di bagian bedah RSUD Arifin Ahmad periode Januari 2011 - Desember 2013, maka dapat

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kotler dan Lee (2005), bahwa CSR mampu memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang telah melakukannya, khususnya