• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Pengelolaan Institusi Masjid Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Pengelolaan Institusi Masjid Di Kota Medan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Masjid dan Sejarah Masjid

Masjid merupakan suatu institusi utama dan paling besar dalam Islam,

serta merupakan salah satu institusi yang pertama kali berdiri. Masjid adalah

rumah tempat ibadah umat

beribadah kepada Allah SWT. Akar kata dari Masjid adalah sajadah dimana berarti sujud atau tunduk.

Selain tempat ibadah Masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas

muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah

dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam,

Masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan.

Ketika Nabi Muhammad SAW tiba d

membangun sebuah Masjid, yang sekarang dikenal dengan nama

yang berarti Masjid Nabi (Supardi dkk: 2001:2). Masjid Nabawi terletak di pusat

Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad SAW.

Masjid Nabawi menjadi jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini digunakan

untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk

(2)

2.2 Fungsi Masjid

Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah

sebabnya Rasulullah SAW membangun Masjid terlebih dahulu. Masjid menjadi

simbol persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan

Masjid pertama, fungsi Masjid masih kokoh dan original sebagai pusat

peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan umat

manusia. (Supardi dkk: 2001:1)

Lewat Masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru yang

lebih dinamis dan progressif. Masjid adalah rumah Allah yang dibangun atas

dasar ketaqwaan kepadaNya. Oleh karena itu, membangun Masjid harus diawali

dengan niat yang tulus, ikhlas, mengharap ridha Allah semata, sehingga Masjid

yang dibangun mampu memberikan ketenangan, ketenteraman, kedamaian,

kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan lingkungannya.

2.2.1 Fungsi Masjid di zaman Rasul dan dimasa Khalifah

Di zaman Rasul fungsi Masjid sangat banyak dibanding zaman sekarang

ini. Hal ini karena Rasul dan para sahabat mampu memberdayakan Masjid dengan

optimal. Beberapa fungsi Masjid di zaman Rasul (Supardi dkk: 2001:6)

• Tempat shalat (ibadah), baik shalat, zikir, iktikap, dsb, maka karna itulah

Masjid jadi tempat paling mulia dalam Islam.

• Sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti tempat pembinaan

dan penyebaran dakwah Islam.

• Sebagai tempat untuk mengobati orang sakit.

(3)

• Sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi, sosial

dan budaya, tapi tidak diperkenankan berdagang didalam Masjid.

• Sebagai tempat menerima duta-duta asing.

• Sebagai tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam.

• Sebagai tempat bersidang.

• Sebagai tempat mengurus Baitul Maal.

• Sebagai tempat menyusun taktik dan strategi perang.

• Sebagai tempat mengurus prajurit yang terluka.

• Sebagai sarana tempat pendidikan.

• Sebagai tempat singgah orang-orang yang belum memiliki tempat tinggal

untuk sementara.

2.2.2 Fungsi Masjid di Zaman Sekarang

Dilihat dari sisi pertumbuhan Masjid di Indonesia, cukup

menggembirakan, dari tahun ke tahun jumlah Masjid makin bertambah, tetapi

dapat diakui bahwa fungsinya berkurang dan belum maksimal. Banyak fungsi

Masjid yang telah hilang dibandingkan pada zaman Rasul dan para Khalifah. Saat

ini jumlah Masjid dan Mushallah di Kota Medan sangat banyak sekitar 1040 unit

(pemkomedan.go.id). Jika dilihat pemberdayaan Masjid di Kota Medan selama ini

kurang begitu diperhatikan. Hal ini dapat dilihat setiap hari sebagian besar Masjid

di Kota Medan hanya dibuka pada saat waktu shalat 5 waktu dan hanya sebagian

kecil yang memanfaatkan Masjid untuk kegiatan umat lainnya seperti pengajian,

pendidikan agama Islam, ceramah, klinik, akad nikah dan lainnya. Padahal Masjid

(4)

ini hanya berperan sebatas tempat ibadah shalat ritual semata, seharusnya jika

masyarakat bisa memberdayakan harta Masjid sesuai syariat Islam dengan jumlah

Masjid yang cukup banyak maka akan cukup membantu untuk masyarakat sekitar.

Karena itu, harus dilakukan rekonstruksi paradigma pemahaman manajemen

Masjid sesuai dengan fitrahnya. Seperti yang diketahui misi Masjid yaitu:

Hayya ‘alash shalaah (mari kita melaksanakan shalat), dan

Hayya ‘alal falaah (mari meraih kemenangan).

Artinya, mengajak melalui Masjid untuk meningkatkan kualitas ibadah

ritual dan melalui Masjid pula diraih kemenangan. Meraih kemengan memiliki

makna yang sangat luas, untuk itu manusia harus berusaha menjadikan hukum

Islam sebagai landasan dalam menjalani kehidupan agar kelak selamat dunia dan

akhirat.

Masjid menjadi simbol kebesaran Islam, namun jauh dari kegiatan

memakmurkannya. Masjid sejak zaman Rasulullah SAW telah dijadikan pusat

kegiatan Islam. Dari Masjid Rasulullah SAW membangun umat Islam, dan

mengendalikan pemerintahannya, namun saat ini, Masjid masih belum

diberdayakan secara proposional bagi pembangunan umat Islam. Memang tidak

mudah untuk mengajak umat kembali ke Masjid seperti pada zaman Rasulullah

SAW, tetapi semua umat Islam berkewajiban untuk menerapkannya kembali

sesuai dengan syariat Islam. Memakmurkan Masjid memiliki arti yang sangat

luas, yakni menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah.

Di antara kegiatan yang tergolong memakmurkan Masjid saat ini adalah

(5)

1. Pengelolaan Masjid yang professional

2. Menyemarakkan Majelis taklim

3. Taman pendidikan Al-Qur’an

4. Memberdayakan remaja Masjid

5. Mengelola perpustakaan

6. Mengelola keuangan Masjid sesuai prinsip-prinsip Islam

7. Unit pelayanan zakat

8. Baitul Maal

9. Bimbingan penyelenggaraan haji dan umrah, dll.

Selain kegiatan-kegiatan di atas, pengurus Masjid harus tanggap terhadap

kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Kendala-kendala maupaun

masalah-masalah sosial yang dialami warga sekitarnya, misalnya kelaparan, musibah,

kesusahan, kefakiran, deviasi sosial, kenakalan remaja, musafir 5

Oleh karena Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat, yang

memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyrakat

dan kesejahteraan umat, maka pengelolaan manajemen Masjid harus professional. (pendatang yang

kesusahan), ketiadaan air, dan lain sebagainya. Masjid melalui pengurusnya harus

bertindak sebagai, pengayom, pencegah, pengobat dan konseling. Dalam hal

peristiwa-peristiwa besar, pengurus Masjid perlu bekerja sama dengan

lembaga-lembaga di atasnya, dengan organisasi terkait lain, ataupun dengan Pemerintah.

Seorang pengelola Masjid yang mendapat amanah Allah SWT untuk

mengurus Masjid, haruslah seorang yang ikhlas, jujur, amanah, adil, disiplin,

5

(6)

bertanggung jawab, peduli, bisa bekerja sama, bahkan dia seharusnya seorang

visioner, berfikir maju bagaimana Masjid bisa memberi manfaat yang banyak

kepada umat. Allah berfirman dalam QS. At Taubah : 18 yang artinya :

Hanya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.

2.3 Pengertian Sistem Ekonomi Islam

Menurut Jogianto (2005: 2)

yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.”

Sedangkan menurut Murdick, R.G, (1991 : 27). “Sistem adalahseperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur/bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang”.

Dengan demikian sistem merupakan kumpulan dari beberapa bagaian yang

(7)

untuk mencapai suatu tujuan dari sistem tersebut. Maksud dari suatu sistem adalah

untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran dalam ruang lingkup yang terbatas.

Selanjutnya pengertian ekonomi Islam menurut para ahli yaitu:

1) Menurut Muhammad Abdul Manan,

“Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam”.

2) Menurut M. Umer Chapra.

“Ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagian manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.”

Dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi Islam didefenisikan sebagai

suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya memandang, meneliti, dan

menyelesaikan permasalah-permasalahan ekonomi untuk mencapai tujuan

bersama sesuai syariat Islam yang didasarkan Al-Quran dan hadist yang dimana

tujuan bersama tersebut adalah selamat dunia dan akhirat.

Untuk memudahkan dalam melihat bentuk sistem ekonomi Islam, maka inti

pertanyaan terhadap barang dan jasa sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia.

(8)

1. Konsep kepemilikan (al-milkiyah),

2. Konsep pemanfaatan kepemilikan (tasharruf fil milkiyah)

3. Konsep distribusi kekayaan ditengah-tengah masyarakat (tauzi’u tsarwah baina an-nas).

Dengan digambarkannya sistem ekonomi dengan tiga bagian tersebut

(kepemilikan, pemanfaaatan dan distribusi) maka akan dengan mudah melihat

sistem ekonomi Islam secara global. Sekaligus dapat pula membedakannya

dengan sistem ekonomi lainnya. Sebab, letak perbedaan antara satu sistem

ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya terletak pada tiga poin, yaitu jenis-jenis

kepemilikan terhadap harta, cara memanfaatkan harta dan cara membagikan harta

tersebut kepada masyarakat.

2.4 Nilai-Nilai Ekonomi Islam Menurut Sistem Ekonomi Islam:

1. Kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas sumber-sumber ekonomi,

tetapi setiap orang atau badan dituntut kemampuannya untuk memanfaatkan

sumber-sumber ekonomi tersebut.

2. Lama kepemilikan manusia atas sesuatu benda terbatas pada lamanya

manusia tersebut hidup didunia.

3. Sumber daya yang menyangkut kepentingan umum atau yang menjadi hajat

hidup orang banyak harus menjadi milik umum, seperti minyak dan gas

bumi, barang tambang dan lainnya.

Islam memiliki nilai instrumental yang mempengaruhi tingkah laku

ekonomi seorang muslim dan masyarakat pada umumnya. Adapaun nilai

(9)

1. Zakat

2. Larangan riba

3. Kerjasama ekonomi

4. Jaminan sosial

Jika nilai instrumental ini dilaksanakan, maka akan terwujud sistem

ekonomi yang seimbang dan menguntungkan. Apabila hal-hal di atas dapat

dicapai maka akan dapat mensejahterakan masyarakat.

2.5 Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Islam sebagai agama Allah, mengatur kehidupan manusia agar menjadi

lebih baik kehidupan di dunia dan di akhirat. Perekonomian adalah bagian dari

kehidupan manusia, maka tentulah telah diatur dalam sumber yang mutlak yaitu

Al-Quran dan Sunnah, yang menjadi panduan dalam menjalani kehidupan

manusia.

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar: (Zaenal

Arifin, 2002:3)

a. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah

SWT kepada manusia. Untuk itu pemanfaatannya haruslah dapat

dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Implikasinya adalah manusia

harus menggunakannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri

dan orang lain.

b. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu. Yaitu yang

berhubungan dengan kepentingan masyarakat dan tidak mengakui

(10)

c. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. Islam

mendorong manusia untuk bekerja sama dan berjuang untuk mendapatkan

harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Hal ini dijamin oleh Allah bahwa Allah telah menetapkan rizki setiap

mahluk yang diciptakan-Nya.

d. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh

segelintir orang saja. Mereka harus berperan sebagai kapital produktif

yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

e. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya

direncanakan untuk kepentingan banyak orang. Prinsip ini didasari oleh

sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai hak

yang sama atas air, padang rumput, dan api.

f. Seorang muslim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan di

akhirat nanti. Bahwa semua harta dan transaksi ekonomi manusia di dunia

ini kelak akan dipertanyakan oleh Allah dan harus dipertanggungjawabkan

kemana telah dibelanjakan dan bahkan bagaimana membelanjakannya.

g. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya yang

ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Menurut

pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5 % untuk semua kekayaan yang

tidak produktif, termasuk didalamnya adalah uang kas, deposito, emas,

(11)

h. Islam melarang riba dalam segala bentuk. Hal ini sudah jelas tercantum

dalam Surat Al-Baqarah ayat 275, yang artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

Dalam Ekonomi Islam Konsep Kepemilikan Terbagi Tiga

a. Kepemilikan Individu (milkiyatu fardiyah) b. Kepemilikan umum (milkiyatu ‘ammah) c. Kepemilikan Negara (milkiyatu daulah)

Artinya harta-harta kekayaan tertentu hanya boleh dimiliki dan dikelola oleh

pihak-pihak tertentu yang sesuai dengan jenis kepemilikannya. Seperti harta yang

termasuk dalam jenis kepemillikan umum, harta tersebut hanya boleh dimiliki

oleh umum (masyarakat). Masjid termasuk ke dalam kepemilikan umum

(12)

berguna bagi seluruh masyarakat. Jumlah harta Masjid yang berasal dari infaq dan

shodaqah jika dihitung-hitung dan dijumlahkan akan sangat besar jumlahnya dan

apabila dikelola dengan baik maka akan cukup membantu perekonomian

masyarakat sekitar. Demikian juga sebaliknya, harta individu tidak dibolehkan

untuk dimilliki oleh umum kecuali dengan jalan yang dibenarkan menurut syara’.

Begitu juga dengan harta yang berjenis kepemilikan Negara, juga memiliki

konsekuensi yang sama dengan sebelumnya, tidak dapat menjadi milik individu

ataupun umum kecuali dengan jalan yang dibenarkan menurut syara’. Dengan

demikian dapat diberi pengertian terhadap konsep kepemilikan (al-milkiyah), bahwa kepemilikan adalah izin dari syari’ (Allah SWT) kepada manusia untuk

(13)

Tabel 2.1

Perbedaan Sistem Kepemilikan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis

ASAS

Individu Mobil, rumah, laptop, televisi,

Individu Hukum Islam tentang bai’, Catatan: Dengan sedikit perubahan

2.6 Institusi Islam

Institusi yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu,

sedangkan istilah menekankan kepada pengertian institusi sebagai suatu sistem

norma untuk memenuhi kebutuhan (Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud

(14)

pokok manusia seperti kebutuhan keluarga, hukum, sosial, politik dan budaya.” Adapun fungsi institusi secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman kepada masyarakat dalam upaya melakukan

pengendalian sosial berdasarkan sistem tertentu, yaitu sistem pengawasan

tingkah laku.

2. Menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat.

3. Memberikan pedoman kepada masyarakat tentang norma tingkah laku yang

seharusnya dilakukan dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Di Indonesia ada beberapa institusi Islam yang telah berkembang. Semua

institusi yang ada di Indonesia itu bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat

muslim, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan nonfisik. Contoh institusi Islam

di Indonesia yaitu:

1) Institusi perkawinan diasosiasikan melalui Kantor Urusan Agama (KUA)

dan Peradilan Agama, dengan tujuan agar perkawinan dan perceraian dapat

dilakukan secara tertib untuk melindungi hak keluarga, terutama

perempuan.

2) Institusi pendidikan yang diasosiasikan dalam bentuk pesantren dan

madrasah.

3) Institusi ekonomi yang diasosiasikan menjadi Bank Muamalah Indonesia

(BMI), Baitul Maal Watamwil (BMT).

4) Institusi zakat yang diasosiasikan menjadi Badan Amil Zakat, Infaq dan

(15)

2.7 Institusi dakwah yang diasosiasikan menjadi Lembaga Dakwah Kampus.

Transaksi Yang Dilarang Dalam Islam

Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah, bahwa semua hal

dilarang, kecuali yang ada ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadist.

Sedangkan dalam urusan mu‘amalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Ini berarti ketika suatu transaksi baru muncul dan belum

dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dapat diterima,

kecuali terdapat implikasi dari dalil Al-Qur’an dan hadist yang melarangnya.

Demikian, dalam bidang mu‘amalah, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan. Dilarangnya transaksi itu sesuai dengan faktor penyebabnya. Adapun

faktor penyebab dilarangnya transaksi tersebut, dan macam-macam transaksi yang

dilarang adalah:

2.7.1 Haram zatnya (haram li-zatihi)

Transaksi dilarang karena objek (barang/ jasa) yang ditransaksikan juga

dilarang, misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, dan sebagainya. Jadi,

transaksi jual beli minuman keras atau barang yang diharamkan dalam Islam

adalah haram, walaupun akad jual belinya sah. Sebagaimana Fiman Allah SWT

dalam QS. An-Nahl ayat 115, yang artinya:

(16)

Hadist yang diriwayatkan dari Ibn Abas r.a, yang artinya:

“Telah sampai berita kepada Umar bahwa Samurah menjual tuak. Kemudian Umar berkata, semoga Allah memerangi Samurah, tidak tahukah dia bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Allah mengutuki orang-orang Yahudi. Telah diharamkan atas mereka lemak, maka mereka memaksanya untuk dicairkan, kemudian menjualnya.”

2.7.2 Haram selain zatnya (haram li gairihi)

A. Melanggar prinsip ‘an taradin minkum yaitu Penipuan (Tadlis)

Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara

kedua belah pihak (sama-sama ridho). Mereka harus mempunyai informasi yang

sama sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi (ditipu) karena ada sesuatu

yang di mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak

lain, ini disebut tadlis, dan tadlis dapat terjadi dalam 4 (empat) hal, yaitu:

1) Kuantitas, tadlis dalam kuantitas contohnya adalah pedagang yang

mengurangi takaran (timbangan) barang yang dijualnya.

2) Kualitas, tadlis dalam kualitas contohnya adalah penjual yang menyembunyikan cacat barang yang ditawarkannya. Dalam tadlis kualitas

terdapat dua bentuk yaitu yang pertama dengan cara menyembunyikan cacat

yang ada pada barang yang bersangkutan, dan yang kedua dengan

menghiasi atau memperindah barang yang ia jual sehingga harganya bisa

(17)

3) Harga, tadlis dalam harga contohnya adalah memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikan harga produk di atas harga

pasar.

4) Waktu penyerahan, tadlis dalam waktu penyerahan contohnya adalah petani buah yang menjual buah diluar musimnya padahal petani mengetahui bahwa

dia tidak dapat menyerahkan buah yang dijanjikannya itu pada waktunya.

5) Adapun dasar hukum tentang larangan penipuan (tadlis) terhadap bertransaksi adalah sebagai berikut:

• Al-Baqarah ayat 42, yang artinya:

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.

• An-Nahl ayat 105, yang artinya:

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.”

• Hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a, yang artinya:

(18)

Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu letakkan di atasnya supaya diketahui oleh orang yang akan membelinya? Barang siapa menipu, dia bukan dari golonganku.”

B. Melanggar prinsip la tazlimuna wa la tuzlamun

a. Garar

Artinya keraguan, atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak

lain. Suatu akad mengandung unsur garar, karena tidak ada kepastian, baik mengenai ada atau tidak ada objek akad, besar kecilnya jumlah maupun

menyerahkan akad tersebut.

Garar disebut juga tagrir adalah situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Dalam tadlis yang terjadi adalah pihak yang satu tidak mengetahui apa yang diketahui pihak yang lain, sedang dalam gharar atau tagrir, baik pihak yang satu dengan yang lainnya sama-sama tidak mengetahui sesuatu yang

ditransaksikan.

Larangan jual beli garar dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a, yang artinya:

“Rasulullah SAW. melarang jual beli dengan cara melempar krikil kepada barang yang dibelinya dan melarang menjual barang yang tidak jelas rupa dan sifatnya (bai’ al-gharar)”.

b. Ihtikar (Penimbunan barang)

Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat,

(19)

mengakibatkan peningkatan harga. Penimbunan seperti ini dilarang karena dapat

merugikan orang lain dengan kelangkaannya/sulit didapat dan harganya yang

tinggi, dengan kata lain penimbunan mendapatkan keuntungan yang besar di

bawah penderitaan orang lain. Larangan menimbun harta juga terdapat dalam

hadist Nabi yang diriwayatkan dari Ma’mar bin ‘Abdillah r.a, yang artinya:

“Barang siapa menimbun (barang pokok), dia bersalah (berdosa)”.

Setiap Masjid memiliki harta yang cukup banyak jika dikumpulkan yang

berasal dari infaq, shodaqoh dan hibah. Apalagi Institusi Masjid yang cukup besar

dan berada di tengah-tengah Kota akan memiliki harta yang cukup banyak.

Apabila harta-harta ini hanya didiamkan dan akan bertambah sesuai dengan

banyaknya jumlah infaq dan shadaqah masyarakat dalam waktu yang lama tanpa

dipergunakan atau hanya menunggu sampai dipergunakan untuk pembangunan

Masjid dikhawatirkan dapat masuk kedalam golongan ikhtiyar (penimbunan harta). Untuk itu alangkah baiknya harta tersebut dipergunakan untuk membantu

menigkatkan kesejahteraan masyarakat yang sesuai dengan syariat Islam, seperti

membuka klinik, memberdayakan tanah infaq dengan tanaman yang bermanfaat,

memberikan bantuan modal kepada masyarakat, dll. Dengan demikian harta

Masjid akan terbebas dari ikhtiyar dan dapat membantu perekonomian masyarakat serta meningkatkan harta Masjid.

Contoh pemberdayaan harta Masjid berupa uang tunai. Yaitu kerjasama

Wakaf Center dan institusi Masjid pada produk uang tunai. Misalnya, Masjid

Al-Fath bekerjasama dengan Wakaf Center memanfaatkan harta Masjid sebesar Rp

(20)

menginvestasikan secara professional sesuai syariah dengan nisbah mudharabah

70:30, 70% untuk operasional Masjid Al-Fath dan 30% untuk maslahat umat

Wakaf Center. Bila hasil investasi uang tunai tersebut sebesar Rp 1.500.000,- per

bulan, maka Rp 1.050.000,- untuk menunjang biaya operasional Masjid Al-Fath

per bulan, dan Rp 450.000,- untuk program maslahat umat lainnya yang dikelola

oleh Wakaf Center.

c. Reakayasa permintaan (Bai‘an Najsy)

Rekayasa permintaan yaitu produsen atau pembeli menciptakan

permintaan palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk

sehingga harga jual produk tersebut akan naik. Dasar hukum terhadap larangan

bai’an najsy terdapat dalam Hadis Nabi yang diriwayatkan Ibnu ‘Umar r.a, yang

artinya:

“Rasulullah SAW melarang najsy (penipuan yaitu menawar tinggi dengan maksud membeli, tetapi untuk menaikkan penawaran orang lain)”.

d. Riba

Riba adalah penyerahan pergantian sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang tidak dapat terlihat adanya kesamaan menurut timbangan syara’ pada waktu

akad-akad, atau disertai mengakhirkan dalam tukar menukar atau hanya salah satunya.

Dasar hukum tentang larangan riba sangatlah banyak baik dalam Al-Qur’an

(21)

Surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

Hadist yang diriwayatkan dari Jabir r.a, yang artinya:

“Rasulullah SAW mengutuk pemakan riba, orang yang memberi makan (keluarganya) dengan harta riba, penulis riba, dan kedua saksi riba. Beliau bersabda, “semua itu (hukumnya) sama”.

e. Perjudian (Maysir)

Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih,

dimana mereka menyerahkan uang/harta kekayaan lainnya, kemudian

(22)

bola, atau media lainnya. Pihak yang menang berhak atas hadiah yang dananya

dikumpulkan dari kontribusi para pesertanya. Sebaliknya, bila dalam permainan

itu kalah, maka uangnya pun harus direlakan untuk diambil oleh pemenang.

Allah telah melarang judi (maysir) sebagaimana firma-Nya dalam surat Al-Ma’idah ayat 90 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.

f. Suap-menyuap (Risywah)

Yang dimaksud dengan perbuatan risywah adalah memberi sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Suap dilarang karena

suap dapat merusak sistem yang ada di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan

ketidakadilan sosial dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti

akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.

Allah telah melarang pebuatan risywah atau suap-menyuap sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 188 yang artinya:

(23)

2.7.3 Tidak sahnya (lengkap) akadnya

Suatu transaksi tidak masuk kategori haram li gairihi maupun la tazlimuna wa la tuzlamun, belum tentu halal. Masih ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap. Suatu transaksi

dapat dikatakan tidak sah dan/atau tidak lengkap akadnya, bila terjadi salah satu

atau lebih faktor-faktor berikut:

a) Terjadi ta‘alluq (jual beli bersyarat)

Ta‘alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan dimana berlakunya akad pertama tergatung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak

terpenuhinya rukun (sesuatu yang harus ada pada akad) yaitu objek akad.

a) Two in one (safqatain fi al-safqah)

Two in in one atau safqatain fi al-safqah adalah kondisi di mana satu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian

mengenai akad mana yang harus digunakan (berlaku). Contoh dari two in in one

atau safqatain fi al-safqah adalah transaksi sewa-beli. Dalam transaksi ini terjadi ketidakjelasan dalam akad, karena tidak diketahui akad mana yang berlaku akad

jual beli atau akad sewa.

Adapun dasar hukumnya adalah sebagaimana hadist yang diriwayatkan ‘Amr ibn

Syu’aib r.a, yang artinya:

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Ketika semua kapasitor shunt yang terdapat pada sistem dinonaktifkan, maka saluran yang memiliki nilai efisiensi susut transmisi paling baik adalah saluran Tello 150 kV

Instalasi CSSD melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, mulai dari proses perencanaan, penerimaan barang, pencucian, pengemasan &

Untuk melihat sejauh mana peran manager dalam meningkatkan motivasi pada perusahaan rokok Fajar Berlian Tulungagung,maka tujuan penelitian ini adalah untuk

Panti asuhan sebagai lembaga sosial adalah tempat anak mendapatkan keluarga pengganti yang tidak anak dapatkan dari keluarga kandungnya, terlebih lagi bagi orang tua

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penjadwalan mata pelajaran adalah dengan menggunakan hibridisasi algoritme genetika dan simulated annealing (GA-SA)

Radioisotop 198Au yang dihasilkan dikarakterisasi dengan mengukur aktivitas, waktu paruh, energi, yield, kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia serta ukuran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap uji efektivitas beberapa bahan peningkat penetrasi terhadap laju difusi krim pemutih ekstrak daun murbei maka

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga