• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah - Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah - Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2007:96), “Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan

daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah di

pisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lani-lain PAD yang sah.

Undang–Undang No. 33 tahun 2004 Pasal I menyebutkan:

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal.

a. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2007:96) kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi

empat jenis pendapatan yaitu:

1. Pajak Daerah

Sesuai dengan undang-undang nomor. 28 tahun 2009 jenis pendapatan untuk kabupaten/kota terdiri dari:

(2)

e) pajak penerangan jalan,

f) pajak pengambilan bahan galian golongan C, g) pajak parker,

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan undang-undang perpajakan nomor 28 tahun 2009 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten /kota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari:

a) retribusi pelayanan kesehatan,

b) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, c) retribusi penggantian biaya cetak KTP,

d) retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil, e) eetribusi pelayanan pelayanan pemakaman , f) retribusi pelayanan pengabuan mayat,

g) retribusi pelayanan parker ditepi jalan umum, h) retribusi pelayanan pasar,

i) retribusi pengujian kendaraan bermotor,

j) retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, k) retribusi penggantian biaya cetak peta,

l) retribusi pengujian kapal perikanan, m)retribusi pemakaian kekayaan daerah ,

n) retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, o) retribusi jasa usahatempat pelelangan,

p) retribusi jasa usaha terminal,

q) retribusi jasa usaha tempat khsusus parker, r) retribusi jasa usaha tempat penginapan/villa, s) retribusi jasa usaha penyedot kakus,

t) retribusi jasa usaha rumah potong hewan, u) retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal, v) retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga, w)retribusi jasa usaha penyebrangan di atas air, x) retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair,

y) retribusi jasa usaha penjualan produk usaha daerah, z) retribusi izin mendirikan bangunan,

aa) retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, bb) retribusi izin gangguan,

(3)

3. Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.

Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

a) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD), b) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Negara(BUMN), c) bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok

usaha masyarakat,

4. Lain-lain PAD yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Sesuai dengan Mendagri nomor 59 tahun 2007 jeni pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai berikut :

a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan,

b) jasa giro,

c) pendaptan bunga,

d) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,

e) penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah,

f) penerimaan keuntungan dari selisih dari niali tukar rupiah terhadap mata uang asing,

g) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, h) pendaptan denda pajak,

i) pendapatan denda retribusi,

j) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, k) pendaptan dari pengembalian,

l) fasilitas social dan fasilitas umum,

(4)

2.1.2 Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Latar belakang lain adanya transfer dari pusat ke daerah antara lain untuk

mengatasi ketimpangan fiskal horizontal, serta guna mencapai standar pelayanan untuk

masyarakat. Ketimpangan fiskal horizontal muncul akibat tidak seimbangnya kapasitas

daerah daerah dengan kebutuhal fiskalnya. Dengan kata lain kemampuan daerah untuk

menghasilkan pendapatan asli tidak mampu menutup kebutuhan belanjanya. Dana

perimbangan di kelompokan menjadi lima jenis sebagau berikut:

2.1.2.1 Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan

perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan

konsekuensi adanya penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada pemerinth daerah.

Dengan demikian, terjadinya transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari

pemerintah pusat ke pemrintah daerah , dan pemerintah daerah secara leluasa dapat

mengunakan dana ini apakah untuk pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau

(5)

Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum (DAU) ditetapkan dalam APBN , dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan

dalam negeri neto,

b. proporsi DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan

anatara bobot urusan pemerintahan yang menjadi wewenang provinsi dan

kabupaten/kota,

c. jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi

DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan

90%.

2.1.2.2Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan pada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah dan merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas

nasional.

Perhitungan dana alokasi khusus dibagi menjadi dua tahap yaitu:

a. penentuan daerah tertentu yang menerima Dana Alokasi Khusus , daerah tersebut

harus memenuhi kreteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis,

b. penentuan besaran Dana Alokasi Khusus masing-masing daerah, yang ditentukan

dengan perhitungan indeksberdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria

(6)

2.1.2.3 Dana Bagi Hasil

2.1.2.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak

Dana bagi hasil pajak adalah dana yang bersumber dari pendaptan APBN yang

dialokasikan kepada daerah dengan angka persentase tertentu didasarkan atas daerah

penghasil untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentalisasi.

Pembagian dan mekanisme perhitungan dana bagi hasil pajak yang diatur dalam UU

Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 tahun 2005 adalah sebagai berikut:

a. DBH Pajak Bumi dan Bangunan

Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10% untuk pemerintah pusat

dan 90% untuk daerah. DBH PBB untuk daerah tersebut dibagi dengan rincian sebagai

berikut:

1) 16,2% untuk provinsi yang bersangkutan,

2) 64,8% untuk kabupaten /kota bersangkutan,

3) 9% untuk biaya pemungutan.

Sedangkan bagian pemerintah pusat , yang 10% dari seluruh penerimaan PBB dialokasikan

kepada seluruh kabupaten dan kota, dengan rincian sebagai berikut:

1) 6,5% dibagi secara merata kepada seluruh kabupaten/kota,

2) 3,5% dibagikan sebagai intensif kepada kabupaten dan kota yang realisasi

penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya

(7)

b. DBH Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan proporsi 20% untuk pemerintah pusat dan

80% untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% tersebut dibagi dengan rincian

sebagai berikut:

1) 16% untuk provinsi untuk yang bersangkutan,

2) 64% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.

Bagian pemerintah pusat yang sebesar 20% dibagikan secara merata untuk seluruh

kabupaten dan kota.

c. DBH Pajak Penghasilan

Penerimaan Negara dari PPH wajib pajak orang pribadi dalam negeri (WPOPDN) dan

PPh pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20% dan sisanya, yaitu sebesar 80% untuk

pemerintah pusat. DBH PPh untuk daerah dialokasikan ke provinsi dan kabupaten/kota

dengan rincian sebagai berikut:

1) 8% untuk provinsi yang bersangkutan,

2) 12% untuk kabupaten/kota dalam provinsi yang besangkutan dengan rincian 8,4%

untuk kabupaten/kota tempat WP terdaftar, dan 3,6% untuk seluruh kabupaten/kota

dalam provinsi yang bersangkutan deengan bagian yang sama besar.

2.1.2.3.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari enam sektor yaitu kehutanan,

(8)

pertambangan gas bumi. Pemerintah menetapkan alokasi dana bagi hasil dari sumberdaya

alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil. Penetapan daerah

penghasil SDA dan dasar perhitungan DBH sumber daya alam dilakukan oleh Menteri

Teknis, setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri.

Pembagian dan mekanisme perhitungan DBH Sumber Daya Alam adalah sebagai

berikut:

a. DBH Kehutanan

1) DBH kehutanan dari IIUPH untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian

yaitu 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota

penghasil.

2) DBH kehutanan dari PSDH untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian

yaitu 16% untuk provinsi yang bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota

pengasil serta 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh

kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

3) DBH kehutanan dari dana reboisasi sebesar 40% dibagi kepada kabupaten/kota

penghasil untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan wilayahnya.

b. DBH Pertambangan Umum

Untuk DBH pertambangan umum, iuran tetap yang berasal dari wilayah

kabupaten/kota dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 64%

untuk kabupaten/kota penghasil. Sedangkan iuran eksplorasi dan eksplotasi yang

(9)

1) 16% untuk provinsi yang bersangkutan

2) 32% untuk kabupaten/kota penghasil

3) 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota

lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

c. DBH Pertambangan Minyak Bumi

DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% berasal dari penerimaan Negara

sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota yang

bersangkutan, setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan

rincian yaitu, 3% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% dibagikan untuk

kabupaten/kota penghasil, 6% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh

kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan dan sisanya sebesar 0,5%

digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.

d. DBH Perikanan

Dana bagi hasil perikanan berasal dari pungutan perusahaan perikanan. DBH dari

perikanan ini sebesar 80% yang dibagikan dengan porsi sama besar untuk seluruh

kabupaten/kota.

e. DBH Pertambangan Gas Bumi

Penerimaan Negara sumber daya alam pertambangan gas bumi dapat berasal dari

wilayah kabupaten/kota atau dari wilayah provinsi. Besarnya DBH pertambangan gas

(10)

DBH pertambangan gas bumi yang berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan

rincian 6% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan , 12% dibagikan untuk seluruh

kabupaten/kota penghasil , 12% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten/kota

lainnya dalam provinsi yang bersangkutan serta 0,5% sisanya digunakan untuk

menambah anggaran pendidikan dasar.

f. DBH Pertambangan Panas Bumi

Dana bagi hasil pertambangan panas bumi berasal dari setoran bagian pemerintah

atau iuran tetap dan iuran produksi. Jumlah DBH pertambangan panas bumi untuk

daerah adalah sebesar 80% dan dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang

bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, serta 32% dibagi dengan porsi

yang sama besar kepada seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang

bersangkutan.

2.1.3 Belanja Modal

2.1.3.1 Definisi Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud

yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, “Belanja Modal meliputi anatar lain belanja modal

untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, perlatan dan asset tak berwujud”. Dengan

kata lain belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya

menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun

(11)

sifatnya memepertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan

kualitas aset.

2.1.3.2Klasifikasi Belanja Modal

Menurut Syaiful (2006) belanja modal dapat di kelompokan sebagai berikut :

a) Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pemebelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai

c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

d) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/peningkatan pembangunan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

e) Belanja Modal Fisik Lainnya

(12)

barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana

Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Sumber

Daya Alam, dan Belanja Modal adalah sebagai berikut berikut:

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Peneltian Hasil Peneltian

1 Syafitri

Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh signifikan negatif terhadap belanja modal.

Secara simultan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara signifikan

Secara parsial Dana Alokasi Umum berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal, sedangkan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.

(13)

Dependen:

Belanja Modal

Umum, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang merupakan transfer pemerintah pusat berpengaruh signifikan

Secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal.

Secara simultan, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal.

1. Syafitri

Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2009) yang berjudul “ Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum terhadap

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara “. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengujian asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah

Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh

signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh

signifikan negatif terhadap belanja modal. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara

signifikan terhadap belanja modal.

(14)

Penelitian yang dilakukan oleh Alfan (2009) yang berjudul Pengaruh Dana

Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja Modal

pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara”. Alat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pengujian asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil

penelitian ini adalah Secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber

Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. Secara simultan,

Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan

positif terhadap belanja modal

3. Rina

Penelitian yang dilakukan oleh Rina (2011) yang berjudul “Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan

terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara”. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian

asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah Secara

parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh

signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh

signifikan negatif terhadap belanja modal. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara

signifikan terhadap belanja modal.

1.3Kerangka Konseptual Penelitian

Menurut Erlina (2008 : 38) menyatakan bahwa kerangka teoritis adalah suatumodel

(15)

telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Dalam penelitian ini, variabel indepeden

adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana AlokasiUmum, Dana Alokasi Khusus dan Dana

Bagi Hasil, variabel independen adalah Belanja Modal. Kerangka konseptual

penelitiandapat dilihat digambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

H3

H4

H5 Pendapatan Asli Daerah

(X1)

Dana Alokasi Umum (X2)

Dana Alokasi Khusus (X3)

Dana Bagi Hasil (X4)

 

 

 

(16)

Pendapatan daerah yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah maupun yang

berasal dari Transfer Pemerintah pusat yang berupa dana perimbangan di gunakan oleh

pemerintah daerah salah satunya untuk membiayai belanja modal, sehingga setiap kenaikan

atas Pendapatan Asli Daerah maupun dana perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum

, Dana Alokasi Khusus maupun Dana Bagi hasil maka akan berpengaruh juga terhadap

Belanja Modal suatu pemerintahan .

Peningkatan pendapatan asli daerah menunjukan kemampuan derah dalam

memperoleh dana yang dialokasikan untuk tujuan pembangunan dan mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin besar kemampuan pemerintah daerah dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah maka semakin besar pula kemampuan pemerintah

daerah dalam menanggung beban dan membiayai kewajiban belanja daerah. Meningkatnya

Pendapatan Asli Daerah sangat membantu dalam belanja pemerintah daerah terutama

dalam pembangunan daerah menjadi lebih baik serta membantu pertumbuhan ekonomi

daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Fahri (2012) berkaitan dengan sumber pendanaan

belanja modal dibiayai dari tiga sumber pendapatan yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana

Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, adapun sumber Pendaan di luar itu, yaitu Dana Bagi

Hasil yang hanya digunakan untuk membiayai belanja pegawai serta belanja barang dan

(17)

1.4 Hipotesis

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara

empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,

disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan

atau memprediksi fenomena-fenomena

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka

pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H2 :Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H3 :Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H4 :Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H5 :Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana

Gambar

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

pelatihan yang dilakukan, serta hasil dari proses latihan ansambel perkusi pada. komunitas USBP di

al divergence in Gossypium occurred between the ancestor of the A-, D-, E-, and AD-taxa and the ancestor of the C-, G-, and K-genome species (Wendel and Albert, 1992; Seelanan et

Untuk kondisi ini, Admin Kemenag Kab/Kota akan mencetak SURAT TANDA BUKTI MUTASI SEKOLAH INDUK PTK (SM03) langsung. tanpa melalui prosedur Pelaporan Mutasi Masuk (SM02)

• The policyholder is required to make regular monthly or annual premium payments until death. • The face value is paid to the designated

 Mahasiswa mampu mengaplikasikan hasil analisis dalam rekayasa teknik sipil seperti: evapotranspirasi, kurva durasi, intensitas hujan, curah hujan maksimum,

In this study, we have experimented with multi-temporal Landsat 7 and Landsat 8 high resolution satellite data, coupled with the corresponding hyperspectral data from a

[r]

Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban pembayaran klaim ( schedule f) 0 4 Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin